home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Right There

Right There

Share:
Author : astituidt
Published : 11 Sep 2014, Updated : 19 Nov 2015
Cast : Im Jin AH (Nana Orange Caramel), Park Chanyeol (EXO) Kim Myeong Soo (L Infinite) Lizzy (Orange Caram
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |222113 Views |22 Loves
Right There
CHAPTER 15 : Chapter 15

"Jin Ah, wae?"

Jae Hyun yang menghentikan langkahnya ketika melihat Jin Ah yang sudah tidak ada di sampingnya. Jin Ah seperti terpaku memperhatikan beberapa anak muda yang sedang memamerkan breakdance-nya di tengah kerumunan orang yang melihatnya.

Mata Jae Hyun mengikuti arah pandangan Jin Ah. Jin Ah menatap seorang lelaki yang sedang menari disana. Salah satu lelaki dengan rambut blonde, dan berwajah kalem. Lelaki itu menggunakan topi berwana hijau army. Dia memakai kaos polos berwarna hitam dan celana jaens hitam dengan sepatu yang juga berwarna hitam. Wajahnya yang tampan seperti seorang idol membuat banyak perempuan yang melihatnya terkagum-kagum.

Jae Hyun memandang Jin Ah dengan tatapan mengejek "Aishh. Apa dia tidak sadar kalau pacarnya ini lebih tampan dari lelaki itu" gumam Jae Hyun dalam hati. Dia kembali ke belakang untuk menghapiri Jin Ah yang tertinggal di belakangnya.

 

"Jin Ah kajja"

Jae Hyun meraih tangan Jin Ah dan berusaha mengajaknya kembali berjalan. Tetapi Jin Ah menahannya, dia tidak mau beranjak dari tempat itu. Matanya masih tertuju pada lelaki itu. Memperhatikan setiap gerakan dance.nya.

 

Musik terdengar semakin pelan. Sekelompok lelaki itu menghentikan tarian mereka. Terdengar suara tepuk tangan yang lumayan riuh dari orang-orang yang kagum akan tarian mereka. Sekelompok anak lelaki itu menundukkan badan mereka dan mengayunkan tangan kanannya ke depan dada. Lelaki yang menggunakan topi hijau army itu membuka topinya, mengayunkan topi dengan tangannya ke depan bahu.

 

"Myeong Soo-ah"

Kaki Jin Ah maju satu langkah setelah melihat lelaki itu membuka topinya. Dia masih terpaku disana dan mencoba memastikan lagi.

 

Deg!

 

Kali ini giliran jantung Jae Hyun yang serasa berhenti berdetak. Nama itu, nama yang selalu disebut Jin Ah 4 tahun yang lalu. Nama yang pernah Jae Hyun lihat di setiap lembar buku diary Jin Ah. Nama yang 4 tahun lalu membuat Jin Ah menangis di depan rumah sakit.

Jin Ah melepaskan tangan Jae Hyun, dia berjalan dengan cepat berusaha menerobos kerumunan orang yang masih berdiri disana.

 

"Myeong Soo-ah"

Jin Ah berusaha berteriak dengan memanggil nama Myeong Soo di tengah keramaian itu. Lelaki itu tidak bereaksi. Musik kembali terdengar melalui soundsystem. Sekelompok anak lelaki itu kembali mempersiapkan diri untuk dance berikutnya.

 

"Jin Ah kajja"

Jae Hyun meraih tangan Jin Ah yang berada di kerumunan orang-orang. Jin Ah mengibaskan tangannya mencoba melepaskannya dari genggaman Jae Hyun.

"Jangkamman oppa, aku mau menemui Myeong Soo"

"Arasseo, kau bisa menemuinya nanti setelah dia menyelesaikkan pertunjukkannya"

"Andhwae, aku mau melihatnya dari sini"

"Kajja Jin Ah-ya. kita bisa melihatnya dari sana"

Jae Hyun kembali meraih tangan Jin Ah dan menariknya dengan cukup kasar membawa Jin Ah berjalan melewati kerumunan orang-orang tersebut.

 

***

 

 

"Myeong Soo-ah, Myeong Soo-ah"

Jin Ah berteriak memanggil-manggil nama Myeong Soo ke arah sekelompok lelaki yang telah menyelesaikan pertunjukkannya dan sibuk merapikan peralatan mereka. Lelaki yang memakai topi hijau army itu menoleh ke arah Jin Ah. Jin Ah langsung berlari mendekatinya.

 

"Nuguseyo?"

Lelaki itu bertanya pada Jin Ah yang sekarang sudah berada di hadapannya "Nuguseyo? apa kamu mengenalku?" lelaki itu menatap wajah Jin Ah, memperhatikkannya dari atas sampai ke bawah.

 

Jae Hyun terlihat memperhatikan mereka dari jauh. Dia menyenderkan badannya ke sebuah tiang di pinggir jalan. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya. Jae Hyun tidak bisa mendengar percakapan mereka dari jarak yang cukup jauh tersebut. Dia hanya memperhatikan ekspresi wajah Jin Ah.

 

"Apa namamu Kim Myeong Soo?"

Jin Ah bertanya pada Myeong Soo yang terlihat seperti tidak mengenalinya. Wajah Myeong Soo terlihat bingung ketika Jin Ah tiba-tiba meraih tangannya dan matanya terlihat berkaca-kaca.

"Nee, Kim Myeong Soo imnida. Nuguseyo? apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku Jin Ah, Im Jin Ah. apa kamu tidak mengenalku?"

"Joesungeyo, aku tidak mengenalmu"

Myeong Soo mengalihkan pandangannya dari Jin Ah, dia membalikkan badannya untuk kembali menata peralatannya.

Tiba-tiba Jin Ah menarik pergelangan tangan Myeong Soo. Menariknya untuk kembali menghadap Jin Ah. Myeong Soo yang kaget kemudian membelalakkan matanya ke arah Jin Ah.

 

 

"Myeong Soo-ah, apa kau lupa padaku? Kau sudah sadar dari koma-mu? Ah, kau pasti kehilangan ingatanmu ketika kau terbangun dari koma-mu. Myeong Soo-ah, lihatlah wajahku. Aku Im Jin Ah. Temanmu ketika di SMA. apa kamu ingat?"

 

Myeong Soo terhenyak sejenak mendengar kata-kata Jin Ah. Dia melangkahkan salah satu kakiknya ke belakang. Kemudian dia menghempaskan tangan Jin Ah yang menggenggam pergelangan tangannya dengan kasar.

 

"Ya! aku sudah bilang kalau aku tidak mengenalmu. Apa kau tidak dengar?"

Myeong Soo kembali membalikkan badannya dan menutup resliting tas-nya. Dia bersiap-siap untuk pergi dari sana. Tetapi Jin Ah dengan cepat kembali meraih tangan itu.

"Andhwae Myeong Soo-ah. Kau tidak boleh pergi. Kau harus mengingatku. Kau pasti bisa mengingatku"

"Ahh mwoeya.cckk!"

Myeong Soo berdecak dan kembali melepaskan tangannya dari genggaman Jin Ah. Myeong Soo kemudian berjalan menghampiri teman-temannya dan beranjak pergi. Jin Ah kembali berusaha menggapai tangan Myeong Soo, tapi tubuhnya kemudian ditarik oleh Jae Hyun dari belakang.

 

"Ahh oppa andhwae, aku harus mengejarnya. Itu Myeong Soo. aku yakin dia Myeong Soo. Dia harus mengingatku"

"Ah mwoeya, berhentilah mengejarnya, apa kau tidak lihat kalau dia sudah menolakmu?"

"Ania, dia pasti kehilangan ingatannya ketika bangun dari koma-nya. Oppa lepaskan tanganmu. Palli wa, dia akan pergi"

"Andhwae, dia sudah menolakmu. Ah, kau sungguh tidak tau malu. Bagaimana bisa seorang perempuan mengejar-ngejar laki-laki sampai begini? Ayo kita pulang"

"Oppa jebal, lepaskan tanganmu"

Tubuh kurus Jin Ah bergerak meronta mencoba melepaskan tangan Jae Hyun yang melingkar di pinggangnya. Jae Hyun menahannya dengan kuat tetapi tetap berusaha membuat Jin Ah tidak merasa kesakitan. Jin Ah terus berusaha keluar dari sana. Dia terus menghentak-hentakkan tubuhnya ke depan untuk melepaskan diri.

 

Setelah melihat Myeong Soo keluar dari taman bermain itu, Jae Hyun melepaskan tangannya dari pinggang Jin Ah dan membuat Jin Ah yang meronta-ronta itu jatuh ke tanah.

"Arasseo, kau boleh mengejarnya sekarang. Kejarlah"

Jae Hyun kemudian membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari Jin Ah yang masih berada di tanah. Jae Hyun melangkah menuju sebuah kursi yang ada di depan sebuah wahana permainan. Dia duduk disana menyenderkan badannya dan menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Dia memperhatikan Jin Ah yang masih belum beranjak dari sana.

 

Jin Ah masih tetap berada disana. Dia terduduk ditanah karena Jae Hyun melepaskan tangan dari pinggangnya dengan cepat. Dada Jin Ah terasa sesak ketika memikirkan tentang Myeong Soo yang melepaskan genggaman tangannya dengan sangat kasar "Myeong Soo-ah apa kau benar-benar tidak bisa mengingatku? Kenapa kau sangat berubah? Apa kau tidak mau berusaha mengingatku? Myeong Soo-ah wae? Aku harus bagaimana Myeong Soo-ah?"

 

Air mata Jin Ah mulai keluar. Jin Ah mengangkat tubunnya sedikit dan mulai berjongkok di tengah jalan itu. Dia berjongkok dan memeluk kakinya dengan kedua tangannya serta menundukkan kepalanya di atas lututnya. Jin Ah mencoba menyembunyikan isakkannya dari orang-orang yang berjalan melewatinya. Jin Ah tetap seperti itu selama 15 menit. Jae Hyun hanya memperhatikkannya dari jauh tanpa melakukan apa-apa.

 

Jin Ah yang mulai lelah dengan posisinya itu akhirnya berusaha untuk bangkit dan berdiri. Badannya terhuyung ke depan ketika dia mencoba menegakkan badannya. Jin Ah memegang kepalanya yang terasa pusing karena terlalu lama berjongkok. Wajahnya kemudian menoleh ke belakang seperti mencari sesuatu. Jin Ah melihat Jae Hyun sedang duduk di sebuah kursi di belakangnya. Jae Hyun yang melihat Jin Ah mencarinya kemudian beranjak dari duduknya dan menuju ke arah Jin Ah.

 

"Sudah capek menangis?"

"Emm, kepalaku pusing"

"Paboya"

"Oppa, Myeong Soo tidak megenaliku, eottokae?"

"Berhentilah mengejarnya, walaupun dia kehilangan ingatannya, sepertinya dia juga tidak tertarik untuk mengingatmu"

"Shireo, aku mau dia mengingatku"

Mata Jin Ah kembali berkaca-kaca, dia merengek pada Jae Hyun

"Arasseo arasseo, berhentilah menangis. apa kau tidak malu dilihat banyak orang. Ahh cengeng sekali. Ayo kita pulang saja"

 

Jae Hyun meraih tangan Jin Ah dan mengajaknya ke arah pintu keluar.

 

***

 

 

"apa kau tidak keluar?"

suara Jae Hyun mengagetkan Jin Ah yang daritadi duduk melamun sambil menggigit-gigit jari tangannya.

 

"oppa. Apa mataku terlihat seperti habis menangis?"

"oh. Wajahmu benar-benar mengerikan sekarang"

"jongmal? kalau begitu aku belum bisa masuk rumah dulu sekarang. Tidak bisakah kita duduk di mobil dulu?"

mata Jin Ah memandang Jae Hyun dengan tatapan memohon

 

Jae Hyun menghela nafas panjang.

"ah waaeeeeee?"

"jika eommaku melihatku pulang bersamamu dengan wajah seperti ini dia pasti mengira oppa yang membuatku menangis. Apa oppa mau?"

 

Jae Hyun menghela nafas lagi. Lebih keras dari sebelumnya. Dia mengacak-acak belakang rambutnya dengan tangan kirinya.

"aku mengantuk sekali Jin Ah-ya"

"kau bisa tidur disini oppa. Aku akan membangunkanmu jika wajahku sudah lebih baik"

"shireo. Kalau aku tidur sekarang, nanti ketika aku pulang dan lebih mengantuk bagaimana?"

"ahh benar juga. Oetokkae oppa?"

 

Jae Hyun kemudian meraih tasnya yang ada di kursi belakang. Dia mengambil kacamata hitam di dalamnya dan menyodorkannya pada Jin Ah.

"iego, pakai ini. Jika eommamu bertanya bilang saja kau habis pemotretan menggunakan kacamata itu. Okay? Masalah terpecahkan. Sekarang turunlah"

Jae Hyun mendekati Jin Ah dan meraih seatbeltnya yang masih terpasang.

 

"oppa"

"apa lagiiiiiii?"

Jae Hyun kembali menunjukkan wajah sebalnya pada Jin Ah. Dia sepertinya benar-benar mengantuk sekarang.

 

"apa besok aku boleh pergi ke taman bermain itu lagi?"

"wae? apa kau mau mencari lelaki yang kau bilang mirip Myeong Soo itu lagi?"

"dia benar-benar Myeong Soo kok. Apa oppa tidak percaya kalau dia benar-benar Myeong Soo?"

"nan moella. Oetokkae araa? Aku saja belum pernah melihat wajahnya sebelumnya"

"ah benar juga" Jin Ah terlihat berfikir sebentar. Kemudian dia melanjutkan lagi "apa besok aku boleh pergi ke taman lagi?"

"oh. aku akan mengantarmu besok"

Jae Hyun kemudian membuka pintu dan turun dari mobil. Dia berjalan memutar menuju depan pintu Jin Ah dan membukanya.

Jae Hyun mengantar Jin Ah berjalan sampai didepan pagar rumahnya.

 

"oppa"

"ahhhhhhh. Berhenti memanggilku. Aku mau cepat pulang dan tidur. Bisakah kita membicarakannya besok saja?"

"ani. Aku mau bertanya sekali lagi padamu. Jinjja. Sekali lagi. Oh?"

Jin Ah mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Jae Hyun

 

"arasseo marebwa"

 

Jin Ah menghela nafasnya sebelum mulai berbicara. Dia sepertinya mempertaruhkan seluruh rasa gengsinya untuk mengatakan ini pda Jae Hyun.

 

"kenapa oppa mengijinkanku mencarinya? mencari Myeong Soo"

"wae? apa harusnya aku melarangmu?"

"ania, bukan begitu. Apa oppa tidak khawatir? bukannya oppa tau kalau dia cinta pertamaku?"

"ara"

Jae Hyun mulai memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

 

"jadi"

"jadi apa? memangnya aku harus bagaimana?"

Jae Hyun menatap Jin Ah dengan polos dan dengan pandangan bertanya-tanya

 

"Aku kan pacarmu? Harusnya kau khawatir"

 

Jae Hyun tidak langsung mehawab pertanyaan Jin Ah. Dia terlihat berfikir sebentar. Jin Ah langsung menunjukkan wajah sebalnya ketika melihat respon Jae Hyun.

 

"sepetinya Myeong Soo-mu itu sudah tidak tertarik lagi padamu. Jadi aku tidak terlalu khawatir"

Jin Ah bisa melihat senyum nakal dari wajah Jae Hyun. Jin Ah menghela nafas panjang ketika mendengar jawaban Jae Hyun yang tidak sesuai harapannya.

 

"aku ingin kau bertemu dengannya supaya kau tidak penasaran lagi. Dan kau bisa menghilangkan perasaanmu untuknya. Apa itu salah?"

 

Jin Ah menggelengkan kepalanya

"gwaenchana?" Jae Hyun bertanya pada Jin Ah yang terlihat masih kecewa dengan jawabannya. "kemarilah" Jae Hyun merentangkan kedua tangannya kesamping mengisyaratkan Jin Ah untuk mendekat padanya

Jin Ah berjalan menuju tubuh Jae Hyun. Dia membenamkan kepalanya pada pundak kekasihnya itu. Nafas Jin Ah yang hangat bisa di rasakan Jae Hyun di sekitar tengkuknya. Jantungnya berdegup cepat.

 

"oppa kau tidak mencintaiku?"

Jin Ah bertanya dalam pelukan Jae Hyun. Sebuah kekhawatiran tampak dari suaranya itu.

 

"saranghae Jin Ah-ya"

Jae Hyun mengusap pelan rambut Jin Ah dan mempererat pelukannya.

 

"bagaimana jika aku mencintai Myeong Soo lagi?"

"moella. Aku belum memikirkan itu.

 

Kali ini Jin Ah yang mempererat pelukannya pada Jae Hyun setelah mendengar jawaban itu. Jin Ah bisa merasakan degup jantung Jae Hyun yang bertambah kencang itu seperti ditransfer ke dalam badannya.

***

 

 

 

"jinjjaaaaa????? waaa daebak!!!!"

seorang lelaki menatap ke arah Myeong Soo dengan tatapan kagum.

 

"ya! Luhan-ah. Ini bukan saatnya kamu bilang daebak"

"ah mian, aku cuma kaget bagaimana bisa kau menolaknya dengan begitu keren. Apa kau ingat, dulu kau sangat tergila gila padanyaa. Aaahhh aku sampai bosan mendengarkan ceritamu tentang Jin Ah"

"ara. kau pernah cerita sebelumnya"

ujar Myeong Soo dengan suara yang lemah sambil menyuapkan kimchi ke mulutnya

 

"kau pasti sangat kaget"

Luhan yang membaca kerisauan Myeong Soo kembali.berbicara

 

"emm aku sangat kaget setelah dia menyebutkan namanya, seperti sesuatu menghantam kepalaku, seketika kepalaku terasa sakit ketika aku mencoba mengingat-ngingat dia”

"apa kau masih menyukainya?"

"moella. Aku benar-benar tidak ingat”

Mereka terdiam lagi, Myeong Soo kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan pelan. Matanya menerawang ke langit-langit masih mecoba mengingat-ingat wajah perempuan yang ditemuinya tadi.

 

“Myeong Soo-ah. Apa kau berencana bercerita pada adikmu?”

Luhan kembali membuat Myeong Soo membuyarkan lamunannya

 

"menurutmu?"

"menurutku kau harusnya memberitahu dia jika Jin Ah cinta pertamamu"

"ah, mwoya. Kau kan tau kalau Chanyeol menyukai Jin Ah. Bagaimana bisa aku memberi tau dia? Lagi pula aku sudah tidak mengingat Jin Ah sama sekali. Aku juga tidak berniat mengingat-ingat masa laluku"

 

 

*flashback*       

 

Pandangan Chanyeol seketika menjadi buram. Kakinya yang sejak tadi dibuatnya berlari menuju ruangan Hyung-nya yang sudah kembali dari Amerika saat ini mulai terasa lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya di depan pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Tampak kekhawatiran yang sangat dari raut wajahnya itu.

 

“ya! Chanyeol-ah!”

Tampak eommanya yang sejak tadi berusaha mengejarnya berlari kecil menghampirinya “Gwaenchana Chanyeol-ah. Dokter sedang berusaha”

Eommanya berhenti di depan Chanyeol dengan nafas yang terengah-engah.

 

"eomma wae???? Harusnya kau tidak membawanya kembali ke korea!!!!!! Hyung tidak akan seperti ini jika dia masih di Amerika dengan dokter yang dan alat yang lebih canggih!!!!"

Chanyeol berbicara pada eommanya dengan sedikit berteriak. Chanyeol yang mengira eommanya membawa Hyung-nya kembali dari Amerika karena kondisinya sudah stabil kali ini merasa sangat kecewa pada eommanya karena ternyata Hyung-nya kembali mengalami masa kritis.

 

“Ketika disana dokter berkata jika Hyung-mu mungkin akan sadar ketika dikelilingi orang-orang yang disayanginya. Dokter bilang tubuhnya baik-baik saja, mereka juga tidak mengerti kenapa hyung-mu tak kunjung sadar”

“Eomma eotokkae, bagaimana jika hyung meninggal?”

Chanyeol menatap eommanya dengan tatapan khawatir. Suaranya terdengar lebih pelan dan bergetar.

 

“Ania Chanyeol-ah. Hyungmu akan bertahan. Dia tidak akan berhenti berjuang untuk sadar. Eomma ara. Maka dari itu eomma membawanya kembali ke korea untuk bertemu dengan adik yang disayanginya. Eomma berharap dia bisa cepat sadar ketika dia disini bersamamu”

 

Pintu ruangan itu terbuka. Seorang dokter mendekati Chanyeol dan Eommanya

“kondisinya sudah lebih baik. Tapi dia belum stabil. Sepertinya dia mulai melemah sejak pemindahannya dari Amerika. Tapi kami akan melakukan yang terbaik”

“apa dia lebih baik dirawat di Korea? Eomma, kau bawa saja hyung kembali ke Amerika. Nee?”

Chanyeol memandang eomma-nya dengan tatapan memohon

“nee, mari kita bicara di ruangan saya”

Dokter itu mengisyaratkan Chanyeol dan Eomma-nya untuk berjalan mengikutinya.

 

“Eomma, aku akan ikut ke Amerika bersama hyung”

Chanyeol berbisik di telinga eomma-nya.

 

***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK