"Good Morning.."
Seseorang yang ternyata sudah berdiri di depan Jin Ah menyapanya. Jin Ah sudah bisa mengenal pemilik suara itu. Jae Hyun, ya, anak lelaki menyebalkan itu.
"Wae?"
Jin Ah menjawab sapaan Jae Hyun dengan malas.
"Aku mau menagih hutang"
Jae Hyun berdiri dengan santai di depan Jin Ah dengan kedua tangan yang di masukkan ke saku celananya. Dia berdiri duduk di meja depan Jin Ah dan menyilangkan kakinya.
Postur tubuhnya yang bagus dan wajahnya yang tampan memang membuat Jae Hyun populer di sekolahnya. Sepertinya dia juga sudah mempunyai fans club disini. Gayanya yang keren dan sifatnya yang cool membuat anak perempuan yang melihatnya pasti tertarik. Tapi tidak dengan Jin Ah, dia bahkan memberi tatapan aneh pada Jae Hyun ketika semua orang menganggapnya keren.
"Shireo, aku tidak mau makan bersamamu. apa ku tidak lihat kalau kakiku sakit?"
"Aku tidak mengajakmu makan, kenapa kau ge.er sekali?"
Jae Hyun membalas perkataan Jin Ah dengan tatapan mengejek. Jin Ah seketika menunjukkan raut wajah sebal pada Jae Hyun
Jae Hyun tiba-tiba mengambil handphone Jin Ah yang tergeletak di meja. Dia mengetikkan sesuatu disana dengan cepat, kemudian mengembalikan lagi handphone Jin Ah di meja. Jin Ah yang cuma bisa melongo melihat Jae Hyun kemudian mengambil handphonenya dan memeriksa perbuatan Jae Hyun.
Jae Hyun lalu berjalan keluar dari kelas Jin Ah. Dia berjalan dengan tangan kirinya yang masih di saku dan tangan kanannya yang memegang handphone.
--1 New Message--
*Simpan nomorku di handphonemu. Awas saja kalau kau masih bertanya siapa ketika aku menelfonmu. Jae Hyun*
"Igie Myowaa"
Jin Ah memandangi layar handponenya dan langsung melihat ke arah Jae Hyun yang melambaikan tangannya dengan badan yang masih menghadap ke depan.
***
*Kamu dimana? aku sudah masuk sekolah hari ini*
--Message Sent--
--1 New Message--
*Di ruang OSIS. Araa, aku sudah melihatmu berjalan dengan Baekhyun tadi*
"Lalu kenapa kau tidak kesini kalau sudah melihatku tadi"
Jin Ah bergumam sambil memegangi layar ponselnya seakan mengajak ponselnya itu berbicara.
"YA! MICHEOSEO??"
seseorang berbicara dengan lantang tepat di telinga Jin Ah
"Ya! Lizzy-ah. Gendang telingaku bisa pecah gara-gara suara cemprengmu itu"
Jin Ah meniup-niup genggaman tangannya dan kemudian menempelkannya di telinga.
"Aku tadi lihat Jae Hyun oppa keluar dari kelas ini. Apa dia mengganggumu lagi?"
"Emm, dia bilang mau menagih hutangnya, dia mencuri nomer handphoneku tadi"
"Ahh jinjja? wah daebak, kau mendapatkan nomer handphone orang paling keren di sekolah"
"MWO? apanya yang keren. kau sudah rabun mungkin"
Jin Ah membuka tasnya dan mengeluarkan buku pelajarannya. Dia mencoba menghindari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan di lontarkan Lizzy tentang Jae Hyun.
***
Angin berhembus mengenai wajah Jin Ah. Rambutnya terbang ke arah belakang mengikuti arah angin. Kedua tangannya direntangkan kesamping, rasanya ingin bertarung dengan angin yang menghempas wajah dan kedua tangannya.Jin Ah tersenyum ketika angin mulai masuk ke dalam telinganya. Dia memajamkan mata.
Jin Ah menikmati perasaan ini. Kupu-kupu yang ada diperutnya terus menari seirama dengan suara derap kaki yang di dengarnya. Semakin cepat derap kaki yang di dengarnya, semakin banyak juga kupu-kupu yang menari dalam perutnya. Jin Ah membuang nafasnya panjang.
“Noona gwaenchana? apa kakimu sakit?”
Tanya Chanyeol sambil trus berlari. Dia menoleh sebentar kepada Jin Ah yang sedang di gendongnya. Jin Ah menjawabnya hanya dengan senyuman dan menggelengkan kepalanya.
“Palli, palli Chanyeol-ah! anjingnya semakin dekat..”
“Arasseo noona, pegangan yang kuat..”
Chanyeol kembali mempercepat langkahnya. Dia kembali berlari tanpa menoleh kebelakang lagi. Jin Ah tidak bisa merasakan degup jantung Chanyeol. Dia terus menyuruh Chanyeol untuk berlari padahal anjing yang mengejarnya tadi sudah tidak terlihat ketika dia menoleh tadi. Jin Ah tertawa senang, dia mengelabui Chanyeol yang terus berlari membawanya.
“Noona, apa anjingnya masih mengejar?”
Chanyeol bertanya dengan masih terus berlari
“Ani”
Jin Ah menjawab singkat sambil tertawa terbahak-bahak
“Jinjja?”
Chanyeol yang tidak percaya masih terus berlari
“Jinjjaru”
Chanyeol akhirnya menghentikan langkahnya. Dia masih menggendong Jin Ah di punggungnya.
“Noona gwaenchana?”
“Emm, gwaenchana”
Jin Ah masih menjawab pertanyaan Chanyeol dengan tertawa.
“Wae noona? kenapa kau tertawa terus? apa tadi itu menyenangkan? tahukah kamu kalau anjing yang mengejar kita itu anjing liar? kalau dia menggigit kita bisa jadi penyakit.”
Chanyeol berkata dengan nafas terengah-engah. Dia belum menurunkan Jin Ah dari punggungnya. Chanyeol berjalan menuju kursi yang ada di depannya. Perlahan-lahan dia menurukan Jin Ah dari punggungnya. Kemudian dia melepas jaketnya dan menutupi kaki Jin Ah yang menggunakan rok pendek.
“Nonna, mulai sekarang kau tidak boleh dekat-dekat dengan anjing liar seperti itu. Noona tidak boleh memegang setiap anjing yang noona temui”
Chanyeol masih bicara dengan nafas terengah-engah. Dia masih belum bisa mengontrol nafasnya. Jin Ah tertawa melihat Chanyeol ketika itu. Matanya Chanyeol mulai bersinar.
“Tapi dia lucu, lagi pula dia tidak akan menggigit kita”
“Bagaimana noona tau kalau dia tidak akan menggigit kita? buktinya dia mengejar kita sampai kesini?”
Jin Ah mulai tertawa lagi, dia memegangi perutnya yang mulai sakit karena tertawa
“Ani, dia tidak mengejar kita sejauh ini. Aku rasa dia hanya mengejar kita sejauh 10 meter”
“Ah jinjja? jadi noona mengerjaiku? Ahh noonaaaa..”
Chanyeol menunjukkan wajah cemberutnya pada Jin Ah
“Mian, habis kau lucu sekali Chanyeol-ah” Jin Ah berusaha menghentika tawanya ketika melihat ekspresi sebal Chanyeol “Ya Chanyeol-ah apa kau marah?”
“….”
“Chanyeol-ah”
Ekspresi Jin Ah berubah menjadi khawatir, dia menolehkan wajahnya ke arah Chanyeol. Tapi Chanyeol tetap diam.
“Chanyeol-ah mianhae. Oh?”
“…”
“Ah mianhae Chanyeol-ah, sini aku pijat kakimu yang capek”
Jin Ah mengulurkan tangannya ke arah Chanyeol mencoba meraih lututnya
“Shireo..”
Chanyeol meraih tangan Jin Ah dan memegangnya dengan kuat. Dia mendekatkan tubuhnya ke Jin Ah. Hal itu membuat Jin Ah terkejut dan memasang wajah bertanya-tanya.
“Shireo, aku tidak mau memaafkan noona”
Chanyeol melepaskan tangan Jin Ah. Jin Ah mencoba menetralkan ekspresinya dan bertanya lagi pada Chanyeol.
“Wae?”
“Aku tidak mau memaafkan noona karena aku tidak marah”
Chanyeol menjawab dan tersenyum nakal ke arah Jin Ah.
“Ah, mwoeya.. kau menakutiku”
Jin Ah membuang nafas dengan berat, dia sedikit lega dengan perkataan Chanyeol.
Sedikit, ya karna memang ketika Chanyeol mendekatkan tubuhnya ke arahnya, kepala Jin Ah dipenuhi berbagai macam fikiran "Ah, apa dia benar-benar marah? Kenapa dia mendekatkan tubuhnya padaku? Kenapa dia menatapku begitu? Apa dia akan mengungkapkan perasaannya?" Fikiran Jin Ah berharap Chanyeol akan mengungkapkan perasaannya saat itu. Saat-saat yang paling ditunggunya sampai saat ini.
"Noona, apa aku mengatakan sesuatu yang menyebalkan? Ekspresimu itu muncul lagi" Chanyeol bertanya pada Jin Ah yang sedang memasang ekspresi sebal. Chanyeol tertawa melihat ekspresinya itu
Jin Ah tidak menjawab pertanyaan Chanyeol, dia masih memasang wajah sebalnya
"Noona, kau sangat lucu dengan ekspresimu itu, aku selalu suka wajah itu. jongmal kiyopta"
Perkataan Chanyeol membuat darahnya kembali naik ke wajahnya. Dia menatap mata Chanyeol, mencoba memeriksa sinar yang biasanya tampak dari mata itu ketika dia bersungguh-sungguh.
"Noona chowayo, jongmal chowayo. Aku suka ketika noona membalas pesanku, Aku suka ketika noona berjalan di sampingku, Aku suka ketika noona menatap mataku, seperti sekarang ini"
Kupu-kupu kembali berterbangan di dalam perut Jin Ah. Tetapi mulutnya seperti terkunci, dia tidak bisa menjawab perkataan Chanyeol.
***
Jin Ah masih belum membuka suaranya, mulutnya masih terkunci setelah mendengar pernyataan Chanyeol barusan. "oetokkae? wae? kenapa sekarang malah aku tidak bisa menjawab? bukankah ini yang aku tunggu? Myeong Soo-ah oetokkae?"
"Mianhae noona, tapi aku sudah lama ingin mengatakan ini padamu, maaf kalau membuat noona tidak nyaman"
Chanyeol melanjutkan lagi, raut wajahnya mulai berubah.
Jin Ah belum bisa membuka mulutnya, sekarang dia mengalihkan pandangannya dari Chanyeol, Jin Ah tidak berani lagi menatap matanya. Jin Ah menundukkan kepalanya, matanya beralih pada jaket Chanyeol yang ada di pangkuannya.
Jin Ah benci perasaan ini, perasaan bersalah ketika Chanyeol melakukan ini. Fikirannya selalu dipenuhi oleh perasaannya pada Myeong Soo. Perasaan itu selalu datang ketika dia menatap mata Chanyeol saat mengatakannya.
"Noona, andhwae, kau tidak boleh menangis lagi" Chanyeol melihat tetesan air yang turun ke pipi Jin Ah "Aku tidak suka melihat noona menangis, seperti waktu itu. Mianhae noona, aku tidak akan mengatakan hal seperti ini lagi padamu"
Chanyeol menatap wajah Jin Ah, air mata di pipi Jin Ah turun lebih deras setelah dia mengatakan itu. Ingin rasanya Chanyeol memeluk tubuh Jin Ah, tapi Chanyeol memilih diam. Dia jadi salah tingkah, tidak tau harus melakukan apa.
Chanyeol bertanya-tanya dalam hati, kenapa Jin Ah menangis. Kenapa Jin Ah menangis ketika Chanyeol mengungkapkan perasaanya pada Jin Ah. Apa Jin Ah tidak menyukainya? atau dia sedang memikirkan sesuatu yang lain? Kepala Chanyeol dipenuhi banyak pertanyaan yang membuatnya memilih diam, menunggu Jin Ah membuka suaranya.
Akhirnya Jin Ah menghentikan tangisnya, tetapi matanya masih menghindar dari tatapan Chanyeol,. "Kenapa kau tiba-tiba masuk dalam fikiranku? Wae Myeong Soo-ah? apa kau tidak suka?" Jin Ah menggigit bibir bawahnya, mencoba membendung tangisnya lagi.
"Gwaenchana noona, kau tidak harus menjawabku sekarang"
Chanyeol mendekati Jin Ah, dia menyelipkan rambut Jin Ah ke belakang telinganya. "Apa noona mau kuantar pulang sekarang?" Chanyeol melanjutkan lagi sambil mengusapkan tangannya ke pipi Jin Ah yang basah. Jin Ah mengangukkan kepalanya pelan tanpa melihat ke arah Chanyeol.
Chanyeol berdiri dari tempatnya, dia mengambil jaketnya yang ada di pangkuan Jin Ah. Chanyeol mengikatkan Jaketnya ke pinggang Jin Ah. Kemudian dia membungkukkan badannya dan mulai menggendong Jin Ah membawanya berjalan pulang.
"Mianhae Chanyeol-ah"
Jin Ah mengatakannya tepat di telinga Chanyeol. Chanyeol menjawabnya dengan bergumam pelan dan memperlihatkan senyumannya pada Jin Ah dengan menolehkan kepalanya. Sore itu sangat membingungkan bagi mereka berdua. Bagi Jin Ah yang bingung dengan fikirannya yang tiba-tiba dipenuhi oleh Myeong Soo ketika Chanyeol mengatakan dia menyukainya, juga bagi Chanyeol yang bingung akan reaksi Jin Ah yang tidak bisa diartikannya ketika dia mengungkapkan perasaannya.
***
"Myeong Soo-ah"
"Hmm?"
"Chanyeol menyatakan perasaannya padaku"
"Ara, kau sudah bilang padaku lewat pesan tadi"
"Kau belum memberi pendapatmu"
Jin Ah menatap wajah Myeong Soo yang terlihat sedang memejamkan matanya, salah satu telinganya disumpalnya dengan earphone. Tangannya dilipat diatas dada. Kaos warna putih yang di kenakannya malam ini membuat wajahnya terlihat lebih terang dari biasanya.
"Kau mau aku mengatakan apa?"
Myeong Soo menjawab Jin Ah tanpa membuka matanya yang terpejam
"Myeong Soo-ah.."
"Apa dia memintamu jadi pacarnya? Apa kau menerimanya?"
"Ani, dia cuma mengatakan dia menyukaiku"
"Kau menjawab apa?"
"Aku tidak menjawab apa-apa. Kau tiba-tiba masuk dalam fikiranku. Aku tidak bisa menjawab apa-apa"
Myeong Soo tidak menjawab perkataan Jin Ah. Dia tetap memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya pada kursi taman itu.
"Apa aku benar-benar tidak boleh menunggumu?"
"Andhwae"
"Apa kau benar-benar tidak akan kembali?"
"Moella, aku juga tidak tau"
Jin Ah mulai memejamkan matanya, kali ini dia ikut menyandarkan tubuhnya di kursi taman.
"Kau harus kembali" ujar Jin Ah lagi. Myeong Soo tidak menjawabnya. Mereka diam dalam keheningan. Jin Ah bisa mendengarkan lagu yang didengarkan Myeong Soo dalam keheningan ini. Myeong Soo memutar lagu 'LeeSsang-Tears' dan memutarnya berulang-ulang.
"Myeong Soo-ah"
"Hmm"
"Kenapa waktu itu, di penyebrangan jalan kau menggandeng tangannku dan kemudian melepaskannya?"
"Mianhae Jin Ah-ya"
Jin Ah diam sejenak, dia mulai mengatur suaranya yang mulai terdengar lirih
"Kau harusnya mengajakku bersamamu, aku fikir ketika kau menggenggam tanganku, kau mau mengajakku"
Jin Ah tidak bisa mengontrol suaranya, kali ini dia terdengar sangat parau
"Aku sangat ingin bersamamu Jin ah-ya. Sangat ingin. Kau jangan mengira kalau cuma kau saja yang berfikir hidupmu sangat menyedihkan. Apa kau tidak berfikir kalau aku lebih menyedihkan? aku yang lebih menyedihkan. Jangan pernah bilang padaku lagi kalau aku harus mengajakmu. Ara??"
Jin Ah tidak menjawab, dadanya yang daritadi sudah terasa sesak akhirnya bertambah sesak. Pipinya terasa hangat karena air mata. Jin Ah tetap memejamkan matanya.
Tangan kiri Myeong Soo yang yang semula terlipat di dada kini sedang menggenggam tangan Jin Ah. Tangan kanannya di sandarkan di wajahnya untuk menutupi kedua matanya, Myeong Soo menutupi air matanya, dia menangis dan masih memejamkan matanya.
***