home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Moonlight

Moonlight

Share:
Published : 05 Sep 2014, Updated : 17 Dec 2014
Cast : Oh Sehun, Jiyeon Kim, Cha Sooyoung, Do Kyung So, Kim Jongin
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |34964 Views |5 Loves
Moonlight
CHAPTER 7 : Memories

          Pagi yang cerah dan waktu sudah menunjukkan jam enam. Hari ini, Jiyeon bersama Rayoseongsanim, Bibi Hida dan Hyeolin akan berangkat menuju Busan. Persiapan dari jam 5 membuat mereka sedikit kewalahan melihat Hyeolin masih tertidur pulas. Bahkan, Jiyeon ikut membantu membangunkan Hyeolin yang akhirnya bangun. Hyeolin ingin Jiyeonlah yang membantunya saat menggunakan pakaian. Meskipun ada satu hari untuk mereka bisa berlibur, mereka semua sangat bersemangat bisa melakukan perjalanan menuju Busan.

            “Kajjaaa, kencangkan sabuk pengaman kalian ya.” Rayo mengingatkan merka akan menggunakan sabuk pengaman. Jiyeon bersama Hyeolin, anak dari Rayo dan Hida duduk manis tampak tersenyum melihatnya saat ia membuka ponselnya.

            “Eonni~ wae geure? “ dengan lucunya anak kecil berumur lima tahun bertanya padanya.

            “Ah, aku sedang membaca pesan dari seseorang. Hm..” ia melihat kantong berisi cake yang ia beli kemari. “Ini, bopgo~” ia memberikan kue itu kepada Hyeolin. “Gomapsibnida~ eonni.” Ia langsung mengambil kue itu dari tangan Jiyeon.

            Malam kemarin, mustinya menjadi hal yang tak pernah ia lupakan. Ia masih ingat, saat Sehun meneleponnya dan menanyakan kabar mereka masing-masing. Keduanya juga sedang tidak enak badan. Apakah ini sebuah kebetulan atau tidak? Itu semua sudah menjadi jalannya sendiri. Setelah Rayo dan Hida keluar ari rumahnya, Sehun masih meneleponnya dan berhenti sejenak untuk berbicara.

            “Yeobseo, kau masih disana?”

            “Ah, ne. aku disini. Manajermu datang?”

            “Ye, dia mengingatkanku akan jadwal besok.” Malam itu Jiyeon kembali kekamarnya dan berbaring dikasurnya. Saat bersamaan, Sehun masih berbaring diatas kasur dan mencoba duduk dan bersandar dengan bantalnya.

            Obrolan antar merekapun sempat terhenti, entah kenapa tidak ada topik yang dibicarakan saat itu. Sehun menelepon Jiyeon hanya ingin mendengar suara yang selalu ia rindukan. Jiyeon sendiri hanya ingin melapiaskan rasa kerinduannya setelah Sehun lebih dulu meneleponnya. Rasa canggung itu kembali terasa, mereka serentak mengatakan hal yang sama. “Oh ya?”

            “Kau duluan.” Jiyeon mempersilahkan Sehun untuk berbicara lebih dahulu.

            “Sepertinya, aku harus mengatakan ini.” Alih-alih Sehun untuk menjebak Jiyeon pun melaju satu tingkat.

            “Apa itu?” refleks, kalimat itu terucap dan membuatnya semakin penasaran.

            “Penasaran ya? Aku belum mau bilang, gimana dong? Haha.” Tawa Sehun itu membuat Jiyeon kesal dan semakin kesal mungkin tingkat kecerewetannya semakin maksimum. Tawa Sehun terus terdengar dari pembicaraan telepon itu.

            “Jiyeon-a, kau masih sama ketika aku mengganggumu, mengancammu, dan lainnya. Mian, aku ingin dengar ekspresi kekesalamu saja.”

            “Kau ini, mungkin seharusnya aku tak bertemu denganmu kalau pada akhirnya kau membuatku kesal.” Jiyeon nyeringai tanpa ada yang harus ditutupi. Perubahan itu sangat terasa oleh Sehun, Jiyeon menjadi pribadi yang terbuka dengan apa yang ada disekitarnya dan kali ini bisa dibilang, inilah sosok Jiyeon yang laing ia tunggu.

            Laju mobil semakit lambat, ini pertanda bandara sudah dekat, segera Jiyeon merapikan isi tasnya berukuran sedang dan langsung ia sandang di punggungnya. Ia mengecek kembali apakah barang bawaannya tiah tertinggal dalam mobil. Sampai didepan bandara, Jiyeon, Hyeolin dan Hida turun sementara Rayo mengurus penitipan mobil di bandara. Mereka masuk membawa koper berukuran sedang an menelusuri ruang bandara ke ruang tunggu.

            “Yeobseo?” Jiyeon menerima panggilan dari seseorang.

            “Ne, aku sudah sampai kalian dimana sekarang?” Do meneleponnya saat dirinya baru saja duduk diruang tunggu.

            “Ne, aku diruang tunggu, menunggu Rayo seongsanim mengurus penitipan mobil di bandara.”…”Ne, palli wa~.”

            “Duguya, Jiyeon-a?” Bibi Hida yang berada disampingnya pun penasaran, siapa yang meneleponnya pagi ini.

            “Do-ssi bi, teman-temanku juga ikut ke Busan hari ini. Kita akan berlibur bersama!”

            “Jinjjayo? Kalau begini, bibi juga tak perlu mengkhawatirkanmu. Untung bibi bawa yang satu ini.” Ia memegang pundak putri kecilnya itu dan tersenyum satu sama lain.

            “Bibi, selagi ada waktu sehari kan untuk berlibur, dan saat aku kerja nanti kan bibi bisa menikmati liburan bersama mereka.”

            “Geure, gomawoyo~” Bibi Hida melihat rasa tulus dari hati Jiyeon mengajaknya pergi bersama. Hida sangat senang, melihat keponakannya kini lebih bersikap dewasa, meiha perubahan Jiyeon yang sangat terbuka ketimbang saat ia dulu menjadi pembelajaran sendiri baginya untuk membimbing anak semata wayangnya ini.

            “Jiyeon-a!” Sooyoung memanggilnya dari arah pintu masuk bandara.

            “Wahh~ kalian sudah siap?” Jiyeon melihat dan mengecek semua teman-temannya dibandara, kecuali Sehun.

            Tak lama, Rayo masuk kebandara dan suasana semakin heboh ketika Rayo ikut serta menyapa teman-teman Jiyeon. Sooyoung, Do dan Kai sudah siap untuk keberangkatan ke Busan yang akan mnempuh lebih kurang 1 jam setengah dalam penerbangnya. Segera, mereka melakukan check in dan membawa barang bawaan masing masing. Tepat jam 8 pagi, pesawat take off dan siap menikamati liburan dan pekerjaan di Busan.

***

             Pagi itu, Sehun dan Manajer Kim sedang bersiap-siap untuk keberangkatan ke Busan. Mobil sudah disiapkan, kondisi dan hal lainnya sudah dicheck lebih dulu. Tas dan barang bawaan lainnya diangkut dan dimasukkan kedalam bagasi mobil. Hanya ada tiga orang dalam mobil itu, Sehun, Manajer Kim dan sopir pribadinya.

            Tepat pukul 8 pagi, mereka memulai perjalanan menuju Busan lebih kurang 4 jam dari Seoul. Kondisi fisik Sehun saat ini sudah memabaik dari sebelumnya. Ia sudah melupakan masalah itu, dan mencoba memfokuskan diri dengan pekerjaan besok.

            Pemandangan di Busan yang cerah, langit biru, awan putih terus bergerak tanpa batas. Setelah melewati dua jam perjalanan menggunakan pesawat, Jiyeon sepertinya ingin me;anjutkan liburannya bersama teman-temannya.

            “Hah! Indahnyaaa.” Langkah kaki mereka terhenti di pantai yang tak jauh dari hotel yang mereka inap. Jiyeon langsung membuka sandal dan berlari sampai tepi pantai itu.

            “Lihatlah dia, betapa senangnya ia hari ini.” Do terus melihat Jiyeon yang asyik bermain ombak dengan sendirinya.

            “Kau kira hanya dia, kita juga senang hari ini.” Kai menyahut tanpa ada merespon balasnnya setelah itu. Mereka menikmati udara dan cerahnya langit Busan saat ini. Ada beberapa pelayan yang menawarkan menyajikan makanan dari hotel yang mereka inap, segera Sooyoung memesan minuman untuk ketiga temannya dan cemilan yang mungkin bisa menemani hari libur mereka.

            Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mobil berwarna hitam metalic itu berjalan menuju hotel yang sudah dipesan oleh sepupunya, Donghae. Ia membuka pintu secara perlahan dan keluar seraya merenggangkan otot-otot yang kaku setelah duduk dalam waktu yang lama. Ia mengambil tas sandangnya dan masuk menuju lobby hotel.

            “Hyung!” Sehun menyapa Donghae dimeja resepsionis. Gaya casual itu terus melekat dalam diri Donghae, ketampanan dan kebaikan donghae selalu menjadi perhatian banyak orang yang tak akan pernah habisnya dipuji oleh banyak orang.

            “Sehun-a. syukurlah kamu bisa sampai tepat waktu.” Lelaki itu mengambil kunci hotel dan menyerahkan kunci itu pda Sehun. “Ini kunci kamarmu, dan lakukanlah kegiatan sesuka hatimu menjelang pemotretan dimulai. Kau paham?” Sehun mengangguk dan tersenyum puas bisa bertemu dengan sepupunya itu. Setelah berpamitan dengan Donghae, ia berjalan menuju lift dan menekan tombol 7 yang ada dalam lift dan pintu lift tertutup secara otomatis.

            Sinar matahari menjelang siang semakin menyengat, Jiyeon kembali ke tenda dimana tema-temannya sedang beristirahat. Satu demi satu dari mereka dijahili oleh Jiyeon, dan kala itu tidur mereka semakin nyenyak dengan suara dentuman obang dan angin yang sepoi membuat mereka bertika tertidur pulas. “YAAA!!!!” terikan Jiyeon itu membuat salah satu dari mereka terkejut sampai terjatuh dari tempat duduk itu.

            “Hoel!” Kai menyeringai tak percaya dengan suara yang begitu kencang keluar dari mulut Jiyeon. Ia hanya bisa tertawa kecil setelah reaksi Kai yang begitu berlebihan saat ia membangunkannya.

            “Kau membuat kami terkejut, Jiyeon-a.” Sooyoung membuka  kacamatanya dan melihat Jiyeon sudah ada didepan matanya. “Hoel, kalian sangat menikmati liburan di Busan ya, dengan panas seterik ini kalian masih bisa tertidur? Come on guys, wake up! Waktunya makan siangggg!!!” Jiyeon melambaikan tangan untuk mengajak ketiga temannya itu makan siang yang tak jauh dari tenda yang mereka kunjungi. Segera, langkah kaki mereka mengikuti Jiyeon yang sudah lebih dulu sampai di salah satu restoran seafood. Udara dari angin yang berhembus dari arah laut membuat restoran ini menjadi daya tarik utama bagi pengunjung untuk mencicipi hidangan laut yang tersaji direstoran itu. Maksn siang hari ini menjadi lebih hidup ketika antar mereka saling berbagi cerita tentang kesibukan mereka saat ini.

            Sisi lain, Sehun masih berada didalam hotel. Entah kenapa, ia masih malas untuk keluar dari kamar hotel itu. Belum lagi, cuaca diluar sana semakin terik yang membuatnya semakin malas untuk melangkah keluar dari hotel. Ia berpikir sejenak dan membuka ponsel yang berada disebelah kirinya.

            “Kau dimana?” send~ ia menggunakan aplikasi Line untuk menghubungi Kai saat ini.

            Belum lama ia mengirimkan pesan itu, Kai membalas pesan itu.

            “Di Busan, wae? Kau dimana? Kau sudah mulai kerja hari ini?”

            “Jadwal pemotretanku besok. Kau di Busan? Serius?”

            Menunggu selama satu menit, Kai belum juga membalas pesan darinya. ia terus mengirim pesan untuk memastikan apakah Kai benar-benar berada di Busan. Ia mengecheck twitter dan instagram milik Kai , tak satupun momen yang ia dapatkan.

            “Aku berlibur dengan teman-teman yang lain. Jiyeon yang mengajak kami, disini ia sedang ada pekerjaan. Dan besok ia sudah mulai kerja. Kau dimana?” pesan dari Kai yang baru saja ia baca meyakinkan Sehun untuk menemui mereka segera.

            “Kalian dimana, aku di Busan juga hari ini. Kau dimana?”

            “Jinjja? Ya, aku kira kau ada pekerjaan di Seoul, ternyata kau disini. Kemarilah, ada restoran seafood dekat pantai. Kami sedang makan disini. Aku tunggu.” Ia membaca pesan itu dan mengambil jaket yang ada diatas sofa, tepat menghadap di teras hotel itu. Ia berjalan keluar dan mengunci pintu hotel dan bergegas jalan menuju restoran yang dituju.

                Siang itu, menjadi makan siang tak terduga. Mengapa tidak, sajian makan seafood yang menjadi handalan direstoran itu menjadi gempar ketika salah satu meja memesan begitu banyak makanan. Meja yang disediakan pun harus menambah meja kecil yangbtak jauh dari meja yang mereka singgahi. Kali ini, makanan seafood menggoda bagi semua orang yang mendatangi restoran itu

               "Wah, daebak. Inikah makanan kita hari ini? Harusnya kau lebih banyak mempersiapkan kantong perutmu." Sooyoung membelangak ketika semua makanan sudah tersaji didepan matanya. Jiyeon hanya ketawa kecil melihat respon teman-temannya yang terbiasa terlalu berlebihan ketika sudah melihat makanan tersaji.

              "Seharusnya, restoran ini membuat meja begitu besar untuk bisa memuat makanan ini." lagi-lagi Do memperhatikan satu demi satu makanan yang tersaji diatas meja itu. Nampaknya, Kai pun juga tak sabar untuk mencicipi makanan yang sudah dipesan.

               "Dimana Sehun?" bisikan kecil dari mulut Kai terdengar oleh Jiyeon.

               "Sehun?"

             "Kau tak tau kalau dia ada pemotretan di Busan?" Jiyeon sama sekali tak mengetahui, apalagi Sehun tak memberitahunya.

                "Iya, aku baru tau tadi. Saat ia menghubungiku tadi." lanjut Kai.

               "Kapan? Sejak kapan dia disini?" Sooyoung akhirnya buka suara setelah melahap makanan yang ada didepannya.

              "Barusan dia sampai, dan dia... Ah itu dia." langkah kaki Sehun yang cepat langsung menghanpiri meja mereka dan duduk disamping Kai. Jiyeon yang berada disamping Kai terkejut dengan kehadiran Sehun yang begitu mendadak sudah berada disamping kiri Kai. Ia kembali melahap makanannya dan mencoba tenang ketika berhadapan dengan Sehun.

            Semua makanan didalam piring itu habis tanpa sisa, Kai mengelus perutnya karena kekenyangan. Do dan Sooyoung berjalan menuju kasir untuk membayar tagihan makan siang itu. Sehun dan Jiyeon lagi-lagi terdiam tanpa ada sepatah kata apapun. Ia mencoba berdiri dan berjalan ke arah kasir. Sehun hanya melihat Jiyeon tanpa ada reaksi untuk memanggilnya.

            “Sehun-a!” dari arah belakang, ia mendengar seorang wanita memanggilnya. “Jiyeon?”

            “Hah, kau begitu cepat berjalan.” Jiyeon memanggil Sehun lalu berlari dimana Sehun berdiri. Ia sadar, ia begitu cuek padanya.

            “Kau ada pemotretan? Kenapa kau tak bilang padaku, kalau kau melakukan pemotretan di Busan?” dengan serius Jiyeon menanyakan hal itu pada Sehun. Langkah demi langkah yang mereka lalu, Sehun menemukan sebuah kursi dan arah pemandangan ke laut. Ia mempersilahkan Jiyeon untuk duduk sembari menikmati angin laut yang terus berhembus kencang.

            “Ah itu rupanya. Mian, aku tak tau kalau kau juga ada pekerjaan disini. Apa kau fotografernya?” Sehun membalikkan badannya mengarah ke sebalah kiri. Jiyeon terkejud dengan reaksi Sehun yang berlebihan itu.

            “Iya, kaulah modelnya. Aku baru tau saat Rayo-ssi mengatakan kaulah model kali ini.” Cetus Jiyeon.

            Mereka sama-sama tiak tahu akan terjadi seperti ini. Dari kejauhan, Donghae melihat Sehun dan Jiyeon sedang berbicara serius dan terdengar satu hal bahwa mereka tidak tahu akan bekerja sama dalam proyeknya. Ia terus tersenyum bisa mengembalikan hubungan Sehun dan Jiyeon setelah enam tahun berpisah.

            “Malam ini, kau bisa keluar? Ada pekerjaan?”

            “Ani, waeyo?” Jiyeon cepat merespon pertanyaan dari Sehun yang bisa dibilang sudah terpikir lama saat perbincangan serius mereka tadi.

            “Aku akan mengajakmu menikmati pasar malam yang ada didekat hotel.” Ia menunjuk arah pasar malam itu pada Jiyeon. “Baiklah.” Jiyeon mengangguk dan memastikan dirinya tidak ada kegiatan lain yang akan dikerjakan malam ini.

***

           Seseorang menekan tombol GF yang pertanda akan menuju ke lobby hotel. Lelaki itu memerhatikan jam dan mencoba tenang ketika orang disekitarnya mengenali dirinya. Ia tersenyum dan memberi hormat pada wanita yang ada didekatnya itu. Lift sudah berhenti di lantai dasar, ia segera keluar dan berjalan menuju teras hotel dan melihat langit begitu sangat indah malam itu. Bulan dan bintang menyinari gelap langit malam yang memlili pertanda khusus bagi Sehun. “Semoga, malam ini menjadi malam yang paling indah buat kami.”

            Tak lama, seorang wanita menggunakan kaos abu-abu lengan panjang dan celana jeans longgar berjalan menghampiri Sehun.

            “Kau rupanya.” Sehun menyapanya lebih dulu dan melihat Jiyeon dari kepala sampai ujung kaki. “Kau kenapa memandangku begitu?”

            “Ah, gwenchana. Sudah siap? Lets go!” Sehun menarik tangan Jiyeon dan berlari menuju sepeda yang sudah ia sewa tadi sore. Ia mebawa sepeda itu dan meyuruh Jiyeon untuk duduk dibelakangnya. Laju sepeda semakin terkendali membuat Jiyeon ketakutan dan tanpa sadar sudah memeluk pinggang Sehun dengan erat. Sehun merasakan tangan Jiyeon sudah melingkar dipingganggya. Itu tak membuat Sehun berhenti mempercepat laju sepedanya. Ia mengayuh lebih kencang yang membuat Jiyeon menjerit tanpa lelah. Ia berusaha cepat untuk bisa sampai di pasar malam itu, ia mengerem dengan kedua rem tangan dan berhenti tepat diparkiran sepeda yang sudah disediakan pengelola.

            “Gwenchana?” ia melihat wajah Jiyeon memerah, entah mengapa itu yang membuat Sehun tertawa.

            “Wae? Kau membuat jantungku serasa mau copot aja. Kau berani saat jalan sepi. Pffft.” Keluh Jiyeon.

            Sehun mengabaikan semua perkataan Jiyeon, raut muka Jiyeon kembali berubah karena Sehun tak merespon apa yang ia katakan. Sehun tertawa tanpa henti. ia kembali melihat banyak orang sudah masuk kedalam pasar malam itu.

          “Palli, kita sudah melewatkan banyak waktu.” Sehun kembali menggandeng tangan Jiyeon. Ia tak bisa melepaskan genggaman Sehun saat ini, ia masih merasakan bahwa ia kembali pada masa lalunya bersama Sehun. Pasar malam ini, juga menjadi kenangan baik diantara mereka. Saat mereka pulang dari sekolah, mereka kabur dan berjalan menuju pasar malam. Dengan sigapnya, Sehun terus menggenggam tangannya agar ia tak jauh dari pandangannya. Ia kembali meningan momen itu tanpa sadar, mereka sudah berada di taman buatan yang menjadi daya tarik dalam pasar malam itu.

            “Lihatlah bulan dan bintang hari ini. Sangat indah bukan?” Sehun melihat langit gelap yang disinari cahaya bulan dan bintang itu. Ia kembali memandang langit indah di kota Busan tanpa henti. Saat sebelum ia turun ke lobby, ia sempat melihat bulan dan bintang sangat indah malam ini.

            “Yeppota~ chuaeyo~” kekaguman Jiyeon belum berhenti sampai disitu, kemeriahan pasar malam di Busan membuatnya takjub dan tak bisa berbicara panjang dengan apa yang ia alami hari ini.

            “Besok, kita akan melakukan pekerjaan bersama-sama. semoga berhasil, Jiyeon-a!” Sehun menyemangati Jiyeon yang masih terpana dengan langit malam Busan saat ini. Ia masih mengingat kenangan manis yang selalu diterohkan Sehun didalam hatinya.

            “Kau masih tetap saja menyemangatiku. Kau seharusnya yang aku beri semangat, karena kau modelku.”

            “Kau yang memberikan arahan pada model kan? Kau yang memang berjasa bagi kami untuk membuat seni gambar menjadi menarikperhatian banyak orang. Dengan ketulusan hati dan keikhlasan itulah yang membuat kami bersinar.” Kali ini, tidak satupun kekonyolan keluar dari diri Sehun, keseriusannya dengan pekerjaan dan kehidupannya membuat Jiyeon menambah daftar kebanggaannya pada Sehun. “Aku tahu, kau melalui masa-masa sulit ketika aku harus meninggalkanmu, dan percayalah. Aku takkan lari dari takdir dan rencana Tuhan yang akan diberikan pada umatnya. Jadi, berusahalah!” Jiyeon memberikan senyuman yang luar biasa membuat  hati Sehun semakin tenang.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK