home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Moonlight

Moonlight

Share:
Published : 05 Sep 2014, Updated : 17 Dec 2014
Cast : Oh Sehun, Jiyeon Kim, Cha Sooyoung, Do Kyung So, Kim Jongin
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |34964 Views |5 Loves
Moonlight
CHAPTER 4 : Good Job!

        “Manajer Kim?” dari arah belakang terdengar suara memanggil manajernya. Seperti biasa, saat sampai di lokasi syuting, ia mencari kudapan yang mungkin bisa ia dapat secara gratis. Ia mencari kru dan staff yang sedang lengah dengan makanan yang ia mereka tinggal, ia melihat makanan itu dan mencoba mencari yang lain. “Sehun-ssi? Apa yang kau lakukan?” ada seseorang yang memanggil namanya.

            “Oh, Baekhyunie Hyung, lama tak berjumpa.” Mereka saling bersalaman dan berjalan mencari lokasi yang enak untuk melanjutkan pembicaraan. “Apa yang kau lakukan disini, Hyung?”

            “Ada beberapa pekerjaan yang harus diberesin hari ini. Haha.” Baekhyun seorang penyiar, dan radio tempat ia bekerja tak jauh dari lokasi syutingnya. Tak lama, manajer memangginya untuk persiapan pengambilan gambar di lokasi ke 2. “Hyung, mian aku harus menyelesaikan syutingku. Hoaah.” Ia merasa sangat ngantuk dan mencoba berdiri. “Ne, arraseo~” balasnya.

            Sejak kemarin, Sehun belum kembali kerumah untuk beristirahat. Badannya semakin tak karuan karena kurang tidur. Kembali ia membaca skrip dan membaca lagi adegan apa yang akan dia lakoni. Segera, ia masuk dalam set dan fokus untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

            “Hah, aku lelah, hyung~” Sehun tak dapat menepis kelelahannya. Manajernya itu tak bisa berbuat banyak selain berada disampingnya. “Ini, minum vitamin dulu dan buah yang sudah aku siapkan. Makanlah~”

            “Gomawo, hyung. Kau juga harus makan, makanlah bersamaku.”

            Ketukan pintu itu hampir membuat Sehun terkejut setengah mati, salah satu staff memberi makanan dari fansnya yang beda diluar. Ia mengambil makanan itu tanpa ragu. “Kamsahamnida~”

***

            Pagi ini, Rayo sudah berada diapartemennya, pagi sekali manajer menjemputnya. Bergegas, ia merapikan barang bawaan dan barang penting. Sisi lain, Minseok sedang membuat sarapan pagi. Pagi sekali ia bangun  dikarenakan tidak ada jadwal mengajar. Ia menyiapkan sarapan dan menaruhnya didalam kotak berukuran sedang yang bisa Jihan bawa sampai ditempat kerjanya.

            “Makanlan, jangan lupa untuk memanaskannya lagi.”

            “Baiklah oppa, gomawo. Aku berangkat dulu. Sampai jumpa nanti.” Rayo yang berada dibelakangnya juga berpamitan kepada Minseok. Ia memberi kode kepada Rayo untuk memantau dongsaengnya saat bekerja.

            “Annyeong haseo, Jiyeon-ssi. Silahkan masuk.” Seorang resepsionis memberi salam dan mempersilahkan ia dan manajernya masuk. Ia masuk ke studio 2 dimana tempat kerjanya saat ini. Ruangan itu sangat luas, ia sangat bersyukur, Suho dapan membantunya menyediakan studio yang sesuai dengan keinginannya. Jadwal pemotretan ini akan berjalan sampai siang hari.

            Satu demi satu, model masuk dan menyesuaikan tema yang akan ditampilkan dalam sebuah majalah terkenal di Korea. Lekuk tubuh, gaya dan style setiap model memiliki keunikan tersendiri, ia tanpa lelah terus mengambil foto dan terus memberi arahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa artis ternama juga ikut dalam pemotretan hari ini.

            “Terima kasih, senang bekerjasama dengan anda semua. Terima kasih.” Ucapan itu terlontar saat pemotretan sesi pertama selesai. Ia menunduk dan memberi hormat kesemua staff dan model yang sudah bekerja keras untuk menyelesaikan sesi pertama ini. Sesi kedua, akan dilakukan 15 menit lagi.

            “Rayo seongsanim, bisakah ambilkan minuman itu padaku?” ia menunjuk kearah kulkas besar yang didalamnya ada beberapa minuman kaleng tertata rapi didalamnya. Rayo membawakannya coca cola untuknya untuk melepas dahaga.

            “Ah~ Seongsanim? Makanlah, aku lihat sejak pagi kau belum makan, makanlah makanan yang dibuat oppa. Ia membuat banyak makanan hari ini.” Ia melihat muka Rayo sedikit lemas karena tak satupun makanan masuk dalm mulutnya.

            “Baiklah, aku akan makan demi Jiyeon. Ah, kenapa aku seperti ini?”

            “Demi aku? Ya, Rayo-ssi, kalau kau sakit siapa yang akan ada disampingku, membantuku dan menjadi temanku?” lagi, Jihan mulai mengeluarkan kata maut agar Rayo tetap makan.

            “Haha, arraseo arraseo. Aku akan memanaskan makanan ini, dan kau juga harus makan, Jiyeon-ssi.” Tungkasnya.

***

            Sudah lima belas menit berlalu, belum ada para model datang. Dengan santainya, Jihan masih melahap makanannya tanpa mempedulikan siapapun. Saat ini, hanya dia dan perutnya seang berkonsentrasi untuk memberi energi untuk sesi kedua. Beberapa staff sudah mulai berdatangan. Tetapi beberapa model yang sudah dijadwalkan belum kunjung datang. Sampai akhirnya, makanan sudah ia habiskan, hanya staff yang berada diruangannya saat ini.

            “Chessohamnida, Jiyeon-ssi, ada beberapa dari mereka telat karena sedang dalam perjalanan. Sekitar sepuluh menit mereka akan sampai.” Salah satu staff majalah mendatanginnya dan meminta maaf akan keterlamabatan waktu pemotretan.

            “Baiklah, kamu sesuaikan tema yang diarahkan. Hana, dul, set…” klik! Cahaya lampu studio terus berkedip setiap Jihan mengambil gambar, ia terus mengarahkan model itu untuk menjadi diri sendiri, ada beberapa model melakukannya dengan hanya pura-pura. Memang susah, untuk mengatur mereka, sifat mereka sangatlah beda. Ia tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik dan tidak akan melakukan kesalahan.

            Sudah dua jam lamanya proses pemotretan sesi kedua, semua berjalan dengan lancar. Pekerjaannya sudah selesai, ia merapikan peralatan memotret dan beberapa staff membantunya untuk merapikan studionya.

            “Jiyeon-a, ada telepon.” Manajernya memberikan ponsel itu padanya.

            “Yeobseo, Kai-a.”

            “Ne, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, kau dimana sekarang?”

            “Ah, baiklah, aku akan keluar.”

            Saat ia keluar dari studionya, ia berjalan menuju teras kantor dan melihat Kai sudah menunggunya. Kai mengajak Jihan ke café untuk melepas kepenatan setelah bekerja.

            “Kau ini, berapa lama kau didalam studio?” kali ini Kai lah yang berbuat ulah padanya.

            “Kau saja yang tak mau masuk, apa yang kau tunggu diluar? Haha.”

            “Ini pesanan anda. Selamat menikmati~” pelayan itu membawa pesanan mereka. Jihan masih saja tertawa melihat reaksi Kai yang semakin aneh.

            Seperti inilah, jika Jihan dan Kai bertemu, keduanya sangat akrab satu sama lain. Gaya kekanak-kanakan Kai masih melekat jelas pada diri Kai, ia tak habis pikir dapat berteman dengan pemuda itu. Mungkin ada yang salah dalam dirinya sehingga ia bisa berteman dengannya.

            “Jiyeon-a, kau sudah bertemu dengan Sehun?” Kai kembali menanyakan hal ini kepada Jihan. Awalanya ia tak ingin mengungkit masalah ini. Sebelumnya, Do bercerita pada Kai saat Do dan Jihan berada ditaman. Ia mengerti, sangat sulit bagi mereka untuk bisa bertemu pada saat ini. Kesibukan Sehun tak menentu dan jadwal Jihan yang belum tentu sesuai dengan Sehun, membuat Kai dan Do terus berpikir bagaimana kedua orang ini bisa kembali bertemu. Sayangnya, saat beberapa hari yang lalu, belum sempat ia bertanya, ia mendapatkan kabar dari staff bahwa Sehun masih memiliki rutinitas yang padat pada bulan ini.

            Sungguh diluar dugaan, Jihan kembali ke Korea dan mendapat pekerjaan yang sangat menguntungkan baginya. Menyelesaikan kuliah diumur yang sangat muda dan harus bertanggung jawab akan pekerjaannya membuat dua pemuda ini salut padanya. Kali ini, Kai dan Do berusahan untuk membuat mereka kembali bertemu.

            “Aku tau, kau sangat rindu padanya. Aku harap, kau terus seperti ini. Sabar dan tetap santai, meskipun ini semua sangat berat.” Jihan terkejut dengan apa yang Kai sampaikan.

            “Kau tau, saat Sehun bercerita padaku, yang ia inginkan saat ini adalah bertemu denganmu.”

            “Ini semakin sulit, Kai. Kau dan Do sangat banyak membantuku. Aku tak bisa terus berharap, aku tau ini sulit. Aku harap  kalian jangan terlalu berusaha, mungkin ada waktu yang tepat untuk mempertemukan aku dengan dia.” Suasana mendadak serius. Suasana café juga sangat mendukung bagi mereka untuk saling bercerita.

            “Hah, aku sudah lama menunggu kesempatan ini. Bertemu dengan kalian, ngobrol dan hang out bareng. Aku merindukan itu semua, aku senang, kalian selalu ada dimanapun kalian. Gomawo~” kata-kata tulus itu lagi-lagi keluar dengan indahnya. Seandainya teman yang lain berada bersama mereka, kemungkinan suasana mellow akan semakin kuat dan semakin mereka dekat satu sama lain.

            Sebelum keluar dari café, Kai memberikan paper bag berisi baju kepada Jihan. Baru kali ini, Kai memberi hadiah padanya. “Aaa, nomu kamsahamnida, Kai-a!”

            Menelusuri tatanan toko yang tersusun indah, pemandangan ini kembali ia dapatka. ia bisa beristirahat sejenak sebelum kembali kekantor. Ia membeli makanan dan minuman untuk para staff yang masih berada di studionya.

            “Ini, makanlah.” Ia meletakkan makanan dan minuman diatas meja yang sudah ia siapkan. Para staff datang dan mengambil makanan dan itu satu per satu. Melihat staff dengan lahap makan, ia semakin merasakan kebahagiaan dalam dirinya. “I’m very lucky, you are always besides me.”

***

            “Begitu sulitkah kau mengatakan hal itu saja? Apa kau tak pernah memikirkan hal yang lebih baik daripada menuduh hal yang tak ada buktinya?” kekesalan Sehun menggema seisi ruangan itu. Untuk itu hanyalah berbagai adegan yang ia perankan saat ini. “Cut! Kerja yang sangat bagus Sehun-a.” PD mengakhiri pengambilan gambar, dan hari itu juga hari terakhir syuting bersama kru dan pemain lainnya. Mereka merayakan salam perpisahaan secara suka duka dan beberapa mereka ada yang menangis.

            “Ah, semuanya. Aku berterima kasih sudah membantuku dan bersedia repot denganku. Terima kasih semuanya, aku harap kita bisa bertemu lagi dilain waktu. Kamsahamnida~” ia menunduk dalam salam perpisahan itu. Akhirnya, syuting berakhir, waktunya untuk dirinya lebih banyak beristirahat dan mencari liburan.

            “Sehun-a..” manajer itu sudah berada didepannya.

            “Waeyo?”

            “Ini..” pemuda itu memberi sebuah amplop coklat kepadanya. Ia membuka amplop itu dengan sangat hati-hati.

            “Ke Busan? Dua minggu lagi? Pemotretan?”

            “Iya, kau hanya ada waktu libur hanya dua minggu, setelah itu kau akan melakukan pemotretan bersama staff Haru & One Day.” Manajer itu menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan ia lakukan nantinya.

            “Oke, arraseo. Aku mengerti, hyung. Gomawoyo~”

            “Chankanman~ kita pulang sekarang. Aku rindu sekali dengan kasur. Hoaam.” Mulutnya menganga dan tak bisa menahan kantuk yang terus menghampiri dirinya. Perjalanan malam ini membuatnya cepat tidur dan tetap bisa tidur dimanapun ia berada.

***

            “Kim Minseok-ssi? Ya, Xiumin. Urinmaneyo~” pemuda itu memanggil Minseok saat ia kembali ke rumah. Sekilas, orang itu pernah ia kenal.

            “Ah, Luhan-ya! Kau disini rupanya. Sedang apa kau disini?” Minseok akhirnya mengenali suara pemuda yang memanggilnya sejak tadi.

            “Berjalan, tak ada yang aku lakukan. Hari ini aku masih bisa bebas, sebelum aku masuk kerja.” Tuturnya. “Kau mau kemana?”

            “Aku mau pulang, sekarang aku tinggal bersama Jiyeon disini.” Ia menunjuk kearah apartemen dimana ia tinggal. “Maukah kau mampir? Aku kenalkan Jiyeon padamu, bukannya kau ingin sekali bertemu dengannya?” Minseok mengajak Luhan untuk singgah kerumahnya sebelum Luhan kembali ke kosan. Tanpa berpikir panjang, Luhan mengangguk dan mengikuti Minseok masuk kedalam apartemen.

            “Aku pulang..” Minseok mengajak Luhan masuk dan duduk disofa. “Jihan? Temanku datang menemuimu.” Pada saat itu, Jihan sedang melihat hasil foto yang ia ambil hari ini. Ia mendengar Minseok mengajak berkunjung kerumahnya. Segera ia keluar dari kamar dan melihat pemuda yang menggunkan jaket hitam polos sedang berbicara dengan Minseok.

            “Annyeong, Luhan-ssi. Salam kenal.” Langkah kakinya menuju ruang tamu.

            “Kamu sudah tau kan? Ah, untungnya aku sudah pernah mengenalimu kepadanya. Haha.”

            “Luhan-ssi, makanlah kue itu, selagi belum ada yang memakannya.” Semua itu bermaksud menyindir Minseok yang suka makan dan paling doyan ngunyah.

            “Jiyeon-a, sepertinya kamu sudah punya bakat menyindir orang.” Lagi, Minseok melihat ada keunikan lain pada diri dongsaengnya itu. Mereka serentak tertawa melihat ekspresi Minseok yang semakin kesal.

            “Aku tau, dia memang seperti itu. Saat di Beijing, jangan tanyakan padaku, jawabannya pasti sama.” Luhan tak dapan menahan tawa melihat ekspresi Minseok semakin memerah.

            “Luhan-ssi, bahasa koreamu sangat bagus, kau sudah berusaha baik.” Jihan merasa kagum mendengar setiap kalimat yang dilontarkan Luhan menggunakan bahasa Korea terlihat seperti orang Korea pada umumnya.

            “Oppamu yang mengajariku, makanya aku bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan sini.” Luhan menepuk pundah Minseok. “Luhan juga mengajariku bahasa mandarin, dan sampai saat ini aku tak akan pernah menyesalinya. Itu semua berguna untukku nanti.” Minseok mengingat saat ia baru datang ke Beijing. Saat ia kuliah, Luhan yang juga teman satu kelasnya membantunya belajar bahasa Mandarin, lebih tepatnya mereka saling mengajar bahasa mereka satu sama lain.

            “Oh, begitu rupanya. Minumlah, Luhan-ssi. Selagi hangat.” Kedatangan Luhan malam ini membuat suasana rumah lebih cerah dan lebih hangat. Minseok banyak bercerita tentang Luhan saat ia di Beijing, dan kali ini, Jihan bisa bertemu dengan Luhan yang sudah menetap tinggal di Korea karena tuntutan pekerjaan. Ia seorang model dan sedang menanjaki kepopuleran.

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK