Pintu lift kini terbuka, menampakkan beberapa orang yang ada didalam. Hanya satu orang yang menyita perhatian Nara saat ini.
Ia menatap tak percaya akan pria yang sangat familiar baginya.
“Oppa.. ?”
--------------------------BABY DON’T GO Chapter 9 ------------------------------
Luhan menyodorkan botol air mineral yang berukuran kecil itu kepada Nara yang sedang menunggunya.
“Gomawo oppa~” Kini ia duduk pada kursi kosong yang berada di sebelah Nara. Diminumnya juga air mineral miliknya itu. Suasana menjadi hening sejenak. Keduanya belum ada yang membuka suara saat ini.
“Chukkae~”ucap Luhan yang kini menutup botol minumannya. Kemudian meletakkannya di samping kirinya. Nara menatap Luhan bingung, seolah tak mengerti akan maksud lelaki yang ada disebelahnya itu.
Senyuman kembali menghiasi bibir Luhan, tangannya kini sudah berada di puncak kepala Nara. Diacak-acaknya rambut gadis kecilnya itu. Kebiasaan yang memang sulit dihilangkan sejak dulu.
“Selamat atas pernikahanmu” Sebenarnya sulit untuk mengatakan hal ini kepada Nara. Walaupun saat ini Luhan mencoba untuk tersenyum, hatinya berbalik jauh. Ia memandang gadis kecilnya yang menatapnya sendu ini.
Nara belum membuka suara, walaupun ia merasa lega karena Luhan telah mengetahuinya. Tetap saja perasaan tidak nyaman menyelimutinya. Entah perasaan merasa bersalah ataupun yang lain. Yang jelas ia belum memberitahukan statusnya ini kepada Luhan secara langsung. Mungkin inilah saatnya ia jujur, menceritakan semuanya.
Tangan Nara kini bergerak melepaskan tangan Luhan yang berada di kepalanya. Luhan sedikit terkejut menerima perlakuan ini.
“Nde oppa~, gomawo”jawab Nara dengan senyumannya yang khas. Membuat Luhan menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia benar-benar yakin bahwa perasaannya kepada Nara memang tidak hanya rasa kasih sayang seorang kakak kepada adik. Tapi perasaan antara pria kepada wanita yang di suka pada umumnya.
“Kau bahkan tidak mengundangku ke pernikahanmu”
“Mianhae oppa~, acara itu sangat mendadak. Paman dan bibi yang tahu saja tidak datang melihatku.” Nara kini menunduk, kini ia merasa matanya memanas. Jika mengingat kejadian yang lalu memang sangat menyedihkan baginya. Membuatnya ingin mengeluarkan air mata kembali.
Luhan masih menunggu Nara melanjutkan ucapannya. Sejujurnya ia merasa menyesal sekarang, andai saja dia dapat memutar waktu maka hal ini tidak akan terjadi. “ Kau baik-baik saja ?”Tanya Luhan berhati-hati kepada Nara yang menunduk itu.
“Aku baik-baik saja.”
“Kau menangis ?” Sebenarnya barusan Nara memang menangis, dan kini ia berusaha menyembunyikan hal itu dari Luhan. Tangannya sibuk mengusap kedua matanya yang sedikit berair itu. Ia harus kuat, lagi pula kini dia sudah memiliki keluarga yang sangat mencintainya. Ada Baekhyun yang selalu berada disampingnya. Jadi tak perlu mengingat-ingat masa lalu.
“Aniyo, Mianhae … Aku tak tahu kenapa air mata ini bisa jatuh”
“Kau sangat jelek saat menangis. Sangat jelek.”cibir Luhan kepada Nara.
“Saat kau menangis seperti ini, keriput diwajahmu akan muncul dan wajahmu akan ter-”
“Ya! Oppa!” Ucapan Luhan terhenti karena teriakan Nara tersebut. Tangan Nara memukul bahu pria yang ada disebelahnya itu. Luhan hanya tertawa saat Nara memukulinya itu, ia hanya bercanda tadi.
“Ya! Kenapa kau memukulku!”
Luhan kembali menatap Nara sebentar, wajah gadis kecilnya ini kembali terlihat bahagia. Senyuman tipis kembali menghiasi bibir Luhan. Beberapa lama kemudian Nara mulai menceritakan semuanya. Kebenaran yang selama ini ia tutupi dari Luhan. Walaupun ada beberapa yang masih ia sembunyikan. Perasaan lega kini kembali hadir pada dirinya.
Candaan keduanya memperlihatkan bahwa dulu mereka sangat akrab. Tersirat kerinduan pada diri mereka masing-masing. Luhan tidak tahu harus bahagia ataupun sebaliknya sekarang. Perasaannya kepada Nara tidak bisa dihilangkan semudah itu. Rasa ingin memiliki Nara masih menggebu dalam hatinya. Sorot matanya kini seolah berbicara apa yang harus ia lakukan saat ini. Gadis yang ia cintai berada disebelahnya. Dan kini bercerita tentang suaminya dengan begitu semangat, ekspresi wajahnya pun sanagt ceria.
“Lalu kenapa kau bisa ada disini ?”Tanya Luhan kepada Nara, setelah gadis itu menanyakan keberadaan ia disini.
“Astaga.. aku hampir lupa oppa. Maaf aku harus segera pergi.”Nara kelihatan terburu-buru, ia berjalan meninggalkan Luhan yang kebingungan.
“Ya! Nara-ya! Tunggu! “ Luhan mengikuti Nara yang tidak jauh didepannya itu. Pandangannya kini tertuju pada seseorang yang berjalan dari arah berlainan disana.
“Nara-ya awas!”
Pyarr..
Suara dari beberapa gelas kimia yang jatuh kini membuat perhatian pengunjung yang berada di koridor ini. Beberapa cairan yang ada didalamnya tadi kini tumpah membasahi lantai keramik yang berwarna putih. Nara yang merasa bersalah itu kini membungkuk kepada seseorang yang ada didepannya itu. Luhan melihat itu semua, raut wajahnya kini berubah menjadi kesal. Ia yakin bahwa pria itu sengaja menabrakkan bawaannya itu dengan Nara yang terburu-buru.
Nara kini berjongkok membantu membersihan pecahan-pecahan gelas yang berserakan itu. “Mianhae~, saya akan membantu anda”ucap Nara sopan. Ia merasa sangat bersalah saat ini.
Sebelum tangannya benar-benar menyentuh kepingan dari gelas tersebut. Luhan menahan tangannya, seolah tak mengijinkannya menyentuh benda yang ada didepannya itu. Nara terkejut melihat Luhan sudah ada disebelahnya. Bukankah tadi dia sudah meninggalkannya disana ?
“Oppa ?”
Pandangan Luhan kini tertuju pada pria yang ada didepannya itu. pria yang membawa benda-benda ini tadi.
“Kenapa anda bisa seceroboh ini. Apakah anda tidak melihat ada orang yang sedang berjalan didepan anda ? Ataukah anda memang sengaja melakukan ini ?” Pria itu sedikit terkejut mendengar ucapan Luhan barusan. Nara yang merasa bahwa itu salahnya kini menyenggol tangan Luhan yang ada disebelahnya.
“Oppa, kau tidak perlu bicara seperti itu”bisik Nara pelan. Mata Luhan kini meneliti apa yang ada dihadapannya. Ia mengernyitkan dahinya seolah heran sekaligus terkejut. Kini ia kembali menatap tajam pria yang ada didepannya itu, yang masih tak membuka suara dari tadi.
“Apakah anda tak tau jika barang-barang seperti ini sangat berbahaya jika mengenai organ tubuh manusia ? Kenapa anda bisa membawanya keluar ruangan ?”
Luhan bertanya lagi kepada pria yang ada didepannya tersebut. Ia tahu apa yang ada dihadapannya kini, peralatan praktik seperti ini tak seharusnya dibawa di luar ruangan seperti ini. Jika ini terkena sinar matahari bisa saja meledak dengan sendirinya. Walaupun hanya ledakan kecil tapi juga sedikit berbahaya. Apalagi jika cairan ini mengenai tangan, bisa melepuh saat itu juga. Makanya ia tadi menghentikan Nara yang akan menyentuh benda-benda ini.
“Maafkan saya. Saya mungkin kurang berhati-hati”Pria tersebut kini berdiri, beberapa petugas kini datang setelah mendengar ada sedikit kecelakaan disini.
Nara berdiri dan kembali membungkuk pada pria tadi. Ia masih saja merasa tidak enak, itu juga salahnya tadi. Walaupun ia sempat berpikir bahwa pria tadi tiba-tiba menabraknya. Tapi yasudahlah, yang jelas kini ia baik-baik saja. Untung saja isi dari gelas-gelas tadi tidak ada sedikitpun yang mengenai tubuhnya.
“Apakah anda baik-baik saja ?”ucap salah satu petugas yang baru saja datang itu.
“Ah.. kami baik-baik saja. Maafkan kami telah membuat keributan.”ucap Nara sopan sambil tersenyum.
Sedangkan Luhan masih memandang pria misterius tadi. Seenaknya saja sekarang ia pergi meninggalkannya disini. Apakah ia tidak mengurusi barang-barang yang baru saja ia bawa ini. Dari jauh sana ia dapat melihat bahwa pria tadi tersenyum kearahnya. Senyuman yang terlihat meremehkan itu, membuat Luhan menatapnya bingung. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya. Siapa sebenarnya orang itu ? Dilihatnya Nara yang ada disampingya, yang kini sibuk mengobrol dengan beberapa petugas yang membersihkan pecahan-pecahan gelas tadi. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dan kini ia merasa bahwa ada yang ingin mencelakakan gadis yang ia cintai itu. Tapi ia tak bisa menyimpulkan semudah itu. Semoga saja dugaannya salah, mungkin ini hanya kecelakaan biasa.
Luhan dan Nara kini berjalan menuju ruang dimana Ibu Baekhyun dirawat. “Kau baik-baik saja kan ? Apakah ada yang terluka ?”Tanya Luhan memastikan. Mendengar hal itu Nara menyembunyikan tangan kirinya yang memang terluka akibat goresan pecahan gelas tadi. Bukan luka yang parah memang, tapi ia tak ingin membuat Luhan khawatir.
“Ne~, aku baik-baik saja oppa.”
Luhan mengangguk akan ucapan Nara lagi. Ia merasa lega jika gadis kecilnya ini baik-baik saja. Pikiran negatifnya tentang kejadian tadi ia buang jauh-jauh. Mungkin pria tadi memang tidak sengaja. Apakah ia pegawai di rumah sakit ini ? Ia mulai berpikir, apakah pria tadi juga peserta magang seperti dirinya ? Tetapi apakah sebodoh itu sampai tak tahu menempatkan hal yang semestinya tidak boleh .
“Ini ruangannya. Apakah oppa ingin masuk juga ? Aku akan memperkenalkannya kepada oppa.” Luhan tersadar dari lamunannya tadi, pandangannya kini tertuju pada ruangan yang ada didepannya ini. Sepertinya ia mengetahuinya, bukankah ini ..
“Eomma…” Nara berjalan mendekati Ibu Baekhyun yang sedang terbaring disana. Luhan terkejut mendengar Nara memanggil wanita ini dengan sebutan ‘Eomma’, apakah berarti dia…
“Nara-ya, kau dari mana saja ?” Nara mencium tangan Ibu Baekhyun, wajahnya terlihat bahagia sekali.
“Eomma, Aku akan mem-”
“Anyeonghaseyo bibi”ucapan Nara terhenti oleh Luhan yang kini membungkuk kearah Ibu Baekhyun.
“Annyeonghaseyo. Luhan-ssi, Kau mengenal Nara ?”Nara terkejut mendengar ucapan barusan, apakah mereka saling mengenal ? Ibu Baekhyun kini mencoba duduk, Nara membantunya dengan hati-hati.
“Eomma mengenal oppa ?”Tanya Nara sedikit tak percaya. Bagaimana mungkin mereka bisa mengenal.
“Tentunya. Dia sangat hebat, dia bahkan lebih tahu dari beberapa dokter yang ada disini. Semua perawat disini memang sangat payah, dialah yang Eomma ceritakan kepadamu tadi. Dia yang menolong Eomma dari keteledoran perawat yang sebelumnya menangani Eomma.”
Luhan tersenyum saat ini, sungguh tampan. Nara mengangguk ragu mendengar ucapan Ibu Baekhyun barusan.
“Ani, saya hanya meluruskan kesalahpahaman kemarin. Mereka mungkin tidak menyadarinya saat itu.” Luhan benar-benar sopan ketika berbicara dengan siapapun. Membuat orang lain merasa sungkan dengannya. Kepribadiannya memang menarik.
Obrolan mereka berlanjut sampai saat ini. Ruangan yang tadinya sepi itu kini sedikit ramai. Nara tersenyum melihat Ibu Baekhyun yang ceria ini, wajahnya tampak lebih bugar sekarang. Ia merasa bahwa Ibu Baekhyun dan Luhan tampak begitu akrab, walaupun mereka mengatakan baru dua kali ini bertemu. Tak sadar Nara memperhatikan Luhan yang ada disampingnya itu. Ia memperhatikannya sampai tersenyum-senyum sendiri. Bahkan sampai ia tak menyadari jika saat ini Luhan balik menatapnya. Nara yang menyadari hal itu segera memalingkan wajahnya itu. Ia takut jika Luhan tahu apa yang ia lakukan tadi, Luhan terkekeh kecil melihat kelakuan Nara barusan.
“Lihatkan kau Nara-ya, bahkan dia masih merendah saat aku memujinya. Kau benar-benar lelaki yang baik. Apakah kau sudah punya pacar ?”
“Sampai saat ini belum ada bibi” Nara membelalakan matanya saat itu juga, apakah benar oppanya ini belum mempunyai pacar ? Tapi benar juga, dari dulu ia belum pernah mendengar Luhan berpacaran.
“Apakah benar ? Wah… pasti banyak sekali yang menginginkanmu di luar sana. Lalu apakah ada seseorang yang kau sukai ?”Tanya Ibu Baekhyun lagi. Tampaknya ia memang begitu penasaran akan pemuda yang ada dihadapannya kini.
“Eomma..”ucap Nara sedikit berbisik seolah ingin menghentikan Ibunya itu supaya tidak bertanya-tanya lagi. Karena ia merasa tidak enak dengan Luhan saat ini.
Luhan menghela nafas perlahan, pertanyaan yang memang sulit dijawab saat ini. Tapi ia sudah memiliki jawabannya. “Ada. Aku mencintai seseorang yang memang kucintai dari dulu. Tapi sayangnya kini dia sudah menjadi milik orang lain.”Ucapan Luhan terhenti, ia menarik nafasnya perlahan. Dan kini melanjutkan ucapannnya lagi. Kedua wanita yang ada didekatnya kini masih menunggu ucapannya lagi.
“Dia juga telah menolakku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas aku tetap mencintainya. Sangat mencintainya sampai saat ini.” Jawaban Luhan membuat Nara membelalakan matanya. Apakah yang Luhan maksud adalah dirinya ? Pikirannya kembali mengingat kejadian di Cafe dulu. Disaat Luhan menyatakan perasaannya kepadanya. Kejadian yang memang sulit dilupakan olehnya. Nara kini mengalihkan pandangannya dari Luhan. Ia tak takut jika yang ia duga itu benar. Ia merasa sangat bersalah pada Luhan.
“Gadis itu sungguh beruntung. Betapa bodohnya dia yang menolak pria sempurna sepertimu. Kau harus sabar. Kau pasti akan diberikan yang lebih baik darinya.” Jawaban Ibu Baekhyun barusan juga membuat Nara merasa tidak nyaman lagi. bukankah yang dimaksud mereka berdua adalah dirinya ?
“Kalau begitu saya permisi dulu bibi. Semoga anda cepat sembuh.”
“Ne~, kau juga. Sering-sering kemari.” Luhan tersenyum mendengar ucapan Ibu Baekhyun barusan. “Nara-ya, aku pergi dulu”
“Ah .. Ne Oppa~”
Nara memperhatikan Luhan yang baru saja keluar itu. Saat memandangnya tadi begitu berbeda dengan biasanya. Rasa bersalah kini menyelimuti hatinya. Apakah yang ia lakukan kini sudah benar ?
‘ Oppa, Mianhae‘ batin Nara yang masih memandang kepergian Luhan itu. Ibu Baekhyun memperhatikan Nara yang ada disampingya. Ia dapat melihat bahwa putrinya itu masih memperhatikan Luhan yang baru saja keluar itu. Wajahnya begitu lesu, tak seceria tadi saat datang. Seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan darinya.
“Nara-ya ?”
“Ne Eomma ?” Tapi kini Ibu Baekhyun tidak mempermasalahkan hal tersebut. mungkin hanya perasaannya saja.
“Kau belum menceritakan apa hubunganmu dengan Luhan. Kenapa kau bisa mengenalnya ?”
“Ah itu… jadi begini…”
Luhan menutup pintu dengan perlahan. Hatinya kembali risau, ia kembali mengingat ucapannya tadi. Bagaimana bisa ia mengucapkan hal tersebut ? Ia masih mengingat bagaimana Nara tadi menatapnya saat ia mengucapkan hal itu. Tak sadar ia memukul kepalanya pelan.
“Kenapa ucapan itu bisa keluar dari mulutku ? Aishh Luhan apa yang kau pikirkan tadi..”
Langkahnya kini terhenti saat melihat seseorang yang tak jauh dari tempatnya berada. Seseorang yang kini berjalan dengan terburu-buru berbelok kearah samping ruangan ini. Sebelumnya pria itu menatap Luhan sebentar dan kemudian menghilang. Sepertinya ia pernah melihatnya, pria itu ?
Luhan kini berlari mengejar pria bertopi tadi. Ia yakin bahwa pria barusan berada didepan ruangan tempat Ibu Baekhyun dirawat. Saat ia membuka pintu tadi ia sudah curiga, seperti ada seseorang yang mengamatinya di luar sana.
“Tunggu!”
Teriakan Luhan tak berguna, pria tadi sudah menghilang. Ia mengatur nafasnya yang sedikit kacau akibat lari kecil ini. Otaknya kembali mengingat kejadian tadi. Disaat kecelakaan kecil di koridor tadi, dan kini ia bertemu orang yang sama disini. Apa maksud ini semua ?
Apakah berarti memang ada yang ingin berbuat jahat kepada Nara. Apakah barusan ia memata-matai Nara ? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan ? Kini ia kembali yakin akan dugaan awalnya tadi.
“Park Nara, Kau harus berhati-hati.”
***
Baekhyun masih berkutat pada tumpukan berkas yang berada dimejanya ini. Matanya tak lelah memperhatikan dan meneliti semua isi berkas tersebut. Ucapan Ayahnya masih ia ingat dengan jelas. Ia masih belum mempercayai hal itu, untuk itu ia mencoba membuktikannya sendiri.
Beberapa kali ia mencocokkan berkas itu dengan miliknya. Sungguh berbeda jauh, ia tak menyangka ini semua. Tangannya kini mengepal dengan sendirinya. Wajahnya terlihat sangat marah, tatapan matanya begitu tajam.
“Park Chanyeol..”ucap Baekhyun yang kini meremas kertas yang ada di tangannya itu.
Diruangan lain tampak Chanyeol yang sedang duduk di kursinya sambil mendengarkan lagu. Kedua kakinya ia letakkan pada meja kerjanya. Kebiasaannya dari dulu, tetapi hanya Baekhyun mungkin yang mengetahuinya. Sebenarnya pekerjaannya hari ini telah selesai semua. Tapi tidak mungkin ia pulang sekarang. Akhir-akhir ini ia memang tidak terlalu memikirkan pekerjaannya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada Hanni. Setiap kali Hanni melaporkan kepadanya untuk memeriksa hasil pekerjaannya Chanyeol hanya membolak-balikan kertas yang ia terima itu. Tak memperhatikan isinya, dan langsung menandatangani saja. Bahkan ia melupakan bahwa Hanni berada pada pihak Kris. Seseorang yang memang harus ia waspadai saat ini.
Bibirnya kini kembali melengkungkan sebuah senyuman. Rasanya ia seperti merasakan jatuh cinta lagi. Kedua matanya kini memandang foto yang memang ia pajang di meja ruang kerjanya. Ia menatapnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Aku pasti akan mendapatkanmu kembali” Tangannya kini beralih pada ponselnya. Ia kirimkan pesan singkat kepada wanita yang ia cintai itu. Siapa lagi jika bukan Jung Han Ni, wanita yang hampir ia nikahi dulu.
Kini ia masih menunggu balasan dari pesan yang baru saja ia kirim tadi. Tangannya kembali mengutak-atik ponselnya. Melepaskan kebosanan yang melanda dirinya sekarang.
Tak beberapa lama kemudian, sebuah pesan masuk mucul pada layar ponselnya. Dengan semangat ia membacanya. Walaupun isinya tak sesuai perkiraannya tetapi tetap saja ia merasa bahagia. Bagi Chanyeol ini sudah sangat membuatnya bahagia. Tangannya kini sibuk mengetik balasan yang akan ia kirimkan kepada Hanni. Tak butuh waktu yang lama, Hanni kembali membalasnya. Sebenarnya Chanyeol sedikit heran, tumben sekali wanita ini bersikap seperti ini kepadanya. Bukankah baru tadi pagi ia mengatakan marah padanya. Chanyeol menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia kembali fokus pada ponselnya lagi.
“Mwo ? Rumah sakit ?”ucap Chanyeol tak percaya setelah membaca pesan yang baru saja ia terima dari Hanni. Ia kembali membalas pesan tersebut.
Chanyeol bangkit dari duduknya dan mengambil jas kerjanya. Memakainya kembali dengan terburu-buru. Kemudian ia keluar dari ruangannya dan menuju mobilnya yang terparkir diluar. Ia akan pergi ke rumah sakit sekarang. Yang pasti bukan tempat dimana Ibu Baekhyun dirawat.
Hanni duduk memandang adiknya yang terbaring didepannya. Kedua matanya terlihat sembab, wajahnya tampak kelelahan. Mungkin sampai saat ini dia juga belum makan. Sepulang dari kantor tadi dia langsung menuju Rumah Sakit ini. Pihak Rumah Sakit menelponnya, mereka mengatakan bahwa adiknya tadi sempat sadar. Tapi ia belum sempat melihat hal itu. Saat ia sampai disini adiknya sudah tertidur lagi. Sudah 2 bulan ini adiknya koma, dan kondisinya semakin memburuk.
“Kapan kau bangun ? Noona sangat merindukanmu” Hanni kini menangis lagi, bayangan kenangan bersama adiknya kembali terngiang di kepalanya. Tangan lembutnya kini mengusap kepala adik laki-lakinya itu. Kegiatannya kini terhenti karena ada suara pintu terbuka. Dilihatnya pria yang masuk itu, seseorang yang memang sering berkunjung disini. Pria itu kini berjalan mendekati Hanni yang masih menatap adiknya.
“Bagaimana keadaannya ?” Hanni menggeleng mendengar pertanyaan tersebut. Seolah mengatakan bahwa kondisi adiknya tidak baik-baik saja.
“Kenapa kau kemari ? Ini sudah larut malam.”ucap Hanni kemudian. Pria itu tersenyum dan kini menyodorkan plastik yang mungkin berisi makanan itu kepada Hanni.
“Makanlah.”
“Aku tidak lapar.”tolak Hanni pelan.
Pria itu tersenyum kecil, ia letakkan plastik itu diatas meja yang ada tepat disebelah Hanni. “Kau selalu meyuruhku seperti ini biasanya. Dan sekarang kau menolak hal yang sering kau lakukan padaku ?” Hanni menatap pria jangkung yang ada dihadapannya itu. “Aku akan memakannya nanti.”
Diluar sana Chanyeol sudah sampai di rumah sakit yang disebutkan Hanni tadi. Ia memang tidak memberitahu Hanni jika dia akan kemari. Jika mengatakannya ia pasti tidak akan diperbolehkan. Langkahnya kini terhenti, sepertinya ada sesuatu yang kurang saat ini.
“Astaga.. bahkan aku tidak membawa apapun saat ini.” Kini ia menuju lantai satu, ia ingin membeli beberapa buah-buahan dulu. Menjenguk orang sakit dengan tangan kosong itu sedikit memalukan baginya.
“Ya itu saja”ucap Chanyeol yang kini mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar pembeliannya tadi.
“Berikan aku roti itu juga”Chanyeol menunjuk roti yang ada dibelakang petugas yang ada dihadapannya itu. Sepertinya ia membelikannya untuk Hanni. Bisa saja Hanni belum makan sejak pulang kerja tadi.
“Terimakasih”ucap Chanyeol kemudian. Dengan segera ia berjalan menuju lift yang ada diujung sana. Ia baca lagi pesan yang ada diponselnya itu. Memastikan ruangan dimana Hanni berada.
“Lantai 3” Chanyeol menekan tombol angka 3 yang ada di lift tersebut. Selama ini ia belum tahu jika adik Hanni sedang dirawat dirumah sakit. Hanni belum pernah menceritakan kepadanya.
Beberapa lama kemudian pintu lift terbuka, Chanyeol segera keluar dari situ. Ia kini sibuk mencari-cari ruangan yang ia maksud. Hanni mengenggam tangan adiknya yang terbaring lemas itu. Kedua matanya kembali mengeluarkan air mata. Kris yang duduk disebelahnya itu menatapnya kasihan. Entah itu benar-benar kasihan atau apa yang jelas hanya Kris yang tahu.
“Kau makanlah dulu.”tawar Kris lagi. Hanni menggeleng pelan, ia masih saja menatap adiknya. Kris yang merasa terganggu itu kini melepaskan genggaman tangan Hanni. Membuat Hanni terkejut dan balik menatap Kris.
“Apakah jika kau seperti ini adikmu akan bangun ?” Hanni masih saja menangis, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Melihat adiknya berbaring tak berdaya seperti ini membuat hatinya sakit. Ia merasa gagal menjaga seseorang yang sangat ia sayangi itu.
“Sudahlah, jangan menangis.”ucap Kris yang kini mengusap-usap punggung Hanni. Mencoba untuk menenangkannya saat ini. Tapi tangisan Hanni kini semakin menjadi-jadi.
“Apa yang harus kulakukan ? Aku..aku tidak tahu Kris… Aku.. tidak bisa melakukan apa-apa saat ini… Aku..” Kris kini menarik Hanni yang terus menangis itu ke dalam pelukannya. Diusapnya kepala wanita yang ada dipelukannya itu. Hanni tak menolak menerima perlakuan tersebut.
“Tenanglah. Aku sudah menghubungi beberapa dokter terbaik disini. Mereka pasti akan berusaha. Kita berdoa saja, semoga Kyung Hoo cepat sadar. agar ia bisa melihat lagi noonanya yang sangat menyayanginya ini.”
Hanni masih menangis, hingga kemeja Kris yang tadinya kering itu kini sedikit basah akibat air mata Hanni. Kris tersenyum dalam pelukannya itu, senyuman sinis yang memang memiliki maksud tersembunyi.
“Aku tak akan membiarkannya sadar kembali Jung Hanni.”ucap Kris dalam hatinya. Bibirnya kini menampilkan seringai yang tak ada satupun orang melihatnya saat ini.
“Hanni-ya, aku dat-” Chanyeol tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Pemandangan didepannya ini membuatnya geram. Tanpa butuh waktu yang lama ,langkahnya kini menuju kearah dua orang yang menyita perhatiannya saat ini.
“Chanyeol ?”ucap Hanni saat menyadari pria yang datang barusan.
“Apa yang kau lakukan kepada Hanni!” Chanyeol kini menarik ujung kemeja Kris, membuat pemiliknya bangkit dari posisinya tadi.
Bugh~..
Satu pukulan mendarat di pipi pria bernama Kris Wu ini. Hanni yang melihatnya kini tak bisa diam saja. Ia mencoba menghentikan Chanyeol , mantan kekasihnya yang saat ini sedang emosi.
“Hentikan Park Chanyeol !” Hanni mendorong tubuh kekar Chanyeol dengan kedua tangannya. Menjauhkannya dari hadapan bosnya, Kris. Kris hanya tersenyum sambil mengusap ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Mungkin akibat pukulan yang cukup keras dari Chanyeol barusan.
“Kau minggir, aku akan menghajar laki-laki brengsek ini. Berani sekali dia memelukmu.”Chanyeol masih saja berusaha untuk menghajar pria yang ada dihadapannya tersebut. Dan kini bersiap melayangkan tinjunya lagi, mengingat Kris yang tak sedikitpun melawan.
“HENTIKAN PARK CHANYEOL!” Teriakan Hanni membuat Chanyeol menghentikan tindakannya. Sekarang ia beralih menatap Hanni yang ada dihadapannya. Kedua mata Hanni begitu sembab, mungkin ia menangis dari tadi. Wajah wanita yang ada di depannya terlihat menyedihkan. Tangan Chanyeol kini bergerak menyentuh wajah mantan kekasihnya ini.
“Apakah kau barusan menangis ? Hanni-ya, apakah kau baik-baik saja ?” Chanyeol kini menatap ke sekeliling, dan kemudian matanya membulat melihat adik Hanni yang terbaring disana.
“Dia sakit apa Hanni-ya ? Apakah dia sekarang sedang tidur ?”ucap Chanyeol yang kini berjalan mendekati Adik Hanni.
“Pergi dari sini.”
Chanyeol menatap Hanni yang masih pada posisinya tadi. “Hanni-ya..”
“Pergi dari sini atau aku tak ingin bertemu denganmu lagi.” Chanyeol tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia terdiam beberapa saat, kedua matanya menatap kearah Hanni yang tak sedikitpun menatapnya.
“Sepertinya aku ada urusan sekarang. Hubungi aku jika ada apa-apa.”ucap Kris yang dari tadi belum bersuara sedikitpun kepada Hanni.
“Apakah itu baik-baik saja. Haruskah aku mengobatinya dulu ?”ucap Hanni saat melihat lebam di wajah Kris.
Chanyeol yang melihat tingkah Hanni begitu perhatian kepada Kris hanya mampu menahan emosinya. Kedua tangannya mengepal erat, seakan ingin menghajar pria yang ada dihadapannya itu.
“Tidak perlu. Aku pergi dulu” Kris melirik kearah Chanyeol sebentar sebelum meninggalkan ruangan ini. tersenyum kearahnya. Senyumannya seakan meremehkan Chanyeol yang menatapnya tajam.
Kris menutup pintu ruangan dengan nomor 23 ini. Tangannya menyentuh ujung bibirnya yang sedikit bengkak.
“Ssshhhh..”rintihnya pelan.
Tangannya kini meraih ponselnya , wajahnya yang tampan kini terlihat lebih serius. “Singkirkan pemuda yang bernama Park Chanyeol.”
***
“Kau sedang apa ?”Tanya Baekhyun kepada Nara yang sibuk didapur ini.
“Aku membawakan ini untuk Eomma, kemarin dia menyuruhku untuk membuatkannya kimbab.” Nara sibuk menata kimbab kedalam kotak bekal yang berukuran sedang itu. Baekhyun kini berjalan mendekatinya. Mengambil potongan kimbab yang sudah tertata rapi itu dan memakannya.
“Baekhyun-ssi.. Kau makan yang disitu saja.”ucap Nara sambil menunjuk kearah kimbab yang ada dimeja makan.
“Aku maunya yang ini.”Baekhyun kembali mengambil satu potongan lagi. Nara mengernyitkan keningnya, menatap Baekhyun dengan tatapan sebal. Baekhyun membalasnya dengan senyuman. Nara menghela nafas perlahan, ia kembali menatanya lagi. Setelah dua kotak bekal makanan itu penuh kini ia menutupnya.
“ Selesai.”ucapnya kemudian.
“Kenapa kau membawa dua kotak ? Yang satu untuk siapa ?”Tanya Baekhyun yang berjalan menuju kursi yang ada dibelakangnya. Nara terdiam sebentar akan pertanyaan Baekhyun barusan. Sebenarnya kotak yang satunya akan ia berikan kepada Luhan. Selama seminggu menjaga Eommanya, ia selalu membawa bekal. Dan kira-kira seminggu ini juga ia memberikan bekal itu kepada Luhan. Mungkin ini yang terakhir, karena nanti sore Eommanya akan pulang. Tapi tidak mungkin ia mengatakan hal ini kepada Baekhyun.
“Untuk diriku sendiri”jawab Nara sambil tersenyum. Baekhyun yang sedang menyantap sarapannya hanya mengangguk.
“Mianhae aku telah berbohong padamu”batin Nara. Nara berjalan menuju kursinya yang ada dihadapan Baekhyun. Dia juga akan menyantap sarapannya. Baekhyun menatap istrinya yang sibuk mengambil makanannya itu. Sepertinya Nara tak menyadari hal itu.
“Rumah ini sangat sepi”ucap Baekhyun kemudian.
“Ne~”jawab Nara yang menyantap telur dadar buatannya sendiri itu. Tanpa melihat Baekhyun yang mengajaknya bicara itu.
“Sepertinya harus ada anggota baru di rumah ini”Baekhyun melanjutkan ucapannya lagi, sambil tetap menyantap sarapannya itu.
“Ne~”
Baekhyun menatap istrinya yang ada dihadapannya kini. Yang masih fokus pada makanannya tersebut. Apakah Nara berpikiran seperti apa yang ia pikirkan saat ini.
“Eomma dan Appa selalu membicarakan hal itu padaku. Aku tak menyangka kau juga berpikir demikian.” Nara yang mendengar ucapan Baekhyun barusan kini meletakkan sendok dan garpunya. Menatap suaminya bingung, ia benar-benar tak fokus akan pembicaraannya dengan suaminya tadi.
“Apa hubungannya dengan Eomma dan Appa ?”Tanya Nara balik, ia tak mendengarkan dengan jelas tadi.
“Haruskah aku memperjelas ucapanku tadi ?”Tanya Baekhyun yang telah menyelesaikan sarapannya. Nara masih berpikir, mencoba mengingat-ingat pembicaraannya tadi. Baekhyun yang dihadapannya hanya tersenyum melihat tingkah istrinya itu.
“Tolong ambilkan jas dan tasku yang ada diatas”perintah Baekhyun kemudian. Nara yang melamun itu tersadar akan lamunannya tersebut dan berdiri dari duduknya. “Ne~ tunggu sebentar”
Langkahnya kini menuju lantai atas. Ia masih saja memikirkan ucapan Baekhyun tadi.
“Anggota baru ?”ucapnya pelan. Ia mengambil jas Baekhyun yang tergantung rapi di lemari milik suaminya ini. Tak sadar kini ia memeluk jas tersebut. Ia sangat menyukai bau parfum milik suaminya tersebut.
Baekhyun yang ada dibawah itu menanti istrinya yang tak segera turun dari kamarnya. Tangannya kini meraih ponsel yang ada disaku celananya. Memeriksa apakah ada panggilan masuk ataupun pesan.
“Ini”ucap Nara yang kini sudah datang. Baekhyun memasukkan lagi ponselnya itu kedalam sakunya. Dan berdiri dihadapan Nara yang ada dibelakangnya itu.
“Gomawo~” Nara hanya berdiri sambil melihat suaminya yang memakai jasnya. Entah kenapa ia melihat kini Baekhyun begitu tampan. Jari-jari tangannya yang begitu indah saat ia mengancingkan jasnya. Kemudian memakai jam tangan dengan warna yang senada dengan kemejanya. Semua gerakan tubuhnya ia perhatikan dengan jelas. Bisa dibilang Nara terpesona akan suaminya yang ada di hadapannya itu. Ia hanya bisa tersenyum-senyum sendiri saat ini.
“Park Nara ?” Lambaian tangan Baekhyun yang bergerak dihadapan wajah Nara membuatnya tersadar akan lamunannya barusan.
“Ne ?”
Nara’s POV
“Apa yang kau pikirkan ?”
“A-aniyo..” Kenapa jantungku berdetak secepat ini ? Baekhyun menatapku bingung, dan sekarang tangannya menempel pada keningku. Seolah memastikan keaadanku saat ini. Tangan Baekhyun begitu dingin saat mengenai keningku.
“Apa kau sakit ?” Sekarang aku seperti orang bodoh yang hanya berdiam diri didepan suamiku. Park Nara sadarlah..
Kenapa saat ini wajah Baekhyun begitu bercahaya, kenapa dia terlihat seperti malaikat ? Eotokhe~ ? Aku menggelengkan kepalaku dan mencoba membuka mataku lebar-lebar. Apakah ini benar-benar Baekhyun ?
“Park Nara ?” Bahkan suaranya indah sekali saat terdengar di telingaku. Kenapa bisa seperti ini ? Kenapa kau seperti Vampire hidup Byun Baekhyun..
“Na-ra ?” Untuk kesekian kalinya aku tersadar dari imajinasiku tadi. Kulihat Baekhyun yang berada dihadapanku, wajahnya terlihat sedikit khawatir.
“Ah.. Kau akan segera berangkat ? A-apakah ada yang harus kuambilkan lagi ?” Aku tak tahu kenapa akhir-akhir ini aku sedikit gugup jika berhadapan dengan Baekhyun. Hanya dengan menatapnya aku bisa salah tingkah sendiri.
Baekhyun menngeleng.”Jika ada apa-apa hubungi aku. Aku akan menjemputmu dan Eomma nanti sore, hari ini sudah boleh pulang kan ?”
“Ne~” Aku mengikuti Baekhyun dari belakang, mengantarnya sampai depan. Saat sampai didepan pintu tiba-tiba Baekhyun berbalik dan berhenti kearahku, membuatku menabrak tubuhnya. Entah kenapa tadi aku mengikutinya seperti anak ayam dengan induknya. Aku berjalan tepat dibelakangnya tanpa memperhatikan kedepan. “Mianhae”
‘ Kenapa sekarang aku seperti orang bodoh ‘ umpatku pada diriku sendiri.
“Kenapa kau begitu aneh hari ini ? Kau yakin tidak apa-apa ?”Baekhyun kini memegang kedua bahuku, aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Aku tidak bisa berlama-lama seperti ini.
“Aku baik-baik saja”ucapku sambil melepaskan kedua tangan Baekhyun dengan perlahan. Aku hanya bisa tersenyum saat ini. Baekhyun terlihat bingung melihat kelakuanku saat ini. Tangannya kini menarik kepalaku dan mencium keningku cukup lama. Aku tak tahu setelah ini wajahku seperti apa. Byun Baekhyun, sepertinya aku gila akan pesonamu.
“Aku berangkat dulu.” Aku hanya mengangguk menatap kepergian Baekhyun yang berjalan menuju mobilnya. Tanganku kini kuletakan tepat di jantungku. Merasakan suatu detakan yang sangat cepat disana. Apakah ini normal ?
***
Nara segera turun dari taksi setelah tiba di rumah sakit. Wajahnya kini tampak begitu gembira. Ia menatap barang bawaannya sebentar dan kini melangkahkan kakinya lagi masuk ke dalam rumah sakit.
Pandangannya kini beralih pada ruangan yang cukup ramai ini. Seperti mencari sosok seseorang disana. Matanya begitu jeli memperhatikan orang-orang itu satu persatu. Tapi yang ia cari tidak ada.
“Apa yang kau lakukan disini ?” Nara membalikkan tubuhnya dan mendapati Luhan yang kini berdiri dihadapannya.
“Oppa.. aku kira siapa..”ucap Nara sambil menghela nafasnya pelan. Luhan tersenyum melihat Nara yang barusan terkejut karenanya.
“Kau pasti mencariku kan ?”tebak Luhan. Nara yang merasa ketahuan itu kini berusaha mengelak. Tapi memang dasarnya ia tidak pandai berbohong, semua ucapannya malah di tertawakan oleh Luhan.
“Ya oppa! Kenapa kau menertawakanku!” Luhan tidak bisa menahan gelinya pada gadis kecilnya itu. Kini ia merebut kantong plastik yang dibawa Nara, dan mengambil salah satu isinya.
“Pasti ini untukku kan ?”Luhan menunjukkan kotak makanan yang barusan ia ambil.
“Ne. Aku pergi dulu.” Nara menarik kembali kantong plastik yang berada di tangan Luhan. Saat hendak meninggalkannya, lengannya kini ditahan oleh Luhan. “Aku lupa memberikan ini kepadamu.”Luhan mengeluarkan sebuah amplop dari sakunya, menyerahkannya kepada Nara.
“Sepertinya itu jatuh saat terakhir kita bertemu dulu. “ Nara memperhatikan benda itu dengan seksama. Berusaha mengingat-ingatnya perlahan.
“Aku pikir itu penting, makanya aku menyimpannya.”tambah Luhan lagi,
“Ini…”Nara memperhatikan amplop yang kini berada ditangannya. Apakah ini yang ditanyakan Baekhyun dulu ? Ia menatap kearah Luhan sebentar. “Gomawo oppa”ucap Nara sambil memasukkan amplop tersebut kedalam tasnya.
“Sama-sama”Luhan menjawabnya sambil tersenyum. Kini ia hanya bisa melihat gadis yang ia cintai itu berjalan meninggalkannya. Ia masih memperhatikan Nara sampai tak terlihat di ujung sana. Pandangannya kini beralih pada kotak bekal yang ada ditangannya. Memeriksa apa yang dibawakan Nara untuknya hari ini.
“Kau membuatku tak bisa melepaskanmu Park Nara.”
***
Baekhyun berjalan dengan santai memasuki kantornya. Beberapa karyawan yang lewat menyapanya sopan. Ia membalas sapaan tersebut dan tersenyum kearah mereka. Akhir-akhir ini moodnya memang sedikit baik. Berbeda dengan dulu, wajahnya selalu serius sehingga membuat beberapa karyawan merasa sedikit takut kepadanya.
Langkahnya kini terhenti melihat Ayahnya dan Chanyeol berjalan berlawanan arah dengannya. Mau kemana mereka pagi-pagi seperti ini, batin Baekhyun. “Apakah Appa akan pergi ?”
“Aku ada urusan sebentar. Chanyeol yang akan mengantarku, kau urusi saja yang ada disini” Ucap Paman Hanjoo atau biasa dipanggil Paman Taeyoung jika dalam keluarganya. Baekhyun mengangguk sambil membungkukan badannya dihadapan Ayahnya. Ia memang sanagt menghormati kedua orang tuanya.
“Anda harus berhati-hati”ucapnya kemudian tanpa sedikitpun melirik kearah Chanyeol yang ada disebelah Ayahnya itu. Begitu juga dengan Chanyeol, ia memalingkan wajahnya seperti saat ini. Ada masalah diantara mereka berdua.
Ayah Baekhyun dan Chanyeol kini berjalan meninggalkan Baekhyun. Menuju kearah mobil Chanyeol yang ada diluar sana. “Ada apa Park Chanyeol ?”Tanya Paman Taeyoung kepada pemuda manis yang kini masih berdiri didepan mobilnya itu.
“Ah tidak apa-apa paman. Hanya saja.. ah tidak, ayo masuk paman.” Sebenarnya Chanyeol merasa sedikit heran, sepertinya tadi saat ia datang mobilnya tidak terparkir disini. Tapi ia tak terlalu mempusingkannya ,ia langsung masuk kedalam mobil miliknya itu.
“Kau banyak melakukan kesalahan pada perusahaan”ucap Paman Taeyoung kepada Chanyeol yang fokus menyetir. “Maafkan saya. Saya sudah mendengarnya dari Baekhyun kemarin.”
“Kau sudah mempersiapkan semua kan ?”
“Ne~, semuanya sudah ada di tas ini”jawab Chanyeol sambil menunjuk tas yang berada disamping bawahn tempat dudukya.
Sekarang keduanya akan pergi menuju Busan. Ada suatu hal penting yang akan mereka lakukan disana. Salah satunya masih berhubungan dengan Kris. Chanyeol kini mempercepat laju mobilnya.
Tanpa mereka sadari dibelakang mereka ada sebuah mobil yang mengikuti keduanya. Hanya satu orang yang berada di mobil tersebut. Ia juga menambah kecepatannya untuk mengimbangi laju mobil milik Park Chanyeol yang ada dihadapannya tersebut.
“Sepertinya setelah ini tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi.” Chanyeol hanya mengangguk mendengar ucapan lelaki tua yang ada disampingnya. Kira-kira sudah 2 jam ia melajukan mobilnya. Lokasi tujuannya masih cukup jauh saat ini.
“Kenapa paman tidak memberitahukan ini pada Baekhyun ?” Paman Taeyoung tersenyum mendengar ucapan Chanyeol barusan.
“Baekhyun tak perlu tahu. Jika ia sampai tahu, dia tak mungkin tidak setuju dengan ini semua.” Chanyeol kembali mengangguk mendengar jawaban tersebut. Dalam pikirannya kini ia merasa sedikit beruntung, mengetahui suatu hal yang Baekhyun tidak tahu.
Mobilnya kini berhenti karena lampu merah yang tiba-tiba menyala. Ia melirik spion sebentar, melihat pemandangan mobil-mobil yang ada dibelakangnya sana.
“Setelah melewati ini belok ke kanan.”
“Ne~”jawab Chanyeol atas perintah barusan. Entah kenapa kini matanya tak bisa lepas dari mobil yang ada dibelakangnya itu. Sepertinya ia pernah melihatnya. Tapi itu semua pikiran itu menghilang dari otaknya setelah ia kembali menjalankan mobilnya. Ia mengendarainya dengan kecepatan sedang.
“Belok.” Chanyeol kini berbelok mengikuti perintah yang diberikan kepadanya itu.
“Paman , Gwenchana ?”Tanya Chanyeol saat melihat orang yang ada disebelahnya itu seperti kesakitan sambil memegang dadanya. Apa yang terjadi saat ini ?
“Paman! Paman!”Chanyeol masih saja menjalankan mobilnya sambil terus menatap Paman Taeyoung yang kini tambah terlihat kesakitan itu.
“Paman!”ucap Chanyeol sedikit berteriak saat mengetahui kini seseorang yang ada disampingnya itu pingsan. Sampai-sampai ia tak menyadari keadaan yang ada dihadapannya sana. Sebuah truk dari arah lain yang berkecepatan tinggi itu melaju dihadapannya. Chanyeol kini membanting stirnya ke kanan. Menghindari truk yang ada dihadapannya tersebut. Tapi sayangnya disebelah kanan juga ada sebuah mobil yang melaju sama kencangnya. Membuatnya bertabrakan dengan mobil Chanyeol yang menghindari truk tadi. Kecelakaan lalu lintaspun terjadi. Jalanan yang tadinya sepi kini berubah menjadi sedikit ramai karena beberapa orang terlihat mulai mengerumuni lokasi kejadian. Diantara mereka juga telah menghubungi pihak ambulance saat itu juga.
Mobil yang dari tadi mengikuti Chanyeol kini baru saja terlihat. Sang pemilik menepikan mobilnya saat melihat kerumunan orang banyak yang menyebabkan macet ini. Ia keluar mendekati kerumunan orang tersebut. Ia membelalakan matanya saat mengetahui seseorang yang baru saja diangkat itu. Tentu saja korban dari kecelakaan ini, Chanyeol.
“Park Chanyeol!” Hanni kini tak bisa menahan tangisannya. Kedua tangannya menggenggam erat tangan mantan kekasihnya itu. Saat ini ia ikut didalam mobil Ambulance yang membawa Chanyeol. Tubuhnya bergetar karena ketakutan. Melihat darah segar yang tak henti-hentinya mengalir dari kepala pria yang sangat ia cintai.
“Chanyeol-ah.. bertahanlah”
Ia kecup tangan Chanyeol yang tak berdaya itu. Berharap mantan kekasihnya ini baik-baik saja. Hanni memang mengikuti mobil Chanyeol sejak dari Seoul tadi. Ia tahu apa yang akan dilakukan Kris kepada Chanyeol. Mulai dari memanipulasi mesin mobilnya tadi, tapi itu semua telah Hanni hentikan. Untuk itu ia mengikutinya sampai kesini, bawahan Kris yang lain bukan hanya dirinya. Ia takut jika Kris berbuat macam-macam kepada Chanyeol. Tetapi keadaannya kini malah seperti ini.
Ruangan ini terlihat sepi, hanya ada Baekhyun didalamnya. Ia masih berkutat pada berkas-berkas yang ada dihadapannya kini. Rapat baru saja selesai, tetapi ia masih saja berada disini. Kegiatannya kini berhenti karena ponselnya yang tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah panggilan masuk disana.
“Apa ? Kecelakaan ? Busan ?”
“Aku akan segera kesana.”
Baekhyun kini menutup ponselnya, langkahnya begitu terburu-buru setelah menerima panggilan barusan.
“Kenapa mereka bisa sampai ke Busan ?”batin Baekhyun.
***
“Apakah Baekhyun tidak menghubungimu ?”Tanya Ibu Baekhyun kepada Nara yang sibuk mengemasi baju-baju kedalam tas yang cukup besar itu. Mengingat Ibu Baekhyun akan pulang hari ini.
“Dia tadi sudah mengatakan akan menjemput sore tadi. Tapi aku tak menyangka sampai sekarang ia belum sampai.”
“Aku akan menghubunginya sebentar Eomma.“ Nara kini berjalan keluar dari ruangan ini, beberapa kali ia menghubungi Baekhyun tetapi tetap saja gagal. Tidak tersambung, sepertinya saat ini ponsel Baekhyun dimatikan.
“Baekhyun, kau dimana ?”ucap Nara pelan.
“Permisi, nona , bisakah anda ikut saya sebentar ?” Nara berjalan mengikuti pria yang ada di depannya itu. Ia mengikutinya tanpa curiga sedikitpun. Sepertinya kini ia sudah terlalu jauh dari tempatnya tadi. Pria yang ada didepannya itu mengatakan bahwa ada yang ingin ia bicarakan, tentunya tentang Ibu Baekhyun. Walaupun ia sempat curiga karena tak pernah ia melihat pria yang berpakaian Dokter ini.
“Masuklah.”ucap pria tersebut. Nara mengikuti perintahnya, ia melihat seisi ruangan yang ia masuki itu. Sepertinya pria yang bersamanya ini memang salah satu Dokter di rumah sakit ini.
“Apa yang ingin anda katakan ?”
Pria itu kini melepas kacamata dan jas putih khas Dokter yang melekat pada tubuhnya. Dari memperhatikan dengan jelas seseorang yang ada dihadapannya itu, sepertinya ia tak asing dengan wajah tersebut.
“Kau..”
“Kenapa ? Kau baru menyadarinya Park Na-ra” Nara kini sedikit memundurkan tubuhnya, pria inilah yang selalu mengganggunya saat ini. Bahkan hampir mencelakakannya sejak hari pertama ia berada dirumah sakit ini. “Apa yang akan kau lakukan ?” Nara berusaha membuka pintu yang ada dibelakangnya itu.
“Katakanlah hal terakhir yang ingin kau ucapkan cantik. Sebenarnya aku tak tega melakukan ini, tapi ini adalah perintah bos. Jika gagal, maka akulah yang mati.”
Pria itu kini mengeluarkan pisau yang entah darimana kini bisa berada pada tangannya. Memperlihatkannya kepada Nara yang kini mulai ketakutan itu.
“Kau jangan macam-macam, a-aku akan melaporkanmu pada polisi” Jawaban Nara barusan disambut tawa oleh pria tersebut.
Nara menghindar saat pria itu mendekatinya, hampir saja ia terkena pisau kecil yang mengerikan itu. Dan sialnya kini ia malah jauh dari pintu. Tangannya kini meraih benda-benda yang ada disekitarnya, melemparkannya asal kepada lawan yang ada dihadapannya.
“Kau pintar menghindar rupanya. Selamat tinggal cantik”pria itu berjalan mendekat kearah Nara.
“Baekhyun!”
Brak..
Pintu ruangan ini kini terbuka, membuat pria yang hendak melayangkan pisaunya kepada Nara terbentur pintu. Karena posisinya tadi tepat di depan pintu. Nara yang sudah ketakutan mati itu kini merasa bisa bernafas kembali. Seorang yang mendobrak pintu tersebut kini menarik tangan Nara, membawanya kabur dari sini.
“Kajja Nara-ya!”
“Kalian berhenti!”
Nara mengenggam erat genggaman tangannya dengan Luhan. Pria yang menolongnya saat ini. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otaknya saat ini. Seperti kenapa Luhan bisa tahu ia berada disini. Tapi yang ia bisa lakukan saat ini hanyalah berlari. Tampaknya kini ia sudah mulai kelelahan, terlihat dari kecepatan larinya yang mulai pelan ini. “Gwenchana ?”Tanya Luhan memastikan keadaan gadis yang ada disebelahnya ini.
Nara hanya mengangguk, dengan nafasnya yang terengah-engah. Luhan menatap ke belakang, sepertinya pria itu masih mengejarnya. Kini ia teringat di ujung tangga sana ada beberapa orang yang sedang berjaga. Ia tahu pasti mereka satu komplotan dengan pria yang mengejarnya ini. Untuk itu tak mungkin ia melewatinya sekarang.
“Kesini!”Luhan menarik tangan Nara untuk memasuki ruangan yang ia maksud. Menutupnya dengan cepat dan kemudian merunduk bersama dengan Nara. Dari dalam sini ia dapat mendengar suara langkah kaki seseorang di luar sana.
“Kau tak melihatnya ?”
“Tidak ada yang lewat kemari bos. Kami berada disini dari tadi “
“Brengsek! Mereka kabur, cepat cari mereka. Aku yakin masih ada disekitar sini” Percakapan diluarsana dapat terdengar jelas oleh kedua orang yang meringkuk di ruangan yang sangat gelap ini. Setelah mendengar tak ada suara lagi, Luhan kini bernapas lega. Ia tak menyadari bahwa gadis yang ada disampingnya kini menangis.
“Nara-ya ?”ucap Luhan sedikit berbisik. Kini menariknya kedalam pelukannya. Mendekapnya erat, ruangan ini sangat gelap dan ia baru ingat jika Nara memiliki phobia gelap. Ia dapat merasakan tubuh Nara yang bergetar saat ini, mungkin karena dia sangat ketakutan. Ia juga dapat mendengar isak tangis Nara yang tertahan.
“Aku ada disini. Tenanglah.”
----
Di ruang inap Ibu Baekhyun masih menunggu Nara yang tak kunjung kembali. Wajahnya terlihat cemas, pandangannya tak lepas dari pintu ruangannya. Pintu kini terbuka, menampakkan pria paruh baya yang tak lain adalah Paman Han, Paman Baekhyun.
“Kenapa kau kemari ?”
“Baekhyun menyuruhku untuk menjemputmu disini. Dia mengatakan sekarang ada di Busan.”
“Lalu dimana Nara sekarang ?”
“Mungkin saja ia sudah pulang.” Paman Han kini menenteng tas yang berada dibawah meja itu. Karena Baekhyun tak jadi menjemput, sore tadi ia menelpon Paman Han untuk menggantikannya. Kini Paman Han dan Ibu Baekhyun meniggalkan ruangan yang sudah rapi itu. Beberapa perawat yang ada disitu kini membantu Ibu Baekhyun berjalan.
Keduanya tak terlalu memikirkan keberadaan Nara saat ini. Karena Nara memang tak kunjung kembali dari tadi. mereka beranggapan bahwa Nara sudah pulang kerumah. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan keduanya. Dan kini berjalan mengikuti mereka.
-----
Kini Luhan meraih ponselnya yang berada disakunya. Mencoba menekan tombolnya berkali-kali, tetapi sepertinya ponselnya mati. “Sial, kenapa disaat seperti ini tak bisa digunakan.” Ia kini bergerak melepaskan pelukannya dengan Nara. Tapi nihil, Nara malah menarik kemejanya erat. Tak mengijinkannya untuk berpindah sedikitpun.
“Aku akan mencoba menghidupkan lampunya.”
“Aku tak kan meninggalkanmu disini”tambahnya lagi. Luhan berhasil menemukan saklar lampu ruangan ini. Dalam hitungan ketiga ruangan ini berubah menjadi terang. Ia bisa melihat gadis kecilnya yang masih meringkuk bersandar didepan pintu. Kedua tangannya memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya disana.
“Nara-ya, bukalah matamu”
Luhan kini berjongkok di hadapan Nara, jari-jemarinya mengusap air mata Nara yang membasahi kedua pipi mulusnya tersebut. “Oppa~”Nara memeluk Luhan dengan erat.
Luhan membalas pelukan tersebut, tangannya mengusap punggung Nara. “Jangan takut. Aku masih disini.”
***
“Meninggal ?”
Kedua kaki Baekhyun terasa lemas setelah mendengar berita barusan. Jantungnya juga serasa berhenti berdetak . Ia masih tak percaya akan apa yang dihadapinya kini.
“Dimana dia sekarang ? DIMANA!” Ia berlari menuju ruangan yang ditujukan oleh perawat yang meberitahunya. Membukanya dengan terburu-buru. Dilihatnya sosok seseorang yang sangat ia sayangi itu kini terbujur kaku disana. Kedua kakinya sulit digerakan untuk mendekati seseorang disana.
“Ini tidak mungkin, ini tidak mungkin. APPA!”
Diruangan lain tampak seorang wanita yang terlihat gelisah didepan ruang operasi. Kedua matanya terlihat begitu sembab. Sudah satu jam ia menunggu disini, tapi belum ada kabar apapun sampai saat ini. Ia takut seseorang yang menjalani operasi didalam sana kenapa-kenapa.
“Park Chanyeol..” Ia kini kembali duduk, ponselnya yang daritadi birdering tak ia pedulikan. Entah itu penting atau tidak yang jelas yang terpenting saat ini adalah keselamatan pria yang ia cintai. Tak henti-hentinya ia berdoa, memohon kepada Tuhan agar menyelamatkan seseorang disana.
*
Luhan mengantarkan Nara menuju rumahnya. Sebenarnya tadi Nara menolak, tetapi Luhan tetap memaksanya. Ia takut jika Nara kenapa-kenapa. Apalagi saat mereka kembali ke ruangan Ibu Baekhyun di rawat, sudah tidak ada seseorang lagi. Mereka juga telah menanyakan pada perawat disana. Dan benar, Ibu Baekhyun sudah pulang dari tadi. Kini keduanya sudah sampai di depan rumah Nara. Kira-kira selama 3 jam mereka terjebak di ruangan tadi. Menunggu seseorang yang hampir saja membunuh Nara itu pergi. Keluar dari sana juga tidak mudah. Deretan ruangan yang mereka tempati tadi adalah ruangan lama yang memang tak digunakan saat ini. Ada beberapa kerusakan di bagian sana, pihak Rumah sakit juga sudah menutup tangga yang menuju kesana. Hal itulah yang membuat Luhan curiga saat mengetahui Nara berjalan menuju kesananya. Kemudian ia mengikutinya diam-diam, untung saja ia tepat waktu menemukan gadis kecilnya itu. Jika tidak, ia tak tahu apa yang nantinya terjadi.
“Gomawo oppa”
“Aku masuk dulu.” Nara berbalik membuka pintu gerbang, matanya memperhatikan sesuatu disana. Sepertinya mobil Baekhyun tidak ada, membuatnya kini bernafas lega. Ia takut jika Baekhyun melihatnya bersama Luhan seperti saat ini.
“Nara-ya”
“Ne ?”
Luhan menarik lengan Nara, membuat gadis itu kembali berada dihadapannya. Menatapnya wajah polosnya sebentar. Tangan kirinya kini menarik pinggang Nara yang membuat pemiliknya sangat dekat dengan tubuhnya. Tangan Luhan yang satunya kini meraih dagu Nara yang mungil itu. Sedangkan Nara hanya menatap Luhan seperti orang bodoh. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Luhan mendekatkan kepalanya ke arah Nara dan mencium bibirnya. Ciuman yang lembut tak memaksa. Nara masih terdiam pada posisinya, butuh beberapa saat untuknya menyadari apa yang terjadi padanya saat ini.
Kedua tangan Nara kini mendorong tubuh Luhan dari hadapannya. Membuat ciuman mereka otomatis terlepas. Terlihat kekecewaan di wajah cantik Nara, kedua matanya kini mengeluarkan air mata.
“Apa yang barusan kau lakukan Oppa..”Nara tak bisa menahan tangisannya saat ini. Ia tak menyangka seseorang yang di depannya kini melakukan hal tersebut kepadanya.
“Park Nara,” Luhan kembali mendekat kearah Nara, mencoba meraih tangannya. Tetapi Nara menepisnya dengan kasar. Kini ia berlari memasuki rumahnya, meninggalkan Luhan yang terus memanggilnya itu.
Nara membuka pintu dengan terburu-buru dan kemudian menutupnya kembali dengan cepat. Kedua kakinya melemas, kini ia terduduk bersandar pintu. Di usapnya air mata yang membasahi pipinya itu. Tangannya kini menyentuh bibirnya, kemudian mengusapnya. Seolah menghilangkan bekas yang ada disana.
“Byun Baekhyun…”
Di luar sana Luhan hanya memandang rumah Nara dengan tatapan kosong. Ia tak tahu setelah ini Nara masih mau bertemu dengannya atau tidak. Yang ia lakukan tadi terjadi begitu saja. Ia hanya mengikuti hatinya saat itu. Tapi ia merasa tak menyesal, senyuman