*** Baby Don’t Go ***
Baekhyun kini turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Ia memang sudah janjian dengan Paman Han sebelumnya. Ada hal yang memang ia butuh bantuan dari Paman Han.
Langkahnya kini terhenti karena ditahan oleh seseorang.
“ Tunggu “ ucap pemuda yang tak lain adalah Luhan itu.
Baekhyun yang merasa terganggu itu baru sadar akan seseorang yang kini dihadapannya tersebut. Matanya juga tak mempercayai apa yang ada dihadapannya kini. Luhan masih menatapnya dengan tatapan benci, penuh emosi, entahlah tatapan apa itu.
“ Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Byun Baek-hyun “
“ Penting. “ tambah Luhan lagi. Baekhyun memutuskan untuk mendengarkan pemuda yang ada dihadapannya tersebut.
Luhan kini tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Entah kenapa sulit sekali untuk mengungkapkan apa yang ingin ia pastikan itu.
“ Kau… “ ucap Luhan menggantung.
Baekhyun masih menunggu ucapan Luhan selanjutnya.
“ Baekhyun! “
Suara teriakan seseorang yang tak lain adalah suara dari Paman Han mengagetkan keduanya. Baekhyun yang merasa memiliki urusan yang lebih penting itu akhirnya angkat bicara.
“ Sepertinya sekarang tidak tepat. Maaf, aku ada urusan lain. “ Baekhyun kini berjalan kearah Paman Han yang menunggunya di depan pintu restoran itu. Sebelumnya ia melihat kearah Luhan sebentar, dalam benaknya ia juga penasaran akan apa yang akan dibicarakan olehnya. Tapi itu tidak penting baginya, lagipula dia tahu Luhan siapa.
Luhan masih pada posisinya, entah kenapa otaknya benar-benar kosong saat berhadapan dengan Baekhyun tadi.
“ Arghhh…. “
“ Kau mengenalnya ? “ Tanya Paman Han saat Baekhyun sudah berada di hadapannya. Matanya masih melihat kearah Luhan yang diam disana itu.
“ Ah itu tidak penting paman, Oh ya dimana dokumennya ? “
“ Aaa~ , tunggu sebentar. “
Paman Han kemudian kembali masuk kedalam, mengambil dokumen yang di maksud oleh Baekhyun itu. Walaupun pikirannya masih mengganjal saat ini. Apakah mereka berdua saling mengenal ?
Baekhyun yang masih didepan itu menatap sosok Luhan yang kini melihat kearahnya. Kedua mata mereka bertemu , tersirat kebencian masing-masing. Tapi itu tak berlangsung lama, karena kini Luhan sudah beranjak dari posisinya tersebut.
“ Mungkin lain kali “ ucap Luhan pelan dan kini ia pergi meninggalkan area Restoran ini.
Di sepanjang perjalan ia masih saja memikirkan Nara. Apakah benar kini ia sudah menikah dengan pria tadi ?
Walaupun sudah beberapa kali ia mendengar pernyataan tersebut. Mulai dari tetangga Nara bahkan sampai menelpon Ibunya yang ada di Cina itu. Tetapi tetap saja ia belum bisa menerima itu semua. Yang ia inginkan saat ini adalah penjelasan dari Nara langsung. Bahkan berkali-kali ia sudah menghubunginya tetapi tetap saja tidak bisa.
“ Nara, Apakah semua ini benar ? “ ucap Luhan pelan .
***
Nara’s POV
“ Gomawo~ “ ucapku pada perawat yang kini telah melepaskan infus di tanganku.
Sebenarnya saat bangun tadi aku masih bingung kenapa aku bisa berada disini. Lalu perawat itu mengatakan bahwa semalam aku pingsan dan Baekhyun membawaku kesini. Tapi aku sekarang mengerti, karena baru saja ia juga mengatakan bahwa maagku kambuh dan bertambah sedikit parah. Maka perlu penanganan sedikit dari dokter. Untung saja kini aku sudah boleh pulang.
Kulihat Chanyeol yang berada di ujung pintu dan kini berjalan mendekatiku. Apakah Baekhyun menyuruhnya untuk menjemputku ? Kenapa tidak Baekhyun saja yang kesini ?
“ Kau sudah baikan ? “ Tanya Chanyeol kemudian.
Aku mengangguk pelan. Sepertinya tubuhku benar-benar lemah. Aku berjalan lemas, Chanyeol mencoba membantuku dengan memapahku perlahan.
“ Aku bisa berjalan sendiri. Gomawo~ “ tolakku sopan sambil sedikit menundukkan kepalaku.
“ Ah.. baiklah. “ jawab Chanyeol yang kini berjalan di sebelahku itu. Entah kenapa aku merasa dia sangat tinggi saat ini. Apakah memang biasanya seperti ini ?
Seolah mengerti kuperhatikan ,Chanyeol menatapku heran dan kemudian bertanya.
“ Ada apa ? “
“ A-aniyo~, “
Kami kembali berjalan keluar dari rumah sakit ini. Aku bisa mendengar berkali-kali Chanyeol menelpon seseorang. Sepertinya yang ia telpon dari tadi adalah seorang wanita.
“ Chagi~, mianhae.. emm bagaimana aku harus mengatakan ini. Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Mianhae, aku mencintaimu.. “
Menurutku ini sudah ke enam kali. Ah bukan, aku tak tahu pasti ini yang ke berapa. Apakah baru saja ia menghubungi kekasihnya ? Apakah sebanyak itu ?
“ Akhirnya… “ ucap Chanyeol yang kini berhenti akan aktivitasnya dengan ponselnya itu.
Daripada penasaran lebih baik aku tanyakan saja.
“ Barusan kau menelpon siapa ? “ pertanyaan polos itu keluar begitu saja dari mulutku.
Kulihat Chanyeol menatapku sedikit heran dan kemudian tertawa.
“ Apakah kau ingin tahu ? “ Tanya Chanyeol sedikit menggoda.
“ Tidak terlalu. “ jawabku singkat. Apakah sulit untuk menjawab pertanyaanku barusan.
“ Ya! Nara-ah, apakah kau marah ? “
Aku menggelengkan kepalaku. Kini kami sudah sampai di depan mobil. Ia mempersilahkanku masuk seperti tuan putri saja. Aku tersenyum kecil akan perlakuannya tersebut.
“ Gomawo~ “ ucapku saat ia membukakan pintu mobil itu kepadaku. Bahkan Baekhyun tidak pernah melakukan hal ini. Apakah barusan aku mengharapkan Baekhyun melakukan hal seperti ini. Park Nara, apa yang kau pikirkan ?
Chanyeol mengemudikan mobil dengan hati-hati. Aku merasa wajahnya kini tampak begitu bahagia.
“ Bagaimana kalau kita makan dulu ? “ tawar Chanyeol kepadaku.
***
“ Pengelolaan kontrak kedua belum bisa dilakukan. Tanah itu masih atas nama Baekhyun, jadi kita tidak bisa mengambil alih begitu saja. Untuk masalah perusahaan utama kini sudah mulai stabil, ia menggunakan sistem potong gaji untuk mengatasi krisis pada perusahaan. Berbeda dengan yang kita prediksi sebelumnya, mungkin Baekhyun memang ahli dalam menangani kasus seperti ini. Para karyawan juga tidak melakukan protes akan tindakan Baekhyun tersebut. Untuk saat ini pihak mitra masih lebih mempercayai kontrak dengan Baekhyun daripada dengan kita. “
“ Bagaimana dengan kondisi adiknya ? “
“ Keadaannya semakin memburuk. Bukankah lebih baik memberitahu Nona Jung kebenarannya ? Jika seperti ini maka anda yang akan disalahkan. “
“ Kau tidak usah ikut campur. Sekarang pergilah “
Setelah memberikan laporan kepada bosnya, pria tersebut keluar dari ruangan berinterior serba putih ini.
Kini ruangan ini hanya tersisa seorang pria yang sedang memainkan bolpennya dengan asal itu. Bibirnya mengukir sebuah seringai tajam. Siapa lagi jika bukan Kris Wu. Tangannya kini meremas kertas yang baru saja ia tanda tangani. Meluapkan emosinya pada kertas tersebut sampai tak berbentuk lagi.
“ Kau memang begitu ahli Byun Baekhyun. “ Dilemparnya kertas yang berada pada tangannya itu asal.
Tangannya kini meraih foto yang berada didalam lacinya itu. Ia pandang sejenak sosok dalam foto tersebut.
“ Bagiamana jika aku memulai permainan baru “
“ Kali ini mungkin kau akan menyerah “ ucapnya kemudian disertai tawa yang mengisi kekosongan ruangan ini.
Ruangan ini kembali hening, Kris terdiam di tempatnya. Sorot matanya kini berbeda dengan tadi. Matanya terlihat begitu sayu, tersirat beragam kesedihan yang terpancar dari matanya itu.
Sesaat kemudian ia merasa kepalanya sangat sakit. Tubuhnya serasa kaku, diraihnya ponselnya yang berada di dekatnya itu. Disamping tumpukan map yang tersusun dengan rapi. Sebenarnya jaraknya sangat dekat, tetapi karena rasa sakit dikepalanya kini tak bisa di ajak kompromi maka ini sedikit sulit baginya. Dengan susah payah ia meraih ponselnya tersebut, sambil menahan rasa sakit pada kepalanya itu.
Tangannya sibuk mencari kontak telpon yang ingin ia hubungi saat ini juga.
“ Hanni-ah..tolonglah kemari “ Suaranya kini begitu serak, terdengar memilukan. Apakah sesakit itu yang ia rasakan saat ini ?
Tak ia hiraukan sahutan dari penerima panggilannya itu. Ia langsung mematikan sambungannya. Tangannya kini kembali memegangi kepalanya. Seoalah menahan rasa sakit yang menjalar di kepalanya tersebut.
“ Arghh.. “ rintihnya tertahan.
Tak lama kemudian ia ambruk dari kursi kerjanya itu. Tak ada yang mengetahui hal ini. Mungkin hanya seseorang yang baru saja ia telpon tadi.
***
“ Ini sangat lezat sekali Nara-ah, selamat makan “ ucap Chanyeol saat menyantap masakan yang baru saja dibuat oleh Nara itu. Wajahnya kini terlihat begitu bahagia, membuat Nara sedikit heran dengan tingkah Chanyeol barusan.
Nara kini duduk didepan Chanyeol mengikutinya untuk makan. Beberapa kali Chanyeol melontarkan senyuman kepada Nara yang ada didepannya tersebut.
Keduanya tampak begitu menikmati makanannya masing-masing. Nara merasa sangat bahagia saat ini, melihat seseorang makan masakannya dengan begitu lahap. Ingin sekali ia melihat Baekhyun segembira ini saat makan bersamanya.
“ Kau tahu, ini benar-benar lezat “ ucap Chanyeol dengan mulutnya yang masih penuh makanan itu.
Nara hanya membalasnya dengan senyuman. Ia tak menyangka jika Chanyeol menyukai masakannya.
“ Ahhh~, perutku terasa kenyang sekali. Gomawo~ “
“ Ne~, cara makanmu seperti seseorang yang tidak makan selama seminggu saja “ cibir Nara kepada Chanyeol. Ia memang memperhatikan dari tadi. Bagaimana mungkin orang makan dengan lahap dan cepat seperti itu. Bahkan tanpa tersedak sekalipun. Sungguh pemandangan yang langka bagi Nara.
“ Kau tahu, aku sangat lapar sekali. Bahkan ini bisa dibilang sarapanku. Perutku benar-benar kosong dari tadi pagi “ jelas Chanyeol yang dibalas tawa kecil Nara.
Nara kini mulai membersihkan beberapa piring yang baru saja ia dan Chanyeol gunakan itu.
Sedangkan Chanyeol masih pada posisinya saat ini. Tangannya kini mulai sibuk dengan ponselnya.
“ Kapan Baekhyun pulang ? “ Tanya Nara yang saat ini sedang mencuci piring itu.
“ Ia menyuruhku untuk menunggu disini. Mungkin sebentar lagi. “
“ Hey Nara, apakah kau ingin mendengar ceritaku ? “ Tanya Chanyeol kemudian.
“ Cerita ? “
“ Bukan cerita sih, emm.. apa kau mencintaimu kedua orangtuamu ? “
Mendengar pertanyaan itu membuat Nara berhenti dari kegiatannya seketika. Pikirannya kini kembali mengingat kedua orangtuanya yang telah meninggalkannya itu. Perasaan sedih sedikit menyelimuti hatinya kini. Tapi ia mencoba untuk tetap tenang.
“ Sangat. Aku sangat mencintai mereka. “
Pikiran Nara kini kembali mengenang saat dimana ia masih bersama orangtuanya dulu. Semuanya benar-benar sangat indah. Perasaan rindu kini kembali mucul, menggebu dalam hatinya.
“ Kenapa kau bertanya seperti itu ? “ Nara kini kembali duduk dihadapan Chanyeol. Ia telah selesai merapikan semuanya.
“ Ah, Aku hanya bertanya. Aku sama sekali tidak mencintai mereka. “
Jawaban Chanyeol tersebut membuat Nara keheranan. Bagaimana mungkin seorang anak tidak mencintai kedua orangtuanya. Tapi ini memang bisa saja terjadi.
“ Kenapa kau berkata seperti itu ? “ Nara merasa tak terima akan ucapan Chanyeol tadi.
“ Bahkan aku tidak mengetahui siapa kedua orangtuaku. Mereka membuangku begitu saja saat aku bayi. “
Nara membelalakan matanya tak percaya akan pernyataan Chanyeol barusan. Membuangnya ?
“ Pihak panti memberitahuku, jika aku sudah berada disana sejak umurku 6 hari. Mereka mengatakan bahwa ibuku menyerahkanku kepada mereka. Bahkan tanpa bicara sedikitpun, ia hanya memberikan beberapa berkas dari rumah sakit dan gelang kecil yang bertuliskan namaku. Ya setidaknya mereka berbaik hati memberikan nama kepadaku sebelum membuangku. “
“ Benarkah ? “ Nara tak percaya akan ucapan Chanyeol barusan. Apakah di dunia ini masih ada orangtua sekejam itu. Mungkin baginya itu sedikit menakutkan. Saat kedua orangtuanya masih ada, mereka sangat memanjakan Nara. Mungkin karena Nara adalah anak satu-satunya. Semua permintaanya bahkan hampir semua terpenuhi. Dan itu semua berakhir begitu saja ketika kecelakaan pesawat menghilangkan nyawa kedua orangtuanya itu. Mulai saat itu kehidupannya berubah. Tak ada perlakuan manis yang ia dapatkan setiap hari. Ia mulai tinggal bersama keluarga Luhan saat itu. Awalnya keluarga Luhan begitu baik kepadanya. Tapi seiring berjalannya waktu sikap ketidaksukaan mereka mulai tercium. Perlakuan kasar Ibu Luhan yang sering ia rasakan membuatnya takut jika akan kembali ke rumah. Hanya Luhan yang bersikap lembut kepadanya. Baginya Luhan seperti malaikat penolong dalam kehidupannya itu. Untuk itu selama ini ia selalu bergantung pada Luhan.
“ Apa aku terlihat berbohong ? “
“ Ani~, aku percaya padamu. “
Mereka kembali bercerita kisah masing-masing. Membuat keduanya tampak begitu akrab. Tak jarang tawa keluar dari kedua mulut mereka. Perbincangan mereka berlanjut seiring menunggu Baekhyun pulang.
***
“ Trimakasih. Maaf merepotkan anda “ ucap Hanni kepada pria yang memapah tubuh Kris tadi. Dialah yang membantu Hanni membawa Kris pulang kemari.
Kini Hanni kembali masuk kedalam apartemen milik Kris yang cukup mewah ini.
Dilihatnya Kris yang tergeletak tak berdaya di depannya itu. Matanya masih terpejam, wajahnya begitu tampak kelelahan. Perasaan benci yang ada di dalam hati Hanni kini berubah menjadi kasihan. Kejadian seperti ini memang bukan yang pertama kalinya. Kris memang sering mengalami hal seperti ini, dan hanya Hanni lah yang tahu. Berulang kali Hanni menyuruh Kris untuk berobat, tetapi laki-laki ini terus menolak. Rasa sakit yang ia rasakan hanya sesaat dan setelah ia sadar maka ia akan kembali seperti biasa. Itulah yang sering ia katakana pada Hanni. Sebenarnya Hanni sedikit khawatir, bagaimana jika Kris memiliki suatu penyakit yang parah.
“ Kau… Jika aku meninggalkankanmu , siapa yang mau mengurusimu seperti ini “
Ucap Hanni sambil melepas sepatu Kris yang masih melekat di kakinya. Kemudian ia letakkan di bawah dengan rapi. Ditutupinya tubuh Kris itu dengan selimut dengan perlahan. Takut sang pemilik terganggu dari tidurnya tersebut. Diamatinya wajah bosnya itu, kenapa saat tertidur seperti ini wajahnya begitu damai. Sangat berbeda dengan kelakuaannya saat ia sadar. Tak sadar tangan Hanni kini mulai merapikan rambut Kris yang sedikit menutupi dahinya itu.
“ Berhentilah bertindak seperti ini Kris. Yang kau rasakan bukan kebahagian. Tapi tolong berhentilah, jangan kau menyakiti dirimu sendiri seperti ini. Tindakanmu merugikan orang lain, kau harus tahu itu. “
“ Jika kau kesepian, aku akan selalu berada bersamamu. “ ucap Hanni lagi.
Mungkin jika Kris sadar, Hanni tidak akan berani mengatakan hal tersebut. Hanni masih saja memperhatikan wajah Kris yang tertidur itu. Dia sangat menyukai wajah bosnya yang seperti ini. Tak ada kebencian dalam hatinya, tapi keprihatinan yang menyelimutinya. Tapi jika dia sudah melihat bosnya sadar, rasa benci kembali memberontak dalam hatinya tersebut.
Tanpa ia sadari mata Kris mulai terbuka secara perlahan. Dilihatnya kini Hanni yang ada disampingnya.
“ Kenapa kau bisa disini “
Suara tersebut mengejutkan Hanni yang melamun itu. Kini ia bangkit dari duduknya.
“ Kau sudah sadar. Aku akan membeli makanan dulu. “
Sebelum Hanni pergi , Kris telah menahan tangannya. Membuat pemiliknya berbalik menatap kearahnya.
“ Pulanglah “ ucap Kris dengan suaranya yang masih terdengar serak itu.
Hanni melepas tangan Kris yang menahannya tersebut.
“ Aku tidak akan pulang sebelum melihatmu kondisimu lebih baik. “
Hanni kini meraih tasnya yang tergeletak di sofa tak jauh dari tempatnya berdiri.
“ Tunggu disini, aku akan segera kembali. “
“ PULANGLAH! “
Teriakan Kris tersebut membuat Hanni menghentikan langkahnya. Tapi kini ia kembali melanjutkan langkahnya lagi. Ini memang bukan pertama ia merasakan hal seperti ini. Tapi berkali-kali, yang jelas sekarang ia ingin membeli makanan untuk mengisi perut kosong bosnya itu. Tak peduli penolakan yang baru saja ia dengarkan. Lagipula nanti Kris juga menerimanya.
***
Baekhyun dan Nara kini menatap kepergian mobil Chanyeol itu. Beberapa menit yang lalu Baekhyun pulang dan setelah berbincang-bincang dengan Chanyeol sebentar akhirnya kini Chanyeol memutuskan untuk berpamitan. Lagipula mungkin dia juga merasa tidak enak dengan Baekhyun dan Nara.
Rumah ini kembali hening, keduanya tak mengeluarkan suara. Setelah menutup pintu, Nara memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
“ Aku tidur dulu “
Baekhyun’s POV
Mobil Chanyeol kini sudah menghilang dari area rumahku. Aku menghela nafas perlahan, akhirnya pengganggu itu pergi juga. Walaupun dalam hatiku tidak rela tadi menyuruh Chanyeol untuk menjemput Nara di rumah sakit. Tapi bagaimana lagi, tak ada orang yang kupercayai selain dirinya.
Kini kami kembali dalam keheningan. Kulihat Nara yang kini menutup pintu itu. Kemudian dia berjalan melewatiku begitu saja.
“ Aku tidur dulu “ ucapnya sebelum meninggalkanku.
Apakah ini sikapmu didepan suamimu Nara ? Bahkan kau tak menatapku sedikitpun. Tak tahukah kau bahwa aku sangat menghawatirkanmu ?
Aku menahan tangannya saat itu juga. Kulihat ia sedikit terkejut.
“ Tidurlah diatas. “
Jujur sulit sekali bagiku untuk mengatakan, ‘tidurlah bersamaku’ . Entah dua kalimat itu begitu sulit dikeluarkan dari mulutku ini.
“ Aku takut kau kenapa-kenapa lagi. “
“ B-baiklah.. “ jawabnya kemudian.
Nara kini berjalan mendahuluiku keatas. Aku bisa melihat wajahnya memerah tadi, apakah dia malu ?
Aku tersenyum kecil melihat Nara yang menaiki tangga itu. Kenapa cara berjalannya seperti anak kecil. Tak sadar aku terkekeh pelan. Memang benar, kau masih terlalu bocah Nara. Tapi aku benar-benar sangat mencintaimu.
Kini aku sedang melepas dasi beserta jas kerjaku. Memang aku belum mengganti bajuku semenjak pulang tadi. Kulihat Nara yang duduk di pinggiran ranjangku sambil mengamati seisi ruangan kamarku ini.
“ Aku akan mandi dulu. Jika kau ingin tidur duluan, tidurlah. “
Kulihat dia mengangguk sebentar sebelum aku keluar dari kamarku ini.
Aku menuju kamar mandi yang ada disamping kamarku. Memang di dalam kamar ada kamar mandi, tetapi aku lebih suka disini. Biasanya Nara selalu menyiapkan air panas disini.
Kututup pintu kamarku pelan, meninggalkan Nara sendirian didalam.
Nara’s POV
“ Aku akan mandi dulu. Jika kau ingin tidur duluan, tidurlah. “
Aku mengangguk akan ucapan Baekhyun barusan. Dan kini kulihat dia sudah pergi. Entah kenapa kini jantungku berdetak begitu cepat. Sebenarnya aku juga tidak merasa mengantuk. Aku hanya ingin menghindar dari Baekhyun. Mengingat kejadian kemarin yang masih belum bisa hilang dari pikiranku. Tapi sekarang ini aku malah berada disini. Bukankah ini berarti nanti aku akan tidur dengannya ? Kau tidak usah berpikir macam-macam Park Nara.
Apa yang sedang aku rasakan ini ? Kenapa jantungku berdetak seperti ini. Aku mulai mengatur nafasku yang tak beraturan ini.
“ Bagaimana aku bisa tidur jika seperti ini “ keluhku pelan. Aku membolak-balikan tubuhku begitu saja. Kucoba untuk memejamkan mataku, tapi tetap saja tidak bisa.
Aku memutuskan untuk melihat-lihat kamar Baekhyun saja. Kamarnya terlihat sangat rapi, melebihi kamarku yang dibawah itu. Aku tersenyum melihat foto kami berdua yang ia pajang di mejanya itu. Foto pernikahan kami dua bulan yang lalu.
“ Kau begitu sangat tampan. Kenapa kau memilihku untuk menjadi istrimu ? “
Aku memperhatikan foto Baekhyun yang kini ditanganku. Ekspresinya selalu saja seperti itu. Ingin sekali aku melihat dia tertawa lepas. Tapi sampai saat ini aku belum pernah melihatnya seperti itu.
“ Byun Baekhyun “
Kuletakkan kembali bingkai foto ini secara perlahan. Tak sengaja tanganku menyenggol sebuah buku yang ada didekatnya itu. Dan kini buku itu terjatuh. Segera kuambil buku yang terjatuh itu, tiba-tiba saja ada lembaran foto yang terjatuh. Sepertinya tadi berada didalam buku tersebut.
Bibirku kini tersenyum menatap foto tersebut.
“ Apakah ini kau ? Kenapa kau begitu lucu “
Aku kembali duduk di ranjang sambil menatap foto masa kecil Baekhyun. Dia benar-benar sangat lucu , tak sadar kini aku tertawa-tawa sendiri.
Ceklek..
Suara pintu terbuka menampakkan sosok Baekhyun dengan balutan kaos dan celana pendeknya itu.
“ Kau belum tidur ? “
Author’s POV
Baekhyun kini berjalan mendekati Nara yang duduk di pinggiran ranjangnya.
“ Apa yang kau lihat ? “ Tanya Baekhyun saat mengetahui Nara membawa sesuatu.
Kini Nara tersenyum kearahnya, senyuman itu begitu indah. Membuat Baekhyun sedikit salah tingkah seperti ini. Untung saja ia berhasil mengendalikan dirinya sendiri.
Nara memperlihatkan foto yang ada ditangannya itu kearah Baekhyun. Membuat sang pemilik terkejut bukan main. Darimana Nara mendapatkan fotonya itu.
“ Oh… foto itu “
Nara hanya tersenyum sambil terus memandang foto Baekhyun yang berada ditangannya kini.
“ Apakah aku boleh memilikinya ? “ tanya Nara kemudian.
Baekhyun kini duduk disamping Nara, diambilnya foto miliknya tersebut dari tangan istrinya.
“ Apakah kau menginginkannya ? “ Tanya Baekhyun kemudian.
Jarak mereka kini begitu dekat, mungkin hanya berjarak satu jengkal tangan saja. Nara baru menyadari saat Baekhyun bertanya padanya barusan. Ia merasa gugup jika harus berbicara dengan jarak sedekat ini. Dengan perlahan ia bergeser sedikit dari posisinya itu. Kakinya yang menggantung bebas ia gerak-gerakan asal. Itulah caranya untuk mengatasi kegugupannya saat ini.
“ Apakah boleh ? Itu sangat lucu sekali. “ Nara menjawabnya dengan berhati-hati.
Baekhyun tersenyum mendengar jawaban Nara itu. Sebenarnya pikirannya kini sudah lain. Berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Nara. Walaupun ia tahu maksud Nara sebenarnya. Tapi kini ia ingin menggodanya sebentar.
“ Aku bisa memberikan yang lebih lucu dari ini. “
Nara terlihat bersemangat mendengar ucapan suaminya barusan. Apakah ini berarti Baekhyun akan memberikan foto-foto masa kecilnya yang lain kepadanya ?
Dengan semangat kini ia mengangguk, pertanda setuju akan ucapan Baekhyun barusan.
“ Kau yakin ? “
Nara kini menatap heran Baekhyun yang ada didepannya itu. Apa maksud ia sebenarnya ?
Baekhyun kini mendorong tubuh Nara perlahan kebelakang hingga punggungnya menempel pada ranjangnya itu. Tapi ia mendorongnya dengan perlahan, bukan kasar seperti kemarin. Salah satu tangannya menopang kepala Nara tersebut, membuatnya sebagai bantalan. Sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menahan kedua tangan Nara yang mendorong dada bidangnya itu. Posisinya sekarang ini seperti seseorang yang sedang menidurkan anaknya.
Saat Nara hendak bangun, Baekhyun lebih dulu mengunci kedua kakinya. Membuatnya tidak bisa bergerak seperti saat ini.
“ A-apa yang k-kau lakukan ? “ Tanya Nara kepada Baekhyun. Pikirannya kembali mengenang kejadian kemarin. Ia takut jika itu akan terulang kembali sekarang.
Saat ini Baekhyun hanya ingin menggoda Nara saja. Dilihatnya wajah Nara yang mulai ketakutan itu. Apakah ia begitu takut kepadanya ?
“ Aku akan memberikanmu yang lebih lucu dari foto tadi. “ ucapnya sambil menyibakkan poni Nara yang menutupi wajah cantiknya itu.
“ Dan nyata “ lanjutnya lagi.
Kini Baekhyun mulai mendekatkan wajahnya. Nara memalingkan wajahnya saat jarak mereka sudah begitu dekat.
“ A-apa yang akan kau lakukan ? “
Baekhyun menatap Nara yang kini memejamkan matanya itu. Ingin sekali ia tertawa saat ini.
“ Bukankah kau menginginkan Baekhyun kecil ? “
Nara kini membuka kedua matanya, terkejut akan ucapan Baekhyun barusan. Butuh sedikit waktu baginya untuk mencermati ucapan tadi. Apakah yang ia maksud…
“ Haruskah aku memulainya sekarang ? “
Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Baekhyun kembali mendekatkan wajahnya lagi. Yang pasti dia hanya ingin bercanda saat ini. Tiba-tiba saja Nara mendorong wajahnya itu, membuatnya sedikit terkejut.
“ Bu-bukan itu yang ku maksud. “
Sepertinya kini ia mulai menyadari apa yang di maksud oleh Baekhyun saat ini.
“ A-aku hanya menginginkan fotomu tadi. Ya hanya itu, ..bu-bukan yang lain “ tambah Nara lagi.
Baekhyun tertawa pelan sebelum berpindah dari posisinya itu. Ia menarik tangannya pelan dari kepala Nara. Kemudian kembali pada posisinya tadi. Duduk menatap istrinya yang masih berbaring di samping kanannya.
“ Simpan saja. “ ucapnya kemudian.
Nara masih tak berpindah dari posisinya saat ini. Ia masih tak bisa mempercayai hal barusan. Kini tangannya beralih pada dadanya, merasakan detak jantungnya yang bisa dibilang cukup cepat itu. Ada apa ini sebenarnya ? Perasaan apa yang barusan ia rasakan.
‘Ya! Byun Baekhyun, apa yang terjadi denganku! ‘ batin Nara yang kini menarik selimutnya untuk menutupi wajahnya karena malu itu. Baekhyun yang kini sedang duduk di kursinya itu terkekeh melihat gerak-gerik istrinya. Tangannya kini meraih ponselnya yang berbunyi. Dilihatnya nama penelpon yang tertera di layar ponselnya. Ia mengernyitkan dahinya melihat nama tersebut. Dengan malas kemudian ia mengangkatnya, siapa tahu ada hal penting.
“ Ada apa ? “
Perbincangan Baekhyun di dalam telepon itu memang cukup lama. Sesekali ia melirik kearah Nara yang meringkuk dalam selimutnya disana. Volume suaranya juga ia sengaja kecilkan. Entah tak ingin mengganggu Nara atau memang yang ia bicarakan sedikit rahasia.
Setelah mematikan ponselnya ia beranjak menuju tempat tidurnya. Merebahkan tubuhnya disamping Nara yang mungkin sudah terlelap itu. Kedua tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya tersebut. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
Ia mengubah posisinya menghadap kearah Nara yang ada disamping kirinya. Ditariknya dengan perlahan selimut yang menutupi seluruh tubuh Nara. Hanya sampai lehernya. Ia hanya ingin melihat wajah istrinya yang tertidur itu.
Tangannya kini mengusap pelan rambut Nara, mengusapnya dengan perlahan. Seolah memberikan kenyamanan tersendiri kepada Nara. Membuatnya semakin terlelap dalam tidurnya itu.
“ Jangan pernah meninggalkanku. Aku ingin selalu bersamamu Nara, “
Baekhyun mencium kening Nara dengan lembut.
“ Selamat tidur. “
***
Luhan berjalan dengan terburu-buru, beberapa kali ia melirik kearah jam di tangannya. Ia takut terlambat, ia hampir saja lupa jika hari ini harus melakukan konfirmasi pada pihak rumah sakit.
“ Kenapa aku bisa lupa seperti ini “ gerutunya kesal.
Sesampainya disini ia juga masih kebingungan. Ia tak tahu ruangan yang tertuliskan pada kertas yang ia bawa itu.
Untuk itu dia memutuskan bertanya kepada salah satu petugas disana. Setelah Luhan memperlihatkan kertas yang ia bawa itu. Kini petugas iitu mengantarkannya menuju ke sebuah ruangan yang tak jauh dari situ. Luhan mencocokan tulisan yang ada di depan pintu ruangan tersebut. Ternyata tidak serumit yang ia kira. Ia kemudian mengucapkan terimakasih kepada petugas yang mengantarkannya itu.
Dengan hati-hati ia membuka pintu ruangan ini secara perlahan. Sepi. Apakah tidak ada orang disini ?
“ Kau mencari siapa ? “ Suara seseorang barusan mengagetkan Luhan yang sedang mengintip itu.
Dilihatnya pria yang berdiri dibelakangnya, apakah dia orang yang sedang ia cari ?
“ Apakah kau murid Professor Kang ? “ Pria tua itu kembali bertanya kepada Luhan.
“ Ne~ “
“ Oohh.. jadi kau rupanya. Masuklah “
Luhan mengikuti pria itu untuk masuk kedalam ruangannya. Ia bersyukur bisa langsung bertemu dengannya. Jujur saja ia merasa gugup saat ini. Bukankah ini menyangkut impiannya selama ini ?
Mereka kini memulai beberapa percakapan singkat. Dan kemudian mulai pada pembicaraan inti. Beberapa kali pria tua itu memuji Luhan, melihat nilai-nilainya yang begitu sempurna.
“ Aku sudah mendengar semua tentangmu. Sepertinya aku harus segera melihat langsung. “
Luhan tersenyum mendengar hal itu. “ Trimakasih. Saya akan memberikan yang terbaik disini “
Setelah melakukan beberapa verifikasi berkas dan urusan-urusan lainnya. Kini keduanya tampak mengobrol dengan akrabnya. Walaupun yang mereka bicarakan masalah yang berbau dunia medicine.
“ Apakah kau ingin melihat-lihat dulu ? Sebenarnya saya ada sedikit urusan setelah ini, “
“ Oh tidak apa-apa. “
Luhan kini berjalan mengitari rumah sakit yang sangat luas ini. Bibirnya beberapa kali mengulas senyum. Rasanya seperti mimpi saja ia bisa berada disini.
Kini ia duduk di kursi yang berjejer rapi di sampingnya. Pandangannya hanya mengarah ke depan. Ia tak tahu harus berbahagia ataupun bersedih. Keuda perasaan itu rasanya menjadi satu dalam hatinya. Ia menyandarkan punggungnya perlahan. Dan ia hanya diam pada posisi itu. Matanya mulai terpejam secara perlahan. Kali ini ia ingin berusaha menenangkan diri. Cukup berapa lama Luhan berada disitu. Entah ia tertidur atau bagaimana, sampai tak menyadari jika suasana rumah sakit ini sudah mulai ramai. Beberapa kali orang berlalu lalang didepannya.
Suara ramai akibat beberapa pengunjung yang melintasinya kini membuatnya terbangun.
“ Apakah aku tertidur disini ? “
Luhan meregangkan kedua tangannya perlahan. Melepaskan kepenatan yang melanda tubuhnya saat ini. Ia bangkit dari duduknya, berjalan lemas meninggalkan tempatnya sekarang.
Perhatiannya kini tertuju pada pasien dan perawat yang ada didepan ruang inap tak jauh dari posisinya saat ini. Keduanya tampak meributkan sesuatu. Hingga menjadikan mereka sebagai pusat perhatian disini. Karena penasaran Luhan kini mendekati mereka. Sebenarnya ia memang tidak ingin ikut campur, tapi ia sedikit tertarik untuk menyelesaikan masalah yang ia dengar barusan.
***
Chanyeol kini berjalan dengan terburu-buru menuju ruangan Baekhyun. Ia masuk begitu saja tanpa mengetok pintu sekalipun. Membuat seseorang yang ada di dalam sana sedikit terkejut.
“ Baekhyun! “ ucap Chanyeol sedikit berteriak yang kemudian mendekat kearah Baekhyun yang diam dalam duduknya itu.
“ Kau kenapa ? “
Baekhyun menatap sahabatnya yang terlihat seperti frustasi itu.
“ Pagi ini aku sudah mendapat sengatan listrik. Ah.. kenapa kau tidak memberitahuku jika paman sudah sampai. “
“ Aku bahkan belum bertemu dengannya. “ jawab Baekhyun datar.
Chanyeol kini duduk di hadapan Baekhyun yang terlihat santai. Tidak seperti dirinya saat ini. Baru tadi pagi ia berangkat tiba-tiba saja di ruangannya sudah ada ayah Baekhyun. Dan kemudian pertanyaan-pertanyaan berbelit yang menyusahkan dirinya keluar dari mulut Ayah Baekhyun itu. Sebenarnya memang masih ada beberapa masalah perusahaan yang belum selesai. Itulah yang membuat Chanyeol kewalahan menjelaskannya.
“ Apa kau belum menyadari sesuatu ? Ada sedikit masalah dengan laporan keuangan bulan ini. Juga masalah kontrak pembangunan industry Shin di Ilsan. Sepertinya ada penggelapan dana disana. Kenapa kau tidak tahu ini semua Baekhyun ? “
Tak ada perubahan ekspresi dalam wajah Baekhyun. Ia memang sudah mengetahui itu semua. Terlalu rumit baginya untuk terus-terusan membahasa masalah tersebut.
“ Aku sudah tahu. “
Jawaban Baekhyun barusan membuat Chanyeol keheranan. Bisa-bisanya sahabatnya ini bersantai ria seperti ini. Diatas semua masalah perusahaan yang mulai kacau sekarang.
“ Nanti malam ikutlah kerumah sakit. Eomma dirawat disana. “ ucap Baekhyun setelah membaca pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Kini ia bangkit dari duduknya, beranjak meninggalkan ruangan kerjanya ini.
“ Ahjumma sakit ? Sakit apa Baekhyun ? “
Pertanyaan Chanyeol barusan tidak digubris oleh Baekhyun. Ia bahkan juga tidak tahu ibunya sakit apa. Baru tadi pagi ia mendengar ayahnya sampai di kantor dan kini ia mendengar Ibunya telah di rawat dirumah sakit. Sungguh sangat memusingkan, kenapa kedua orangtuanya tak memberitahunya jika mereka telah sampai di Seoul.
“ Aku akan menemui Appa dulu, “
“ Ya! Byun Baekhyun! “ teriak Chanyeol yang kini mengejar Baekhyun yang meninggalkannya sendiri.
Sesampainya diluar ruangan Baekhyun , Chanyeol mengurungkan niatnya untuk mengikuti sahabatnya itu. Karena saat ini Hanni sudah ada di depannya, ia terkejut dengan keberadaan wanita yang ia cintai itu. Mengapa dia bisa ada disini.
“ Kau, kenapa kau disini ? “ Tanya Chanyeol kemudian.
Tangan Hanni kini menunjukkan sebuah foto kepada Chanyeol. Foto yang memang sudah menjadi masa lalunya itu. Chanyeol memperhatikan dengan seksama, sepertinya tak ada masalah.
Kini Chanyeol tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi. Wajahnya terlihat sangat senang.
“ Memangnya kenapa dengan foto ini ? Kau masih menyimpannya ? “
Pertanyaan Chanyeol barusan di sambut pukulan tumpukan map yang dibawa oleh Hanni.
“ Ya! Kenapa kau memukulku! “ elak Chanyeol tak terima akan perlakuan Hanni.
Hanni menghentikan kegiatannya itu, dan kini melemparkan map yang ia bawa tadi pada Chanyeol. Kertas-kertas yang ada didalamnya pun jatuh berceceran dilantai.
“ Menyimpannya ? Bahkan aku sudah membuangnya Park Chanyeol ! “
“ Apa maksudmu menempelkan foto kita di ruang rapat ? Apa kau ingin mempermalukanku ? “
Chanyeol membelalakan matanya, tak percaya akan ucapan Hanni barusan. Memorinya kini berputar mencoba mengingat kejadian yang ia lakukan tadi.
Flashback 3 jam yang lalu Chanyeol menatap foto yang ada di tangannya itu. Ia tersenyum-senyum sendiri melihat foto dirinya dan Hanni itu. Foto lama tetapi sangat terkenang di hatinya. “ Aku rindu senyumanmu ini Hanni “ Pandangannya kini tertuju pada papan pengumuman yang ada di dekat pintu itu. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Sepertinya ia memiliki sebuah ide yang keluar dari otak cemerlangnya itu.
Flashback end
“ Oh aku ingat, Aku yang me- “
Ucapan Chanyeol terhenti karena barusan kakinya diinjak oleh heels milik Hanni. Terlihat Chanyeol menahan sakit di kakinya itu.
“ Aww.. Argh.. “
“ Aku membencimu Park Chanyeol! “
Hanni kini berjalan meninggalkan Chanyeol yang kesakitan sambil memegangi kakinya. Tak ia pedulikan teriakan Chanyeol yang terus saja memanggilnya itu. Ia tak tahu jika bertemu dengan rekan-rekannya yang lain. Hubungannya dengan Chanyeol kini sudah mulai tersebar. Sepertinya bukan hanya rekan satu kelompoknya, tetapi mungkin seluruh karyawan di kantor ini akan mengetahuinya.
Flashback 2 jam yang lalu Hanni memasuki ruang rapat yang sudah mulai ramai itu. Sepertinya memang tinggal dirinya saja yang mereka tunggu. Salah.. Chanyeol juga belum datang saat ini. Entah hanya perasaannya atau memang nyata. Semua pandangan orang yang ada di ruangan ini terarah kepadanya. Dan suasana ramai tadi kini berubah menjadi hening. Tidak seperti biasanya saat ia datang. Biasanya malah tidak ada yang memperhatikannya sedikitpun, malah mengacuhkannya. Tetapi keadaan saat ini membuatnya sedikit merasa tidak nyaman. Apalagi kini rapat juga tidak segera dimulai , membuatnya berkali-kali ia mengubah posisi duduknya. Hanni mencoba untuk tetap tenang. Ia menarik nafasnya pelan. Karena sepertinya tidak ada yang mengeluarkan suara, iapun memberanikan diri untuk mencairkan suasana yang hening ini. “ Apakah bisa di mulai sekarang ? “ ucap Hanni berhati-hati. “ Bisa-bisa, Anda saja nona Jung yang memulai. Direktur Park ada keperluan tadi “ Hanni menelan ludahnya dengan susah payah. Mimpi apa ia semalam, sampai saat ini rekan-rekannya yang dihadapannya kini menyuruhnya untuk memimpin rapat. Untuk mengeluarkan pendapat saja biasanya tak ada yang menggubrisnya, kecuali Chanyeol. “ Ah baiklah.. “ Ia memulai rapat dengan berhati-hati. Selama rapat berlangsung ia merasa aneh dengan rekan-rekannya itu. Sikap mereka sungguh berbeda dari biasanya. Untuk kesimpulan akhir bahkan mereka hanya mengikuti Hanni. Saat ia memberikan sebuah pendapat ataupun solusi mereka semua mengiyakan. Tak ada protes sedikitpun. Rapat telah selesai, beberapa orang kini mulai meninggalkan ruangan ini. Sebelumnya beberapa diantara mereka ada yang mengajak Hanni untuk makan siang. Mungkin ini pertama kalinya Hanni mendengar ajakan ini. Tapi ia menolaknya, karena ia memiliki keperluan lain. Satu persatu dari mereka mengucapkan salam saat meninggalkan Hanni. Dan itu membuatnya keheranan, biasanya saja mereka langsung pergi. Hanni masih duduk pada kursinya, tangannya sibuk menata beberapa dokumen yang tergelatak di meja itu. Setelah selesai semua ia memutuskan untuk keluar dari ruangan ini. Saat melewati pintu sepertinya ia melihat sesuatu yang memang familiar baginya. Ia mundur dari posisinya saat ini, ia perhatikan dengan jelas benda yang ada dihadapannya itu. Ia membelalakan matanya tak percaya. Dengan kasar ia menarik foto yang tertempel itu. “ Siapa yang melakukan ini ? “ Flashback End
“ Ya! Jung Hanni! “ teriak Chanyeol yang menatap kepergian mantan kekasihnya itu.
“ Biar mereka semua tahu siapa kau sebenarnya! Enak saja mereka menindasmu begitu saja, mereka pikir bisa seenaknya sendiri. Jika aku bosnya disini maka akan kupecat mereka semua. “
Karena keasyikan ngomong sendiri, Chanyeol tidak menyadari jika wanita yang ia ajak bicara tadi sudah tak kelihatan lagi.
“ Kau… “
Ia kini terkekeh pelan, ditatapnya foto yang ada di tangannya. Bibirnya kini mengulas senyum, senyuman bahagia pastinya. Jujur saja ia merindukan moment itu.
“ Aku pasti akan mendapatkanmu kembali “
Saat ia hendak berjalan, kakinya menginjak kertas-kertas yang berceceran di lantai. Kertas yang berasal dari map yang di bawa Hanni tadi.
“ Wanita memang aneh. “
Chanyeol kini membereskan kertas-kertas tersebut. Memasukannya kembali ke dalam map yang berwarna biru ini.
“ Dia yang memimpin rapat ? “ ucap Chanyeol saat melihat isi dari kertas tersebut.
***
“ Kau tidak apa-apa disini ? “
Nara mengangguk pelan, “ Ne~, biar aku yang menjaga Eomma malam ini. “
Baekhyun menatap istrinya yang ada di sebelahnya.
“ Trimakasih Nara. Kau juga harus menjaga kesehatanmu. Maafkan aku tidak bisa menemanimu disini. “
“ Gwenchana~, lagipula kau masih banyak urusan di kantor. Appa tadi juga sudah mengatakannya kepadaku. “
Nara tersenyum kearah Baekhyun yang kini memegang kedua tangannya itu.
Beberapa saat yang lalu mereka baru saja menjenguk Ibu Baekhyun yang kini terbaring lemah di rumah sakit. Ayah Baekhyun sudah pergi dahulu tadi, kini tinggal Baekhyun, Nara dan Chanyeol.
Setelah berpamitan Nara mengantar Baekhyun sebentar sampai keluar ruangan. Keduanya duduk di kursi tunggu yang ada disitu. Sambil menunggu Chanyeol yang pamit ke toilet sebentar tadi.
“ Kalau ada apa-apa hubungi aku, kau mengerti ? “ ucap Baekhyun kepada istrinya ini.
Ia berikan kecupan lembut pada kening Nara. Seolah memberikan kasih sayang yang benar-benar tulus kepada istrinya itu. Bibir Nara kembali mengulas senyum, begitu pula Baekhyun. Keduanya saling berpandangan, hubungan mereka kini sudah mulai membaik. Baekhyun mulai memperlakukan Nara dengan baik, ia tak ingin gadis yang ia cintai itu meninggalkannya.
“ Ehemm.. “
Kedatangan Chanyeol barusan mengagetkan keduanya. Kini ia berjalan mendekati Nara dan Baekhyun yang bermesraan itu.
“ Apa kalian tak melihat ada orang lain disini ? “ sindir Chanyeol pada mereka.
Baekhyun bangkit dari duduknya dan meninju perut Chanyeol perlahan. Sepertinya itu tidak sakit sedikitpun.
“ Aku menunggumu sangat lama. Apa kau tak tahu ? “ ucap Baekhyun yang kini berhadapan dengan Chanyeol.
“ Ya! Sepertinya hari ini adalah hari memukul Chanyeol sedunia. Kenapa dari pagi ada saja yang memukulku “ Ucap Chanyeol sambil memegangi perutnya yang tak sakit sedikitpun itu.
Nara tertawa pelan melihat perilaku suaminya dan sahabatnya itu.
“ Aku pergi dulu. Ingat, kau harus jaga kesehatanmu juga “
Nara mengangguk atas ucapan Baekhyun barusan.
“ Bye~ Nara…, Hubungi aku jika kau kenapa-kenapa. Aku siap 24 jam “ ucap Chanyeol sambil mengedipkan matanya.
“ Cepatlah. Appa sudah menunggu kita. “
“ Iya . Apa kau tak melihatku berjalan ? “ omel Chanyeol sambil mengikuti Baekhyun yang berjalan mendahuluinya. Chanyeol melambaikan tangannya kepada Nara saat jarak mereka sudah begitu jauh.
Nara masih menatap kepergian mereka, ia membalas lambaian tangan Chanyeol barusan. Setelah memastikan mereka sudah tidak terlihat lagi, Nara memutuskan untuk kembali ke ruangan Ibu Baekhyun.
Tanpa ia sadari, dari tadi ada seseorang yang memperhatikannya. Bahkan sejak Nara datang dirumah sakit ini bersama Baekhyun dan Chanyeol tadi. Beberapa kali ia juga memotret Nara. Entah apa maksud ia sebenarnya. Pemuda bertopi itu bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari posisi Nara sekarang. Tangannya kini meraih ponsel yang berada di sakunya. Sepertinya dia akan menghubungi seseorang.
“ Bos, dia akan disini malam ini. Apa yang harus kulakukan selanjutnya “
Nara mengurungkan niatnya untuk langsung masuk ke ruangan yang hendak ia buka itu. Tangannya yang sudah memegang gagang pintu ruangan tempat Ibu Baekhyun berada ia tarik kembali.
“ Sepertinya aku harus mencari minuman dulu “
Karena merasa haus, kini ia memutuskan untuk membeli minuman. Ia berjalan perlahan melewati koridor rumah sakit ini. Mini market berada di lantai dua, jadi ia harus turun dulu. Karena saat ini ia berada di lantai 3. Langkahnya kini menuju lift yang tak jauh dari posisinya saat ini.
Sepertinya ia harus menunggu sebentar. Lift itu masih berjalan, dan kini hampir sampai.
Pintu lift kini terbuka, menampakkan beberapa orang yang ada didalam. Hanya satu orang yang menyita perhatian Nara saat ini.
Ia menatap tak percaya akan pria yang sangat familiar baginya.
“ Oppa.. ? “
----------------------------------------------------------tbc-------------------------------------------------