Eternal A Page in canada part 3
Part ini aman dibaca semua kalangan xD kkkkkk
“iya aku akan kesana sekarang, Matt. Tidak, tidak.. jangan kau putuskan dulu memilih berita yang mana sampai aku datang. Tunggu saja aku. Bye!” Laura menutup ponselnya.
Lagi-lagi Matt menyuruh ia datang pagi ke kantornya. memilih tema berita untuk minggu depan adalah tanggung jawabnya. Memang seharusnya Laura datang cepat. Tapi karena tadi malam Kris telah datang menemuinya. Laura jadi bangun telat dan melupakan tugas kantor pagi ini.
Laura berjalan menghampiri tempat tidurnya. Lalu duduk sambil memandang Kris yang sedang tidur didepannya. Laura menyingkirkan rambut di wajah Kris dan membelai lembut pipinya. Kris tertidur sangat pulas. Sentuhan tangan Laura di wajahnya pun tidak membuat Kris terbangun. Sepertinya Kris sangat lelah sekali. Baru sampai dari Korea dia langsung datang menemuinya tanpa istirahat terlebih dahulu. Dan ia malah melakukan aktivitas yang membuatnya semakin lelah bersama dirinya. Laura tersenyum menatap wajah pria yang disayanginya itu. Pria yang telah melamarnya tadi malam.
Laura mencium pipi Kris sebelum ia beranjak. Lalu meletakkan kunci cadangan apartemennya dan notes diatas meja untuk memberitahukannya bahwa ia berangkat ke kantor dan sarapan untuknya telah ia siapkan.
***
”dari tadi ku perhatikan kau tersenyum terus, Laura. kau sedang bahagia ya?” tanya Matt setelah rapat mereka selesai dan terus memperhatikan Laura.
Laura menjawab dengan senyuman lebarnya sambil merapikan berkas-berkas yang tadi habis dipakai rapat di atas meja. Semakin membuat Matt penasaran dari tampang wajahnya. Tapi Laura hanya terus menjawabnya dengan senyuman. Ia tidak mungkin menceritakan bahwa tadi malam ia habis bercinta dan dilamar oleh kekasihnya sehingga ia sangat bahagia sekarang.
”kau kenapa sih Laura??” tanya Matt lagi.
”kau yang kenapa? Aku tersenyum saja membuatmu penasaran seperti itu. Nih! Tolong kasih ke Mr. Thompson. Jangan sampai ia menunggu lama.” Laura menyerahkan berkas-berkas yang dirapikannya tadi ke dada Matt.
Matt mengambil berkas-berkas didepannya lalu beranjak dari kursinya. ”karena kalau kau tersenyum terus pasti sesuatu yang mencurigakan telah terjadi.” ujarnya sebelum ia keluar dari ruangan.
Senyuman Laura semakin lebar. Matt tahu saja.
Laura mendengar ponselnya berdering di atas meja kerja. Ia mengambil lalu tersenyum menatap nama yang tertera di layar ponsel.
”kau baru bangun?” sapanya.
”kenapa kau meninggalkanku disini sendiri?” jawab Kris. suaranya masih terdengar mengantuk.
Laura tertawa mendengarnya. ”kau tahukan aku harus ke kantor? Banyak sekali yang membutuhkanku disini..”
”tapi aku juga membutuhkanmu disini..” sahutnya.
Laura tersenyum sambil melirik jam dinding di ruangannya. Sudah Jam 1 siang. "Kris, sepertinya sarapanmu sudah tidak enak sekarang..” katanya lagi.
”hoaahhm~ tidak apa, aku mau kembali ke hotel mengganti bajuku. Mungkin aku makan siang disana.” ujarnya sambil menguap.
”oh iya Laura.. nanti malam temani aku bertemu dengan teman-temanku ya.” katanya mengajak Laura.
”teman-temanmu? Apa baik-baik saja jika aku ikut bersamamu?” Laura sedikit ragu.
”tidak apa-apa Laulau, tenang saja.. mereka semua teman baikku. Jika mereka tahu kau calon istriku juga akan aman.” kata Kris menenangkannya. Ia tahu Laura pasti khawatir jika dia ikut bersamanya pasti takut identitas sebagai pacarnya akan ketahuan.
Laura tersenyum saat Kris mengucapkan kata ’calon istri’nya tadi. Ia begitu senang mendengarnya. ”baiklah, aku akan pulang cepat malam ini..”
”oke, tunggu aku di apartemenmu, nanti kau akan kujemput. Love u babe, see you!”
“love u..” Laura menutup ponselnya.
***
Laura memasuki sebuah club yang agak mewah di Vancouver. Laura tahu club ini sering sekali didatangi oleh artis-artis terkenal.Tidak aneh jika Kris berkumpul bersama teman-temannya disini. Laura harus selalu mengingat itu, pacarnya adalah seorang artis.
“hey Kris! Kau sudah datang!?” sapa seseorang ketika mereka sudah masuk ke dalam.
”Jovette!! Akhirnya aku bertemu denganmu juga disini!” Kris antusias menyapa temannya itu. Sepertinya ia baru bertemu dengannya lagi.
”ya! Dari kemarin kita selalu bicara lewat telepon saja. Dan ini..” Jovette melirik ke arah Laura.
Kris tersenyum mau memperkenalkan Laura padanya. ”kenalkan ini La.."
”Laura!? kau Laura Jung bukan!!??” sebelum Kris selesai memperkenalkannya. Jovette sudah bertanya duluan ke Laura. sepertinya Jovette mengenal Laura.
”benar.. kau?” Laura mengangkat sebelah alisnya. Berpikir apa ia mengenal Jovette atau tidak.
”kau tidak kenal padaku??” Jovette menguncir semua rambut pirangnya ke atas. Mencoba agar Laura ingat kepadanya.
”aa!” Laura menunjuk ke arahnya. ”kau Jo!? Si composer kampus itu!??” Ia tersenyum lebar saat mengingatnya.
Jovette menurunkan tangan dari rambutnya dan menjulurkannya pada Laura. ”benar! Bagaimana kabar mu? Sudah lama kita tidak bertemu!” cengirnya.
Kris bingung menatap keduanya. Laura dan Jovette saling kenal? Kris tidak tahu itu. ”kau mengenal Laura, Jo??” tanyanya penasaran.
Jovette menoleh ke Kris saat bersalaman dengan Laura. ”siapa yang tidak kenal dengan Laura!? si wartawan cantik kampus!” pujinya.
Laura merasakan pipinya bersemu merah dipuji Jo seperti itu. ”kau terlalu berlebihan..” katanya tersipu.
”dia teman satu kampusku, Kris. hanya saja kita beda jurusan.” katanya menjelaskan kepada Kris.
Kris menganggukan kepalanya merasa dia sudah mengerti sekarang. ”wartawan cantik kampus, eh?” katanya sambil tersenyum.
Jovette tertawa. ”wartawan cantik yang selalu membawa kamera kemana-mana mencari gambar dan berita. Tapi pada akhirnya dia sendirilah yang diminta foto oleh anak-anak kampus!”
Laura tersenyum kecut mengingatnya. Ia benci sekali waktu itu saat mencari view untuk foto-fotonya. Tidak hanya kameranya saja yang mengeluarkan suara blitz, tapi dibelakangnya juga ada. Ketika Laura menengok ke belakang ternyata ada beberapa anak yang sedang memfoto dirinya. Terlebih lagi banyak anak dari club fotografer yang sering mengincarnya. Maka itulah ia paling tidak suka menjadi model.
Seharusnya Kris senang Laura di puji oleh temannya itu. Tapi dia merasa Jovette memuji Laura terlalu berlebihan. Dan dia tidak suka.
Saat mereka sudah duduk pun Jovette masih saja mengobrol bersama Laura. ”kau ingat tidak waktu kau mau mencari berita tentang musik ciptaanku untuk acara kampus? Kau lari terbirit-birit dan bersembunyi di ruanganku saat orang-orang dari club fotografer itu mengejar mu kan? Aku tidak bisa berhenti tertawa saat itu!” ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Kris memperhatikan teman-teman di sekelilingnya. Sepertinya ia agak sedikit menyesal membawa Laura kesini. Teman-temannya memang sangat menyukai Laura. tapi ia tidak tahan saat melihat Laura tersenyum teman-temannya pun ikut menarik bibirnya ikut tersenyum juga saat memandang Laura. Apalagi beberapa teman laki-lakinya.
Kris menegak minumannya sampai langsung habis. Ia melirik Laura yang masih saja terus tertawa disampingnya. Kris melihat penampilan Laura sepertinya biasa saja. Hanya memakai jeans dan kemeja panjang berwarna putih. Sangat sederhana. Tapi karena penampilannya yang biasa saja membuat kecantikannya menjadi luar biasa menurut Kris. Mengingat sekarang ia sedang berada di club dimana para wanita yang lain berpakaian sangat sexy dan make up yang berlebihan disini. Membuat para lelaki pun lebih tertarik dengannya. Mungkin Kris juga akan berkelakuan yang sama jika jadi mereka. Tapi itu Laura nya. Laura adalah miliknya.
Entah kenapa Kris sekarang menjadi lebih posesif terhadap Laura.
Sampai sekarang pun ia belum berbicara dengan Jovette tentang lagu baru untuk soundtrack filmnya. Dia masih sangat sibuk dengan Laura. Kris menyalakan sebatang rokok dimulutnya. Untuk menghilangkan niatnya membawa Laura pergi dari sini. yang tidak mungkin ia lakukan karena Jovette dan teman-temannya telah mengundangnya kesini. Ia menghisapnya dalam-dalam dan langsung menghembuskannya kencang.
Laura merasa Kris dari tadi diam saja disampingnya. Bukannya dia yang mengajaknya kesini. Tapi kenapa dia tidak mengobrol bersama temannya? Justru Laura yang dari tadi asyik mengobrol dengan mereka.
“bukannya kau ada sedikit urusan dengan Jo?” ujar Laura sambil mengambil batang rokok dimulut Kris yang baru saja mau ia nyalakan lagi. Ini sudah batang rokok ketiga yang Kris hisap. Laura tidak suka jika Kris terlalu banyak merokok.
“Jo sepertinya sedang sibuk bernostalgia denganmu. Nanti saja aku bicara dengannya.” jawabnya sambil tersenyum. Tapi Laura melihat senyumannya seperti dipaksakan. Kris sepertinya tidak suka teman-temannya begitu dekat dengannya.
Laura meraih pipi Kris agar menoleh kearahnya. ”sudah bicara saja, tidak perlu cemburu seperti ini..”
”aku tidak cemburu..” sangkalnya. ”aku ingin nanti saja bicaranya..”
Saat Laura mau berbicara lagi. ia terhenti ketika ada seorang wanita yang menepuk bahu Kris. "hey Kris! kau sudah datang??”
Laura dan Kris menoleh bersamaan ke arah wanita blondy yang langsung duduk disamping Kris. "hey Kate!” balas Kris menyapanya.
”sudah lama kita tidak bertemu! Bagaimana kabarmu?” ujar Kate sambil memeluk Kris. pada saat itu juga Kris merasakan tangannya diremas kuat oleh Laura. terpaksa ia membalas pelukan Kate dengan memakai satu tangan. ”baik” jawabnya.
”Laura kenalkan, ini Kate. Dia temanku saat aku tinggal disini. Kate, ini Laura..” Kris menarik tangan Laura yang sedang meremasnya ke arah Kate. Agar mereka berkenalan.
Laura membuka telapak tangannya yang tadi terus menggenggam tangan Kris. ”Laura...” sapanya sambil tersenyum semanis mungkin.
”Kate..” balasnya tersenyum juga. ”pacarmu Kris?" tanyanya langsung.
”ne?” celetuk Laura.
Kris tersenyum ke arah Kate lalu mengangguk.
”yang benar? Beruntung sekali kau mendapatkan dia! Dia cantik loh!?” gurau Kate sambil tertawa.
“apa maksudmu??” Kris menepuk kepala Kate.
”apa?? Laura pacarmu Kris!?" tanya Sam kaget yang duduk di samping Jovette.
Jovette pun juga terkejut. ”yang benar!!?”
Kris memandang mereka semua. Heran. Kenapa mereka semua sejak tadi tidak sadar saat mengobrol dengan Laura? Laura datang bersamanya. Lalu Laura juga duduk terus disampingnya. kenapa mereka tidak ada yang menyadarinya?
”memangnya aku belum memberitahu ya?” tanyanya ke mereka.
Mereka semua menggeleng. ”dari tadi kalian mengobrol dengan Laura, kalian tidak sadar?” tanyanya lagi.
Lagi-lagi mereka menggeleng.
”pantas sejak tadi kau diam saja Kris! ternyata kita semua mencuri perhatian Laura dari mu!” seru Jovette sambil tertawa.
”haaa~! Putus harapanku mendekati Laura~” ujar Sam mendramatisir. Pura-pura terjatuh dari sofa.
”baru saja aku akan mengajaknya pulang bersamaku!” sahut Mike disamping Sam.
Laura menyenderkan kepalanya di bahu Kris. tertawa melihat reaksi mereka. Baru mengetahui ia adalah pacarnya Kris. pantas saja tadi mereka antusias sekali saat mengobrol dengannya.
Kris sedikit menyesal lagi sekarang. Kalau tahu begini, dari semula ia mengenalkan Laura sebagai pacarnya. Jadi ia tidak usah merasa cemburu seperti tadi.
Next? Hehe