CHAPTER 11 : Kris's Story Past
Eternal a page [part 11]
September, 2001
Laura menendang-nendang batu kerikil yang ada di depannya. Batu-batu itu berloncatan ke arah tengah lapangan sekolah. Dan ada juga yang mengenai bunga-bunga yang tertanam rapi di sampingnya. Ia tidak perduli bunga-bunga itu ada yang rusak akibat ulah batu yang ditendangnya.
Saat ini Laura sangat kesal sekali. Ia paling tidak suka disuruh menunggu. Sudah 2 jam ia menunggu berdiri bersender di gerbang sekolah. Kris sangat keterlaluan. Ia disuruh menunggunya selama ini.
Selama hidupnya Laura tidak pernah pulang sendiri. Semenjak taman kanak-kanak ia selalu bersama Kris. mereka berdua sudah selalu bersama. Ia sangat senang sekali saat mereka diterima di SMP ini. Kris masih tetap bersamanya. Karena ia sangat menyayangi Kris, ia tidak bisa apa-apa tanpanya. Laura juga merasakan Kris seperti itu. Kris sangat menyayangi Laura.
Laura teringat saat waktu mereka baru masuk SMP ini. Kelas mereka ternyata berbeda. Laura ada di kelas A dan Kris ada di Kelas C. Saat tiba makan siang, Laura selalu berkumpul bersama teman-teman perempuan di kelasnya untuk makan bersama. Tapi tiba-tiba Kris datang sambil menarik sebuah kursi dan duduk disampingnya, ikut makan bersama mereka.
Laura sangat marah sekali terhadap Kris waktu itu. Karena itu membuat Laura malu terhadap teman sekelasnya. Tapi Kris tidak perduli Laura memarahi dirinya. Ia selalu membuat alasan dia tidak bisa makan tanpa acar buatan keluarga Laura. Itu saja yang dia katakan setiap Laura mengusir dari kelasnya.
Untungnya saja Kris seorang anak yang menyenangkan. Teman sekelasnya pun cepat sekali akrab dengannya. Malah terkadang Kris lupa sebenarnya ia anak murid kelas C bukan kelas A.
Karena mereka selalu bersama-sama. Semenjak itu teman-temanya selalu menyebut mereka pasangan suami istri. Dimana ada Laura pasti selalu ada Kris, begitu pula sebaliknya. Hanya pada saat ekstrakulikuler saja mereka terpisah. Mereka memilih minat masing-masing, Kris mengambil olahraga yang ia sukainya, basket. Dan Laura mengambil majalah sekolah, ia sangat suka sekali dalam bidang jurnalistik.
Laura memandang langit yang sudah mendung. Kalau tidak cepat pulang hujan akan segera turun. Tapi sampai sekarang Kris belum menampakkan batang hidungnya juga. Tadi siang Kris menyuruh Laura untuk menunggunya sampai latihan basket selesai. Dan Laura pun sekarang sudah menunggu lama.
”Laulau!!!!!”
Laura melihat Kris berteriak dari balik jendela lantai 2 sekolah. Sedang apa orang bodoh itu ada disana? kesal Laura dalam hati.
Kris melambaikan tangannya mengajak Laura segera menghampirinya. ”cepatlah kesini!!” teriaknya lagi.
”sudah menunggu lama, sekarang seenaknya saja menyuruh orang ke atas lagi!” gerutu Laura memandang Kris yang tersenyum lebar di balik jendela. Laura melangkahkan kakinya memasuki gedung sekolah lagi. sekolah sudah tampak kosong. Hanya ada beberapa anak basket saja yang baru selesai latihan.
Ia menaiki tangga. Sedang apa Kris ada diruang musik? Pikirnya heran.
Laura masuk ke dalam ruang musik dan melihat Kris masih menghadap keluar jendela. ”hey! Ada apa kau memanggilku kesini?” panggil Laura.
Kris berbalik ketika Laura memanggilnya. Ia tersenyum saat melihat Laura sudah ada di depan pintu. ”tutup pintunya dan kemarilah..” ujarnya sambil berjalan ke arah sebuah piano.
Laura mengikuti perintah Kris, ia menutup pintu nya dan menghampiri Kris yang sudah duduk di bangku piano.
”sini..” Kris menggeser duduknya agar Laura bisa duduk disampingnya.
Laura masih bingung apa yang mau dilakukannya. Tidak biasanya ia seperti ini.
Kris menoleh menatap mata Laura. Tatapannya sangat dalam. Jantung Laura langsung berdetak kencang saat ditatap Kris seperti itu. Sepertinya muka Laura sudah merah sekarang.
”Laura, aku mau memberimu sesuatu..” Ucap Kris tersenyum masih tetap menatap Laura disampingnya.
Laura merasa senang bercampur kaget Kris ingin memberinya sebuah hadiah. ”apa itu?” tanyanya perlahan.
Senyuman Kris semakin lebar. ”dengarkanlah, ini sesuatu untukmu..” ucapnya semangat. Kris mulai menghadap piano dan jarinya mulai menyentuh tuts nya.
”memangnya kau bisa memainkan ini?” Laura heran melihat Kris akan memainkan piano. Selama ini Laura tidak pernah mengetahui Kris bisa memainkan alat musik, apalagi sebuah piano.
”aku tidak pernah memberitahumu karena ini akan menjadi kejutan untukmu..” kata Kris sebelum memainkannya.
Laura memandang Kris yang mulai memainkan pianonya. Ia mendengar nada merdu yang dikeluarkan dari tuts piano yang dimainkan oleh Kris. ia benar-benar tak percaya Kris bisa memainkan ini.
Kris memainkan nada-nada terakhirnya dengan sangat indah. Setelah berhenti ia menoleh menghadap Laura, bagaimana reaksinya atas hadiah yang diberikannya.
Ia bingung ketika melihat Laura menangis menatap dirinya. Apa Laura tidak senang hadiah yang diberikannya?
”maafkan aku kalau kau tidak suka hadiah ini..” sesal Kris.
Laura menggeleng. ”aku sangat suka.. terimakasih..” isaknya pelan.
Kris mengusap air mata di pipi Laura. Ternyata hadiah yang diberikannya sangat disukainya.
”kau tahu? Lagu ini untukmu Laura..” ucap Kris masih mengusap air mata Laura sampai hilang.
”tapi maafkan aku..” ujarnya lagi. ”lagu ini belum selesai kubuat, aku tidak sabar ingin cepat memainkannya untukmu.” Kris tersenyum. Ia masih terus mengusap pipi Laura walaupun air matanya sudah terhapus semua. Kris tidak mau melihat air matanya keluar lagi. Ia sangat menyayanginya. Ia tidak mau melihat Laura sedih.
Laura tersenyum melihat Kris menatapnya. ”kalau ku boleh tahu apa judul lagu ini?”
Kris menggeleng menjawabnya. ”aku belum memberikannya judul.. aku ingin kau yang memberikan judulnya. Karena lagu ini khusus untukmu..”
”aku yang memberikan judul lagu ini?” tanyanya.
Kris mengangguk dan tersenyum
”mmmhh..” Laura berpikir apa nama yang tepat untuk judul lagu ini. ”molla~ bagaimana kalau waktu saja yang memberinya nama. Kau selesaikan dulu..” cetusnya.
”Time?”
Laura mengangguk sambil tersenyum. ”aku mendengar alunan lagu ini mengartikan lagu yang abadi tidak termakan oleh waktu"
”seperti hubungan kita yang selalu abadi..” sahut Kris tiba-tiba.
”mwo?”
Laura sedikit terkejut saat Kris tiba-tiba berkata seperti itu. Kris ingin hubungan dengannya selalu abadi? Laki-laki yang disayanginya ingin hidup abadi dengannya? Otak Laura langsung kosong saat itu juga, ia tidak bisa berpikir lagi saking gembiranya.
Kris terdiam menatap lembut. tangannya mulai menyusuri wajah Laura, mengusap pelan pipinya, dan menyingkirkan poninya untuk menyentuh tahi lalat di dekat mata Laura.
”tahi lalat ini adalah ciri khas mu aku mengenalmu...” akhirnya Kris bicara. Suaranya sangat pelan dan lembut sekali. ”kau mempunyai disebelah kiri dan aku ada di sebelah kanan..”
Kris mendekatkan wajahnya sehingga hidungnya menempel di hidung Laura. ”jika seperti ini mereka akan menjadi satu garis..” ujarnya.
Mata Laura langsung melebar saat bibir Kris menyentuh bibirnya. Kris menciumnya.
Ini ciuman pertama bagi Laura, begitu pula dengan Kris.
Laura tidak menolak saat bibir Kris mulai mencium bibir bawah Laura. ia memejamkan matanya ketika bibir Kris perlahan mulai membuka mulut Laura. membiarkan Kris terus menciumnya. Ciuman Kris sangat perlahan dan begitu manis di mulut Laura.
Kris mencoba mencium Laura dengan sangat hati-hati. Ia tidak mau sampai menyakiti Laura. Ia sangat mencintainya.
”maafkan aku..” ucap Kris pelan di bibir Laura setelah ia selesai menciumnya.
Laura menggeleng. “tidak ada yang perlu di maafkan.. aku menyayangimu Kris.”
Kris memeluk tubuh Laura. "aku juga sangat menyayangimu. Aku ingin kau selalu bersamaku, aku tidak mau kehilanganmu Laura.” Bisik Kris di telinga Laura.
Laura memperat pelukannya. “aku akan selalu bersama mu Kris, aku tidak akan meninggalkanmu.” katanya menyandarkan kepalanya di bahu Kris.
“Kau janji?” bisik Kris.
Laura mengangguk di bahu Kris. ”janji..”
***
“cepat Kris! Nanti hujan keburu turun!” desak Laura.
“tunggu dulu!” Kris sibuk mengunci pintu ruang musik.
“kau tahu dimana kunci ruangan ini di sembunyikan?” tanya Laura saat melihat Kris menaruh kuncinya di atas ventilasi pintu.
Kris hanya menyengir menjawab pertanyaan Laura. “sudah aku selidiki untuk ini semua. Ayo jalan!” Kris menggandeng tangan Laura mengajaknya ke arah tangga.
Laura tersenyum menatap Kris yang jalan disampingnya. Ternyata tadi Kris lama sekali keluarnya karena ia telah menyiapkan ini semua. Mencari tahu dimana letak kunci ruangan musik supaya bisa memberikan hadiah untuknya. Laura senang sekali hari ini.
“ada apa kau senyum-senyum?” Kris heran melihat Laura jalan sambil tersenyum sendirian.
Laura menggelengkan kepalanya. “tidak apa-apa.. ayo cepat!” ia menarik tangan Kris agar mempercepat langkahnya.
Mereka menyusuri koridor menuju parkiran sepeda. Sekolah sudah sangat sepi. Hanya sepeda Kris yang terlihat masih disana.
Ketika mereka belum sampai parkiran, hujan sudah turun dengan lebat. Mereka terpaksa berteduh di bawah pohon maple sekolah yang sangat besar. Karena jika mereka kembali ke gedung sekolah pun mereka akan kehujanan.
”ah sial! Hujannya sudah turun!” Umpat Kris mengacak rambutnya yang terkena hujan.
”ya sudah kita berteduh disini saja dulu..” saran Laura. Ia menyenderkan tubuhnya ke batang pohon.
“sepertinya akan lama, hujannya lebat sekali.” Kris memandang air hujan yang turun dengan deras didepannya.
Mereka berdua menyenderkan tubuh di batang pohon maple sambil menatap hujan yang tak kunjung henti. Kris merasakan tubuh Kaori bergetar disampingnya.
“kau kedinginan?” tanya Kris sambil membuka jas sekolahnya. Ia memakaikannya ke Laura.
“tidak terlalu..” ucap Laura pelan.
Kris mendengar Laura menggigil saat mengucapkannya. Tanpa ragu Ia menarik tubuh Laura ke depannya dan memeluknya erat.
”semoga begini lebih hangat..” ucap Kris ditelinga Laura.
Laura menempelkan pipinya ke pipi Kris saat dagunya menempel di bahu Laura. Dan memegang erat tangan Kris yang melingkar di pinggangnya.
”aku ingin waktu berhenti saat ini..” bisik Laura pelan.
”aku juga..” sahut Kris.
Laura benar-benar ingin waktu berhenti disaat seperti ini. Menikmati waktunya bersama Kris. Betapa bahagianya ia sekarang.
”oh iya, tadi aku sudah mencetak foto dari kameraku. Kau mau lihat?” Laura teringat tadi ia sudah mencetak foto untuk majalah sekolahnya.
”mana? Aku mau melihatnya.” Pinta Kris.
Laura membuka tas dan mengambil foto-fotonya. ”ini.” ia memberikannya pada Kris.
Kris melepaskan pelukannya dan bersender ke batang pohon sambil melihat-lihat foto Laura.
”kau mau memajang foto-foto kita dimajalah sekolah?” tanya Kris heran ketika melihat semua foto yang tadi Laura berikan.
”mwo?? Mana mungkin??” Laura merebut semua fotonya dari tangan Kris dan melihat gambarnya. Ternyata itu foto mereka berdua. Foto ketika mereka sedang jalan-jalan, bermain dirumah, dan foto mereka sendiri-sendiri.
”gawat! Aku salah mencetak fotonya! Seharusnya bukan kamera yang ini!.” Laura panik karena kebodohannya. “bagaimana ini? Deadline nya sampai besok. Aku harus menyerahkan fotonya ke sekolah!”
Kris tertawa melihat Laura panik seperti itu. Laulau nya ternyata bodoh juga. Ia lebih mengingat foto mereka berdua dibanding tugasnya. Tawa Kris semakin kencang.
”apa yang kau tertawakan!?” Laura memukul kepala Kris. Ia cemberut melihat Kris mentertawakan dirinya.
”tidak, aku senang kau lebih ingat diriku dibanding tugasmu..” Kris tertawa lagi.
Laura tidak mau mendengarkannya. Ia menatap sesal foto-fotonya. Tugasnya akan gagal besok.
“tidak usah khawatir.. aku yang akan mencetakan fotomu nanti malam. Berikan saja kamera mu, dan besok pagi foto-foto mu sudah siap.” kata Kris menenangkannya dan mengambil fotonya lagi dari tangan Laura.
Laura berbalik menatap Kris. Disaat seperti inilah Laura merasakan betapa ia sangat menyayanginya. Kris selalu ada untuk membantunya. Laura tersenyum berterima kasih.
”lalu untuk apa foto-foto ini??” Kris memperlihatkan foto-foto di tangannya ke Laura.
Laura mengangkat bahunya. “entahlah, mungkin akan aku simpan di albumku..”
Laura mengerucutkan bibirnya. “sudah biasa. Bagaimana kalau kita simpan dengan cara berbeda??” usulnya.
”simpan seperti apa?”
Kris berpikir sejenak. Tiba-tiba ia mengeluarkan kotak makan siangnya dari dalam tas.
”mau kau apakan?” Laura heran melihat Kris tiba-tiba mengeluarkan kotak makan siangnya. Memangnya dia mau makan lagi di saat seperti ini?
”kita akan membuat kapsul waktu!” ide Kris sambil memamerkan cengirannya.
”haa!?” celetuk Laura.
”kau lihat saja..” perintah Kris. ia mulai membersihkan kotak makan siangnya dengan air hujan lalu dibersihkan lagi dengan sapu tangannya.
Laura hanya memperhatikan dengan diam apa yang Kris lakukan.
Kris mengeluarkan sejumlah plastik transparan dari dalam tasnya dan memasukan foto mereka satu persatu kedalam.
”sekarang kau buat surat permohonan masa depanmu untuk disimpan disini.” Kris menyuruh Laura yang masih terus memperhatikannya.
”baiklah!” Laura mengeluarkan buku dan pensilnya dari dalam tas. Ia ikut berjongkok disamping Kris sambil menulis surat permohonannya.
”kau memohon apa?” Kris melongokan kepalanya agar bisa melihat apa yang Laura tulis.
Laura menutup tulisannya dengan tangannya. ”kau jangan melihat! Nanti permohonannya tidak terkabul!” seru Laura.
”memang seperti itu ya??” Laura melihat Kris bertanya seperti itu dengan tampang bodohnya.
”nih! Sekarang kau buat juga!” Laura menyerahkan buku dan pensilnya ke Kris setelah merobek kertas yang baru saja ditulisnya.
Kris menuliskan surat permohonannya dengan sangat cepat lalu merobeknya juga. ”mana suratmu?” pintanya ke Laura.
Laura menyerahkan suratnya dan melihat Kris memasukan surat mereka bersama foto-foto kedalam kotak makan siang Kris yang terbuat dari besi.
”sekarang ayo kita kubur!” serunya semangat.
Laura ikut membantu Kris menggali tanah dibawah pohon sakura dengan menggunakan ranting pohon yang agak runcing.
Kira-kira setelah mereka menggali sudah cukup dalam, Kris meletakan Kotak makan siangnya kedalam tanah. Lalu menguburkannya kembali. Kapsul waktu mereka sudah tertanam.
”kapan kita akan menggalinya lagi?” tanya Laura sambil membersihkan tangannya dari tanah dengan air hujan.
Kris mengerutkan dahinya berpikir. ”bagaimana kalau kita buka lagi saat kita berumur 20 tahunan!” usulnya lagi.
”oh aku tidak sabar ingin membukanya lagi!” erang Laura.
”memangnya kenapa?”
”aku ingin membaca permohonanmu! Apakah akan terkabul saat usia kita saat itu?” Laura tertawa.
”kau harus bersabar!” Kris tersenyum lalu berdiri dan membersihkan tangannya juga.
Hujan sudah agak mereda sekarang, masih deras tidak terlalu lebat seperti tadi.
”Laura, lebih baik kita pulang sekarang saja..” ujar Kris sambil memandang langit.
”tapi masih hujan.. bahaya kalau kita terjang.” cemasnya. Laura ikut memandang langit juga. Hujannya masih belum berhenti.
”sudah lebih reda, aku tidak mau kau sampai rumah sudah malam. Kau pasti akan dimarahi ibumu.” bujuk Kris.
Laura tidak melihat perbedaan hujannya sudah reda atau tidak, masih sama seperti yang tadi. Tapi jika ia terus disini, sampai rumah pasti sudah malam. Ia tidak mau Kris dimarahi ibunya saat mengantarnya pulang nanti.
”baiklah..” Laura masih cemas memandangi langit.
Kris menutupi kepala Laura dengan jas sekolahnya lalu menggandeng tangan Laura mengajaknya berlari ke parkiran sepeda.
”Kris?" panggil Laura ketika diboncengi Kris naik sepeda.
”mmh?” jawab Kris. Ia merasakan pinggangnya di peluk Laura.
”kapan kau akan menyelesaikan lagu tadi?" tanya Laura.
”aku belum tahu, memangnya kenapa?” kepala Kris menoleh kebelakang.
”kau jangan melihat kebelakang seperti ini! Lihat kedepan!” omel Laura saat melihat Kris tidak menghadap ke depan.
”tidak apa, aku jago kok mengendarai sepeda!” bangganya.
”kau belum menjawab pertanyaanku Laura.”
Laura menghela nafasnya. Hujan masih terus mengguyur. Ia menarik jas sekolahnya Kris keatas kepalanya lagi. ”aku ingin mendengarkannya sampai habis..” pintanya.
”kau sangat menyukainya?” tanya Kris senang dan menoleh ke belakang lagi.
Laura mengangguk di punggung Kris.
Kris masih menolehkan kepalanya ke belakang saat berbicara ke Laura. “ya sudah, aku akan menyanyikan unt..”
”Kris!! Lihat di depanmu ada mobil!!” tiba-tiba Laura teriak menunjuk ke depan mereka.
Kris menoleh ke depan, ada sebuah mobil sangat dekat sekali dengan sepedanya. Mobil itu tidak melihat mereka karena siraman air hujan. Kris membelokkan gagang sepedanya dengan cepat menjauhi mobil itu. Tapi ban belakang sepeda Kris sempat tertabrak mobil tersebut sehingga mereka berdua jatuh terpental ke jalan.
Kris merasakan nyeri disemua tubuhnya. Ia mencoba bangun mencari dimana Laura. tapi tangannya tidak dapat menopang tubuhnya. Ia terjatuh lagi setiap ingin bangun.
Ia mendongakan kepalanya. Tetap ingin mencari dimana Laura. Tapi penglihatannya buyar karena tersiram air hujan. Ia melihat sudah banyak orang yang mengerumuni untuk menolongnya. Tapi matanya tertuju pada sosok tubuh yang tidak jauh darinya, itu Laura! tapi Kris melihat banyak darah yang keluar dari kepala Laura. Darahnya mengalir mengikuti air hujan yang mengalir di jalanan.
”LAURA!! LAURA!!” teriak Kris memanggilnya. Ia mencoba bangun sekali lagi namun gagal. ”LAURAAA!!!” Kris merasakan tubuhnya diangkat oleh beberapa orang dan tak lama kemudian ia tidak sadarkan diri.
**
Kris merasakan bau obat-obatan yang sangat menyengat. Ia membuka mata dan melihat ibunya duduk disampingnya. Sekarang ia sudah berada di rumah sakit.
”Kris Kau sudah sadar??” tanya ibunya cemas saat melihat Kris membuka matanya.
”dimana Laulau??” ia mencoba bangun mencari Laura. ”awww!” Kris meringis kesakitan ketika menyentuh tangan kirinya yang di bebat perban.
”jangan kau pegang! Kalau tidak patah tanganmu tidak akan sembuh!” omel ibunya dan menidurkan Kris kembali.
Tapi Kris mengelak saat ditidurkan lagi. ia mau bangun dan mencari Laura. ia harus tahu keadaannya.
”aku akan mencari Laulau!!” katanya turun dari tempat tidur dan langsung berlari ke pintu keluar. Larinya sangat kencang sekali sehingga ibunya pun gagal untuk menahannya. Kris merasakan sangat pusing saat berlari. Tapi ia tidak perduli. Ia ingin tahu dimana Laura.
Ia berlari lagi kearah ruang ICU setelah menanyakan nama Laura ke meja resepsionis. Kris melihat orang tua Laura berdiri menatap kedalam jendela kaca ruangan ICU. Ibu Laura bersandar di bahu suaminya sambil terus menangis. Kris menghampiri mereka dan melihat Laura tertidur disana dengan kepala di perban dan beberapa alat yang memenuhi kepalanya.
”Laulau!! Laulau!!” teriak Kris memanggil Laura dari luar. Ia terus meneriaki nama Laulau agar Laura terbangun.
”Laulau!!!!” air mata Kris sudah memenuhi wajahnya. Ia benar-benar sangat menyesal membuat Laura jadi seperti ini. Ini semua salahnya. Kalau saja ia mendengarkan perkataan Laura untuk tidak menoleh kebelakang dan tidak mengantarnya pulang saat hujan, mungkin ini semua tidak akan terjadi.
”Laulau!” isak Kris. Ia tidak sanggup lagi berteriak. Ia hanya bisa menangis. Ayah Laura mendekatinya dan memeluknya. ”kita harus tabah..” ujarnya.
Kris terisak lebih kencang didada ayah Laura. ”maafkan aku..” lirihnya. Dan Kris tidak sadarkan diri lagi.
Sudah 3 hari Kris bolak-balik keruangan Laura. tapi Laura masih belum sadarkan diri. Walaupun Kris selalu berteriak memanggilnya, mata Laura selalu terpejam. Tidak ada tanda-tanda Laura segera siuman. Tapi Kris selalu menantinya dari balik kaca jendela.
Esoknya, Kris menghampiri ruangan Laura lagi. tapi Kris terkejut saat melihat tempat tidur Laura sudah kosong. Dimana Laura?
”Laulau!! Laulau!!” Kris berteriak memanggil Laura dan masuk ke dalam ruangan ICU mencarinya. Tapi ia tidak menemukan Laura di dalam sana. Ia terus meneriakan nama Laura. Para perawat menghampiri Kris yang teriak-teriak agar ia lebih tenang.
”dimana Laura?! Dimana Jung Laura!!??” tanya Kris setengah berteriak ke para perawat.
Perawat wanita yang agak tua menjawab. “Laura sudah di pindahkan ke Canada bersama orang tuanya tadi pagi. Ia melanjutkan perawatannya disana. Kemungkinan besar jika ia dibawa kesana ia akan sembuh..”
Kris langsung duduk terkulai di lantai saat mendengarnya. Matanya menatap kosong kedepan. Laulau nya telah pergi. dia telah meninggalkan dirinya sendiri disini. Laura tidak menepati janjinya untuk selalu bersama.
Tak lama kemudian ibunya menghampiri Kris dan meminta maaf ke semua perawat. Lalu membawa Kris dengan kursi roda dan memarahinya karena perbuatan di ruangan ICU tadi. Tapi Kris tidak mendengarkan satu katapun omelan ibunya. Otaknya sudah kosong sekarang. Hanya satu pikiran yang masih tersisa.
Canada. Laura ada di sana. Suatu saat aku pasti akan menemuimu disana, Laulau. Tunggu aku. Janji Kris pada dirinya.
To be continued...
Hueheeee masih pada penasaran Kris bakalan ketemu Laura?
Tunggu di next chapternya yaaa :D