home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Chajatta (Aku Menemukanmu)

Chajatta (Aku Menemukanmu)

Share:
Author : natadecocoo
Published : 20 Aug 2014, Updated : 26 Jan 2016
Cast : DO Kyungsoo, Park Minhye (OC), Xi Luhan, Lee Hyena (OC),INFINITE,EXO
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |19748 Views |4 Loves
Chajatta (Aku Menemukanmu)
CHAPTER 5 : EXOFINITE, We Are One!

 

Menyeruput susu kotak yang sudah ia beli, Minhye menatap wajah Hyena lekat-lekat.

                “Jadi..Hyena-sii.” Minhye lalu terhenti .Ia memegang kepalanya menahan rasa frustasi. “Aah outtohke?! Aku bingung bagaimana harus mengatakannya!”

                Hyena yang mengamati tingkah laku Minhye sambil melahap burger di tangannya itu hanya bisa menahan tawanya. Ia sebenarnya tahu apa yang akan Minhye katakan kepadanya tetapi ia memilih untuk diam dan menunggu Minhye untuk memulainya terlebih dahulu.

                “Gwaenchana..Pelan-pelan saja,Minhye-a.” ujar Hyena setelah meletakkan kembali burgernya ke piring.

                “Aish..Park Minhye, apa susahnya sih menanyakannya ke Hyena. Menanyakan apakah Kyungsoo dan Hyena ada hubungan apa tidak. Aish..” bisik Minhye ke dirinya sendiri sambil menatap ke bawah dan tanpa Minhye sadari, ia baru saja mengatakannya. Kalimat yang susah payah ingin ia katakan, ia baru saja mengatakannya secara tidak langsung. Selain itu, bisikan Minhye ke dirinya sendiri terlalu keras untuk dibilang sebagai bisikan pada umumnya sehingga Hyena dapat mendengarnya.

                Gelak tawa tiba-tiba dari Hyena lalu membuat Minhye mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah yeoja di depannya tersebut.

                “Minhye-a, apa kamu mau bertanya mengenai diriku dan Kyungsoo?”

 

Minhye’s POV

                Aku dan Hyena akhirnya berada di kantin dan sekarang ini ia berada di hadapanku.

                Hyena tampak sangat cantik hari ini dan mungkin di setiap harinya. rambut cokelat keemasannya ia kelabang membentuk sebuah bando. Wajahnya tirus dan tubuhnya ramping seperti apa yang setiap yeoja inginkan. Ia memang tidak begitu tinggi, tetapi itu yang menjadi poin plus baginya. Ia tampak sangat cute dan siapa saja yang melihatnya pasti berpikiran untuk menyimpannya di saku karena saking imutnya.

                Aku..sebenernya akan menanyakan hubungan Kyungsoo dengan dirinya dan meminta maaf. Tapi entahlah, rasanya sulit sekali aku ucapkan. Mungkin karena baru kali ini aku berurusan dengan yang namanya cinta-cintaan, meskipun hanya status palsu tapi aku merasa sedikit gugup. Hingga, tak sedikitpun apa yang ingin aku katakan terucap selama beberapa menit ini.

                “Jadi..Hyena-sii.” Aah akhirnya aku memulainya. Ayo lanjutkan Park Ji! Semangat!

                “Aaa-aa”

                Ya! Ada apa ini? Mengapa pita suaraku tak kunjung bekerja untuk mengatakannya? Maksudku, mengapa rasanya kata-kata yang ingin aku katakan seolah tersangkut di kerongkongan?    “Aah outtohke?!” aku panik di tempat dudukku lalu memegang kepalaku untuk menahan rasa frustasi.

                “Gwaenchana..Pelan-pelan saja,Minhye-a.”

                Ia tersenyum. senyum malaikat. Batinku pelan. Bagaimana bisa seorang Do Kyungsoo digosipkan bersama dengan sesosok malaikat seperti Lee Hyena? Aah dunia sungguh membingungkan dan aku otakku ini tidak sampai untuk memikirkan alsannnya.

                “Aish..Park Minhye, apa susahnya sih menanyakannya ke Hyena. Menanyakan apakah Kyungsoo dan Hyena ada hubungan apa tidak. Aish..” Aku menunduk sambil menyalahkan diriku sendiri.

                Oke, ini memang terdengar sangat berlebihan tapi ini memang sungguh sangat sulit. Melebihi kesulitan memainkan keyboard sambil memejamkan mata.

                “Ya, apa kamu mau bertanya mengenai diriku dan Kyungsoo?” tanyanya dengan suaranya yang lembut.

                Aku mendongak lalu mengangguk semangat. “Nae! Itu yang daritadi ingin aku katakan, Hyena-ya.”

                Hyena terkikik dan aku baru saja menyadari kebodohanku sehingga aku mengutuk diriku sendiri di dalam hati.  “Kudengar kalian sangat dekat..jadi..aku bertanya-tanya apakah kamu mungkin marah kepadaku jika aku sekarang bersama Kyungsoo.” Ujarku, yang lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan.

                Hyena tersenyum. sangat manis. “Kami..tidak ada apa-apa. Dan mengapa aku harus marah, Minhye-a, jika memang itu keputusan dua pihak.”

                Jeleggar! Nah itulah masalahnya. Akulah yang seenaknya sendiri memasang semua status itu tanpa memikirkan Kyungsoo sama sekali. Tanpa memikirkan bahwa mungkin Kyungsoo sedang memiliki hubungan spesial dengan yeoja lain.  Singkat kata, status palsu yang kubuat bukanlah karena keputusan dua pihak melainkan keputusan seenak perutku sendiri.

                Tapi, tidak mungkin aku mengatakannya bukan? Mengatakan kalau semua itu agar Kyungsoo masuk ke dalam band. Oh ayolah, itu sangatlah nonsense. Apakah aku memang selalu bertindak tidak dipikirkan seperti ini? Entahlah.

                “Apa..benar kalian tidak ada hubungan apa-apa?” aku menaikkan alisku.

                Ia mengangguk sambil memberiku senyum hangat. “Aku hanya teman masa kecil Kyungsoo saja. Tidak lebih.”

                “Benarkah?” tanyaku lagi, memastikan.

                Ia kembali mengangguk, pelan.

                Aku mengembuskan nafasku lega. Apa semua gosip seperti ini? Gosip mengatakan bahwa Hyena dan Kyungsoo sangat dekat bahkan berpacaran tetapi  buktinya Hyena menyangkal semuanya. Ya, ada apa ini? Apa masyarakat saat ini tengah dikibuli oleh sesuatu bernama gosip? How could our society become like this? Being blinded by such gossip?

                Bagaimanapun juga, aku bersyukur, karena jika apa yang Hyena ucapkan benar,aku tidak menyakiti orang lain. Yah meskipun tingkahku agak sedikit semaunya dan berandalan, aku juga tidak suka untuk melihat orang lain sengsara karena kelakuan seenak perutku.

                Lalu, ...tiba-tiba...pertanyaan yang menggangguku sejak beberapa jam yang lalu teringat begitu saja. pertanyaan mengenai mengapa Kyungsoo tidak mau kembali bernyanyi.

                “Kalau begitu, aku..” sebelum Hyena sempat berpamitan untuk pergi kepadaku, aku ikut berdiri dan mencegahnya.

                “Jaggamannyo, Hyena-ssi. Aku ingin bertanya sesuatu  hal lagi kepadamu.”

                Ia lalu kembali duduk sambil memasang senyum tipisnya.

               

                “Apakah kamu tahu mengapa Kyungsoo tidak mau bernyanyi di depan umum?”

                Tepat setelah ia mendengar pertanyaanku, wajahnya tampak terkejut dan ia tampak menghindari tatapan mataku. Wajahnya berubah menjadi pucat dan ia tampak memegang erat roknya.

                Mungkinkah ia tahu sesuatu? Sesuatu mengenai keberatan Kyungsoo menyanyi di depan publik?

                Beberapa detik telah berlalu, ia lalu kembali memandangku dan memberiku seutas senyum. “Ani. Aku..tidak tahu sama sekali. Sepertinya dari dulu dia memang tidak suka bernyanyi di depan umum”

                Bel masuk telah berbunyi sejak setengah jam yang lalu dan kelas masih belum juga diisi oleh sang guru. Kutopang daguku dengan tangan kananku sambil menerawang ke arah jendela, masih memikirkan bagaimana usahaku sejak kemarin berada di Rainbow sampai sekarang sia-sia karena tolakan Kyungsoo.

                Mau bagaimana lagi, aku benar-benar tidak bisa memaksanya meskipun aku bisa. Ia memiliki hak untuk memilih dan toh meskipun dia mau tetapi terpaksa hasilnya juga tidak maksimal, kan?

                Kulirikkan pandanganku ke arah teman sebangkuku, Soojung dan mendapati dia meletakkan kepalanya ke meja, tertidur pulas. Aigoo..Pasti tadi malam dia habis marathon nonton drama.

                Lalu, Kualihkan pandanganku ke arah bocah yang duduk di depanku arah jam 3. Bocah yang tidak disangka-sangka adalah anak dari salah satu chaebol di seoul. Anak dari Mr. Do Min Joon, CEO Do Company. Aku ulangi, anak satu-satunya seseorang setengah dewa bernama Mr. Do Min Joon.

                Menurut prediksiku, bocah bermata belo itu sejak bel istirahat berbunyi hingga bel masuk berbunyi sama sekali tidak keluar menuju kantin karena ia lebih memilih bercumbu dengan bukunya. Hingga sekarang.Astaga... Dia sepertinya tidak pernah kehabisan bahan bacaan, apakah dia mempunyai perpustakaan sendiri di rumahnya? Atau mungkin malah mempunyai percetakan sendiri?

                 Kuambil pena serta notebook dari ranselku, kutuliskan sesuatu di suatu kertas dan kurobek kertas yang bertuliskan tulisan yang aku tulis. Setelah kurobek, kertas tersebut aku remas hingga berbentuk gumpalan lalu aku lempar ke arah namja bermata belo itu.

                Untung saja aku dulu sempat mengikuti kelas memanah sehingga gumpalan kertas yang kulemparkan mendarat dengan selamat sentosa di meja bocah beramata belo tsb.

                Ia meletakkan bukunya sejenak lalu mengalihkan perhatiannya ke kertas yang aku lempar.

End of Minhye’s POV

Kyungsoo’s POV

                Bel masuk sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu.Sepertinya kelas kali ini akan terbengkelai lagi. selesai dengan ‘Buku Hematologi’, aku akhirnya memasukkan buku tsb dan mengambil buku yang lain. Oh ayolah, kalian tahu bukan bahwa aku tidak suka bergaul dengan orang lain?

                Kupilah buku-buku yang berada di dalam tasku dan segera saja aku tarik salah satu buku yang beruntung tsb, ‘Buku Oncology’ dari tasku.

                Tapi ... semakin lama aku membacanya, semakin aku merasakan semua hal yang kubaca sama sekali tidak masuk ke kepalaku. aku memikirkan hal yang lain. Beberapa hari ini menjadi hari terberatku, sejak aku mengenal Minhye, tentu saja. Tetapi, ini semua bukan sepenuhnya salah Minhye. Ia hanya memperjuangkan bandnya saja. berbagai pertanyaan tak terjawab muncul di kepalaku.

                Apakah Minhye benar-benar menyerah?

                Well, karena aku merasa tadi pagi yang bersamaku itu seperti bukan Minhye saja. Minhye yang kemarin memberiku kesan dia tidak akan membiarkanku merasakan oksigen jika permintaannya tidak terpenuhi tetapi Minhye yang tadi pagi...Benar-benar berbeda. Apa mungkin yang tadi pagi itu bukan Minhye? Mungkin, sebuah makhluk halus yang menyerupai Minhye?

                Ah molla! Sejak kapan aku begitu peduli akan hal seperti ini. This is definitely not my style! Aku yang tidak mau mengingatnya lagi pun kembali membaca buku di hadapanku hingga sesuatu membuatku untuk kembali membacanya.

                ‘Pluk’ sebuah kertas terdampar indah di mejaku. Kertas berwarna biru langit.

                Aku meletakkan buku oncology ku lalu membukanya.

                Hei anak kaya bermata belo, aku belum menyerah,mengerti?! Aku masih ingin kamu menjadi vokalis pengganti EXOFINITE meskipun kamu telah menolaknya entah karena alasan apa. Jika kamu sudah mendapat ilham dan berubah pikiran, hubungi aku nae? Atau mungkin kamu bisa langsung saja ke studio latihan di pojok sekolah.Kami selalu latihan sepulang sekolah.Kumohon Kyungsoo-ya...tinggal 6 hari lagi ><   –PJY

                Kunaikkan salah satu alisku. Jadi...dia  belum menyerah? Apa dia pikir aku benar-benar bisa berubah pikiran?

                Kubuka notebookku dan kutuliskan seuatu untuk membalas pesannya.

                Hubungi kemana? Ya pabo, kamu lupa mencantumkan nomor ponselmu!

                Segera saja kulempar ke arahnya dan ketika ia membuka lalu membacanya dan setelahnya, ia menuliskan sesuatu di notebooknya. Mungkin sebuah pesan balasan.

                Eh, tunggu? Apa aku baru saja meminta nomor ponselnya? Aku ulangi, Do Kyungsoo, apa kamu baru saja secara tak langsung meminta nomor ponsel milik Park Minhye?!

               

                Seharian penuh aku memikirkannya. Tidak biasanya aku tidak memperhatikan pelajaran dan memikirkan hal lain seperti ini. sungguh, mengapa aku harus peduli terhadap hal seperti ini? Bukankah aku sudah menegaskannya bahwa aku tidak akan pernah mau menjadi vokalis bandnya?

                Sekarang bel pulang sudah berbunyi, aku memasukkan semua peralatan tulis dan bukuku ke dalam tas, bersiap-siap untuk pulang.

                Aku memang selalu pulang sendiri karena memang aku memang tidak memiliki teman dekat.  Teman dekat hanya akan merepotkanmu, aku beritahu. Mereka itu seperti parasit. Hanya ada ketika kita butuh mereka saja. Dan ketika kita sedang dalam keadaan susah, mereka pasti akan meninggalkanmu dan pergi ke temannya yang lain.

                Aku berjalan kaki keluar dari kelas..Lalu keluar dari gerbang..dan menaiki sebuah bus. Aku memandang ke arah sekitar. Semenjak yeoja semi namja itu membuntutiku, aku menjadi merasa insecure seperti ini. mungkin sudah saatnya bagiku menyetujui ucapan appa untuk membawakanku mobil. Tapi tentu saja, aku malas berurusan dengan teman sekelasku ketika mereka mengetahui aku memiliki mobil. Tahu sendiri,kan? Mereka pasti akan bersikap baik padaku setelah tahu aku membawa sebuah mobil ke sekolah.

                Ketika turun dari bus, aku tengok kanan kiri, mengecek apakah ada yang membuntutiku atau tidak. Dan begitu seterusnya hingga aku sampai ke dalam rumah.

                “Aaah ini sungguh sangat melelahkan!” kulemparkan tubuhku ke sofa.


                “Tuan Muda, satu jam lagi, pukul 16.00, akan ada les piano.” Ucap Lee Ahjussi kepadaku. Beliau sudah menjadi semacam ayah keduaku karena, mungkin waktuku bersamanya lebih banyak daripada waktuku bersama aboeji.

                “Ndae.” Jawabku malas sambil memejamkan mataku, berharap bahwa semua kelelehan akan hilang sekejap ketika aku membukakan mataku.

End of Kyungsoo’s POV

               

Author’s POV

                Seorang laki-laki paruh baya itu kembali menatap jam di pergelangan tangannya. Keluhan kembali keluar dari mulutnya. Jika saja ia berangkat lebih awal, mungkin semua tidak akan terjadi seperti ini. tidak pernah sebelumnya ia terlambat sepermenit saja untuk datang ke kediaman Do, untuk mengajari anak satu-satunya dari keluarga konglongmerat tersebut sebuah permainan instrumen musik bernama piano.

                Disambut oleh empat pelayan di dekat sebuah pintu besar, ia segera masuk, tak menghiraukan betapa dalamnya keempat pelayan tersebut membungkuk, ia hanya membalasnya dengan senyum sekilas lalu melesat pergi.

                Sampai di sebuah ruangan yang sesungguhnya cukup besar untuk dibilang ruangan terkecil di dalam rumah tsb, ia mendapati pintu sedikit terbuka. Ia hendak membukanya hingga terbuka penuh, tetapi sesuatu menghentikannya. Suatu alunan melodi yang indah.

                ‘Hanbonman ne mamul durojwo’

                ‘Everyday, everynight..I’m missing you~’

                ‘Ne gyothe obsodo ijen bol su obsodo’

                ‘Onjena ne mamen togathun noingol’

                Apakah ini semua halusinasi? Batinnya.

                Musik yang menentramkan itu, vokal yang sangat indah itu, apakah ini semua halusinasi?

                Ia mematung dan hanya bisa berdiri tanpa suara di dekat daun pintu.

                Saking khitmadnya ke’diam’an yang ia buat, ia sampai tidak menyadari bahwa ‘pelanggan’ jasa kursus pianonya sudah menyelesaikan lagunya dan menatapnya dengan ekspresi wajah terkejut.

                “K-kang s-seonsangnim...S-sudah b-be-berapa lama Anda berdiri di sana?” namja yang sedang duduk di depan piano angkat bicara.

                “Tuan Do Kyungsoo..A-apa Anda baru saja..b-bernyanyi?” Kang seonsangnim akhirnya membuka pintu lebar-lebar, menutupnya dan sepenuhnya masuk ke dalam ruangan tsb. Ruangakn kecil yang hanya berisi sebuah piano dan beberapa vas antik saja.

                Sang namja di depan piano tersebut hanya bisa diam sambil menggaruk-garuk lehernya.

                “Ah sudahlah, bisakah kita mulai pelajaran sekarang juga?” ujar namja bermata bulat itu, tak mengindahkan topik yang akan Kang Saem bicarakan.

                “Tapi Tuan Do Kyungsoo..Barusan penampilan Anda luar biasa. Apakah Anda juga mengikuti kursus vokal?” Rupanya, pelatih sang namja bernama Do Kyungsoo itu masih belum bisa emnghilangkan keterkejutannya atas suara emas Do Kyungsoo. Wajar saja, ini kali pertamanya ia mendengar Kyungsoo bernyanyi.

                “Ani.” Kyungsoo hanya bisa menggeleng pelan lalu kembali berusaha mengalihkan topik pembicaraan. “Kang seonsangnim, aku mohon, bisakah kita langsung saja memulai pelajaran kita hari ini?”

                Kang seonsangnim akhirnya menurut. Bagaimanapun juga ia adalah seseorang yang dibayar untuk mengajari Kyungsoo bermain piano, bukan hal yang lain. Dan di sinilah dia, sejam sudah ia mengajari Kyungsoo lagu orkestra seperti Bach, Beethoven,Mozart, dan lain sebagainya.

                “Bravo! Seperti biasa, Tuan Muda Do Kyungsoo, permainan Anda tidak pernah agagl untuk memukauku.” Kang seonsangnim bertepuk tangan.

                Kyungsoo kemudian tersenyum puas dan bberdiri untuk membungkuk ke arah Kang seonsangnim. “Kamsahamnida.”

                Mereka lalu diam sambil menukar senyum.

                “Apa Anda yakin tidak ingin mengikuti kompetisi piano yang diadakan dua minggu lagi, Tuan Muda Do Kyungsoo? Permainan Anda sangatlah bagus,akan sangat sia-sia jika...”

                “Mohon maaf Kang seonsangnim, seberapa kali banyaknya Anda menawari saya, saya akan tetap pada keputusan saya sebelumnya.” Kyungsoo kebali membungkuk “Saya menolak.”

                Kang seonsangnim hanya bisa tersenyum getir atas tolakan entah keberepakalinya yang Kyungsoo lontarkan.

                “Baiklah saya menyerah.”

                Kang seonsangnim kemudian mengambil secangkir teh di meja yang terletak di dekat piano untuk meminumnya, begitu juga Kyungsoo.

                Ketika mengambilnya, mata Kang seonsangnim terlekat pada suatu benda. Benda yang sudah lama berada di sana. Sebuah foto seorang yeoja memain kan sebuah piano di sebuah panggung.

                “Raena-ya..Kamu pasti akan sangat bahagiadi surga sana  jika anakmu bisa berdiri di panggung yang sama dengan dirimu.” Batin Kang seonsangnim sambil menghabiskan secangkir teh yang ada di genggamannya.

                ” Kang seonsangnim, apakah ada sesuatu yang mengganjal pikiran Anda?” tanya Kyungsoo, terheran dengan Kang seonsangnim yang terus menata ke arah pigura foto almarhum ibunya.

                “Aniyo, hanya saja, wanita di dalam figura ini sangat cantik. Siapa dia Tuan Muda Do Kyungsoo?” tanya Kang seonsangnim pura-pura tidak tahu. Padahal ia sudah tahu betul siapa wanita tsb, bahkan alasannya untuk mengajar bermain piano di keluarga Do juga karena wanita tsb.

                “Wanita cantik itu...nae eomma, seonsangnim. Tetapi, ia telah menghadap ke surga ketika saya masih SMP..” jawab Kyungsoo lirih,menatap ke bawah.

 

                Sepeninggalan Kang seonsangnim, Kyungsoo masih berada di depan pianonya. Tangannya kembali menekan setiap tuts yang melekat pada piano.

                ‘One, two babysteps. Three, Four, babysteps. Five six, babysteps.’

                Belum selesai ia bernyanyi, ia menghempaskan seluruh jarinya ke tuts piano hingga terdengar suara tak beraturan yang sangat keras.

                “Aaarghh!” Kyungsoo meremas kepalanya frustasi.

                “Eomma..Nae bogoshieppo...”

Flashback

Kyungsoo masih berusia 9 tahun saat itu.

Ia menatap ke sebuah layar televisi yang sedang menayangkan seseorang yang sangat ia sayangi.

“eomma, eomma tampil sangat daebak kemarin!Suara eomma sangat merdu dan permainan piano eomma juga sangat bagus.” Kyungsoo kecil mengacungkan kedua jempolnya kemudian memandang satu per satu jempolnya, jempol tangan kiri dan tangan kanan.

“Ah, tidak, Dua jempol tidak cukup. Aku akan menambahkannya dengan kedua jempol kakiku!” lanjutnya, disambut oleh tawa kecil eommanya yang sedang duduk di sampingnya, duduk di sebuah sofa yang terletak di depan televisi plasma ukuran jumbo.

“Hokshi..Kyungsoo juga ingin seperti eomma?” tanya eommanya sambil melihat lembut ke arah Kyungsoo.
Kyungsoo mengangguk.

“Nae, aku ingin berdiri di panggung yang sama dengan eomma dan membuat banyak orang bahagia.”

Eomma Kyungsoo kemudian menepuk pelan kepala anaknya tersebut.

“Mimpi yang bagus Kyungsoo-ya. Eomma akan sangat bahagia jika Kyungsoo juga bisa pergi ke panggung yang sama seperti eomma.”

End of Flashback

                Kyungsoo mengangkat wajahnya. Kenangannya tentang eommanya tersebut tak kunjung pergi dari kepalanya. Betapa ia ingin eommanya kembali di sisinya, betapa ia rindu akan suaranya, betapa ia tidak peduli ia sudah berapa kali menangis untuk eommanya...

                Ia lalu melangkah keluar dan menutup pintu, diambilnya sesuatu di saku celananya. Sebuah kertas remasan yang kemudian ia buka dan berisi nomor ponsel seseorang.

Dengan tangan kiri, ia mengambil ponsel yang juga berada di sakunya. Ia menyalin nomor tersebut ke dalam ponselnya, menyimpannya ke dalam kontak dan mencoba menghubungi si empunya nomor tsb namun tak kunjung diangkat. Ia mengulangi tindakannya lagi hanya untuk mendapatkan hasil yang sama.
Author’s POV ENDS

Minhye’s POV

                Bwoya?! Apa bocah bermata belo itu benar-benar serius menolakku? Aish jinjjha! Dia benar-benar keras seperti batu!

                Aku menutup kover keyboardku dengan malas. Hari ini latihan EXOFINITE tidak selama biasanya karena kami hanya melakukan latihan instrumen saja tanpa kehadiran sebuah vokalis. Tentu saja karena Kyungsoo tidak berangkat. Apa salah jika aku masih mengharapkannya? Suaranya...sangat berbeda. Ia cocok di lagu apapun, entah itu pop, rock, jazz ataupun country. Tapi, yah. Mau bagaimana lagi jika dia sudah berkeputusan bulat untuk menolak tawaranku?

                Sebenarnya kompetisi ini mengharuskan kita memilih satu dia antara tiga lagu.Satu Lagu yang benar-benar bisa kita kuasai. Dan karena kami masih belum menemukan vokalis pengganti, kami berlatih instrumen di ketiga lagu tersebut. Itu karena tentu saja kita harus menyesuaikan dulu suara sang vokal dengan lagu yang akan ditampilkan. Sebelumnya kita juga sudah berlatih saat Baekhyun masih available jadi latihan saat ini hanya semacam latihan intrumental pemantapan saja.

                “Ya! Jang Dongwoo! Suara bassmu masih hillang timbul, belajar lagi, nae?” ucap Chanyeol sembari memasukkan gitarnya ke dalam tasnya.

                Dongwoo oppa hanya bisa mengangguk. “Arrasso. Aku akan berlatih lagi.”

                Dongwoo oppa tidak pernah marah akan sebuah kritik dan oppaku, Chanyeol oppa hobi sekali mengkritik siapapun. Meskipun permainannya masih kurang sempurna.

                “Lihatlah, nada suara gitar yang kau mainkan saja masih belum stabil. Berani-berani nya menegur Dongwoo oppa..” ujarku lirih dan sambil memberinya tatapan mengejek.

                Chanyeol kemudian mendekat ke arahku sambil mengalungkan tas gitarnya. “YA! Mengapa kamu mempermalukan oppamu sendiri di depan orang lain?!” Chanyeol oppa memanyunkan bibirnya yang terlihat sangat lucu di mataku sambil berpura-pura akan menghajarku. Aku lalu tertawa dan semuanya pun ikut tertawa.

                Aaah.. mereka masih bisa tertawa meskipun...kami belum memiliki vokalis pengganti.

                Aku suka melihat mereka tertawa. Kebahagiaan ini...aku ingin terus berada di kebahagiaan ini. Kita sudah selalu bersama sejak sekolah menengah pertama hingga sekarang dan aku tidak bisa membayangkan jika mereka berpisah karena tujuan universitas masing-masing yang berbeda. Semua kebersamaan ini, pasti tidak akan terulang lagi ketika kita semua berpisah.

                “Oppa..Apa..kita akan tetap bersama meskipun kalian sudah lulus nanti?” tanyaku menatap ke lantai.

                Dapat kurasakan keheningan kemudian datang dan Sungyeol oppa mendekatiku “Minhye-a, kkeokjongma(Jangan khawatir), kita akan selalu bersama.”

                “Kerrutji, Minhye-a. EXOFINITE tidak akan pernah bubar meskipun kita semua akan terpencar di univ yang berbeda.” Lanjut Dongwoo oppa sambil mengelus lembut kepalaku.

                Mereka berbohong..untuk menenangkanku. Oppa...Aku sangat menyayangi kalian.

                “Ya, adikku! Apa kamu menangis? Omona, akhirnya kamu bisa menangis layaknya yeoja yang lain!” ujar Chanyeol oppa yang sepertinya tampak gembira.

                Aku mendongak ke arahnya sambil mengusap air mataku “Bwoya! Ya, oppa macam apa kau!”

                Dapat kulihat semua juga memberikan tatapan mematikannya ke arah Chanyeol.

                Aku mendekat ke arahnya lalu menendangkan kakiku ke arahnya “Ya, oppa kemari kau!”

`”Minhye-a, aku akan membantumu.Aku akan menendang bagian pantat nae? Kamu bagian kaki kanan.” Ujar Dongwoo oppa kepadaku.

                “Kalau begitu, aku akan menendang ke bagian kaki kiri saja.” ujar Sungyeol pula.

                Chanyeol oppa kemudian menujukkan ekspresi takutnya “YA! Apa tidak ada yang berada di pihakku? Ya, teman macam apa kalian ini?!”

                Saat kami hendak menyerbunya, Chanyeol sudah meringkuk dan memasang tameng di atas kepalanya.

                Dan kami pun tertawa lagi melihat tingkah Chanyeol oppa.

                Mereka.., kembali bisa membuatku tertawa.

                Tenang saja oppa, aku akan menyukseskan penampilan perpisahan kita. Aku akan segera menemukan vokalis pengganti!

 

                Jadi..aku pergi ke Rainbow lagi, untuk kembali memburu vokalis baru. Aku belum menyerah hanya karena bocah bermata belo itu menolakku.

                Aku memesan ayam milik Sungjae lalu berpura-pura lagi seperti saat itu.

                Satu..dua..tiga..empat..Empat bilik karaoke sudah aku curi dengar tetapi benar-benar tidak ada yang menyamai suara Baekhyun ataupun Kyungsoo.

                Kuhembuskan nafasku berat.

                Kemudian, senyum dan tawa oppaku di EXOFINITE muncul dan itu sungguh memberiku semangat.

                “Yosh! Semangat!” aku memompa tanganku ke udara. “Minhye-a, fighting! Demi EXOFINITE!”

                Aku berjalan penuh semangat ke arah bilik nomor 5 dan saat itu juga, mata kami bertemu.

                Wajah itu..wajah familiar itu...

                “Bwoya?! Xiu Luhan?!”

                Ia yang hanya seorang diri di dalam bilik karaoke menyadari aku memandangnya dan aku hanya bisa mematung saat ia membuka pintu. Bukannya menjongkok dan mencuri dengar, mengapa aku sejak tadi hanya mematung di depan pintunya seperti ini? Jelas saja dia melihatku dan memergokiku berada di pintunya.

                “Minhye-a, ada apa?”


LOVE, SUBSCRIBE and COMMENTS!

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK