The Real Side Of You – part 33
“apa kau punya waktu hari ini?”
Satu pesan singkat itu masuk ke ponsel myungsoo tepat ketika ia baru saja selesai mandi, senyum manis mengembang di wajah tampan nya begitu ia membaca nama sang pengirim. Setelah mengeringkan rambutnya ia pun mengetikan balasan dengan cepat
“apa kau mau mengajak ku berkencan?”
Tak berselang lama ada sebuah panggilan masuk yang membuat senyum myungsoo berubah jadi seringaian
“hal-“
“yaa kalau di tanya itu jawab yang benar” sungut orang di sebrang tanpa berniat menyapa apa lagi pakai basa-basi
“yaa kalau bertanya itu yang manis sedikit” balas nya tak mau kalah, kesal juga ia langsung di smeprot begitu apa lagi dirinya masih sedikit mengantuk dan juga merasa lapar.
“mwo? Yaa Kim myungsoo”
“wae? Wae?”
“ah molla, dasar menyebalkan”
Hampir saja tawa myungsoo meledak, sudah lama ia tidak mendengar respon meledak-ledak seperti ini. Respon khas seorang gadis, siapa lagi kalau bukan Kim Sunhee.
“sudah jangan marah-marah ini masih pagi tahu” terang nya seraya melihat jam dinding, membayangkan sunhee cemberut di sebrang sana membuat mood myungsoo membaik seketika “ada apa kau menelfon? Merindukan ku ya?” ucap nya tanpa tedeng aling-aling
“dwesso, i hang up” seru sunhee yang kepala nya sudah sedikit berasap
Dengan cepat myungsoo memutar otak nya “hee-yaa” panggil nya lembut, membatalkan niatan sunhee yang sudah akan menekan tombol merah “ada apa?” ulang nya lagi, kali ini nadanya jauh lebih lembut membuat sunhee sempat tergugu di sebrang sana
Jeda lumayan lama sebelum sunhee kemudian kembali bertanya dengan nada yang lebih tenang “punya waktu hari ini?”
“punya, memang kau mau di antar kemana?”
“eh?”
“kau menelfon ku pagi ini karna ingin di temani ke suatu tempat kan?”
“bagaimana kau bisa tahu?” tanya sunhee polos
“apa sih yang aku tidak tahu tentang dirimu?”
“kau tidak tahu kalau aku bisa mengirimkan bom ke tempat mu sekarang juga dan membuat dorm infinite jadi hancur berkeping-keping, berhenti bicara yang tidak-tidak dan jawab pertanyaan ku tadi dengan benar”
Myungsoo cemberut, kim sunhee tetap lah kim sunhee yang selalu jadi lawan debatnya dalam segala hal, perdebatan yang tidak akan bisa ia menangkan. “jadwal ku kosong hari ini, ada apa?”
“aku ingin mengunjungi suatu tempat, nanti ku kirimkan alamatnya”
“yasudah, mau di jemput jam berapa?”
“tidak usah, kita bertemu disana saja”
“hee-yaa jangan macam-macam, aku akan menjemput mu”
“dwesso, aku bukan anak kecil kim myungsoo. Sampai ketemu disana”
“ya kim-“
Pip, sambungan telfon terputus. Myungsoo mengacak rambut nya frustasi “Kim Sunhee aish” ia tentu khawatir, pengalaman banyak mengajarkan nya untuk tidak melepas sunhee pergi sendirian. Selama daeyon masih berada di korea maka situasi nya belum terlalu aman untuk sunhee, dan myungsoo tidak mau terjadi sesuatu pada gadis itu. Maka tingkah lagu sunhee pagi ini terasa aneh untuk nya, memang sebenarnya tempat apa yang ingin ia kunjungi? Kenapa tidak mau di jemput?
Ketika myungsoo sedang pusing memikirkan sunhee tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dengan lembut dan kepala sungjong mengintip disana “hyung tidak mau makan?” tanya nya
“tidak aku harus pergi” jawab sang visual sambil langsung bangkit berdiri dan membawa tas ransel nya, meninggalkan sang maknae yang masih terpaku di dalam kamar
“yaa kau mau kemana? Tidak mau sarapan?” woohyun berteriak dari meja makan begitu melihat myungsoo bergegas menuju rak sepatu
“tidak hyung aku ada urusan”
“urusan apa?” kali ini sunggyu yang bertanya, tapi pertanyaan itu hanya di jawab myungsoo dengan lambaian tangan perpisahan
“benar-benar anak itu” komentar hoya.
*******
Myungsoo menatap pemandangan yang tersaji di depan matanya dengan tatapan bingung dan tak mengerti, ada rak besar terbuat dari kayu yang tinggi nya 2 kali tinggi badan pria itu, melebar dari ujung ke ujung dan memenuhi semua ruangan besar tersebut. Rak itu di sekat sedemikian rupa sehingga membentuk kotak-kotak keci seperti loker yang pintu nya terbuat dari kaca, dalam kotak tersebut terdapat banyak foto, bunga juga hiasan dan barang-barang pribadi sang empunya.
“hee-yaa, untuk apa kau kesini?” tanya pria itu pada gadis yang berada di sebelah kiri nya
“tidak kah kau ingin menyapa dan menemui seorang?”
Satu alis myungsoo terangkat tinggi “siapa?”
“siapa orang yang sangat ingin kau temui saat ini Myungsoo-yaa?” tanya sunhee balik
Tanpa keraguan sedikitpun myungsoo menjawab “kau”
Hampir saja sunhee memukul kepala pria yang ada di hadapan nya ini kalau ia tidak ingat sedang berada dimana mereka, sebagai ganti nya Sunhee menarik tangan Myungsoo dan mengajak pria itu untuk maju beberapa langkah ke depan sampai ke bagian tengah rak dan menghadapkan myungsoo ke arah tersebut.
“ini?”
Ekspresi shock melingkupi wajah myungsoo, mulutnya sampai tidak bisa tertutup dan bola matanya seperti akan melompat keluar
“tidak kah kau ingin menemui nya setelah sekian lama?”
“untuk apa kau mengajak ku kesini?” ada nada tidak suka dalam suaranya yang sunhee bisa deteksi dengan mudah, dan myungsoo pun memalingkan kepala nya seakan tidak mau menatap wajah yang ada di hadapan nya
Dengan lembut Sunhee memegang lengan Myungsoo, menarik perlahan sehingga sekarang keduanya saling bertatapan. “setelah semua yang terjadi, setidak nya kau harus menemui dia”
“tapi untuk apa? Toh meskipun aku menemui nya itu tidak akan merubah apa pun”
“tapi kau mencintai nya”
“itu dulu, aku sudah tidak punya perasaan apa pun terhadap nya dan saudara kembar nya. dan apa kah kau lupa siapa orang yang sudah menyebabkan bencana dalam hidup mu?”
“myungsoo-yaa”
“tidak, kita pulang sekarang hee-yaa. Aku tidak sudi berada disini” ganti Myungsoo yang menarik lengan Sunhee dan menyeret gadis itu keluar. Tapi Myungsoo tidak tahu bahwa tekad Sunhee sudah bulat, bahwa gadis itu ingin menyelesaikan semuanya disini, saat ini juga. Sehingga semua kejadian masa lalu tidak akan pernah menghantui dan membayangi hidup nya lagi.
Sekuat tenaga Sunhee menahan tarikan Myungsoo dan mengentikan langkah pria itu, mau tidak mau myungsoo pun ikut berhenti dan menatap sunhee dengan pandangan putus asa.
“Myungsoo-yaa, bukan kah kemarin kau bilang bahwa kau ingin melupakan masa lalu mu dan melangkah maju?”
Pertanyaan restoris itu rasanya tidak perlu lagi Myungsoo jawab, ia sudah mengungkapkan itu bekali-kali pada sunhee. Semua kejadian yang terjadi belakangan ini pun rasanya sudah cukup membuktikan, bahwa sekarang hidup Kim Myungsoo hanya untuk Kim Sunhee.
Melihat myungsoo hanya terdiam Sunhee pun melanjutkan ucapan nya
“bagaimana mungkin kau bisa melangkah maju ke depan, ketika kaki mu masih tersangkut dan terbelit dengan masalah masa yang lampau? Dengan daeyon memang sudah selesai, kau sudah menyudahi nya sedari lama. Tapi bagaimana dengan daena? Kau bahkan tidak mengetahui nama nya yang sebenarnya, kau bahkan tidak bisa menyampaikan perasaan mu dengan benar karna ketidaktahuan itu. Karna aku tidak ingin melihat mu tersandung hal buruk yang sama, karna aku mau kau maju menyongsong masa depan mu dengan beban yang sudah terbuang jauh-jauh maka aku meminta mu datang kesini.”
Tidak ada bantahan, Myungsoo tetap terdiam dengan bibir yang sedang mengerucut sebal. Sunhee pun tersenyum, karna ia tau ia menang.
“masuklah ke dalam, temui daena dan sampaikan apa yang tidak bisa kau katakan padanya bertahun-tahun yang lalu”
Ketika sunhee akan beranjak pergi, myungsoo mencekal satu lengan gadis itu dan berujar
“tunggu aku, kita pulang bersama”
Sunhee tersenyum manis dan mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan myungsoo di dalam ruangan besar itu sendirian.
Sepeninggal sunhee, nyungsoo pun melangkah kembali ke posisi nya. memandang dengan sorot mata tak terbaca pada sebuah foto yang di letakan di rak yang ada di tengah. Di dalam loker kecil itu ada 3 buah figura berwarna putih, lengkap dengan beberapa tangkai bunga mawar kuning yang sudah sedikit layu. Sepertinya ada seseorang yang belum lama ini mengunjungi daena, dalam figura tersebut terbingkai foto yang menampilkan daena dengan daeyon keduanya benar-benar seperti benda dan bayangan nya tidak bisa di kenali, kemudian foto daena dengan keluarga nya semua terlihat bahagia dengan senyum lebar yang menghiasi wajah mereka seraya memandang ke arah kamera, terakhir ada foto daena dengan seorang lelaki yang wajah nya di lipat sehingga tidak terlihat. Perlahan, dengan tangan yang gemetar myungsoo meraih figura tersebut. Hatinya berdegup kencang mencoba menerka siapa pria yang ada dalam foto tersebut, dan ketika akhirnya sisi yang di tekuk itu ia letakan sesuai posisi aslinya tercenganglah sang visual dengan air mata yang mulai menggenang.
Itu foto daena bersama dengan diri nya, dengan latar belakang perpustakaan sekolah tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Myungsoo ingat saat kedua nya mengambil foto ini, ini kali terakhir mereka bertemu. Setlah ini myungsoo ijin sekolah selama seminggu karna kakek nya meninggal dunia, dan ketika kecelakaan itu terjadi pun ia sedang berada di luar kota. Sama sekali Myungsoo tak menyangka bahwa hanya dengan melihat foto itu, ia akan merasa bersalah sampai sebegini nya.
Pria tampan itu menunduk, berusaha menyembunyikan air mata yang perlahan mengalir turun. Hati nya sakit, ia merasa bersalah, merasa punya andil atas kematian cinta pertama nya tersebut. Ia bahkan tidak mengetahui bahwa daena sudah tidak ada, tidak mengetahui bahwa cinta nya sudah salah sasaran.
“daena-yaa, mianne. Miannata” lirih nya penuh penyesalan.
*******
isak tangis itu menelusup pada indera pendengaran sunhee yang berdiri tak jauh dari namja yang sedang ditunggunya itu. hatinya turut merasakan perih ketika isakan itu berulang untuk beberapa kali. Tapi ia tetap dalam posisi nya, membiarkan sang empunya tangis itu terhanyut dalam dunianya dulu. dunia yang pernah dilaluinya jauh sebelum mereka saling mengenal satu sama lain.
namun tak lama ia tersenyum, karena bagaimanapun bukan hanya penjelasan dari daeyeon yang mereka butuhkan. tapi permintaan maaf untuk ketidaksadaran myungsoo akan dirinya yang sudah dibodohi daeyeon. hanya tatapan nanar yang dapat sunhee saksikan dari sela tangisan seorang Kim myungsoo. Setidak nya ia tau bahwa seluruh beban itu sudah sedikit terangkat. Ingin sekali sunhee teriakan dengan lantang bahwa semua ini bukan lah salah namja itu, ia hanya korban. Tapi sunhee sudah mengatakan apa yang menjadi bagian nya beberapa hari yang lalu saat pertama kali mengetahui tempat persemayaman Daena dari sang kaka, Kim Daehyun
Flashback
Gadis berambut merah dengan pakaian serba hitam itu melepas topi fedora yang ia kenakan, lalu kemudian membungkuk hormat pada sebentuk senyum yang ada di hadapan nya
“anyyeonghasseyo, aku Kim Sunhee” suaranya mengalun dengan lembut memenuh seisi ruangan yang sunyi senyap tersebut
“maaf baru bisa datang dan menyapa mu sekarang Kim Daena-ssi, aku tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini beberapa tahun yang lalu saat kita berada di rumah sakit yang sama, ku harap kau mau menerima maaf ku”
Ruangan tetap hening dan tidak ada sautan, membuat monolog yang sunhee lakukan bisa terdengar sampai di pintu masuk ruangan tersebut. Sunhee meletakan sebuket bunga mawar kuning dengan perlahan
“maaf kalau terdengar lancang tapi aku sudah sedikit mengenal mu dari apa yang daeyon-ssi katakan pada ku sebelum nya, kim daena yang ceria, yang penurut, yang baik hati, yang pintar yang cerdas dan juga kim daena yang bisa membuat myungsoo nyaman, jatuh cinta dan bahagia”
“aku ingin mintaa maaf atas ulah ku yang menyebrang jalan sambil bercanda sehingga tidak menyadari mu yang sedang menyetir dan secara tidak sengaja menyebabkan kecelakaan yang merenggut nyawa mu ini terjadi, aku sungguh-sungguh minta maaf untuk perbuatan ku tersebut”
Sunhee membungkuk lebih dalam dan lebih lama
“tapi daena-ssi” ucap nya lagi begitu sudah kembali ke posisi tegak “aku sudah lama melupakan masalah kecelakaan itu dan tidak menyesali apa pun, mencoba untuk melupakan semua yang terjadi dan tidak ingin mengingat apa pun tentang hal itu lagi. Itu lah alasan mengapa aku bisa hidup normal dan bahagia sampai detik ini”
Tatapan sunhee mengarah lurus pada foto daena yang sedang tersenyum manis
“mungkin ini akan terdengar kurang ajar dan tidak tahu diri, tapi aku tidak mau merasakan sakit dan perasaan depresi yang sama seperti yang ku alami setelah kejadian itu. Aku tidak mau kembali seperti mayat hidup yang membuat seluruh anggota keluarga ku menangis dan merasakan penderitaan yang lebih dari yang aku alami, aku tidak ingin punya fikiran untuk mati lagi.” Berputar dalam benak nya kejadian yang ia dan keluarga besar nya alami, ketika mengetahui bahwa ia tidak bisa menari lagi saat itu sunhee benar-benar ingin mati tetapi tangisan sang ibu dan lirihan sang kaka menahan nya “apa kah kau peraya pada benang takdir di antara kita daena-ssi? Karna setelah mendengar cerita daeyon-ssi kemarin, aku merasa kalau kau sudah memberikan nyawa mu untuk ku, karna seingat ku aku lah yang sudah nyaris mati bertahun-tahun lalu.”
Memori tentang peristiwa kecelakaan itu berputar lagi dalam kepala sunhee, tentang bagaimana sakit itu ia rasakan di sekujur tubuh nya, tentang kedua kaki yang tidak bisa ia gerakan dan rasakan keberadaan nya sesaat setelah gadis itu membuka mata, tentang mimpi dan harapan nya yang harus di renggut paksa begitu saja, juga tentang cerita keluarga nya yang mengatakan bahwa ia sudah koma selama 3 hari dan nyaris mati. Waktu koma yang sama seperti yang daena alami, sunhee sudah sempat menggali informasi ke beberapa dokter dan perawat yang menangani nya dan daena pada kecelakaan yang terjadi bertahun-tahun silam berkat bantuan sunhwa. Mereka memberikan informasi bahwa tepat ketika sunhee membuka mata nya, daena juga harus menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebulir air mata mengalir keluar dari pelupuk mata sunhee, sungguh kenangan-kenangan itu adalah hal yang paling ingin ia kubur dan buang jauh-jauh. Tapi gadis ini pun kemudian juga menyadari bahwa kecelakaan itu bukan hanya jadi luka dan kesakitan nya sendiri, tapi juga milik gadis yang ada di hadapan nya yang bahkan mungkin tidak akan pernah bisa menerima maaf nya.
“kenapa aku jadi cengeng begini” keluh sunhee, ia hapus air matanya dengan kasar dan tersenyum lembut, sangat lembut
“dimana pun kau berada saat ini, aku hanya akan selalu mendoakan untuk kebahagiaan mu dan semoga tuhan menerima semua amal dan perbuatan baik yang telah kau lakukan, tapi daena-ssi myungsoo mungkin akan menganggap ini sebagai salahnya. Tentang ketidaktahuan dan kebodohan nya sendiri, karna itu mau kah kau memaafkan nya? aku memohon maaf atas namanya karna myungsoo itu memang bodoh dan naif” sunhee tergelak akan ucapan nya sendiri, membicarakan sifat myungsoo dengan orang yang juga mengerti sifat pria itu ternyata semenyenangkan ini fikir sunhee
“ku rasa kau mengenal myungsoo sebagaimana aku mengenal dirinya, juga mencintai nya dan menyayangi nya lebih. Maka dari itu daena-ssi, karna kau sudah memberikan kesempatan mu untuk hidup pada ku, aku akan menjaganya semampu ku dan melindungi nya sebisa ku. Mau kah kau bisa kah kau mempercayakan kaebahagiaan myungsoo pada ku?” tanya sunhee serius
“karna setelah apa yang terjadi selama ini, setelah semua yang sudah ku alami dengan mau pun tanpa myungsoo disisi ku, membuat ku sadar bahwa aku..”
Sunhee tahan ucapan nya, “aku...” kepala gadis itu pun menunduk semakin dalam dan ia lebih memilih memadangi kedua ujung sepatu nya
“aku mencintai myungsoo, daena-ssi”
Flashback end
Lumayan lama sunhee membiarkan myungsoo tenggelam dalam penyesalan dan isak tangis nya sampai kemudian gadis itu tidak sanggup lagi mendengar nya dan memilih untuk menghampiri sang pria “Annyeong Kim Daena. Sunhee imnida.” sapa sunhee membuat mungsoo mau tak mau menoleh. “Walaupum kita tak pernah bertemu, tapi aku menyukaimu. menyukai senyumu yang bisa membuat namja di sampingku ini sepertinya takluk dan berubah menjadi lebih lembut.” Sunhee kembali dengan dirinya. menghapus air mata yang dirasanya tak perlu ia tunjukkan pada myungsoo.
“Sudah meminta maaf?” tanya sunhee pada myungsoo tanpa menoleh.
“Aku bingung bagaimana harus mengatakan maaf padanya.”
“Daena-ssi, sepertinya kita salah memilih namja. Kenapa hanya untuk mengatakan maaf saja ia rasakan sulit. majja??”
“Hee-ya.” ujar myungsoo.
“Ya, apa kau tidak malu sudah menangis didepannya seperti tadi? Tidak seperti dirimu sekali.” ledek sunhee. “Geundae Daena-ssi maafkan Myungsoo karena ketidak tahuannya akan diri mu dan aku yang turut terlibat dalam kecelakaan itu.” Mata myungsoo melotot tajam saat mendengar perkataan sunhee
“hee-yaa” tegurnya tapi sunhee pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan ucapan nya
“tapi saat ini, di depanmu ini aku berjanji akan menjaga kim myungsoo mu. namja menyebalkan ini akan kujaga untukmu. kau tidak perlu khawatir dan berbahagia lah”
Myungsoo sudah tidak tahu harus berbuat apa dan mengatakan apa, ia hanya bisa menatap sunhee dengan pandangan tak peracaya. Gadis ini berjanji akan menjaganya di hadapan mendiang daena, janji yang seharusnya ia ucapkan sebagai seorang pria. Hati nya menghangat dan tubuh nya terasa lebih ringan, karna pertemuan dengan daena meski tidak dapat lagi bertukar sapa, dengan di temani sunhee di sisi nya sudah membuat myungsoo melepaskan rasa bersalah yang sudah menggerogoti dirinya sejak beberapa hari yang lau. Penyesalan itu, permintaan maaf itu ia hanya bisa sampaikan pada daena lewat kata-kata, dan akan ia buktikan dengan perbuatan nya untuk menjaga gadis yang menjadi jalan nya untuk kembali pulang.
Ucapan sunhee barusan membangkitkan suatu hal dalam diri myungsoo, bahwa ia harus bisa menerima ini semua bahwa segala sesuatu yang terjadi, entah berapa banyak kesakitan dan air mata yang harus tumpah, semua luka itu harus dirinya, gadis di samping nya dan cinta pertama yang telah tiada rasakan. Karna jauh di luar batas kemampuan manusia, ada Tuhan yang berkehendak dan berkuasa.
“daena-yaa” panggil myungsoo lembut, membuat sunhee tersentak di hadapan nya “aku, berjanji tidak akan menyebabkan kesakitan dan luka yang sama seperti yang sudah ku akibatkan pada mu pada siapa pun. gadis ini” di rangkul nya sunhee dengan lembut “yang meskipun terkesan bar-bar dan suka berbicara blak-blakan juga sering membuat ku sakit kepala dan naik pitam, aku berjanji akan menjaga nya dan melindungi nya semampu ku. Maka dari itu daena-yaa, beristirahatlah dengan tenang dan berbahagia lah karna aku juga akan meraih kebahagiaan ku sendiri. Aku tidak akan jadi si bodoh myungsoo yang menyakiti dirinya sendiri dan orang-orang di sekitar nya lagi, aku tidak akan membuat orang lain khawatir lagi dan akan berusaha meraih mimpi dan cita-cita ku. Kau peraya pada ku kan daena-yaa? Dulu kau selalu mengatai ku bodoh karna tidak pernah menyampaikan maksud ku dengan benar, mengatai ku bodoh karna aku banyak membuat orang jadi jauh lebih khawatir jika aku tidak jujur pada perasaan ku, aku akan berubah dan tidak akan melakukan hal seperti itu lagi. Kau percaya kan pada ku?”
Sunhee yang berada di dalam rangkulan myungsoo terkesiap dengan suara cukup keras, apa yang baru saja pria ini katakan telah melumerkan perasaan sekaligus jiwa dan raga nya sampai tak berbentuk lagi. Myungsoo dengan segala kesempurnaan dalam penampilan fisiknya, dengan suara tenor nya serta tatapan elang mematikan yang sudah banyak membuat banyak wanita rela mati demi dirinya, berjanji akan menjaga sunhee di hadapan cinta pertama pria itu.
Cukup lama kedua nya bertatapan dalam diam, mempelajari jendela jiwa masing-masing entah apa yang mereka saling temukan disana sampai kemudian terdengar bunyi langkah kaki mendekat dan suara ketukan lembut di pintu yang membuat kedua nya harus melepaskan kontak satu sama lain.
Berdiri disana dengan pakaian juga serba hitam, ada Kim daehyun yang sedang memegangi sebuah kursi roda dengan sang adik daeyon yang duduk di atasnya, masih lengkap dengan infusan hanya saja gadis itu tidak memakai seragam rumah sakitnya melainkan berpakaian serba hitam juga
“oh anyyeonghasseyo”
Sunhee lah yang pertama sadar dari kekagetan nya dan membungkuk untuk menyapa kedua orang tersebut, ekspresi wajah myungsoo langsung berubah datar dan pria itu hanya ikut membungkuk singkat tanpa berniat melontarkan sapaan
“anyeonghasseyo” balas daehyun ramah, sementara daeyon sama seperti myungsoo hanya membungkuk singkat dan menundukan kepala nya
“apa kaliah sudah lama?” tanya daehyun
“nde, kami sudah sedari tadi disini oppa” jawab sunhee
“dan kami akan segera pulang” sambung myungsoo “kajja hee-yaa” di genggam nya lengan sunhee dan di tarik nya maju
“eh myungsoo-yaa” tahan sunhee “tunggu sebentar”
“apa lagi? Kau sudah selesai kan? Ayo kita pulang”
“eh eh tunggu dulu” sekuat tenaga sunhee menghentikan tarikan myungsoo pada lengan nya “myungsoo-yaa” sunhee memberontak sekuat ia bisa, membuat daehyun yang di lewati oleh nya hanya tersenyum maklum bagaimana pun akan susah bagi myungsoo untuk berada di sebuah ruangan yang sama dengan daeyon dan juga diri nya. mereka sudah berhasil menjauh sampai kemudian...
“myungie-yaa” panggilan bernada lembut dari daeyon itu membekukan tubuh myungsoo yang sudah melewati daehyun dan daeyon dengan seketika
Daeyon memutar kursi rodanya sehingga bisa berhadapan dengan myungsoo dan sunhee, perlahan kepala gadis itu terangkat, dan baik myungso maupun sunhee bisa melihat raut kesedihan dan penyesalan disana. Tidak ada lagi kepura-puraan atau pun kebencian dan perasaan tidak terima diwajah manis itu, yang ada hanyalah perasaan sedih dan juga malu.
“aku tau aku tidak berhak untuk mengatakan ini, tapi ku mohon maafkan aku dan jangan membenci ku” ucap daeyon dengan parau
Sunhee memperhatikan gadis itu dengan tatapan iba, ia tidak akan pernah bisa mengerti kesakitan seperti apa yang daeyon alami sampai ia tega membunuh kaka dan jati dirinya sendiri hanya untuk demi mendapatkan pengakuan dari orang-orang sekitar juga cinta myungsoo. Sunhee memang tidak pernah merasa di bedakan dan di asingkan oleh keluarga nya, tapi selama berisitirahat ia mencoba untuk memahami perbuatan daeyon hanyalah sebuah kesalahan dan kesesatan semata. Apa lagi eoma, appa dan eoni nya selalu menasehati untuk tidak mendendam, meski sang oppa mau-mau saja meracuni nya untuk menuntut balas pada daeyon.
Ketika sunhee sedang sibuk dengan pergulatan batin nya sendiri itu lah, daeyon menatap ke arah nya dan mau sedikit bermaksud untuk mendekat ke arah sunhee, tapi myungsoo yang sigap lagsung melompat mundur dan menyembunyikan sunhee di balik punggung nya
“jangan macam-macam, mundur sana” perintah myungsoo galak
Daeyon membeku di tempat nya dan memandang ke arah myungsoo dengan nanar “aku hanya ingin minta maaf pada sunhee” terang nya
“jika kau ingin minta maaf lakukan di tempat mu berada sekarang, jangan mencoba untuk mendekati sunhee lagi”
Mendengar kata-kata bernada tajam itu membuat daeyon serasa seperti di siram air es kesekujur tubuh sakit dan dingin, dan sunhee yang menyaksikan itu juga jadi di buat nelangsa. Jujur sunhee takut, kahwatir lebih tepatnya bahwa daeyon akan melakukan hal nekat lagi entah pada dirinya sendiri atau pada myungsoo. Tapi ketika perlahan bisa ia dengar isakan tertahan milik daeyon dalam tunduknya, sunhee pun keluar dari persembunyian di punggung kekar myungsoo dan berlutut di hadapan daeyon
“daeyon-ssi” ucap nya ramah seraya menggenggam tagan daeyon yang terasa dingin dan sedang bergetar hebat
“hee-yaa” protes myungsoo yang akan segera menarik sunhee menjauh, tapi langkah pria itu berhenti dengan seketika ketika sunhee menatap nya dan memberikan peringatan untuk tetap diam di tempat
Sunhee kembali menatap daeyon di hadapannya “apa kau benar-benar ingin meminta maaf pada ku?” tanya sunhee yang hanya dijawab daeyon dengan anggukan lemah
“apa kau benar-benar menyesal dengan segala perbuatan mu?” tanya sunhee lagi, jeda lumayan lama sampai akhirnya sunhee melanjutkan ucapan nya “kalau memang kau bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja kau katakan maka ku harap kau mau menjalani pengobatan dan therapy dimana pun kaka mu meminta nya. lepaskan segala penyesalan dan sakit hati masa lalu, mulailah hidup baru dimana tidak ada orang yang mengenali mu, bagaimana pun meski sejahat apa pun diri mu hari ini, kau berhak untuk mendapatkan kebahagiaan mu sendiri”
Bukan hanya daeyon, tapi myungsoo dan daehyun pun ternganga saat mendengar apa yang baru saja sunhee katakan. Hanya daehyun yang tau bahwa sebelum ini sunhee, bersama kaka nya sunhwa dan juga suami sunhwa yoon jae sudah datang ke keluarga mereka dan menjelaskan apa yang terjadi pada orang tua daehyun dan daeyon. Menceritakan semua kronologis sejak kematian daena hingga apa yang sudah daeyon lakukan pada sunhee, pada mulanya mereka tidak mau mempercayai apa yang sudah sunhee dan sunhwa beberkan. Tapi dengan sedikit tekanan dari yoon jae dan ancaman akan runtuh nya usaha keluarga mereka, orang tua daehyun dan daeyon pun berjanji untuk mengobati dan mendukung kesembuhan putri mereka.
Daeyon mengangkat kepala nya dan menatap sunhee seakan adik dari sunggyu itu sudah berkata dalam bahas alien yang baru pertama kali daeyon dengar, di amati nya gadis berambut merah itu dengan seksama dan di pelajari garis wajah dan juga keseluruhan ekspresi nya. tidak ada tipuan apa lagi kebohongan dalam wajah cantik milik sunhee, yang ada hanya lah kejujuran dan dukungan nyata untuk diri nya benar-benar sembuh. Ketika sedang memperhatikan sunhee dari ujung kepala sampai ujung kaki itu lah, daeyon bisa menangkap senyum bangga dan penuh haru yang di keluarkan oleh myungsoo. Jenis senyum yang hanya pernah 2 kali daeyon lihat selama diri nya mengenal myungsoo, sekali ketika bersama daena dulu, dan sekarang ketika myungsoo sedang bersama sunhee.
Ada sebuah perasaan dalam hati daeyon yang terlepas dengan perlahan ketika melihat senyum itu terpatri di wajah tampan milik sang mantan pacar, perasaan lega dan damai yang baru ia sadari sebagai sebuah bentuk keikhlasan. Agak berat memang untuk melepaskan, tapi ia tahu myungsoo tidak akan pernah terjangkau dalam genggaman nya.
Myungsoo yang menyadari daeyon tengah menatap nya pun membuang muka dan memegang bahu sunhee dengan lembut untuk menarik gadis itu berdiri dan mundur menjauh. “apa pidato mu sudah selesai nona mentri?” bisik nya lembut di daun telinga sunhee yang membuat gadis itu menoleh dan mencebik sebal “kalau sudah ku rasa sekarang waktu nya kita pulang”
Sunhee pun hanya mengangguk patuh dan membungkuk dengan hormat sekali lagi ke arah daeyon dan dahyun dengan senyum manis di bibir, tapi ketika ia hendak berbalik ucapan myungsoo membuatnya membatalkan niat.
“aku berjanji tidak akan membenci mu, tapi aku tidak berjanji untuk bisa memaafkan mu. Maka ku mohon pergilah ketempat tidak ada orang yang bisa menemukan mu, persis seperti apa yang baru saja sunhee katakan mulailah lembaran baru dan hiduplah dengan lebih baik. kau berhak untuk bahagia, oleh karena itu hyung ku mohon kau juga tidak usah menyalahkan diri mu dan membandingkan keduanya lagi. Sayangi daeyon sebagaimana kau menyayangi daena, aku.....senang bisa mengenal mu daeyon-ah”
Seusai mengatakan hal terduga itu, myungsoo membungkuk cukup lama pada dua bersaudara yang memandang nya dengan pandangan haru, lalu meraih tangan sunhee dan mengajak gadis itu untuk kembali ke rumah. Meninggalkan daehyun yang berlutut di kursi roda milik sang adik yang sedang menangis haru dan sesekali memperhatikan punggung myungsoo yang semakin menjauh dan lambaian tangan sunhee yang sesekali menoleh ke belakang.
“daeyon-ah, mari lupakan segala sakit hati masa lalu, dan hidup berbahagia dengan oppa”
Daeyon tidak bisa membalas ucapan dan ajakan tulus dari sang kaka, permintaan maaf nya di terima sunhee dan juga myungsoo bilang ia akan berusaha untuk memaafkan dirinya dan mengharapkan agar dirinya hidup jauh lebih baik. Perhatian itu masih bisa ia terima meski sebelum nya sudah melakukan banyak kejahatan benar-benar terasa seperti sebuah mimpi, maka ia hanya memeluk daehyun dengan erat dan menyembunyikan wajah di ceruk leher sang oppa sambil terisak pelan.
*******
Beberapa hari kemudian di kediaman keluarga Kim
Seluruh anggota keluarga Kim kecuali Sunggyu sedang berkumpul di ruang tengah seusai jam makan malam untuk menyaksikan penampilan sang anak tengah yang sedang melakukan comeback stage nya beserta para member nya di salah satu stasiun televisi
“sebentar lagi infinite muncul” teriak sunhee lantang yang langsung di hadiahi cubitan pelan oleh sang ibu
“tidak usah berteriak begitu” ucap nyonya kim galak
“aow eoma appo” keluh sunhee
“sebegitu semangatnya melihat rambut baru myungsoo heh?” canda sunhwa
“apa sih eoni”
“memang rambut myungsoo kenapa?” kali ini tuan Kim yang bertanya
“rambutnya di cat blondee appa, sepertinya sunhee jadi semakin terpesona”
“eiy eoni” si bungsu mulai kesal
“sudahlah jangan saling meledek seperti itu terus, sebentar lagi infinite tampil juga. Lagi pula sunhwa-yaa, sunhee sudah bertemu dengan myungsoo belum lama ini” terang nyonya Kim, membuat sunhwa sampai memajukan badan nya saking tertarik dengan perkembangan baru itu
“jinjaa? Whua daebak”
Hampir saja sunhee menimpuk kaka perempuan nya itu dengan bantal tapi harus gagal karna kepala pelayan rumah tangga mereka datang untuk membawakan sebuah kotak dan juga surat
“permisi ada surat dan paket untuk nona sunhee” ucap nya sopan
“dari siapa bibi?” tanya sunhee
“dari nona Kim daeyon”
Seluruh anggota keluarga Kim langsung terpaku di tempat begitu mendengar nama sang pengirim
“buka paketnya disini saja sunhee-yaa” putus yoonjae “jangan-jangan isi nya benda berbahaya”
“eiys tidak boleh mencurigai orang sampai seperti itu hongpu, bagaimana pun manusia bisa beurbah kan” tolak sunhee dengan santai “biar ku buka dikamar ku saja”
“jangan-jangan” tolak sunhwa “buka paketnya disini dan baca suratnya disini juga”
Tuan dan nyonya kim pun mengusulkan hal yang sama dengan sang anak sulung, membuat sunhee mengalah dan menuruti apa yang keluarga nya perintahkan. Perlahan sunhee membuka kotak berwarna kuning itu, yang berisi berbagai macam foto, flashdisk juga kaset dengan secarik kertas sebagai penanda ‘ini file asli foto-foto yang ku ambil sendiri, bukan hak ku untuk membuang atau membakar foto-foto ini’
“foto-foto hasil pengamatan kim daeyon?” tanya sunhwa
“seperti nya begitu” yoon jae lah yang menjawab karna memang pria itu sedang memegang beberapa lembar foto sunhee dan onew yang sedang tertawa bersama juga foto sunggyu dan minji beserta beberapa foto member infinite dan juga shinee bersama gadis mereka
“bolehkan aku membaca surat ini dikamar ku?” tanya sunhee “aku berjanji akan mengabari pada semua jika daeyon mengancam ku atau melakukan tindakan yang jahat lagi” dan sunhee membuat tanda khidmat dengan jarinya agar mendapat persetujuan
Tuan dan nyonya kim saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya mengangguk dengan lemah dan membiarkan anak bungsu mereka membaca surat yang tertuju untuk nya itu seorang diri, begitu mendapat kepastian sunhee pun langsung bangkit dari duduk nya dan berlari menuju kamar nya di lantai 2.
Perlahan di bukanya surat dengan tulisan tangan yang rapih itu,
Halo sunhee-ssi, ini aku kim daeyon
Oppa bilang rasanya kekanakan sekal kalau mengirim surat seperti ini dan sangat lah tidak dewasa, tapi aku tidak punya cukup waktu dan keberanian untuk mengatakan hal seperti ini pada mu secara langsung. Karna saat kau membaca surat ini, aku sudah berada di dalam pesawat yang entah akan membawa ku kemana bersama oppa.
Aku hanya ingin benar-benar minta maaf untuk semua perbuatan yang telah ku lakukan pada mu, untuk setiap tangis, kesakitan dan juga air mata yang ku torehkan dalam hidup mu juga orang-orang yang kau sayangi dan menyayangi mu. Selama ini aku hanya merasa semua orang menyayangi daena dan berharap bahwa aku lah yang mati bukan daena, maka dari itu aku berusaha semampu ku untuk berubah menjadi daena agar mereka menerima kehadiran ku.
Untuk myungsoo, aku sadar bahwa sedari awal ia memang tidak pernah menjadi milik ku. Cinta nya hanya terpaku pada daena dan juga pada diri mu, ketika pertama kali melihat mu bersama myungsoo di taman hiburan itu lah kali kedua aku melihat perasaan kahwatir dan terluka di wajah myungsoo persis ketika ia melihat daena. Seperti yang sudah pernah ku katakan pada mu dirumah sakit waktu itu, kau memang benar-benar mirip daena dan aku tidak menyukai nya.
Tapi perkataan mu saat di rumah abu daena, keinginan tulus mu agar aku bahagia benar-benar membuat ku sadar bahwa aku sudah menyia-nyiakan hidup ku selama ini untuk orang lain. Bahwa apa pun yang ku capai selama ini hanya lah sebuah kebohongan karna aku hidup atas nama pribadi orang lain dan bukan diri ku sendiri.
Terimakasih sunhee-ssi, untuk maaf mu, untuk kesediaan mu mempercayai ku dan juga sudah menyembuhkan myungsoo dari luka yang telah ku akibatkan pada nya. ku mohon jagalah myungsoo dengan baik, dan buat dia bahagia. Aku tidak tahu apakah aku akan pernah kembali ke korea lagi suatu hari nanti, tapi aku berharap jika ada kesempatan untuk kita bertemu lagi maka kita bisa menjadi teman yang baik.
Ah iya, sampaikan salam ku untuk sahabat mu Shim Jinhee dan juga Han mInji. Saat aku berada di rumah sakit mereka berdua datang untuk mampir dan menjenguk ku, Jinhee-ssi dan Minji-ssi benar-benar sahabat yang baik dan aku berharap akan menemukan sahabat seperti mereka untuk diri ku sendiri. Dengan telaten meski aku sudah menolak kehadiran nya dan juga pertolongan nya tapi Jinhee-ssi tetap datang untuk menghibur ku dan menjelaskan seperti apa kepribadian mu, membuat ku mengerti kim sunhee itu orang yang seperti apa dan membuat ku mengerti kenapa myungsoo sangat mencintai mu.
Oleh karna itu sunhee-ssi, kau juga harus berbahagia dengan myungsoo. Tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal, fokus lah pada kebahagiaan kalian sendiri. Sekali lagi terimakasih untuk semua yang tekah kau berikan pada ku, sampai berjumpa suatu saat nanti ^^
PS : ah iya sunhee-ssi, selama mengenal myungsoo aku tidak pernah memiliki album dan tanda tangan member infinite maka dari itu boleh kah aku memohon pada mu untuk meminta tanda tangan mereka? Hanya saja jangan tanda tangan myungsoo, oppa mu dan juga woohyun oppa, jujur saja aku masih takut dengan mereka. Kalau kau tidak keberatan kau bisa kirimkan itu ke perusahaan keluarga ku, nanti biar mereka yang mengirimkan pada ku. Terimakasih untuk bantuan nya, semoga berbahagia ^^
Sebentuk senyum manis terukir di wajah sunhee dan juga linangan air mata yang keluar di hapusnya dengan lembut
“akan ku pastikan kau mendapat tanda tangan mereka daeyon-ssi”
Ucap nya mantap.
another part has been update, please kindly comment love and subscribe guys. lots of love