Range rover berwarna hitam itu berhenti tepat di garasi kediaman keluarga Kim, sang pengemudi langsung melompat turun dengan lincah dan berlari menuju rumah induk sesaat setelah mematikan mesin mobil. Raut terburu dan tergesa sangat nampak diwajah tampan nya ia terlambat menjemput sang nona muda dan tahu akan jadi masalah besar, begitu pintu rumah dibuka sang kepala pelayan langsung mempersilakan nya masuk menuju ke ruang tengah karna kedatangan nya sudah sangat di tunggu. Setelah tersenyum sopan pada wanita paruh baya yang sudah sangat di kenali nya, ia langsung menuju ruangan besar yang ada tepat di tengah ruangan itu. Dan disana sudah ada sang nyonya rumah beserta gadis yang akan di jemputnya beserta seorang tamu yang sangat tak di duga
"Oh itu myungsoo"
Nyonya kim dan sunhee langsung membalikan badan nya ke arah yang ditunjuk
"Oh ceo, sudah lama disini?" Sapa myungsoo seraya membungkukan badan pasa soosk pria yang tadi memanggil nama nya
Pria itu, yang adalah Lee jeongyup tersenyum "nde aku ingin menjenguk sunhee"
"Aah begitu rupanya"
"Duduk dulu myungsoo-yaa" tawar nyonya kim ramah, myungsoo hendak melangkah menuju kursi di samping CEO nya ketika sunhee berseru nyaring
"Yaa kenapa kau lama sekali? Dan ada apa dengan rambutmu? Kenapa jadi seperti itu?" Tanya sunhee seraya bangkit dan menenteng tas tangan nya, tidak mempersilahkan myungsoo untuk duduk seperti layaknya sang ibu ia sudah sangat siap untuk pergi
"Ah iya mian hee-ya, aku terlambat karna yoojung noona meminta ku mewarnai rambut ku terlebih dahulu. Besok comeback stage kami untuk lagu back jadi takut nya tidak akan sempat lagi"
"Aneh buat ku" komentar sunhee setelah memperhatikan rambut pirang pucat itu "Yasudah ayo kita pergi kalau begitu ini sudah siang"
Nyonya kim tersenyum malu "jangan terlalu judes begitu hee-yaa, myungsoo kan sudah berbaik hati ingin menjemput mu. Minum dulu myungsoo-yaa"
"Tidak perlu eomonim, kami sudah terlambat" tolak myungsoo halus
"Kalian mau kencan yaa?"
Pertanyaan jeongyup membuat sunhee dan myungsoo langsung membeku seketika, dan nyonya kim langsung tertawa renyah
"Kau ini ingin tahu sekali urusan anak muda, cukup bantu aku dengan suruh sunggyu menikah cepat-cepat saja jangan merecoki myungsoo dan sunhee juga" ucap nya gemas
"Eiys imo aku hanya penasaran saja, lagi pula kau kan tahu anak laki-laki mu itu tidak bisa disuruh apa lagi di paksa" jeongyup membela diri nya
“tapi setidak nya jangan kau bebani dia dengan target yang tinggi, akan semakin lama saja ia menunda pernikahannya”
"Tau oppa ini kepingin tahu sekali sih, benar apa kata eoma tolong suruh oppa ku untuk cepat menikah" Balas sunhee tak mau kalah "yasudah kami pergi dulu yah, kajja myungsoo-yaa" di tarik nya tangan myungsoo sebelum kaka sepupu nya itu kembali melontarkan ucapan yang aneh-aneh
"Kami pergi dulu eomonim, ceo" pamit myungsoo juga, ia tersenyum menyadari bahwa sunhee lah yang menggenggam tangan nya lebih dulu dan tidak langsung melepasnya
"Hati-hati di jalan, ku harap kalian tidak melangkahi sunggyu yah kim myungsoo" lee jeongyup berteriak dengan suara nyaring
"Jeongyup oppa jinja, kalau bicara tidak dipikir dulu"
Sepanjang perjalanan menuju mobil Sunhee terus saja mengoceh mengenai kejengkelan nya dengan sang kaka sepupu yang terkadang bisa jauh lebih kekanakan di bandingkan oppa nya sendiri, tidak memperhatikan bahwa tangan nya masih bertaut dengan tangan myungsoo, hal yang jelas di syukuri pria penyuka warna hitam tersebut.
Merasa omongan nya tidak di tanggapi sunhee mendongakan kepala ke arah myungsoo "kau dengar aku tidak sih kim myungsoo?" tanya nya sewot
"Dengar kok"
"Terus kenapa kau diam saja?" Cecar sunhee
"Memang nya kau mau aku jawab apa? Ikutan mengeluh tentang CEO ku sendiri? Aku masih mau hidup kim sunhee-ssi"
Bibir sunhee mencebik kesal membuat myungsoo tersenyum geli dan melepaskan genggaman tangan mereka kemudian mengelus kepala gadis itu dengan sayang "tidak semua orang bisa melampiaskan kekesalan mereka dengan bebas seperti dirimu kau tahu?"
Sunhee tersipu "terserah mu kim myungsoo" ucapnya seraya naik ke pintu penumpang yang sudah lebih dulu dibuka oleh myungsoo.
Sisa perjalanan itu di tempuh ke dua nya dalam diam, myungsoo dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampan nya karena perlakuan sunhee yang bisa di bilang manis sampai dengan detik ini. Sementara sunhee dengan perasaan gugup dan tegang, memikirkan apa yang akan di hadapi nya dalam waktu dekat ini. Sejak pertama kali memutuskan untuk bertemu dengan daeyon, ada banyak perkataan yang sudah gadis itu siap untuk lontarkan, tapi sejak semalam semua kata-kata yang di susun nya mendadak hilang begitu saja.
Ketika mobil berbelok menuju sebuah rumah sakit, dahi sunhee mengernyit heran. Ia membaca plang rumah sakit sekali lagi untuk memastikan penglihatan nya dan menatap ke arah myungsoo dengan heran
“kau tidak salah rumah sakit kan myungsoo-ya?”
Myungsoo hanya diam dan memilih untuk berkonsentrasi menyetir mobil, begitu mereka sudah tiba di basement rumah sakit baru pria itu menatap ke arah sunhee dan tersenyum sumir
“tidak, kita memang akan bertemu dengan daeyon disini”
Sunhee terperangah, mulutnya membuka shock
“disini? Dirumah sakit jiwa ini?” tanya gadis itu lagi dengan suara nyaring, membuat myungsoo berdecak
“apakah kau sekarang mengerti kenapa aku sangat menentang keinginan mu untuk bertemu dengan nya?” di tatap nya sunhee dengan dalam, ketulusan itu tersampaikan dengan baik melalui bias bola matanya yang terlihat sangat serius “karna daeyon memiliki gangguang kejiwaan, karna kondisi mental nya terganggu, karna ia memiliki cukup kemampuan untuk membahayakan mu kalau ia mau, karna aku tidak ingin kau terluka gara-gara dia lagi”
Sunhee terhenyak di tempatnya, ia menatap myungsoo dengan pandangan tak mengerti. Gadis itu tak mengetahui bahwa penyakit kejiwaan daeyon seserius itu, dan ia tidak tahu kalau myungsoo melindungi dirinya sampai sebegitunya.
“tapi karna kau terus merengek-”
“aku tidak merengek” potong sunhee
Myungsoo mengabaikan bantahan sunhee dan melanjutkan ucapan nya “jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan sunggyu hyung juga sudah mengijinkan maka aku bisa apa?” lanjut myungsoo lagi “tenang saja, ada aku dan daehyun hyung disini jadi ia tidak akan bisa macam-macam”
Sunhee mengangguk lemah, dan membuka pintu setelah memakai masker dan kaca mata hitam nya.
*******
Sunhee POV
Lift berhenti tepat di lantai 12, dan seketika saja perut ku terasa mulas. Dengan santai myungsoo berjalan menuju pintu besar berwarna coklat itu, berjalan beberapa langkah lebih cepat di depan ku menuju ke meja resepsionis yang di jaga oleh 2 wanita cantik. Aku sempat merasa heran ketika melihatnya begitu santai melangkah, seperti tidak akan takut jika identitas nya di ketahui oleh orang-orang yang ada disini.
“saya ingin bertemu dengan Kim Daeyon” ucapnya tegas
“baiklah tuan silakan lewat sini” balas resepsionis berbadan kecil yang tersenyum dengan ramah
“kajja hee-ya” ajak myungsoo seraya menoleh ke arah ku dan aku hanya bisa mengangguk seraya memperhatikan interior tempat ini, ada yang aneh dan tidak biasa pikir ku. Tempat ini ania maksud ku lantai 12 ini terlalu terbuka, terlalu nyaman dan kelewat mewah.
“lantai 12 di khususkan untuk pasien yang tidak biasa” terang myungsoo, seperti nya ia mengerti kebingungan yang melanda ku “Minji mengusulkan agar daeyon di rawat di rumah sakit ini dan di lantai 12 ini” lanjutnya lagi “karna di rumah sakit ini ada sebuah unit khusus yang di peruntukan untuk para pasien yang membutuhkan privasi, ada banyak artis, idol, para pengusaha juga pemerintah yang memiliki masalah dengan mental ataupun kejiwaan di rawat disini tanpa perlu takut aktifitas medisnya bocor ke media. Contoh nya dalah anak salah satu artis terkenal yang memiliki penyakit autisme dan melakukan perawatan disini, biayanya memang sangat mahal sih tapi kan sampai saat ini tidak ada satu awak media pun yang tahu mengenai hal tersebut.”
Aku mengangguk, kalau tidak salah minji pernah menceritakan mengenai aktifitas ilegal sebuah rumah sakit yang juga sebenarnya membantu banyak kalangan atas. Cukup bersedia untuk mmebayar mahal dan semua nya akan aman, pernah ada salah seorang anak pejabat yang harus di aborsi secara tertutup dan hal itu di lakukan di rumah sakit ini dengan kedok rumah sakit jiwa. Idol yang di rehabilitasi narkoba juga melakukan nya di rumah sakit ini, semua aman selama kau punya uang. Begitu kata minji waktu itu, hal yang jelas di tentang jinhee dan membuat sahabat ku yang satu itu murka. Tapi tidak ku sangka minji sampai menyarankan agar daeyon di rawat disini, mungkin demi kepentingan keluarga gadis itu sendiri.
Kami berhenti di kamar yang terletak di pojok lorong sebelah kanan, resepsionis yang mengantarkan jalan tersenyum ramah dan pamit undur diri aku membalas senyuman itu dengan kaku. Ketika tinggal hanya kami berdua, Myungsoo mengetuk pintu nya dengan perlahan dan tak lama kemudian pintu itu pun terbuka.
“anyeonghasseyo hyung”
“anyeonghasseyo” aku ikut membungkuk
Pria yang ku kenali sebagai oppa nya daeyon itu mengangguk dan mempersilakan kami masuk, kamar ini sangat besar lebih dari ruangan VIP rumah sakit biasa ada sebuah ruangan pemisah antara tempat tidur daeyon dan tempat dimana aku berdiri saat ini. Seperti bagian dari sebuah rumah yang memiliki kamar tidur dan juga ruang tamu. Aku masih belum bisa melihat daeyon karna ruangan tempat ia berbaring masih tertutup 1 pintu lagi
“masuk lah sunhee-ssi, kami akan menunggu disini” ucap kim daehyun
“nde, kami akan menunggu disini jadi kau tidak perlu cemas” myungsoo tersenyum menyemangati, tapi aku masih bisa menangkap raut tidak suka nya yang kelewat kentara. Aku membalas senyum nya dan berniat melangkah saat tiba-tiba saja myungsoo menarik tangan ku dan memutar tubuh ku sehingga sekarang kami berhadapan
“ku mohon, berhati-hati lah.” Pinta nya “dan jangan sampai terluka”
“kau berlebihan” ucap ku mencoba melucu, untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba saja terasa aneh “ Oh ayo lah aku hanya ingin bertemu dengan daeyon bukan pergi wajib militer” dumal ku sebal
“jangan kunci pintu nya, dan jika ia membahayakan mu berteriak lah atau-“
“arra arra, sudah sana kau duduk dengan daehyun oppa saja” ucap ku gemas
Sekali lagi myungsoo menatap ku dan mengangguk, aku lantas membalikan badan ku ke arah semula ke arah pintu tempat daeyon saat ini sedang berbaring. Dengan sangat perlahan aku membuka pintu, dan sedikit terkejut karna ternyata daeyon sudah duduk sambil bersandar pada headboard tempat tidur nya terlihat sangat siap. Wajah cantik itu terlihat sangat kaku dan pucat, tidak ada senyum yang nampak apa lagi binar wajah ceria.
‘memang apa yang kau harapkan kim sunhee?’ maki ku dalam hati ‘apa kau mengharapkan nya tersenyum ramah dan terlihat bahagia? Dasar bodoh’
Kami saling berhadapan dan bertatap mata selama beberapa detik, ketika bertatapan itu lah aku bisa melihat luka dan rasa sakit dikedua mata milik daeyon yang coba ia sembunyikan tapi gagal.
“ada urusan apa kau datang kesini?” tanya nya tanpa emosi
“aku hanya ingin tahu keadaan mu” jawab ku jujur
Ia kemudian mendecih lalu menatap ku “kalau kau hanya ingin mengasihani ku lebih baik pulang sana, aku tidak butuh belas kasihan mu”
“aku tidak merasa kasihan pada mu” ucap ku jujur
“mwo?”
“aku tidak merasa kasihan pada mu” terang ku “kenapa juga aku harus kasihan pada orang yang hampir membunuh ku dan menyakiti orang-orang yang ku sayang?”
Perlahan, ada sedikit emosi yang mulai bermain dalam wajah milik daeyon. Aku bersidekap, tidak berniat untuk duduk di sofa yang dekat dengan tempat tidur. Myungsoo bilang aku harus berdiri sejauh mungkin dari daeyon dan memilki akses yang gampang ke pintu apa bila sesuatu yang buruk terjadi.
“benar, kau tidak perlu mengasihani aku. Kalau begitu apa mau mu? Pamer bahwa kau masih bisa hidup dan tertawa sementara aku akan menderita?”
Aku menggeleng “anio, aku tidak pernah mengharapkan mu untuk menderita juga daeyon-ssi”
“cih, tidak usah sok baik Kim Sunhee-ssi. Setelah semua yang aku lakukan bukan kah kau berharap bahwa aku akan mati? Bukankah kau berharap bahwa aku akan menderita dan merasakan sakit yang sama seperti yang kau rasakan?”
Lagi, aku menggeleng. “anio” jawab ku kalem “rasa sakit yang ku alami adalah rasa sakit yang tak akan pernah bisa kau bayangkan, ketakutan, rasa frustasi dan ingin mati itu tidak akan pernah bisa kau bayangkan meski dalam mimpi sekalipun. Itu adalah hal paling buruk yang pernah ku alami seumur hidup ku, oleh karna itu aku tidak mengharapkan siapa pun untuk mengalami nya”
“kau boleh lepas topeng mu kok, aku tidak akan mengadukan nya pada myungsoo. Kau pasti membenci ku jadi maki saja aku dengan semua kata kotor yang kau ketahui, kalau kau mau membalas dendam pun aku tidak akan bisa berkutik, jadi kau menang sekarang”
“ya benar, aku memang sangat membenci mu” aku menatap nya tepat di manik mata “amat sangat membenci mu”
“keutchi, aku tau kau pasti membenci ku. Jadi lampiaskan saja semua tidak perlu menahan nya, toh aku sudah bisa memperkirakan tindakan mu yang hanya bersikap manis di depan banyak orang”
Kata-kata nya barusan sedikit banyak menyulut emosi ku, jadi selama ini dia mengira bahwa aku hanya berpura-pura bersikap manis? Benar-benar gadis ini
“wae? Merasa kesal? Marah saja kim sunhee, tunjukan sikap mu yang sebenar nya”
Sekuat tenaga aku mencoba menghalau perasaan tidak suka itu dengan bernafas pelan-pelan, ada hal lain yang harus ku selesaikan dengan daeyon bukan Cuma masalah sepele seperti ini.
“ya benar, aku memang membenci mu. Membenci mu karna kau menyakiti oppa ku, menyebarkan berita kencannya dengan Minji? Apa kau tau berapa banyak tekanan yang harus di hadapi oleh oppa ku? Berapa banyak rencana yang harus di undur nya karena ulah mu? Berapa banyak ia telah menderita? Aku membenci mu karena membuat oppa ku merasakan sakit”
Aku mengambil nafas sebelum mulai bicara lagi “mencoba mencelakai jinhee? Apa kau tahu betapa itu sangat menyakiti woohyun oppa? betapa kejadian itu membuat woohyun opa trauma akan keselamatan jinhee?”
“lalu mencoba mengancam hyura, dan taemin? Tanpa ada nya diri mu pun masalah hyura sudah pelik, dan mengenai taemin apa kau tau berapa banyak yang ia korbankan untuk hubungan nya dengan naeun? Lalu kau berniat untuk menghancurkan itu semua? Kau benar-benar tidak punya hati nurani, dan aku membenci mu karna hal itu.”
Ketakutan jika orang-orang yang ku sayangi terluka akibat perbuatan ku benar-benar membuat ku marah, dan daeyon berniat menghancurkan hidup mereka hanya demi myungsoo kembali bersama nya.
“aku membenci mu karna kau mencoba menghancurkan hidup orang-orang yang ku sayangi, dan kau rela melakukan itu semua hanya demi mendapatkan myungsoo kembali? Ketika kau benar-benar sudah mengetahui perasaan nya yang sebenarnya? Cinta macam apa yang kau punya?”
Aku sedikit lebih lega ketika sudah menumpahkan apa yang ku rasa, sejak terbangun 2 hari yang lalu aku berusaha untuk tidak mengatakan banyak hal pada orang-orang di sekitar ku mengenai masalah ini. Aku tau mereka tidak mau aku banyak berfikir, tapi bagaimana mungkin aku bisa tenang ketika semua masalah ini bermula dari hidup ku? Kembali ku tatap gadis yang sedang menunduk di atas tempat tidur itu, cukup lama ia menunduk dan tidak berani menatap wajah ku. Aku sempat mengira ia akan menysesal tapi ketika kepalanya terangkat yang ku lihat bukan lah raut wajah penuh penyesalan melainkan seringaian licik yang menyebalkan.
“menurut mu perbuatan ku itu mengerikan?” tanya nya
“tentu saja, itu benar-benar sudah diluar batas”
Perlahan ia menggeleng “perbuatan yang telah ku lakukan padamu, tidak seberapa di banding perbuatan yang pernah ku lakukan sebelum nya”
“nde?” aku menatap nya tak mengerti
“apa kau tahu bahwa aku bahkan rela membunuh saudara kembar ku sendiri yang sangat myungsoo cintai?”
Ap..apa katanya barusan? membunuh siapa? Saudara kembarnya?
*******
“mwo??”
kim sunhee terlihat bingung dan shock, ia bahkan ssampai mundur beberapa langkah dari tempat awalnya berdiri tadi
“apa kata mu barusan? kau membunuh siapa?”
Jika sunhee terlihat sedikit pucat maka raut wajah daeyon justru tenang, “apa kau tahu bahwa aku punya kaka kembar kim sunhee?”
Tak ada sautan dari gadis berambut merah tersebut yang di yakini daeyon sebagai jawaban bahwa sunhee tidak tahu
“aku punya kaka kembar, namanya kim daena dan kami kembar identik”
Ketika kemudian daeyon bercerita mengenai daena, jiwa sunhee seperti sudah terlepas dari raganya ia bahkan sampai harus memegangi dinding yang ada di belakang nya saking tak percaya dengan apa yang ia dengar.
“tapi sifat kami sangat lah bertolak belakang, aku tidak tahu bagaimana caranya daena bisa sangat baik pada semua orang bahkan orang yang baru ia temui, aku tak mengerti apa ia tidak memiliki kecurigaan pada orang-orang kelas bawah yang coba menarik perhatian nya, entah dia itu kelewat baik atau bodoh” daeyon tersenyum picik
“daena adalah kesayangan dan kebanggan semua orang, sementara aku hanya lah di kenal sebagai kembaran daena yang sangat berbeda dengan nya. jika daena cinderella maka aku adalah kaka tiri nya, jika daena putri salju maka aku adalah ratu yang jahatnya. Semua orang mengidolakan daena sementara tidak dengan kim daeyon, padahal nilai ku sama baik nya dengan daena tapi appa hanya tau bahwa daena yang pintar, padahal aku sama cantik nya dengan daena tapi eoma selalu memberikan baju yang lebih bagus untuk daena, padahal aku juga baik tapi oppa hanya menceritakan daena pada teman-teman nya. aku hidup sebagai bayang-bayang kim daena selama 15 tahun hidup ku.”
“aku bertemu myungsoo pertama kali saat kami mendaftar masuk sekolah menengah, sejak saat itu aku selalu memperhatikan nya tapi setiap kali kami bertemu dan berpapasan myungsoo sama sekali tak melihat ke arah ku, bahkan untuk sekedar melirik pun tidak.” Senyum sedih mengembang dari bibir tipis nya “sampai suatu hari daena mendapati aku melihat ke arah myungsoo, sebagai seorang kaka ia ingin melakukan suatu hal untuk ku. Aku tidak setuju tapi daena memaksa dan langsung melangkah menuju ke arah myungsoo berada di sudut perpustakaan, tersenyum dan memperkenalkan dirinya sebagai kim daeyon. Dan apa kah kau tahu kim sunhee-ssi? Myungsoo menjabat tangan daena dan membalas senyum nya, semudah itu ia takluk pada kim daena tapi melirik ku sedikit pun tidak sudi. dimulai dari perkenalan itu dan mereka pun menjadi akrab, sering bertemu tapi daena tetap mengaku sebagai diri ku. Entah apa saja yang mereka bicarakan yang aku tahu hanyalah bahwa myugsoo terlihat begitu bahagia setiap kali bertemu dan berbicara dengan daena”
Daeyon menghentikan ceritanya seraya melirik sunhee dari ujung kepala sampai ujung kaki, sunhee merasa risih dan mulai memasang wajah sebal nya.
“apa kau tahu kenapa aku sangat membenci mu? Tentu saja kau tidak tahu yakan?”
“aku tidak perduli kau membenci ku atau tidak” jawab sunhee
“aku membenci mu karna semua orang menyayangi mu, karna oppa mu begitu melindungi mu karna member infinite dan shinee memperlakukan mu dengan sangat baik, karna lee sungjong dan lee taemin sangat bergantung pada mu. Aku membenci mu karna begitu aku melihat mu aku seperti melihat daena yang menjadi kesayangan semua orang, dan karna ternyata myungsoo juga kembali jatuh hati pada mu sama seperti ketika ia jatuh hati pada daena. Kalian berdua kau dan daena begitu mirip dan itu membuat ku merasa terancam, membuat ku merasa muak.”
Tiba-tiba saja daeyon tersenyum, senyum yang benar-benar mengerikan dan mengingatkan sunhee pada senyuman si sessaeng yang menyeramkan itu.
“tapi aku bisa apa ketika kalian berdua justru menghancurkan diri masing-masing? Seakan tuhan memang menakdirkan kalian untuk saling menghancurkan, untuk saling membunuh”
Sunhee menatap daeyon dengan pandangan tak mengerti “apa maksud mu? Aku tak pernah membunuh siapa pun”
“tidak secara langsung” jelas daeyon
“aku tidak pernah membunuh siapa pun” sunhee nyaris berteriak saking ingin nya dia membantah
“oh yaa kau pernah membunuh, tidak secara langsung memang tapi jelas kau lah alasan nya”
Ketika daeyon mendapati sunhee sudah bergetar hebat saking marah dan kesal nya, ia lanjutkan kembali ucapan nya “alasan kenapa daena meninggal, alasan kenapa kau kehilangan mimpi mu sebagai penari tidak kah kau tahu bahwa itu saling berhubungan? Kau, yang menyebrang jalan sambil bercanda dan memakai earphone adalah alasan kenapa aku dan daena mengalami kecelakaan mobil. Yaa benar saat itu daena sekuat tenaga mempertahankan ponsel nya yang ku rebut dan tidak memperhatikan jalan, lalu kau menyebrang jalan dan kecelakaan itu terjadi. daena meninggal, kau cacat, dan aku masih hidup. Mendengar daeyon nya kecelakaan myungsoo lantas datang ke rumah sakit, sama sekali tidak mengetahui fakta bahwa kembaran ku yang ia kenal baru saja meninggal, dan sejak itu lah hubungan ku dengan myungsoo jadi semakin baik. Myungsoo bisa bertemu dengan daeyon nya yang asli dan berbahagia, ketika kau merasakan sakit dan daena bahkan tidak bisa membuka kelopak mata nya. rencana tuhan indah bukan?”
“kau...” sunhee menatap daeyon dengan ngeri dan tubuh nya bergetar hebat
“yaa kim daeyon” seru suara tenor yang mendobrak pintu dengan kasar.
“myung...myungsoo-yaa”
“apa yang sudah kau bicarakan hah?”
Myungsoo yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu kamar mendobrak masuk dengan wajah paling seram yang pernah sunhee dan daeyon lihat, belum lama daehyun memang pergi keluar ruangan karna tidak tahan berada dalam ruangan yang sama dengan myungso yang kelewat diam. Dan kemudian myungsoo mendengar sunhee mulai meninggikan suaranya, pria itu mengenal baik jerit kemarahan sunhee dan berniat untuk menarik gadis berambut merah itu untuk keluar ruangan. Tapi ketika ia baru membuka pintu sedikit yang ia dengar mendominasi justru suara daeyon. Menceritakan semua hal yang tak pernah ia ketahui nya sejak lama, sebuah kebohongan, sebuah dusta yang jelas-jelas membuatnya kaget bukan main dan merasa sangat lah bodoh. Bagaimana mungkin ia dipermainkan semudah itu oleh kim daeyon?
“myungsoo-yaa aku bisa jelaskan” daeyon hendak melompat dari kasurnya
“cukup! Aku tidak sudi berbicara dengan mu” lalu pria tinggi itu menatap sunhee yang terlihat pucat dan lemas, dengan cepat myungsoo melnagkah ke arah sunhee dan mendekapnya erat. Bisa ia rasakan tubuh dalam pelukan nya tersebut bergetar hebat, kalau tidak berpegangan pada dinding di jamin sunhee akan langsung ambruk
“gwencana?” tanya nya lembut seraya memegang kedua pipi sunhee agar gadis itu menatap nya
“myung-myungsoo-yaa” cicit sunhee
“kita pulang eoh? Aku memperbolehkan mu datang kesini bukan untuk melihat mu seperti ini” ucap nya lembut hanya pada Sunhee, dan sunhee pun mengangguk lemah membuat myungsoo tersenyum menenangkan. di pindahkan nya sunhee sehingga gadis itu berada dalam rangkulan nya, tapi tangan dingin yang memegang lengannya membuat myungsoo mau tidak mau harus menghentikan langkah kaki.
Tiba-tiba saja daeyon sudah berada di samping myungsoo dengan bekas darah yang berceceran akibat ia buka paksa infusan nya, keberadaan daeyon yang teramat dekat membuat tubuh sunhee menegang dan itu disadari secara penuh oleh myungsoo, maka ia perketat rangkulan nya.
“dengar aku dulu myungsoo-yaa” pinta daeyon
“minggir”
“jebal myungie-yaa dengar penjelasan ku dulu”
“minggir” ucap myungsoo lebih dingin
“myung-“
“ku bilang minggir” sentak myungsoo dengan penuh emosi “aku tidak mau mendengar apa pun dari mu dan tidak mau melihat wajah mu lagi” di hempaskan nya tangan daeyon yang memebelit lengan nya dengan sekuat tenaga. Membuat gadis bermarga Kim itu sampai tersungkur di lantai dan menangis.
Ketika myungsoo hampir mencapai pintu, daehyun datang dan bertanya pada myungsoo “apa yang terjadi myungsoo-yaa?” melihat myungsoo hanya diam daehyun menatap sunhee “kau baik-baik saja sunhee-ssi?” sunhee hendak menjawab tapi ternyata myungsoo beraksi lebih cepat
“tidak, ia tidak baik-baik saja. Dan jangan harapkan toleransi lebih dari ku hyung”
“apa maksudnya myungsoo-yaa?” daehyun tak mengerti
“urus saja adik mu yang gila itu”
*******
Suasana di dalam mobil selama perjalanan pulang itu terasa mencekam, mencekam karna baik myungsoo mau pun sunhee tidak berniat membuka mulut dan sibuk dengan isi kepala nya masing-masing. Hanya suara mesin kendaraan yang mendengkur dengan halus saja yang terdengar, dan deru nafas teratur kedua nya.
Takut, itu adalah perasaan yang sunhee rasakan saat ini, ini pertama kali nya ia meliaht dengan mata kepalanya sendiri sosok myungsoo yang berubah menajdi amat sangat menyeramkan. Kedua mata hitam nya yang sedari awal memang sudah sangat tajam, kali ini di penuhi dengan sorot benci dan kemarahan yang terlihat jelas sudah di tahan. Wajah yang sedari awal memang kerap kali menampilkan ekspresi dingin kali ini lebih terasa beku. Dan kombinasi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Sunhee takut. Sementara myungsoo bukan nya tidak menyadari ketakutan yang sunhee miliki, hanya saja ia sedang berperang dalam diri nya sendiri. Ia idak tahu harus bagaimana, karna tidak mungkin bagi nya menyakiti atau menghajar Daeyon untuk mengurangi perasaan sesak yang ia rasakan.
Ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah, myungsoo menyempatkan diri untuk menengok ke arah kanan nya dan menemukan sunhee yang sedang diam dengan kepala tertunduk. Keadaan nya sudah lebih baik semenjak mereka meninggalkan rumah sakit, diamati nya gadis itu dengan seksama. Tubuhnya sudah tidak bergetar dan wajah nya juga tidak terlalu pucat. Secara refleks tangan nya terulur menyentuh puncak kepala sunhee, dan ia berkata dengan lembut
“kau pasti kaget”
Sentuhan itu, nada bicara itu, membuat sunhee mengangkat kepala nya dengan perlahan dan menemukan kedua mata hitam myungsoo sedang menatap nya dengan intens. Senyuman manis sedikit terkuak dari wajah tampan itu, membuat jantung nya justru kembali berpacu lebih cepat.
“maaf” ucap myungsoo sembari menatap wajah sunhee “aku sudah berjanji tidak akan membuat mu merasakan hal seperti ini lagi, dan aku bahkan tidak bisa menepati janji ku”
Ada perasaan hangat yang menjalar dalam diri sunhee, myungsoo terlihat jauh lebih baik ketika sedang tersenyum seperti ini. Dan ia ingin membuat pria ini selalu tersenyum, karna fakta yang Daeyon jabarkan pada mereka beberapa waktu lalu adalah fakta yang menghasilkan torehan luka berdarah untuk myungsoo.
“apa kau baik-baik saja?” tanya sunhee balik, membuat myungsoo yang sedang menatap nya jadi terhenyak
“maaf” ucap sunhee tulus, “seharusnya aku juga tidak perlu datang kesini dan seharusnya aku mendengarkan mu sedari awal”
Kali ini ganti perasaan hangat itu yang menjalari tubuh Myungsoo, Sunhee terlihat sangat manis saat sedang penurut begini
Usai dengan permintaan maaf nya Sunhee kembali menunduk, karna Myungsoo tak memberi nya respon. Tapi ketika keputusasaan itu semakin dalam menarik nya, ia malah merasakan tepukan lembut yang di lakukan secara berulang di puncak kepala nya
“mengerti kan kenapa aku ini cerewet pada mu?” tanya Myungsoo “sekali-sekali mendengarkan ku tidak ada rugi nya tahu”
Sunhee mengangguk patuh, membuat myungsoo jadi tersenyum geli sendiri. “kau ini sunhee bukan sih? kenapa jadi penurut sekali?” tanya nya gemas
“yaa!” jawab sunhee sebal dan myungsoo pun tertawa
“kau mau langsung pulang atau bagaimana?” tanya Myungsoo saat lampu lalu lintas sudah berubah hijau
Sebelum menjawab pertanyaan itu, sunhee menatap keluar jendela sebentar. “sepertinya aku butuh udara segar”
“eskrim?”
Secepat kilat kepala gadis itu berputar “patbingsoo”
Myungsoo terkekeh “baiklah, patbingsoo”
*******
30 menit kemudian range rover itu sudah terparkir manis di salah satu sudut tersembunyi di pinggiran sungai han, susasana di dalam tetap sepi karna sunhee dan myungsoo sibuk dengan patbingsoo mereka masing-masing. Berulang kali myungso harus menahan tawanya ketika melihat sunhee yang bergerak-gerak senang saat memakan patbingsoo tersebut
“sudah tidak depresi?” pertanyaan myungsoo memecah keheningan
“eoh, joaaa” jawab sunhee
“sudah lebih baik?”
“eoh, karna patbingsoo ini”
“bukan karna aku?”
Dan pertanyaan terakhir itu membuat sunhee mendelik ke arah nya “yaa!”
“hahaha aku tahu aku tahu, kalau Kim Sunhee selalu menomor satukan makanan”
Mendnegar taw amerdu myungsoo membuat sunhee terpekur, gadis itu mengamati ekspresi myungsoo dengan seksama “bagaimana dengan mu? Apa kau baik-baik saja?”
“aku? Memang nya aku kenapa?” satu alis myungsoo terangkat naik
“ituu...daeyon...kata-katanya itu...” jawab sunhee putus-putus
Myungsoo menghembuskan nafas dengan berat dan menundukan kepalanya, tingkah laku yang membuat sunhee malah jadi semakin khawatir
“kalau kau tidak mau membicarakan nya aku mengerti” ucap sunhee pengertian
Tidak ada sautan, kepala itu menunduk semakin dalam, sedikit membuat sunhee panik
“kalau kau kesal, kau boleh pinjam samsak yang ada di kamar oppa ku”
Myungsoo tetap hening
“kalau kau benar-benar sangat marah, pukul sunggyu oppa sekalian juga tidak apa-apa. Tapi jangan pukul jongie, kau boleh memukul oppa yang lain tapi jangan maknae ku”
Butuh beberapa detik bagi Sunhee untuk menyadari bahwa bahu Myungsoo berguncang perlahan
“yaa kau mendnegar ku tidak sih kim myungsoo?”
“buahahahahahaha penghiburan macam apa itu” myungsoo meledak dalam tawanya, matanya sampai menyipit dan air mata menetes dari peuluk mata nya
“yaaa” sunhee smapai harus memegangi bahu myungsoo untuk menghentikan pria itu dari tawa nya
Cukup lama sampai sang visual bisa menenangkan diri dan melenyapkan tawa histeris nya, itu pun karna ia menyadari wajah sunhee yang sudah cemberut berat.
“maaf” ucap myungsoo sambil mencoba menelan habis tawa nya “habis kau lucu”
“aku sedang tidak bercanda tahu” rutuk sunhee, lalu tiba-tiba sepasangan tangan terulur padanya dan menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapan
Yaa myungsoo mendekap nya hangat sambil masih sesekali berguncang karna tertawa. Hangat nya tubuh pria itu membungkam sunhee yang akan mulai protes lagi, ini bukan pelukan mereka yang petawa tapi rasanya sunhee masih belum siap jika setiap kali harus menerima kontak fisik mendadak seperti ini
“mau kah kau mendengarkan curahan hati ku? Karna aku tidak tahu harus menceritakan ini pada siapa” myungsoo berucap di bahu sunhee, hangat deru nafas nya membuat jantung gadis bermarga Kim itu berdetak tak karuan. Lalu ketika kepala sunhee mengangguk lemah, myungsoo tersenyum dalam diam nya.
“aku merasa bodoh hee-yaa, benar-benar merasa sangat bodoh. Aku di bohongi bertahun-tahun lama nya, melimpahkan kasih sayang pada orang yang bahkan membunuh orang yang ku sayang. Bagaimana mungkin aku bisa sebodoh itu?”
“aku bahkan tidak tahu kalau mereka kembar, tidak tahu bahwa gadis yang ku cintai adalah daena bukan daeyon. Dan bagaimana mungkin aku tidak mengetahui ketika daena menghembuskan nafas terakhirnya?”
Ada nada pedih yang bisa sunhee tangkap dari cara myungoo berbicara, dan kepedihan itu jug merasuk dalam diri nya. ia bisa merasakan sakit yang myungsoo rasakan bahkan mungkin lebih parah.
“itu bukan salah mu” ujar sunhee menenangkan “kau tidak tahu apa-apa”
10 menit bwelalu dan mereka masih tetap saling memeluk sampai kemudian myungsoo berbicara
“itu juga bukan salah mu”
Membuat sunhee kaget dan melepaskan diri dari dekapan myungsoo
“kau juga tidak tahu apa-apa” terang pria itu “maukah kau percaya bahwa meski ini semua terasa berat, tapi perasaan ku baik untuk daena dan daeyon sudah tertinggal jauh di belakang? Aku tidak mau menatap ke belakang, aku mau melangkah bersama seseorang yang ada di depan ku saat ini”
Dan sunhee pun kehilangan kata-katanya.