home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > The Real Side Of You

The Real Side Of You

Share:
Author : Tanianatashia
Published : 13 Aug 2014, Updated : 11 Jan 2017
Cast : Kim Sun Hee, Kim Myungsoo, Lee Jin Ki
Tags :
Status : Ongoing
8 Subscribes |393307 Views |24 Loves
The Real Side Of You
CHAPTER 31 : Part 31

The Real Side Of You – Part 31

 

Kim Daehyun, sedang berdiri menatap pemandangan kota yang terhampar di hadapan nya melalui kaca jendela lantai 5 sebuah rumah sakit. Di belakang nya ada sang adik Kim Daeyon yang sedang tertidur pulas setelah di berikan obat penenang entah sudah yang ke berapa kali nya, ia harus di berikan penenang dengan dosis yang tinggi karena terus saja berontak dan  berteriak tidak karuan, meneriakan sebuah nama dan meminta kehadiran seseorang yang amat sangat mustahil. Meski orang itu memang benar pernah datang hanya sehari setelah daeyon masuk ke rumah sakit, tapi kata-kata yang di ucapkan pria itu, bahasa tubuhnya, gelagat nya jauh dari kata ramah apa lagi khawatir.

Ya myungsoo orang yang terus daeyon panggil namanya memang datang, tapi hanya untuk memperingatkan dirinya bahwa keluarga Sunhee akan mengambil langkah serius mengenai masalah ini tetapi myungsoo sudah berhasil meyakinkan mereka untuk membatalkan niatan tersebut, sama sekali bukan demi kebaikan daeyon tapi demi kepentingan infinite yang sebentar lagi akan melakukan comeback. Daehyun sudah mengenal myungsoo sejak lama, sejak pria itu belum melakukan debut nya bersama member infinite. Dan sepanjang ia mengenal myungsoo sejak masih jaman sekolah menengah atas, daehyun tahu bahwa pria tampan itu memang bukan orang yang ramah dan ceria, myungsoo itu dingin, cuek tapi tetap seorang pria yang baik dan juga sopan. Hanya saja ketika semalam ia datang ke rumah sakit, ini pertama kali nya daehyun melihat myungsoo begitu over ptotective, begitu terlihat ingin menjaga, begitu melindungi, tanpa senyum dan sapaan ramah yang biasanya masih sempat ia lontarkan.

‘aku harus meminta dengan sangat pada keluarga sunhee, memohon pada sunggyu hyung dan sunhwa noona untuk membatalkan tuntutan mereka. Berlutut untuk meredam kemarahan Han Minji, dan menjamin bahwa adik mu tidak akan berulah macam-macam lagi.’ Ucap myungsoo to the point begitu memasuki kamar daeyon semalam, tanpa sapaan apa lagi ucapan basa-basi ‘tapi hyung tahu bahwa itu semua tidak gratis, bahwa aku juga menuntut kompensasi untuk jaminan yang rela aku lakukan atas nama adik mu’

‘apa yang harus aku lakukan myuungsoo-yaa?’ tanya daehyun pasrah

Mata elang myungsoo menajam dan suaranya terdengar amat sangat mengerikan ‘ku harap kau berniat membawa daeyon pergi ke luar negri, mengobati nya entah dimana dan tidak akan pernah menginjakan kaki di korea lagi’

Meski sempat tersentak dengan permintaan itu, toh daehyun tetap mengangguk ‘arraso’ ucap nya lemah

‘aku tidak main-main saat ku bilang aku harus meminta dengan sangat, memohon dan bahkan sampai berlutut. Jadi ku harap kau mengingatnya dengan baik-baik juga hyung’

Hanya itu dan kemudian myungsoo berlalu pergi, tak sudi untuk mengecek keadaan daeyon apa lagi melirik ke arah tempat tidurnya.

Daehyun menghela nafas berat ketika mengingat perkataan myungsoo semalam. Setelah sekali lagi memastikan daeyon akan terlelap paling tidak untuk beberapa jam ke depan, daehyun mencoba memfokuskan kembali ingatan nya pada saat ia menunggu di apartement daeyon bersama kekasih sunggyu, Han mInji.  Kejadian yang membuat nya bukan hanya pusing setengah mati, tetapi juga belajar banyak hal baru.

 

Flashback

Begitu sosok Myungsoo, Woohyun dan Sunggyu sudah hilang dari pandangan matanya, Han Minji langsung meraih ponsel di tas tangan nya untuk meminta bala bantuan. 20 orang untuk membantu sang kekasih dan 5 orang pengawal untuk langsung naik ke apartement milik daeyon ini. Setelah selesai memberikan instruksi pada anak buah nya Minji mencoba menghubungi Jinhee tapi tak di angkat, maka gadis itu memilih untuk mengirimkan pesan jika Jinhee sudah memegang ponsel nya harap untuk segera menghubungi nya karna ini penting. Sempat menggerutu sebentar ia lantas membalikan badan untuk menatap kaka beradik yang sedang saling menguatkan itu. Wajah khawatir nya langsung berubah tajam dan angkuh, ada kemarahan tertahan disana, ada perasaan sakit hati dan juga tak terima. Ia memandang daeyon dengan garang, bibir bawah nya mencebik dan menyiratkan dendam kesumat yang tak akan pernah ia lupakan.

“kalau sampai hal buruk terjadi pada sunhee, sumpah demi tuhan aku akan menuntut balas pada mu kim daeyon.” Minji mulai berbicara “dan jika terjadi hal buruk juga pada sunggyu oppa, aku yang akan membunuh mu dengan tangan ku sendiri.”

Daeyon tersentak begitu mendengar perkataan minji tersebut, tapi sejurus kemudian ia terisak. Terisak karna takut, terisak karna tau ada kemungkinan bahwa myungsoo nya juga akan terluka, meski tetap tidak perduli dengan keadaan sunhee. Daeyon sangat mengenal kwon soo ah dan anak buah nya, yang rela melakukan apa saja asal di berikan uang dan untuk melindungi diri mereka dari sergapan polisi termasuk membunuh saksi mata.

Isak tangis itu membuat minji muak, ia sudah sangat muak, sejak pertama kalai tiba di apaartement daeyon meski tak mengerti apa-apa dan hanya mengikuti sunggyu yang mendapat pesan dari myungsoo gadis itu sudah tahu ada yang tak beres, dan sedari tadi selama bersembunyi untuk menunggu myungsoo membongkar kejahatan yang dayeon lakukan minji sudah sangat ingin meledak. Tapi rangkulan sunggyu menahan nya, wajah sedih daehyun membuat nya sedikit bisa menahan perasaan emosi itu. Tapi sudah cukup rasanya ia menahan semua itu, ia ingin sekali memaki gadis di depan nya ini, menampar atau apa menjambaki rambutnya sampai lepas dari kepala sekalian agar ia puas. Tapi minji tahu kekerasan itu tak berguna, sunhee masih ada dalam bahaya.

“tenang daeyon-ah, oppa akan melindungi mu. Yang paling penting kau harus tenang dulu” daehyun membisikan kata-kata itu dengan lembut pada daeyon yang masih terus saja terisak

“aku mencintai nya oppa, amat sangat mecintai nya”

“arra, nan arra. Geunyang caramu ini tidak benar daeyon-ah, perasaan mu sudah membutakan hati dan pikiran mu, obsesi mu salah”

“aku hanya tidak sanggup bila harus berpisah dengan myungsoo. Ia segala nya bagi ku oppa, ia hidup ku, tanpa nya aku akan mati”

“ania, kau masih punya aku. Hidup mu masih panjang daeyon-ah”

“bohong, oppa pasti pergi cepat atau lambat. Oppa selalu pergi meninggalkan ku”

“ania, kau harus percaya pada ku”

“tidak ada yang bisa ku percayai selain myungsoo, bahkan oppa mengkhianati ku ketika daena meninggal dulu”

Alis minji seketika terangkat tinggi, daena? Siapa lagi itu daena?

Mendengar satu nama yang sangat ia rindukan membuat daheyun mematung bibir nya menggumam tanpa sadar “daeyon-ah”

“oppa tidak perlu berpura-pura baik di depan ku, aku sudah mengetahui semua nya bahwa oppa membenci ku bahwa oppa menyalahkan ku atas kematian daena sama seperti eoma, appa dan orang-orang yang lain nya itu”

Horor, daehyun memandang adik semata wayang nya dengan tatapan horor sementara daeyon terus saja mengoceh, bahkan sampai lupa bahwa ada minji disana yang menatap kedua nya dengan bingung dan tak mengerti.

“sejak daena meninggal, aku tau semua orang merasakan sedih yang tak terkira dan sangat kehilangan. Saking merasa kehilangan nya sampai mereka berharap bahwa seharusnya aku lah yang meninggal bukan daena, karna semua orang menyayangi Kim Daena tapi tidak dengan Kim Daeyon”

“daeyon-ah!”

Suara teriakan daehyun membungkam daeyon yang masih terisak dengan kalut, satu nama itu Kim daena sudah cukup membuat daehyun terpuruk, tidak perlu lagi di tambah dengan perkataan daeyon.

“kami menyayangi kalian daeyon-ah, daena maupun dirimu. Kalian adalah kembar kesayangan kami, kesayangan ku”

Daehyun tertunduk sedih, ia merasa bersalah karna secara tidak langsung merasa ikut punya andil dalam ketersesatan sang adik. Dengan orang tua yang sibuk mengejar karier dan kekuasaan sampai lupa bahwa masih punya 3 anak yang harus di besarkan. ya 3,  Kim Daehyun Kim Daena dan Kim Daeyon. Daena dan Daeyon adalah kembar identik yang memiliki sifat yang jauh berbeda, daena yang periang yang ceria dan ramah pada semua orang sangat lah berbeda dengan adik kembar nya yang lebih pemalu, pendiam dan sedikit sombong.

“daena yang manis, daena yang cantik, daena yang pintar, daena yang ramah, daena yang baik hati. Semua orang membicarakan daena, semua orang memuji nya” rintih daeyon dengan sangat mengibakan “tapi tak pernah sekali pun aku merasa iri akan hal itu oppa, sama sekali tidak karna aku juga menyayangi daena”

Ya, daehyun mengakui itu bahwa seorang Kim Daena sangat lah bersinar. Sinar nya kelewat terang sampai menutupi sinar milik adik kembar nya yang sebenarnya juga sama berbakat dengan dirinya, daheyun bukan tidak menyadari itu. Ia justru sangat paham, karna kalau mau jujur pun ia sedikit lebih menyayangi daena daripada daeyon. Hanya sedikit

“tapi ketika daena meninggal, ketika semua orang memandang ku mereka seakan menyampaikan perasaan menyesal yang sama. kenapa harus daena yang meninggal? kenapa bukan aku? Kenapa bukan kim daeyon????? Bahkan oppa pergi dari rumah demi kebaikan oppa sendiri, karna oppa selalu teringat daena setiap kali melihat ku dan menyesal kenapa justru aku yang hidup bukan nya daena. Aku bahkan harus membunuh diri ku sendiri dan mengambil jati diri daena agar di terima oleh eoma dan appa serta oppa juga, akuilah oppa kau jauh lebih menyayangi daena dari pada aku”

“geuman Kim daeyon”

Daehyun menatap adik nya dengan nyalang kemarahan di kedua mata hitam nya, sudah cukup ia mendengar itu semua. Tidak pernah sekalipun ia berharap bahwa daeyon yang harusnya meninggal, bagaimana pun ia tidak sejahat itu. Ia sudah lama mengikhlaskan kepergian daena, dan ketika dirinya kembali ke rumah beberapa tahun silam ia menyadari daeyon seakan merubah jati dirinya agar lebih ceria seperti daena tapi daehyun tak pernah menyangka bahwa itu daeyon lakukan agar di terima oleh orang-orang yang merasa kehilangan akan daena.

Dengan berat hati daheyun harus mengakui bahwa ia dan orang tua nya terlalu tenggelam dengan perasaan duka mereka sendiri, mereka terlalu kehilangan daena sampai melupakan bahwa daeyon juga sama terluka nya dengan mereka bahkan lebih.

“bahkan myungsoo lebih tertarik dengan kepribadian Kim daena dari pada Kim daeyon”

“nde?”

Minji yang sedari tadi hanya terdiam kemudian bereaksi, apa maksudnya ini? Myungsoo lebih dulu mengenal daena dari pada daeyon? Apa myungsoo tau bahwa daena dan daeyon adalah saudara kembar?

“aku melihat myungoo lebih dulu tapi ia sama sekali tak pernah menggubris ku aku bagaikan angin lalu untuknya, dan ketika suatu hari aku memberitahukan ada pria bernama myungsoo pada daena. Sebagai kaka yang baik ia berinisiatif menghampiri myungsoo lebih dulu dan mengaku sebagai diri ku agar aku dan myungsoo bisa lebih saling mengenal, itu semua berjalan baik myungsoo dan daena seperti teman lama padahal mereka baru saja bertemu. tapi kemudian ia tidak mau mengakui bahwa bagaimana pun daena juga sudah jatuh pada pesona myungsoo”

“apa maksud mu? Jadi yang di cintai myungsoo sebenarnya adalah daena? Bukan diri mu?”

“anio, yang berkenalan dengan myungsoo memang daena. Yang mengenal dan banyak menghabiskan waktu dengan myungsoo juga daena. Tapi yang melihat dan menyukai myungsoo terlebih dulu adalah aku, myungso bahkan tidak tahu bahwa kami kembar ia juga tidak tahu bahwa daena sudah meninggal. Yang ia ketahui hanyalah bahwa gadis yang merupakan cinta pertama nya adalah aku, bahwa ia berpacaran dengan ku dan hanya mencintai diri ku. Tidak pernah ada daena di antara kami, apa lagi gadis bernama kim sunhee. Hanya Kim daeyon”

 “apakah itu semua lantas membuat mu gelap mata?” todong minji marah “tidak kah kau pernah memikirkan perasaan myungsoo? Penderitaannya jika tidak ada sunhee?”

“aku hanya butuh myungsoo, aku tidak perduli pada sunhee” jawab daeyon tenang

Minji pun mendengus “disitu lah letak kesalahan mu daeyon-ssi, tidak kah ada orang yang pernah mengatakan pada mu bahwa ketika kau mencintai seseorang kau harus siap dengan yang namanya penolakan? Bahwa kebahagiaan orang yang kau cintai itu jauh lebih penting dari perasaan mu sendiri?”

Hening, daeyon tidak berusaja menjawab ia hanya menatap minji dengan pandangan putus asa

“bagi mu dan sunhee yang selalu mendapatkan apa pun yang kalian mau, yang selalu diterima oleh semua kalangan, yang selalu bahagia. Apa pernah mengerti sakit hati yang ku alami?” tanya daeyon pada akhirnya

“apa fikir mu kami bertiga selalu berbahagia? Apa fikir mu kami tidak tau sakit itu apa?” balas minji seraya menata daeyon tepat di manik mata “karna kami pernah merasakan sakit, karna kami pernah merasa kekurangan, karena kami pernah merasa di tolak, karna kami pernah merasakan semua hal yang menurut mu tak pernah kami rasakan. Kami belajar untuk berbuat baik pada orang lain, tidak menyakiti dan saling melindungi. Karna buat kami, sahabat keluarga dan orang-orang yang kami sayangi adalah segala nya, dan kami rela menahan sakit asalkan mereka bahagia. Toleransi dan saling memahami, tidak kah kau pernah mempelajarinya? Lalu apa kau pernah memikirkan perasaan myungsoo pada daena? Apa kau pernah memikirkan perasaan kembaran mu? kau tidak kasihan pada myungsoo yang tidak pernah mengetahui semua omong kosong yang kau ciptakan ini? Bagi ku myungsoo sangat bodoh sekarang ini, dimana sebenarnya letak hati nurani mu hah?”

Minji mengambil nafas sebentar, ia harus menahan diri karena pembicaraan ini juga menguras emosi nya. ia hanya tidak habis fikir bagaimana daeyon bisa menyakiti begitu banyak orang dengan sangat mudah bahkan kembaran nya sendiri yang berbagi rahim sang ibu bersama dengan nya selama 9 bulan juga seseorang yang diakui nya ia cintai. Menyakiti semua orang hanya agar ia bahagia, sungguh perbuatan egois dan kejam.

“melihat bagaimana myungsoo tersenyum bahagia, tidak kah itu cukup? Entah itu dulu bersama daena atau pun bersama sunhee sekarang? Aku rasa tidak, karna kau lebih memilih membunuh nya pelan-pelan di bandingkan membiarkan nya berbahagia dengan pilihan nya.”

“bagaimana sakit nya sunhee ketika kau merusak kebahagiaan nya, ketika ia harus berpisah dari myungsoo bisa kah kau membayangkan nya? aku sahabatnya yang melihat bagaimana jatuhnya ia dan myungsoo saja serasa ingin mati, mereka harus bersama daeyon-ssi. Berpisah hanya akan membunuh mereka secara pelan-pelan, kalau kau mau perduli sedikit saja, kalau kau mau memperhatikan sekeliling sebentar saja maka kau akan memahami nya seperti kami yang menyaksikan semua nya sedari awal.”

“tidak, myungsoo hanya boleh bersama ku, bahkan jika daena masih hidup pun ia tidak akan bisa menghentikan aku” bantah dayeon keras kepala

“see? Begini lah kenapa myungsoo sampai kapan pun tidak akan memilih mu, bahwa ia lebih memilih mati dari pada harus melepaskan sunhee” beber minji lagi

Daehyun hanya berniat jadi pendengar tidak ingin mengganggu apa lagi membantah, karna sejujurnya apa yang gadis di hadapan nya ini katakan adalah benar.

“sunhee memberi nya pilihan, membuat nya membayangkan bagaimana hidup jika tidak ada sunhee. Tapi kau? Kau tidak memberi nya pilihan, kau mengurung nya membuat nya muak”

Daeyon ingin membantah tapi minji lebih cepat

“asalkan dia ada, asalkan dia bahagia, asalkan dia baik-baik saja maka aku juga baik-baik saja tidak kah hal itu pernah terfikirkan oleh mu?”

Sengaja minji melontarkan pertanyaan itu dan berdiam diri memberikan jeda panjang, agar gadis keras kepala ini mau mencoba melihat bahwa masalah sebenarnya ada di dirinya sendiri bukan orang lain. Bahwa sedari awal pun myungsoo tidak di takdirkan untuknya.

“apa kau tau bagaimana daena meninggal?” tanya daeyon sambil menunduk

“kau tanya aku?” tanya minji balik dengan malas

“apa kau tau alasan yang membuat ku juga sangat membenci sahabat mu itu?”

“aku tidak kepingin tahu” jawab minji sengit, tapi daeyon tetap mengoceh dan tidak memberi minji kesempatan untuk menyela ucapan nya

“karna kepribadian sunhee mirip dengan daena, karna semua orang menyayangi gadis itu sama seperti semua orang menyayangi daena, karna myungsoo nyaman bersama nya sama seperti ketika ia nyaman bersama daena. Dan karna melihat sunhee sama saja seperti melihat daena buat ku, membuat ku muak dan jijik.”

“yaa!” minji hampir menerjang kalau tidak di tahan daehyun

“dan apakah oppa dan kau tahu han minji? Bahwa seandainya saja teman mu yang ceroboh itu tidak menyebrang jalan sambil tertawa-tawa, bahwa seandainya saja daena tidak mengelak ketika aku berniat untuk melihat pesan dari myungsoo di ponselnya ketika ia sedang menyetir. Mungkin daena masih akan tetap hidup, dan sunhee bisa menggapai mimpi nya menjadi penari.”

“mwo....mworago?”

“kau boleh suruh cari orang untuk mencari tahu, menggali informasi mengenai kecelakaan yang menimpa sunhee. Aku dan daena juga ada disana menjadi korban nya, hanya saja daena meninggal sunhee cacat tapi aku tetap baik-baik sjaa”

Hening yang sangat lama tercipta, minji tidak siap dengan gempuran informasi yang baru saja ia terima kepala nya sakit, tapi kemudian nada dering ponsel mencairkan semua kebekuan itu. Minji melirik sekilas dan mendapati nama jinhee disana

“jangan lupa bahwa beberapa prodak kalian masih terpampang di supermarket milik ku, jadi bersikap kooperatif lah kalau tidak mau bangkrut lebih cepat.”

Anak buah nya sudah datang dan berjaga di depan pintu masuk, membuat minji semakin ingin meninggalkan tempat tersebut ia harus berbicara dengan seseorang. Hanya sejengkal lagi dari pintu, tapi gadis bermarga Han itu kmeudian berbalik

“boleh ku kasih saran kim daehyun-ssi?”

Daehyun pun menggangguk

“bawa adik mu ke rumah skait jiwa sana, dasar sikopat sinting mengerikan.”

Flashback end

*******

Sunhee Pov

Jalan yang sedang ku lalui ini terasa sangat panjang, tidak ada pertanda dimana ini akan bermuara atau sampai kapan jalan ini akan berakhir, atau mungkin saja memang tidak ada akhirnya? Entah lah, aku tidak tahu hanya saja jalan disini sangatlah gelap tanpa ada cahaya sedikit pun tapi anehnya aku masih bisa melihat dengan sangat jelas. Seperti sebuah lorong panjang dengan sisi berwarna hitam pekat di sekeliling.

Mulanya hanya ada aku, tidak ada siapa pun, tetapi seiring dengan berjalan nya waktu aku bisa mendengar suara-suara orang yang ku kenali. Yang bernada cemas tapi sarat rasa maklum itu eoma dan appa, yang sangat khawatir dan bernada marah itu milik eoni dan oppa, yang penuh rasa syukur itu jelas punya jinhee, woohyun dan dongwoo oppa, yang sering kali terdengar marah itu sangat ku kenali sebagai suara minji dan howon oppa. dan nada suara meminta maaf itu, yang penuh rasa bersalah itu milik yeol oppa dan jongie, aku mengernyit heran. kenapa? Kenapa mereka menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah seperti itu? Memang apa yang sudah mereka perbuat?

“Tidak jongie yaah ini bukan salah mu, yeol oppa geumanhae jangan merasa bersalah seperti itu” aku berteriak sekuat tenaga tapi ucapan bersalah itu masih terus saja mereka sampaikan

Agak lama baru suara yeol oppa dan jongie terdengar tenang, kemudian hening dan di gantikan suara eomma yang selalu menenangkan seperti biasanya. Banyak yang bisa aku dengar dari cerita eoma hari ini, aku menyukai nya, menyukai suara eoma ketika ia bercerita dan aku bahkan bisa dengan jelas membayangkan dahi nya yang berkerut tidak suka saat menceritakan sunggyu oppa yang hendak mengamuk. Tumben eoma tidak bercerita selama biasanya, suasana kembali hening membuat ku bertanya-tanya tapi tak lama kemudian aku bisa merasakan sentuhan lembut di dahi ku, di wajah dan kemudian genggaman di tangan kanan ku.

“hee-yaa”

Ini......ini suara yang baru ke dengar setelah sekian lama, yang tidak bisa ku temukan di antara suara-suara sebelum nya, milik orang yang memiliki wajah paling indah, sumber segala rasa bahagia dan sakit ku. Kim myungsoo.

Ia menggoda ku, mengatai ku putri tidur, menceritakan project drama nya. tentang para kru yang menyapa nya ramah, tentang komentar netizen yang merendahkan nya merasa ia tidak pantas bersaing dengan lawan main nya yang mana aku tidak tahu siapa dia. Dramanya apa saja aku tidak tahu apa lagi peran yang akan dia main kan nanti nya ckck kim myungsoo ini kalau bercerita tidak pernah lengkap, aneh tapi aku merasa jauh lebih nyaman begitu mendengar suaranya setelah sekian lama. Jujur kemarin aku mencari suara tenor ini, yang jarang bisa terdengar ramah tapi tetap begitu menyenangkan jika sudah mulai berbicara. Suara itu terus bercerita, menceritakan sisi konyol nya yang jarang orang lain bisa lihat, tentang obsesi nya pada ramyun yang kembali muncul, tentang kebodohan hampir tertabrak kaca jendela di incheon dan tentang dia yang merindukan aku. Ini kim myungsoo, bukan L nya infinite. Myungsoo ku, masih boleh kah aku memanggil nya begitu? Karna kondisi kemarin mengajarkan banyak hal, bahwa dalam keadaan menderita separah apa pun aku tetap tidak bisa melepaskan nya, tetap tidak bisa benar-benar menjauh dan pergi meninggalkan nya.

Perlahan muncul cahaya yang menerangi jalan ini, semakin lama semakin terang. Apa kah ini akhir nya? apakah sekarang aku bisa bertemu dengan orang-orang yang ku sayangi? Please.....

“bangun lah aku merindukan mu”

Suara itu terdengar begitu parau, begitu mengiba, begitu melirih dan sedih. Sehingga keinginan untuk mengenyahkan kesedihan itu membuat ku menemukan kekuatan ku kembali, membuat ku tersadar.

Dengan perlahan aku menggerakan badan ku lalu kemudian membuka mata, dan respon yang ku terima sangatlah mengejutkan. Myungsoo menatap ku dengan penuh kebahagiaan, matanya begitu penuh perasaan lega dan juga ada rindu tertahan disana rindu yang entah bagaimana membuat manik mata sehitam jelaga itu terlihat begitu sedih.

“myung- myungsoo yaa” ucap ku tergagap karna ia langsung memeluk ku

“kau sadar, kau sadar hee-ya. Terimakasih sudah sadar” ucapnya lembut di bahu ku, dan itu jelas membuat jantung ku langsung berpacu dengan cepat

“myungsoo-ya, tidak bisa napas” gumam ku terengah dan ia langsung melepaskan pelukan nya, aku kembali bernafas dengan lebih normal. Ternyata kembali sadar itu menyenangkan

“eodi appo? Butuh sesuatu? Mau minum? Lapar? Biar ku ambilkan”

Aku menyela ucapan nya yang berhamburan itu “yaa, nan gwencana” terang ku sambil terbatuk

“kau sudah tidak sadar selama 2 hari kau tahu?” ia mendengus “membuat ku khawatir setengah mati”

Aku kaget mengetahui fakta itu karna jujur aku tidak menghitung berapa lama waktu sudah berlalu, dan eh kaget karna ia mengkhawatirkan aku juga sebenarnya. Bisa aku rasakan panas di kedua pipi ku

“jinja? Wuah itu cukup lama” aku mencoba menutupi kegugupan ku tapi tahu tidak akan berhasil mengelabui tatapan setajam elang tersebut

Ia mendelik sebal tapi tatapan nya kembali berubah jadi khawatir “aku serius nih, apa kau merasa lapar? Atau merasa haus? Ingin makan sesuatu? Mengingat kau kan sangat suka makan”

Aku memelototi nya dengan marah “kau sudah bosan hidup yah?”

Bukan membalas perkataan ku tapi ia malah tertawa, memunculkan lesung pipi nya dan mengacak rambut ku dengan penuh sayang membuat ku terkesima.

“kalau kau sudah mengancam orang berarti kau memang sudah sadar”

“ya!” aku hendak memukul nya untuk protes tapi karna masih lemah jadi pukulan ku itu meleset jauh dari sasaran

“kau bahkan langsung mau memukul orang heh?” ucapnya lagi, kembali bersifat menjengkelkan “apa aku perlu memanggil eomonim? Semua orang mengkhawatirkan mu”

Ia kembali diam

“aku ingin marah pada mu” ucap nya kemudian

“marah kenapa?”

“marah karna kau sangat bodoh”

Aku mendelik “yaa kim myungsoo, memarahi pasien yang sedang sakit itu tidak baik di tambah kau malah mengatai ku lagi. Sudah benar-benar bosan hidup yah?”

Tatapan nya berubah sendu “jangan pernah menghadapi semua itu sendirian, jangan pernah menyimpan segala sesuatu nya seorang diri. Kau punya aku, punya hyung-deul, punya noona, punya minji dan jinhee. Punya member shinee juga” aku menahan tawa melihat ekspresi tidak suka saat menyebut nama shinee

“arra, geunyang aku tidak mau merepotkan kalian”

“cih merepotkan apa?” ia memotong perkataan ku “siapa yang pernah bilang kalau kau merepotkan? Kau hanya menjengkelkan tahu”

“yaaa!” aku cemberut padanya, tapi ia malah balas tersenyum hanya saja senyum itu begitu sedih sehingga membuat ku ingin sekali menghiburnya “nan jinja gwencana myungsoo-ya”

“berjanji lah jangan pernah melakukan hal itu lagi” pinta nya tulus

Aku mengangguk dan tersenyum, sementara myungsoo berdendang senang. Kapan terakhir kali kami bertemu dengan suasana damai seperti ini? Rasanya sudah lama sekali, sampai aku lupa seperti apa rasanya. Aku berfikir sebentar sebenarnya ada hal yang sangat ingin aku ketahui dan merasa hanya myungsoo yang bisa memberitahu ku, aku mencoba mengingat suara-suara yang menemani ku selama tidak sadar kemarin

“eh  myungsoo-yaa” ucap ku ragu

Myungsoo menaikan sebelah alisnya

“tidak jadi deh”

“yaa bicara yang benar jangan buat orang penasaran”

“hmm keugae, sesae..” ekspresi nya berubah jadi menyeramkan “tapi berjanji lah untuk tidak mengamuk atau berbuat aneh, kau hanya cukup menjawab pertanyaan ku ini saja”

Wajahnya berkerut frustasi “tolong bicara yang benar nona kim, aku tak mengerti maksudmu”

Aku menghela nafas perlahan sembari mencoba menyusun kata-kata yang ingin aku ucapkan “ituuu...astaga bagaimana mengatakan nya yah, tentang sesaeng fans mu, orang yang menyekap ku itu. Apa kau tahu siapa dia? Apa motifnya? Atau dia bekerja untuk siapa?”

Aku mengucapkan kalimat itu dengan sekali tarikan nafas dan terus menunduk tidak berani menatap matanya, tapi anehnya suasana kelewat hening sebelum ia menghembuskan nafas berat membuat ku mendongak dan memandangnya tak mengerti.

“apa kau benar-benar ingin mengetahui nya?”

“eoh” aku mengangguk “aku harus mengetahui apa yang dia inginkan, in case jika aku berurusan atau bahkan bertemu lagi dengan nya lain kali” suara ku pecah saat mengatakan lain kali dan suara terkesiap itu ternyata bukan hanya jadi milik ku

“tidak ada lain kali, kau tidak akan pernah berurusan dengan nya lagi. ia tidak akan bisa menemui mu selama nya, kami sudah mengurusnya” nada penuh dendam itu membuat ku heran

“sepertinya banyak yang terlewatkan oleh ku”

Ekspresi myungsoo terlihat seperti sudah kelepasan bicara

“apakah kau tidak berniat menceritakan nya pada ku?”

“hhh kenapa kau ingin tahu sekali sih, kau cukup mengetahui fakta bahwa sekarang kau aman bahwa aku tidak akan pernah membiarkan kejadian kemarin terulang lagi.”

Wow. Aku merasa tersanjung dengan bentuk perhatian dan rasa egois yang khas myungsoo sekali itu, tapi tetap saja aku butuh mengetahui siapa sebenarnya sesaaeng itu. Berjaga-jaga kan tidak ada salah nya.

“apa ada hal yang tidak boleh ku ketahui?” aku memandang nya dengan puppy eyes andalan ku yang biasanya berhasil meluluhkan sunggyu oppa, dan keberhasilan itu juga berlaku untuk pria tampan ini

“terkutuklah kau dan perasaan ku untuk mu kim sunhee”

Aku menahan cengiran kemenangan ku, mengabaikan kata-kata ‘dan perasan ku untuk mu’ yang baru saja ia lontarkan

 “apa yang ingin kau ketahui hah?”

“semuanya” jawab ku sambil nyengir

Myungsoo memejamkan matanya, mencoba menghapus ekspresi apa yang ia tidak ingin agar aku melihatnya. Dan ketika ia mulai berbicara dengan kedua mata yang masih terpejam aku tahu bahwa ia sedang menahan dirinya, menahan amarah.

“sesaeng itu tidak bekerja sendirian, ia punya kaki tangan. Pria yang-“ ia menahan ucapan nya melihat ekspresi ku yang pastilah shock

“lanjutkan” pinta ku

“yaa pokonya dia dapat bantuan, dan kalau soal motif aku hanya yakin bahwa ia punya obsesi terhadap ku. Setelah mengingat-ngingat rasanya aku memang pernah melihat wanita itu beberapa kali di bandara, di woollim dan bahkan di vennue konser mencoba untuk menarik perhatian ku dengan tindakan yang aneh” wajahnya mengernyit jijik “bahkan kabarnya ia pernah membunuh seorang fans yang mendapat pelukan dari ku saat fansigning”

Aku terkesiap kaget “mem-membunuh?”

“eoh, ia membunuh seseorang hanya karna merasa fans yang ku peluk itu tidak pantas untuk mendapatkan pelukan. Yaa begitu lah pokok nya”

Aku tergugu, segampang itu membunuh seseorang? Sepertinya wanita itu memang tidak waras

“lalu dimana dia sekarang?” tanya ku takut-takut

“rumah sakit jiwa, yoon jae hyung sudah mengurusnya dan tiga anak buahnya”

Aku terdiam, apakah masalah sudah berakhir hanya dengan sesaeng itu masuk rumah sakit jiwa? Apakah dia tidak punya teman-teman yang lain?

Sentuhan lembut di lengan membuat ku menoleh “tenang saja, aku sudah mengurusnya. Mereka tidak akan melakukan hal yang macam-macam, kau harus percaya pada ku”

Nada bicara yang lembut itu benar-benar membuat ku percaya, keruwetan dikepala ku langsung sirna. Karna hanya dengan wajah itu dan senyuman manis nya bisa membuat ku mampu melupakan semua masalah yang ada, hanya asal tatapan lembut itu menatap ku aku bisa melewati semua hal buruk, jika dia ada.

“apakah sesaeng itu punya kepala? Kau tahu, kepala gank atau semacamnya”

Aku menatap myungsoo tapi ia mengelak dari tatapan ku

“kim myungsoo” panggil ku

“ia bekerja sama dengan..”

Aku mengernyit bingung, “dengan?” todong ku tak sabar

“daeyon”

Oh, dengan siapa? Daeyon? Kim daeyon? Kim daeyon mantan pacar nya?

“kim daeyon?” tanya ku tak mengerti

“mian hee-yaa, ini semua gara-gara aku. Kau masuk dalam bahaya karena aku, karena obsesi daeyon pada ku. Bahwa sebenarnya ia belum bisa menerima cerita cinta kami yang sudah berakhir, ia sakit memang benar. Tapi sudah lama sembuh, dan karna ia sembuh ia tidak merasa senang. Niatnya ia akan meminta ku kembali dengan menggunkan penyakitnya, tapi ternyata ia sembuh sehingga ia mengarang itu semua. Merekayasa bukti, membayar banyak orang untuk mencari rumah sakit tempat onew hyung therapy, membayar orang dalam SM. Pokonya ia sudah lama merencanakan ini semua, mengirimi mu foto-foto itu, mencelakai jinhee, menyebarkan berita tentang sunggyu hyung, semua nya. ia melakukan semuanya”

Ada nada pedih yang bisa ku tangkap dari penjelasan itu, dan anehnya aku jadi ikut merasa pedih. Ku tatap ia, menunggu agar myungsoo melanjutkan penjelasan nya.

“ia ingin agar kita berpisah, tapi setelah melihat bagaimana aku tetap memperjuangkan mu ia mulai melakukan banyak cara kotor. Termasuk menyekap mu kemarin dan hampir membunuh mu, itu semua ia lakukan agar aku kembali padanya”

“dan apakah kau akan?”

Pertanyaan itu terlontar begitu saja, tanpa sempat aku mengeditnya. Dari semua penjelasan yang myungsoo berikan barusan, kenapa juga malah hal itu yang menganggu fikiran ku? Dasar sunhee bodoh, aku merutuk dalam hati menyesali perkataan ku sendiri.

“tidak”

“huh?”

“apapun yang terjadi, meski kau pergi meninggalkan ku, meski akhirnya aku harus melepaskan mu, jika kita harus berakhir demi kebaikan mu aku tidak akan pernah kembali pada daeyon atau mencari wanita lain.”

Kata-kata itu di ucapkan dengan tatapan sendu yang menyedihkan, dengan pandangan nanar yang di tunjukan lurus-lurus hanya untuk ku.

“kau boleh bilang aku gila, tapi aku tidak akan pernah bisa menjauh dari mu”

*******

Myungsoo sudah menceritakan semua nya, sudah mengungkapkan perasaan dan kata hati nya sejujur ia bisa. Dan sunhee bingung harus merespon dengan bagaimana, begitu banyak informasi yang gadis itu terima saat ini, dan tubuh serta fikiran nya belum cukup kuat untuk menampung itu semua.

“kau terlihat lelah” ucap myungsoo seraya mengamati wajah sunhee, mencoba mempelajari dampak yang di akibatkan oleh pengakuanya tersebut

“aku bingung” keluh sunhee

Dan myungsoo tersenyum maklum, memahami bahwa bagaimana pun gadis ini baru saja tersadarkan “istirahat lah, akan ku panggilkan eomonim”

Sunhee tetap diam dan myungsoo melangkah keluar, pria itu tidak tahu bahwa sunhee juga sedang berperang dengan perasaan nya sendiri. Ia juga baru menyadari bahwa dirinya tidak sanggup meninggalkan sang visual, bahwa ia tidak bisa menyerahkan perasaan nya begitu saja, ia cinta myungsoo, sangat cinta. Hanya saja ini semua tak semudah seperti sebelum nya, sunhee sadar bahwa ada banyak pihak yang akan memperhatikan nya jika gelar sebagai kekasih myungsoo itu kembali ia emban, akan ada banyak hati yang patah jika mengetahui semua kebenaran ini, ada banyak hal yang harus di pikirkan dan tidak bisa di sepelekan begitu saja.

Tidak lama pergi, myungsoo kembali masuk ke kamar sunhee dengan sebuah buket bunga di tangan nya.

“apa kau punya fans?” tanya pria itu, nada tidak suka kembali terdeteksi dari cara bicaranya

“eoh?”

“ini ada yang meletakan nya di depan pintu kamar mu, tapi aku tidak tahu siapa tidak ada namanya” dan myungsoo pun menyerahkan buket bunga itu pada sunhee sambil mempelajari ekspresi nya

“tulip kuning?” gumam sunhee

“apa kau tahu siapa yang mengirim nya?”

Sunhee menggeleng “molla, tapi ini ada kartunya” dan sunhee pun membuka kartu ucapan yang tersemat di antara bunga tulip berwarna kuning tersebut

To : Sun Hee

Hai sleeping beauty,

Semoga cepat sadar dan cepat sembuh ^^

“onew oppa”

“mwo?”

“bunga ini dari onew oppa” tanpa sadar senyuman manis itu mengembang di bibir sunhee, perasaan bahagia yang nyata begitu mengetahui siapa pengirim nya.

“jinki hyung? Kau yakin?”

“eoh, hanya onew oppa yang punya tulisan serapih ini” entah sunhee lupa, tidak sadar atau bagaimana tapi ia terus saja tersenyum

“cih siapa bilang? Tulisan dongwoo hyung juga bagus” cibir myungsoo “lagi pula bagusan juga bunga matahari ketimbang tulip” dipandang nya bunga berwarna kuning itu dan bibir nya mencebik tidak suka, ia cemberut. Tentu saja myungsoo sebal, fakta bahwa onew mengirimi sunhee bunga saja dia sudah kesal apa lagi di tambah fakta bahwa ternyata sunhee menyukai nya.

ketika myungsoo mengucapkan bunga matahari tanpa sadar sunhee tersipu, tapi posisi nya yang merunduk membuat myungsoo tak bisa menangkap semburat merah itu.

“uhm myungsoo-yaa”

Myungsoo pura-pura tidak mendengar panggilan sunhee dan memilih untuk sibuk dengan ponsel nya sebagai aksi balas dendam

“kim myungsoo” panggil sunhee sedikit lebih keras

Dengan malas visual infinite itu menoleh

“wae?”

“aku ingin bertemu dengan daeyon”

Perkataan sunhee yang tidak terduga sama sekali itu berhasil menimbulkan tragedy, ponsel myungsoo yang sedang di genggam sang pemilik terlepas begitu saja dan terhempas ke lantai.

“nde???”

“aku ingin bertemu dengan daeyon”

“untuk?”

“ada yang ingin aku tanyakan”

“apa?”

“aku ingin bertanya pada daeyon bukan pada mu”

“tanyakan saja nanti aku yang jawab”

“jebal myungsoo-yaa”

“tidak kau yang jebal, jebal jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Dengar aku kim sunhee, kau tidak akan pernah bertemu dengan dia lagi. Tidak akan pernah.”

Sunhee cemberut “wae?”

“tidak aman bagi mu berada dalam radius 5 meter darinya. Ia akan berusaha mencelakai mu bagaimana pun, jadi tidak”

“myungsoo-ya” sunhee mulai merengek

“tidak”

“myungsoo-ya”

“kau memang harus istirahat lagi, biar aku panggilkan eomonim” myungsoo bangkit dari duduknya, mengabaikan rengekan sunhee. Ia akan melakukan apa saja, akan menjadi siapa saja demi sunhee, agar gadis itu bahagia agar gadis itu senang dan tertawa. Ia akan mengabulkan apa pun yang kim sunhee minta sebagai bentuk penebusan dosa nya, tapi tidak dengan membawa gadis itu kehadapan bahaya sekali lagi. Tidak dengan bertemu kim daeyon apa pun alasan nya.

“jebal myungsoo-yaa, kau boleh menemani ku kalau begitu. Bagaimana pun aku harus bicara dengan nya, ada yang harus kami selesaikan.”

Ucapan sunhee berhasil membuat myungsoo membalikan badan nya

“urusan apa?” tanya nya sengit

“urusan perempuan” jawab sunhee seraya menjulurkan lidah sebal

“bilang sendiri sama sunggyu hyung dan sunhwa noona”

Dan myungsoo pun melangkah keluar kamar, memanggil nyonya kim dan seisi rumah lain nya. mengabarkan bahwa sunhee sudah sadar dan mulai minta yang aneh-aneh.

 

Myungsoo menghabiskan malam nya disana, nyonya kim meminta nya tinggal untuk makan malam terlebih dahulu sebelum pulang. Terjadi satu pengecualian hari itu, sunggyu dan myungsoo makan malam di kamar sunhee. Dengan telaten sunggyu menyuapi sunhee yang duduk bersandar pada board tempat tidur nya, menyuapi dengan penuh kasih sayang membuat myungsoo yang duduk di belakang nya hanya bisa tersenyum. Ekspresi kasih itu tidak nampak pada wajah sunhee, ia malah terlihat berfikir dan sesekali menggigiti bibir bawahnya dengan cemas membuat sunggyu mengernyit heran. Begitu suapan terakhir selesai sunggyu meletakan mangkuk bubur yang di pegang nya

“ada yang ingin kau katakan atau tanyakan saeng?”

“huh?”

“kau keliatan gelisah begitu” terang sunggyu sambil menatap sang adik

Sunhee berfikir sebentar dan melirik ke arah myungsoo yang langsung menggelengkan kepala, memberikan kode untuk sunhee agar tidak menyampaikan apa yang di inginkan nya. tapi sunhee menentang peringatan itu

“oppa” panggil nya pelan

“nde, waeyo? Ada sesuatu yang membebani pikiran mu?”

Tinggal bersama 6 pria dengan karakter dan sifat yang berbeda membuat sunggyu jadi lebih peka pada keadaan dan mood seseorang, terlebih ia adalah seorang leader jadi tanggung jawab nya besar. Maka kegelisahan sunhee benar-benar tertangkap indera penalaran nya, terlebih bisa ia rasakan aura tegang mendadak menguar dari tubuh myungsoo.

“apa aku boleh meminta sesuatu?” tanya sunhee hati-hati

“apa yang kau inginkan? Coba jelaskan pada ku”

Myungsoo menepuk jidat nya dan memberikan gesture memotong tenggorokan pada sunhee sambil berbicara tanpa suara ‘kau benar-benar minta mati’

“aku sebenar nya ingin bertemu dengan seseorang”

Alis sunggyu naik tinggi “seseorang? Siapa?”

“Kim Daeyon” jawab nya takut-takut

Hening yang panjang, hanya myungsoo yang bereaksi ia tersedak sampai terbatuk parah.  “ohok ohok” Sunggyu bangkit dari duduk nya dan memberikan myungsoo segelas air putih

“gomawo hyung” ucap myungsoo sambil mencoba menatap wajah sunggyu, tapi ekspresi sang leader tak terbaca

“aku tau oppa dan yang lain tak akan pernah mengijinkan hal ini. Tapi aku harus bertemu dengan nya oppa. harus”

Sunggyu membalikan badannya dan menghadap ke arah sunhee lagi “apa alasan mu ingin bertemu dengan nya?”

“hyung sudahlah, lebih baik kita keluar saja” myungsoo memegang lengan leader nya “dan kau, hentikan bicara yang macam-macam hee-yaa” di tatap nya sunhee dengan garang, tapi yang di tatap malahan merengut sebal “tidak kah kau mengerti bahwa kami semua berusaha melindungi mu? Kenapa masih sangat keras kepala?”

Kali ini myungsoo sudah berdiri di hadapan sunggyu, berkacak pinggang saking kesal nya dengan mata yang melotot tajam. Sunggyu tersenyum geli menyadari sikap myungsoo itu dan menggelengkan kepala nya tak habis pikir, kedua nya masih saling mencintai tapi kenapa tidak saling mangaku saja.

“ada yang harus aku selesaikan” ulang sunhee lagi

“yaa apa, sini aku saja yang menyelesaikan nya” myungsoo juga tetap keras kepala

Secepat kilat kepala sunhee menghadap ke arah nya “mwo? Tidak bisa, sudah ku bilang ini urusan perempuan”

“ya ya ya geumanhae” relai sunggyu saat dilihatnya myungsoo akan kembali mencoba untuk berargumen “kenapa jadi kalian yang bertengkar?” di pandang nya sunhee dengan tajam “apa kau yakin ingin bertemu dengan gadis itu?”

Sunhee mengangguk dengan wajah penuh harap “aku harus bertemu dengan nya. harus”

“apa yang ingin kau selesaikan?” kejar sunggyu

Sunhee tak menjawab pertanyaan sang oppa melainkan melirik myungsoo yang masih saja melotot marah, dikira nya sunhee sebal karna ia larang tapi sunggyu menangkap ada maksud lain dari lirikan sunhee pada myungsoo tersebut.

“kapan kau ingin bertemu dengannya?” tanya sunggyu lagi, myungsoo menatap sang leader dengan tatapan tak percaya sedangkan sunhee mulai penuh harap

“eh? hyung? Kau tidak salah?”

“hee-yaa, jawab aku”

Sunhee menahan senyum nya “secepatnya oppa”

“besok dokter jung akan datang, jika menurut nya ada perkembangan dan kau sudah di perbolehkan keluar rumah, lusa kau bia bertemu dengan daeyon”

“jinja oppa? kau mengijinkan nya?” tanya sunhee tak percaya

“hanya bila hasil pemeriksaan mu besok membaik dan dokter jung menyatakan kau sudah siap. Dan myungso harus menemani mu”

“hyung?”

Sunhee ingin bangun dari tempat tidurnya dan memeluk sunggyu tidak begitu memusingkan tentang myungsoo yang akan mendampingi dirinya, tapi sang oppa bergerak lebih cepat untuk menahan pergerakan gadis itu. “bagaimana hasil mu bisa lebih bagus besok kalau kau memaksakan diri begini”

“gomawo oppa, kau yang terbaik”

Dengan lembut sunggyu menarik sunhee dalam dekapan nya, mengubur wajah sang adik di dadanya dan membelai pundak ringkih itu dengan sayang. Apa pun akan ia lakukan untuk adik tercinta nya, untuk sunhee nya. lagi pula sunhee pasti memiliki alasan untuk bertemu dengan orang yang ingin mencelakai nya, alasan yang sedikit banyak sudah bisa ia tebak.

Setelah menyampaikan perasaan sayang nya untuk sang adik, sunggyu bangkit dari tempat tidur sunhee seraya mengelus pelan puncak kepala gadis itu. “istirahat lah, kami harus kembali ke dorm” pamit nya lagi

“nde oppa, hati-hati lah” balas sunhee “hati-hati juga myungsoo” tambah nya malas-malasan

Sunggyu tersenyum sementara myungsoo hanya mengangguk kaku, ia masih tidak habis pikir kemana jalan fikiran sang leader sebenar nya. bagaimana mungkin sunggyu mengkhianati nya, ia pikir sunggyu justru yang akan menentang keinginan sunhee habis-habisan. Kedua nya berlalu dari kamar sunhee dalam diam

“kalau tau begini akhirnya, lebih baik aku mengancam sunhee untuk berbicara dengan noona saja. Ia pasti setuju dengan ku untuk melarang keinginan sunhee ini” ucap myungsoo tiba-tiba

Sunggyu mendengus “kau yakin? Noona ku itu supporter nomor 1 nya sunhee, apa pun yang sunhee putuskan ia pasti mendukung.”

“tidak dengan keputusan yang ini, serius nih hyung kau mengijinkan nya bertemu dengan daeyon?”

“hanya jika dokter jung juga mengijinkan nya”

“dan jika dokter jung berkata ya?”

“tidak ada alasan bagi ku untuk berkata tidak” jawab sunggyu enteng

“hyung” myungsoo mencegat langkah sunggyu dengan tepat sebelum menuruni tangga ke lantai dasar “kau sehat? Tidak sedang mabuk kan?”

Sunggyu mendengus “aku sehat, dan aku sadar kim myungsoo”

“lalu kenapa kau mengabulkan permintaan sunhee?”

“memangnya kapan aku pernah melarang sunhee? Mencintai mu yang jelas-jelas membuat nya menderita saja ku ijinkan kok”

“hyung aku serius”

Wajah tampan yang langsung berubah jadi tegang itu membuat sunggyu tertawa dan menghentikan candaan nya

“sama seperti mu myungsoo yaa aku memang tidak menyukai ide ini, aku juga tidak ingin adik ku berdekatan dengan wanita gila itu, akal sehat ku menentang nya tapi hati ku ingin mendukung apa pun yang sedang sunhee pikirkan” jelas sunggyu lambat-lambat “lagi pula akan ada kau disana dan aku percaya pada mu, akan ada daehyun juga dan aku percaya daehyun tidak akan melanggar kesepakatan nya dengan Minji dan juga kesepakatan nya dengan mu.”

“kesepakatan dengan Minji?” tanya myungsoo tak mengerti

“dan hey ayo lah, masa kau tidak bisa menangkap maksud lain dari keinginan sunhee? Ketika ia menyebutkan tentang urusan wanita?”

Sang visual menatap leader nya dengan wajah bodoh, membuat sunggyu harus berdecak frustasi. “coba pikirkan kim myungsoo, untuk apa sunhee mau repot-repot menemui daeyon kalau tidak untuk membahas mu?”

“nde? Aku?”

Sunggyu tertawa seraya memainkan alisnya “adikk ku hanya ingin memastikan bahwa kedepan nya ia sudah bisa memiliki mu seutuh nya tanpa ancaman dari kenangan masa lalu”

Kaget, shock, bingung, tak menyangka dan tak percaya. Ekspresi itu berkeliaran dengan sangat cepat di wajah myungsoo, membuat sunggyu tak kuasa untuk menahan tawanya.

Ditepuknya pipi myungsoo “coba pikirkan lah visual kebanggan ku”

Dan sang leader pun pergi menuruni tangga sambil tertawa puas, meninggalkan myungsoo yang masih mencoba untuk mencerna semua nya dengan wajah bingung dan tak mengerti.

 

*******

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK