Ra Chel menutup matanya kemudian membuka lagi. Sepasang kaki didepannya nyata. Jadi, siapakah yang pertama kali ia temui?
Ra Chel hendak bangkit, lalu ada sebuah tangan kokoh menawarkan bantuan. Tanpa ragu Ra Chel menyambutnya.
“Tak biasanya kau langsung menerima. Biasanya kau akan menolak atau mengomel”Ucap orang itu lalu menarik tangan Ra Chel yang membuat tubuhnya ikut terangkat dan bangkit dari tersungkurnya.
Ra Chel yang tertarik ke atas, nyaris saja kehilangan keseimbangannya lagi, jika ia tak berpegangan pada bahu kokoh lelaki dihadapannya. Ra Chel mengatur napasnya, lalu tersadar. APA? BAHU? IA MEMEGANG BAHU?
Otomatis jaraknya sangat dekat dengan lelaki yang entah ia tidak tahu siapa. Dan tahukah kau jika sekarang Ra Chel berhadapan dengan dada bidang seorang lelaki yang untungnya tertutupi baju dengan sedikit renda.
“Kenapa kau terlihat aneh seperti itu?”Terdengar suara lagi.
“A..ak..aku….”Ra chel memberanikan diri mendongak.
Hingga sebuah wajah ia lihat. Wajah yang membuatnya langsung terdiam kaku.
Oh! Tampanya!, Pujinya dalam hati.
Ra Chel terus menatap wajah tampan di hadapannya, wajah berkulit putih dengan rahang kokoh menambah kesan maskulin, tetapi terlihat menggemaskan dengan matanya yang sedikit sipit. Sementara yang ditatap menaikkan satu alisnya.
“Sudah puas memujiku didalam hatimu?”Tanya Lelaki itu yang membuat Ra Chel melepas pegangannya dan menjauh.
“Aku tidak memuji”Jawab Ra Chel.
“Sudah mengaku saja. Sebenarnya kau sangat bangga dan senang aku adalah Calon pendampingmu”Balas Lelaki itu.
Ra Chel langsung menoleh pada Lelaki itu dan tahu sesuatu.
“Pangeran Edgar?”Tanyanya yang terdengar seperti memanggil.
“Ya? Ada apa Tuan Puteri Ri?”Jawab Edgar.
Ternyata benar, gumam Ra Chel.
Ra Chel yang awalnya terlihat bingung, langsung memasang wajah sedikit angkuhnya.
“Sebaiknya kau tidak usah terlalu percaya diri seperti itu. Permisi”Jawab Ra Chel lalu berbalik dan berjalan menjauh.
Edgar tertawa kecil melihat kelakuan Ra Chel yang dianggapnya Ri. Lalu mengikuti Ra Chel yang sudah lumayan menjauh.
Kenapa wajahnya familiar? Tapi seperti siapa? Tanya Ra Chel dalam hati.
Ra Chel berjalan sambil terus berpikir. Kemudian ia berhenti dan menjentikkan jari. Ia sudah tahu jawabannya.
Ra Chel berbalik dan mendapati Edgar yang bingung karena Ra Chel terlihat seperti menunggu baginya.
“Kau menungguku?”Tanya Edgar.
“Benar sekali”Bisik Ra Chel.
“Apa Tuan Puteri? Aku tidak dengar”Tanya Edgar yang hanya bisa mendengar bisikan halus Ra Chel.
“Tidak. Sudahlah”Jawab Ra Chel kemudian berbalik dan berjalan lagi.
Kenapa dia mirip seorang maknae dari sebuah Boygroup? Apa Ri tidak salah? Menolak Pria tampan sepertinya? Tanya Ra Chel sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Kenapa dia terlihat angkuh dan tidak marah-marah seperti biasanya? Biasanya ia akan mengancam menyerangku jika kugoda? Ah biarkan”Ucap Edgar lalu mengendikkan bahunya.
********
Ri yang telah sampai di dunia Ra Chel, dunia manusia modern, segera keluar gudang dan berjalan menghampiri rumah Ra Chel.
Ia mengamati rumah Ra Chel yang tampak sederhana namun terlihat sisi mewah dari tradisionalnya. Lalu ia menemukan pintu.
“Ah ini dia pintu masuk”Ucap Ri senang.
Ri hendak membuka pintu. Namun,
“Ah, Waeyo? Kenapa tidak bisa dibuka?”Tanyanya.
Ia terus mendorong-dorong pintu tetapi tetap tidak bisa dibuka.
“Eothokkhae? Apa tadi Ra Chel menguncinya dan lupa memberikan kuncinya padaku?”Tanya Ri.
“Ra Chel? Apa yang sedang kau lakukan?”Terdengar suara.
Ri menegang.
“Ra Chel?”Panggil orang itu lagi.
Ah ya, Neo paboya! Kau kan sedang menjadi Ra Chel. Gumam Ri dalam hati.
Ri secara perlahan menoleh ke sumber suara. Didapatinya wanita cantik memakai blouse abu-abu dengan rok panjang berwarna putih dan sepatu dengan hak tinggi.
“Ra Chel? Kenapa kau memperhatikan Eomma seperti itu?”Tanya Wanita itu yang ternyata Park Mira.
Eomma? Jadi wanita ini Eomma Ra Chel? Kukira temannya. Ucap Ri dalam hati.
“N..ne Eomma. Uh, aniya. Keunyang, Eomma terlihat sangat cantik. Ne, Noumu Yeuppuda”jawab Ri.
Park Mira tertawa mendengarnya.
“Apa yang kau lakukan sampai merayu Eomma seperti itu?”Tanya Park Mira.
“Ne? aniya. Aku t…ttidak melakukan apapun”Jawab Ri sambil menunduk.
Entah kenapa ia sangat gugup berhadapan dengan Park Mira.
“Hahahaha…. Sudah beritahu Eomma. Lalu, kenapa kau berdiri di depan pintu dan tidak masuk?”Tanya Park Mira.
Ri terkejut dan bingung menjawab apa.
“Itu….. pintunya sedikit susah dibuka Eomma”Cicitnya pelan.
“Jeongmal?”Tanya Park Mira.
Lalu ia maju mendekat pintu dan membukanya.
Sreelkkkkkkk………
Pintu terbuka.
“Pintunya bisa dibuka dengan mudah, kau ada-ada saja. Kajja! Kita masuk. Tidak baik lama-lama di depan pintu”Ucap Park Mira lalu tersenyum lembut yang membuat Ri terpana.
Betapa beruntungnya Ra Chel. Selama kami bertukar aku juga bisa merasakan memiliki Eomma yang baik dan penyayang. Ucap Ri senang.
Ri melangkah kaki masuk, tetapi ia sempat melirik pintu tadi dengan kesal.
Pantas saja tidak terbuka. Sampai kapanpun tidak akan terbuka jika kudorong. Pintunya terbuka dengan cara digeser. Huh,! Kesal Ri dalam hati.
Park Mira yang berada di depan Ra Chel berhenti mendadak dan berbalik. Ia mendapati Ra Chel bersungut kesal sambil melirik pintu.
“Sejak kapan kau mengubah gaya rambutmu?”Tanya Park Mira.
“Eoh?”Tanya Ri.
“Rambutmu”Ucap Park Mira.
Ri mengambil beberapa helai rambutnya yang ikal cantik itu. Ia baru menyadari jika ia lupa kalau rambutnya dan Ra Chel berbeda.
“Ah, ini Eomma? Aku baru saja habis ke…. Ke….ah salon. Tadi sebelum pulang aku ke salon dulu. Aku bosan dan mengganti gaya rambut”Jawab Ri.
Park Mira terlihat tak yakin. Namun akhirnya ia mengangguk dan berbalik. Setelah itu ia masuk ke kamar. Menyisakan Ri yang menghembuskan napas lega.
“Untuk saat ini aman”Bisik Ri pelan.
**********
Ra Chel yang sudah masuk ke Kamarnya melihat keseluruhan isi kamar Ri yang sementara ini menjadi kamarnya.
“Luas sekali. Tapi barang-barangnya sungguh antik”Ucapnya sambil melihat isi kamar yang keseluruhannya rata-rata terbuat dari kayu, pahatan, keramik dan lainnya.
Ra Chel duduk di tempat tidur. Ia mengeluarkan sehelai kain berwarna cokelat muda dengan tulisan-tulisan tinta hitam.
“Semua hal Puteri Ri”Eja Ra Chel.
Anak tunggal dari Raja Arlame, seorang Puteri dari Kerajaan Anyelir. Di Kastil hanya mempunyai teman seorang, yaitu Dayang Ros.
“Dayang pribadinya? Pantas saja ia seperti kesepian”Gumam Ra Chel.
Ayah selalu ingin aku menjadi Puteri yang lemah lembut di depan semua orang, tapi semua iu bukan Pribadiku. Kegemaranku mencari kebebasan, berjalan dan berburu, menunggangi kuda, memanah, bermain pedang, dan itu semua adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan Puteri.
“Kasihan sekali dia”Ucap Ra Chel sedih.
Oiya Ra Chel, kau harus tahu aku punya gudang pribadi tak jauh dari tempat rahasia yang ada pintu ajaibnya. Semua peralatan kegemaranku ada disana. Kuncinya terletak di kotak cokelat di bawah lemari.
Kau harus menjadi pemberani, tapi ku harap kau bisa menjadi Puteri seperti yang diharapkan Ayah. Agar Ayah bisa senang untuk sementara ini dengan sikapmu yang kuyakin berbanding terbalik denganku.
Dan kau tahu Ra Chel? Aku dan Pangeran Edgar sering beradu mulut. Dia sungguh menyebalkan! Jadi kau harus pandai berdebat dengannya.
“Aku tidak tahu yang ini bisa atau tidak”Ucap Ra Chel tak yakin sambil membayangkan wajah tampan Edgar.
Orang tua Edgar itu Raja Enderson dan Ratu Quiya, dari Kerajaan Fightern. Dan kita Kerajaan Anyelir Ra Chel. Ingat itu!.
Oiya! Jika kau sedih atau kesepian, kau bisa pergi ke taman di barat kastil. Itu taman bunga peninggalan Ibuku. Aku sering menyendiri disana, karena aku merasa dekat dengan Ibuku yang belum pernah aku tahu wajahnya. Karena Ayah bilang, ada Penyihir yang membunuh Ibuku.
“Penyihir?”Tanya Ra Chel.
Karena itu Ayah selalu melarangku kemana pun tanpa Pengawal yang kuyakin ia khawatir padaku. Tapi, selama ini aku tidak tahu banyak soal Penyihir itu. Entahlah, Ayah sepertinya menyuruh semua Penyihir enyah dari Kerajaan ini.Jangan bertanya tentang Ibu meski kau mungkin penasaran. Kupastikan kau tak akan tega melihat Ayah yang bersedih. Aku dulu pernah sekali menanyakannya saat umurku 10 tahun. Aku menuntut jawaban atas Ibuku, karena saat itu aku sudah mengerti dan bukan anak kecil yang mudah dibodohi. Tapi yang kudapatkan malah Ayah yang menangis tanpa suara. Sejak saat itu aku tak pernah menanyakan lagi. Biarkan aku hidup tanpa mengetahui Ibuku sebenarnya, asal Ayah tidak bersedih. Walaupun sesungguhnya aku ingin sekali mengetahuinya. Agar aku bisa mendoakannya setiap hari dan berterima kasih padanya karena telah melahirkanku.
Tessss…… Ra Chel mengusap air matanya.
Tidak ada yang istimewa dariku Ra Chel. Jadi tak perlu banyak yang kutulis. Aku hanya memintamu untuk menjaga Ayah dan Kerajaan ini. Dan tolong sekali, cari tahu suara seseorang yang kita dengar di tempat rahasia.
“Semoga aku bisa Ri”Ucap Ra Chel lalu melipat kain itu dan menyimpannya di sakunya kembali.
Tok….tok…tok……
“Y..Yaaaa?”Ucap Ra Chel.
Pintu terbuka secara perlahan, dan masuklah seorang wanita usia 25 tahunan dengan baju seperti Maid. Ia masuk sambil menunduk.
“Maaf Tuan Puteri, saat ini sudah tiba waktunya makan malam. Tuan Puteri ditunggu Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Pangeran Edgar”Ucapnya sopan dengan tetap menunduk.
“Biasa saja padaku, Dayang Ros. Tidak perlu terlalu seperti itu, disini tidak ada orang”Ucap Ra Chel.
Ros sedikit mendongak tapi tetap tak menatap Ra Chel.
“Tapi memang itu kewajiban Tuan Puteri. Tuan Puteri selalu meminta untuk bersikap biasa, meskipun Hamba mengangap Tuan Puteri sahabat, tetap saja Hamba seorang Dayang”Jawab Ros.
Ra Chel menghela napas.
“Tidak apa-apa, jika hanya ada aku dan k au. Kau boleh berbicara layaknya aku adalah adikmu. Tolong, biarkan aku merasakan aku tidak sendiri disini”Balas Ra Chel yang sepertinya itu adalah isi hati Ri.
Ros menatap Ra Chel dengan pandangan takut-takut. Namun Ra Chel membalasnya dengan senyuman.
“B..bb…baiklah”Jawab Ros.
“Begitu lebih baik”Balas Ra Chel.
“Lalu..... apa Tuan Puteri inginku bantu mengganti pakaian?”Tanya Ros.
“Haruskah?”Tanya Ra Chel yang sedikit malas untuk mengganti pakaian yang merepotkan ini.
“Sepertinya harus, bukankah sebelum makan malam Tuan Puteri biasanya berganti pakaian?”Tanya Ros heran.
Kening Ra Chel berkerut, ia berpikir.
“Ah, memang…. Hanya saja hari ini aku malas. Tapi yasudah, ayo bantu aku”Ucap Ra Chel lalu berdiri.
Dayang Ros membimbingnya menuju lemari pakaian yang semua isinya adalah gaun-gaun.
Wah, sementara ini hidupku seperti Princess yang ada di Disney, gumam Ra Chel.
“Apa Tuan Puteri ingin memakai yang ini?”Tanya Ros sambil menyodorkan gaun berwarna merah muda lembut yang lebih simple dengan yang dikenakan Ra Chel.
Ra Chel mengambilnya, lalu menempelkan di depan badannya sambil bercermin.
“Cantik, ya yang ini saja”Ucap Ra Chel.
“Biasanya Tuan Puteri selalu menolak memakai pakaian dengan warna lembut seperti ini”Balas Ros.
Aduh, apa aku salah bicara?
“Emmmm…. Sekali-sekali tidak apa-apa bukan? Aku hanya ingin mencoba”Ucap Ra Chel.
“Kalau begitu, mari saya bantu Tuan Puteri”Balas Ros lalu membimbing Ra Chel ke Kamar Mandi dan membantu mengganti pakaian disana.
Setelah itu mereka berdua keluar, Ra Chel menghampiri meja rias dan berkaca dengan membolak-balikkan badannya.
“Waaaah…. Tuan Puteri sangat cantik. Benar bukan yang saya pernah katakan? Anda akan sangat cantik jika memakai gaun yang lebih lembut”Komentar Ros.
Ra Chel berbalik menghadap Ros dan tersenyum manis.
“Terima kasih Ros, maaf aku tak pernah mendengar pendapatmu”Jawab Ros yang membuat Dayang itu terdiam.
Ra Chel mengambil sisir yang terbuat dari kayu, lalu mulai merapikan rambutnya. Ia mengambil beberapa helai rambutnya dari sisi kanan dan kiri, setelah itu ia menyatukan dibelakang kepala dan menjepitnya dengan pita berwarna biru tua.
“Selesai”Ucap Ra Chel.
Ra Chel berbalik dan melihat Ros yang melamun.
“Kenapa? Apa ada yang salah?”Tanya Ra Chel.
“Ya? Ah, Maaf. Tidak ada Tuan Puteri, Tuan Puteri sangat cantik”Jawab Ros.
“Kalau begitu, ayo. Aku yakin Ayah dan Pangeran Edgar sudah menunggu”Balas Ra Chel.
Ros mengangguk lalu mengekor Ra Chel yang berjalan lebih dahulu.
Tapi saat melewati lorong dan bertemu da sisi lorong, Ra Chel bingung harus menuju kesebelah mana. Ros berjalan dibelakang. Akan aneh jika ia meminta Ros berjalan didepannya.
Di drama, Puteri Mahkota berjalan didepan, dan dayang dibelakang. Gumamnya dalam hati sambil melangkahkan kaki.
Dua lorong sudah didepan mata, tanpa pikir panjang Ra Chel memilih sebelah kanan sambil menutup mata dan berdoa.
“Oh, Tuan Puteri”Panggil Ros.
Ra Chel menggigit bibirnya takut lalu membuka mata dan berbalik dengan wajah biasanya.
“Ya Ros?”Tanyanya.
“Ruang makan ada di lantai bawah. Kita salah jalan, kita akan bertemu tangga di lorong sebelah kiri. Yang Tuan Puteri lalui menuju pintu belakang”Jawab Ros selidik.
“Emmm….. apa aku melewati Sebelah kanan? Yaampun aku melamun lagi. Entah kenapa aku sering melamun. Maaf, yasudah kita lanjutkan”Balas Ra Chel tanpa mencurigakan dan berjalan melewati lorong sebelah kiri.
Dalam hati ia merutuki diri. Bagaimana jadinya jika ia tak mendapat ide secepat barusan?
Di meja makan, Raja Arlame dan Pangeran Edgar sudah duduk dengan banyak makanan tersaji di depan mereka. Mereka asik berbincang membicarakan rencana yang dilakukan Kedua Kerajaan setelah penyatuan terjadi.
Kemudian pintu terbuka, dan masuklah Ra Chel dengan anggunnya diiringi ketukan sepatu kaca yang ia pakai.
Kedua Pria beda usia itu langsung menoleh dan terkagum dengan penampilan Puteri Ri yang lain dari biasanya. Terlebih Edgar yang menatapnya tanpa berkedip. Ra Chel yang sudah berdiri di dekat meja makan, memberi hormat.
“Maaf aku terlambat Ayah, Pangeran”Ucap Ra Chel.
“Tidak apa-apa jika kau terlambat untuk tampil seperti ini. Tidak biasanya kau menjepit rambutmu”Komentar Raja Arlame.
“Ah, aku hanya ingin sedikit berubah. Aku tidak ingin mengecewakanmu dengan akan bertingkah laku menjadi Puteri selayaknya”Jawab Ra Chel.
“Menurut Ayah, seperti apapun kau, kau tetap anakku. Tapi sungguh, saat ini kau sangat cantik anakku. Bukan begitu Pangeran?”Tanya Raja Arlame pada Pangeran Edgar.
Tetapi yang ditanya tidak memberikan jawaban. Raja Arlame menoleh dan mendapati Edgar yang masih menatap Ra Chel. Ra Chel yang baru sadar hanya bisa bersemu merah di pipinya.
“Pangeran Edgar?”Panggil Raja Arlame.
“Ah, maaf Yang Mulia. Ada apa?”Tanya Edgar.
“Hahahaha, kuyakin Puteri sangat cantik saat ini, bukan begitu Pangeran? Melihat kau begitu menatapnya”Jawab Raja Arlame yang membuat Edgar alah tingkah begitu pun Ra Chel.
“Silahkan duduk anakku”Ucap Raja Arlame pada Ra Chel.
Ra Chel menggeser kursi dan duduk. Mereka pun memulai santap malam yang diikuti dengan pembicaraan tentang pertunangan besok hari yang membuat Ra Chel sedikit bingung harus menjawabnya.
**********
Ra Chel berdiri di balkon istana sambil menatap langit yang bertaburan bintang. Ia merenung tentang esok hari. Hari pertunangannya…..maksudnya pertunangan Ri yang diwakili olehnya. Ia masih memikirkan apa pertukarannnya ini tidak apa-apa? Apa disana Ri baik-baik saja?
Mungkin Ra Chel disini bisa beracting dengan baik, tapi entah apa Ri bisa menjadi dirinya disana?
Tanpa Ra Chel sadari, Edgar sudah berdiri disampingnya. Ia menatap Ra Chel yang melamun lalu menatap langit dimana tatapan Ra Chel tertuju.
“Aku tahu langitnya indah, tapi apakah kau masih keberatan atas pertunangan ini?”
Ra Chel tersentak dan menoleh.
Sejak kapan ia disini? Tanya Ra Chel dalam hati.
“Pangeran….”
“Panggil aku Ed saja, sudah kukatakan bukan?”Potong Edgar.
“Baiklah. Ed, sejak kapan kau disini?”Tanya Ra Chel.
Edgar menyeringai.
“Sejak kau melamun dan sangat lama”Bohongnya.
Lalu Edgar memajukan wajahnya.
“Apa yang kau lamunkan? Apa kau masih keberatan aku calon pasanganmu hem?”Tanya Edgar.
Ra Chel mengedipkan matanya. Ia salah tingkah ditatap seperti itu.
“Ak….ku…. tidak… aku sudah tidak keberatan”Jawabnya.
Edgar mengerutkan keningnya, lalu ia memundurkan wajahnya.
Biasanya ia akan memukul, meninju atau setidaknya mendorong walaupun salah tingkah. Kenapa ia tidak bisa menutupi kegugupannya? Tanya Edgar heran.
“Baguslah. Kalau begitu, aku bisa meminta orang tuaku dan Raja Arlame untuk mempercepat pernikahan”Ucap Edgar.
“Apa? Tidak bisa seperti itu Ed”Protes Ra Chel yang sesungguhnya panik.
Edgar duduk di kursi yang ada disana. sementara Ra Chel sibuk mondar-mandir sambil memikirkan argument yang tepat untuk menyanggah niatan Edgar.
“Kau kenapa?”Tanya Edgar sambil menatap aneh pada tingkah Ra Chel.
“Aku tidak bisa jika menikah secepat yang kau inginkan. Aku masih tahap menerima dan berusaha menjadi Puteri yang lebih baik”Jawab Ra Chel.
Lalu ia berhenti mondar mandir. Ia mengikat rambutnya dan menyanggulnya asal tanpa pita. Memperlihatkan leher putih jenjangnya.
Tanpa ia sadari Edgar terpaku melihatnya. Edgar menunduk dengan gugup setelah menyadari dan menelan air liurnya.
Apa yang ia lakukan? Umpat Edgar.
“Ed, jangan dipercepat”Pinta Ra Chel yang kini sudah ada disamping Edgar.
Edgar terus menunduk membuat Ra Chel kesal dan berjongkok didepan wajah Edgar yang menunduk. Namun Edgar memalingkan wajah sambil terus mengumpat.
“Ed”Panggil Ra Chel kesal.
Edgar berdiri sambil terus mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Aku tidak tahu, sudahlah. Aku harus ke kamar. Kau masuklah kekamar. Dan gerai rambutmu”Ucap Edgar lalu pergi begitu saja.
“Hah? Apa dia bilang? ANEH”Bisik Ra Chel lalu pergi ke kamarnya.
Sementara Edgar yang sudah sampai dikamarnya. Sibuk mengatur detakan jantungnya yang berantakan saat ini.
“Apa dia gila? Aku belum menjadi suaminya”Ucapnya.
Lalu menarik napas.
“Apa ini rencananya untuk membalasku? “Tanyanya kesal.
“Tapi………tapi kenapa hari ini jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya? Sebelumnya tidak pernah seperti ini saat bertemu dengannya”Lanjut Edgar sambil memegang dimana jantungnya berdetak.
To be continue....
Jangan lupa love sama komennya yaaa.....