Hari ketiga setelah 3 hari sebelumnya Jiyong berjanji akan kembali lagi ke coffee shop Jimin. Namun, pria yang ditunggu Jimin tak kunjung datang. Hal ini membuat Jimin tak bersemangat kerja dan kuliah. Seungri sebagai sahabat Jimin pun merasakan perubahan yang dialami Jimin hari ini.
"Jimin-ah, ada apa denganmu?" Seungri menghampiri Jimin yang sedang terduduk di meja no 7
"...."
Jimin tak mengindahkan pertanyaan Seungri, ia terdiam sambil mengamati kursi yang berada disebrangnya. Tangan kanan Jimin menompang wajahnya agar ia lebih leluasa untuk bersantai dan memikirkan pria yang sudah membuat jantungnya berkerja lebih cepat.
"Aku bicara padamu!" Seungri menjatuhkan tubuhnya di kursi yang sedang Jimin amati
"Kau ini mengganggu saja" Jimin melempar serbetnya kearah wajah Seungri
"Issh, ini kotor Han Jimin" Seungri langsung menyergap serbet yang menghalangi pandangannya
"Salahmu menggangguku dan siapa suruh kau duduk disana!" Jimin memberontak dan mendorong kasar tubuh Seungri agar keluar dari wilayah yang sedang ia kuasai
"Hahaha, tunggu... tunggu. Kau sedang jatuh cinta, ya"
Ocehan Seungri membuat Jimin terdiam dan memandangi Seungri dengan wajah lugu seperti anak kecil yang ingin minta sebuah permen.
"Jatuh... cinta?"
"Aissh, kau tidak tahu apa itu cinta?" Seungri menatap Jimin dan seringaian setan itu terukir disudut bibir Seungri
"Kau tidak tahu apa itu cinta ya? Hahaha, bagaimana bisa seorang Han Jimin dari keluarga Han tak mengenal cinta" ejek Seungri dengan tawa yang disertai seringaian
"Ya, aku memang terlalu lugu" Jimin membenarkan semua ucapan Seungri
"Tidak, kau salah. Penampilanmu itu yang membuat para lelaki tak tertarik padamu. Ayolah kau ini anak orang kaya masa tidak ada baju bagus dilemarimu, seperti dress"
Sekali lagi Jimin hanya mendengarkan saja ocehan yang tak berguna dari Seungri, ia tak peduli dengan kata-kata yang keluar dari mulut setan milik Seungri.
"Dengarkanlah ucapanku, Jimin" Seungri kesal karena ucapannya tak didengar oleh Jimin
"Kau tahu, teman wanitaku itu semuanya modis, kecuali kau Jimin" Seungri mendatarkan suaranya saat menyebut nama Jimin
"Ya! jangan samakan aku dengan boneka-boneka mu itu" bentak Jimin karena ia tak suka disamakan dengan mainan Seungri. Ia tahu kalau Seungri adalah lelaki yang suka mempermainkan hati wanita
"Maaf, tapi aku tidak bermaksud seperti itu"
"Dan aku mau membantumu untuk mengenal cinta"
Tawaran Seungri membuat Jimin terperangah dan menatap manusia yang tak berakal ini.
"Maksudmu apa? Kau ingin menjadikan aku pacarmu? Tidak mau!" tolak Jimin langsung secara mentah-mentah
"Siapa juga yang ingin menjadikanmu pacarku? Mimpi..." balas Seungri
"Kau ini..." Jimin mengangkat tangan kanannya yang hendak ia layangkan kearah kepala Seungri
"Tu...tunggu, kau ingin mengenal cinta tidak?" Seungri mencegah Jimin agar ia tak memukulnya
Jimin mengurungkan niatnya untuk memukul Seungri, sekarang kedua matanya terfokus ke wajah Seungri menunggu kata-kata yang akan diceritakan Seungri mengenai "Cinta".
"Apa jantungmu selalu berdebar kencang saat dekat dengannya?" wajah Seungri terlihat serius
Pertanyaan Seungri dijawab oleh anggukan kepala Jimin. Suasana coffee shop pun terasa hening dan hawa dingin menyelimuti Jimin, tapi keadaan hening itu langsung hilang dalam waktu beberapa detik akibat ulah dari Seungri.
BRAAK
Seungri menggebrak mejanya dengan keras seraya tertawa puas menatapi wajah Jimin yang terlihat bingung dengan sikap Seungri.
"Itu namanya pandangan cinta pertama" ucap Seungri rusuh
"Jangan bodoh! aku tidak ingin bercanda" ucap Jimin. Tubuh mungilnya ia sandarkan pada kursi saat mengetahui jawaban Seungri, kali ini ia benar-benar malas menanggapi semua ucapan Seungri.
"Aku sedang tidak bercanda, kau ini bodoh sekali" hina Seungri mengatakan Jimin bodoh dengan raut wajah yang sedang menyepelekan Jimin.
"Aku tidak bodoh, hah! Kau tau aku sudah 3 kali loncat kelas karena kecerdasanku dan yang bodoh itu kau!" protes Jimin yang memang memiliki IQ diatas rata-rata
"Pantas, karena Jimin terlalu cerdas didalam otaknya pasti sudah penuh dengan rumus matematika, fisika, dan kimia. Aku benar'kan?" Seungri mulai menggoda teman wanitanya yang satu ini
"...."
"Satu rumus yang kurang kau pelajari. Rumus cinta...." ucap Seungri yang dibarengi dengan tatapan heran dan tak percaya dari Jimin
"Mana ada rumus seperti Seungri-ya? Siapa penemu rumus itu? Isaac Newton? Thales? Einstein?"
Jimin menyebutkan beberapa penemu-penemu rumus terkenal, mendengar itu Seungri hanya terkekeh geli melihat kepolosan Jimin.
"Kau benar-benar lucu Jimin, semua orang-orang yang kau sebutkan itu bukan penemu rumus cinta" Seungri menatap Jimin dan tertawa karena jawabannya yang menurut Seungri lucu
"Ah, baiklah kalau begitu siapa penemu rumus cinta? Katakan padaku" Jimin kesal karena dari tadi dipermainkan terus oleh Seungri.
"Sepasang kekasih, laki-laki dan perempuan" jawaban Seungri berhasil membuat Jimin terhening dan menatapnya dengan tatapan ingin menyantap Seungri sebagai makan siangnya nanti.
"KYAAA! jawaban apa itu? bilang saja kalau kau tidak tahu, menyebalkan!" Jimin menghujami Seungri dengan pukulan dan tendangan maut Jimin, Seungri tampak kewalahan menghadapi serangan cepat dari Jimin
Jimin Pov's
Aku tak habis pikir dengan jawaban dari Seungri. Sungguh ia sedang mempermainkanku, bukannya itu sangat menyebalkan. Untuk meluapkan kekesalanku, ku pukuli saja manusia yang tak memiliki otak ini. Pantas saja ia tak pernah lulus mata kuliah apapun, karena Seungri tak pernah berpikir dengan baik.
"Bodoh, jawabanmu itu aku juga tahu!"
"Habis kau ini aneh mana ada penemu rumus cinta" Seungri membela dirinya. Jelas-jelas dia yang salah
"Ah, kau hanya membuang waktuku saja. Aku akan pergi!" Kulepas celemek yang menempel di tubuhku dan melemparnya kearah meja bar kopi.
"Kau mau kemana?" Seungri menanyakan kemana aku akan pergi
"Aku ada kuliah hari ini, kau lupa?" ucapku sambil meraih sebuah tas gendong dan merapikan bajuku yang agak kusut tak lupa aku memakai sebuah mantel untuk melindungi tubuhku dari dingin.
"Ah, iya aku lupa. Hehe" kulihat Seungri terkekeh. Memang ada yang lucu? -pikirku menatap aneh kearah Seungri
Sebelum aku pergi, sebaiknya aku membuat secangkir kopi hangat untuk menemani perjalananku ke kampus sekaligus mengusir rasa dingin diluar sana.
"Aku pergi" ucapku langsung menerobos hembusan angin dingin. Hari ini Korea terasa dingin, karena beberapa minggu lagi Korea akan diselimuti gula halus yang terasa dingin yang turun dari langit. Kalian mengerti maksudku? Musim salju atau dingin akan tiba.
Aku mengenakan mantel yang sangat tebal, karena tubuhku tak tahan dengan cuaca dingin. Sekali saja aku terkena angin yang dingin maka bisa dipastikan tubuhku dapat berkeringat hebat dan membuat kinerja jantungku lemah. Sebenarnya itu semua karena penyakit bawaan dari ibuku.
Selama perjalanan menuju halte, aku melewati sebuah gang kecil dan terlihat seorang anak laki-laki sedang ternganga kearah gang kecil itu.
"Apa yang kau lihat?" Aku penasaran dengan yang dilihat anak kecil itu
"Mereka sedang apa nunna?" anak lelaki itu menunjuk kearah gang dan aku mengikuti arah tangan anak kecil itu. Betapa terkejutnya aku menemukan sepasang kekasih sedang berciuman dengan mesra.
"Ci...ciuman" ucapku tergagap karena menyaksikan adegan yang baru kulihat ini
GREEP
Sebuah tangan yang cukup besar menghalangi pandanganku dan kurasa pandangan anak lelaki yang masih polos itu juga terhalangi oleh tangan ini. Aku merasakan seseorang menggiring tubuhku dan mungkin tubuh bocah lelaki itu juga untuk menjauh dari gang kecil tersebut.
Tangan itu mulai terlepas dan membiarkan kami untuk melihat kembali. Aku mencoba mengerejapkan mataku untuk menyesuaikan dengan cahaya disekitar. Lalu, aku menengok kearah pemilik tangan yang menutup mataku. Aku kaget dan tidak ku sangka ternyata yang menutup mataku dan bocah lelaki itu adalah Kwon Jiyong. Lelaki yang ingin sekali kutemui.
"Bagaimana bisa kau membiarkan anak sekecil dia melihat tontonan yang tidak senonoh seperti itu" Jiyong menceramahiku dan menyalahkan akan sikapku
"Dan kenapa kau malah ikut menonton? Kau ini benar-benar mesum" ucapnya lagi
Tunggu, apa dia bilang aku mesum? Itu salah, aku tidak seperti itu -aku mencoba mencerna perkataan Jiyong
"K...kau salah, aku tidak seperti itu" belaku dan aku tak terima dengan ucapannya
Jiyong berjongkok agar bisa menyamai tinggi bocah lelaki yang masih tampak shock itu.
"Adik manis, yang tadi jangan kau lakukan ya. Kalau dilakukan nanti kamu bisa masuk penjara. Kamu mau masuk penjara?" ucap Jiyong sedikit membohongi anak kecil itu
Anak kecil itu langsung menggeleng cepat saat mendengar kata "masuk penjara"
Aku tahu Jiyong sedang berbohong, mana ada orang ciuman bisa ditangkap polisi. Dasar pembohong anak kecil.
"Baguslah, sekarang pulanglah. Diluar sedang dingin nanti kau sakit" ucap Jiyong sambil meletakkan tangannya yang cukup besar diatas kepala anak itu dan mengusapnya secara lembut
Bocah laki-laki itu pun berlari kecil meninggalkan kami berdua. Tunggu, kami berdua? itu berarti hanya ada aku dan Jiyong. Kutatap tubuh Jiyong masih terjongkok dan matanya masih menatap kearah bocah laki-laki yang berlari menjauh darinya. Lalu, kepalanya menengok ke belakang tepatnya kearah wajahku. Aku sangat malu saat matanya menatap mataku.
"Kau..." Jiyong berdiri dan memutar tubuhnya
"Ada apa?" aku terlihat gugup tiap kali harus berhadapan dengan Jiyong
"Kopimu nanti dingin" ucap Jiyong dan aku memang menangkap matanya sedang teralihkan kearah gelas berisi kopi yang sengaja kubawa
"Aku memang tak suka kopi" ucapku sambil memainkan jemariku digelas kopi yang kupegang
"...."
"Ikut aku" Jiyong menarik tangan kananku
"Kau mau ke halte kan?" tanyanya dengan langkah yang cukup cepat
"Ne..."
Ia melangkahkan kakinya cukup cepat dan terpaksa aku harus berjalan cepat pula untuk mengimbangi langkahnya, kalau tidak aku akan terjatuh. Hanya dengan waktu 5 menit aku dan Jiyong telah sampai di halte. Biasanya aku akan sampai di halte sekitar 15 menit. Aku cukup lelah berjalan cepat seperti tadi. Jiyong mengantar tubuhku untuk duduk di bangku panjang yang ada di halte.
"Kita bertemu lagi" ucapku tesenyum tipis
Jiyong membalas senyumanku dan kurasa ia juga senang bisa bertemu kembali denganku.
Jimin Pov's End
-To Be Continued-
RCL please ^^