Aku dan Taewoo jalan-jalan di taman. Aku bingung memikirkan cara agar Gongchan ingat padaku. Gimana ya??? Batinku. "Hei... Mau jalan berapa lama lagi? Kita sudah 2 jam disini" kata Taewoo. "Cerewet sekali... Biasanya kau diam saja... Tumben bicara" kataku. "Aku hanya...", "ah... Mianhae, aku lagi sensi", "oh... Gwaenchana, aku mengerti". "Ya sudah, ayo kita pulang..." Kataku sambil mengikat rambut, "terus... Apa kau sudah memikirkan caranya?", "eung... Aku bingung, nanti saja waktu di rumah", "ah~ oke...", "oh iya, besok ketemu lagi ya di sekolah... Jangan tidak masuk", "baiklah... Mana berani aku tidak masuk, kita kan sekelas. Kalau aku kabur, kau akan menghajarku", "kau ini?! Sudah, ayo pulang" aku berbalik badan dan jalan. Taewoo mengikutiku dari belakang. "Taewoo... Karena searah... Ayo naik taksi bareng...", "jangan, taksi mahal.. Naik bis saja" langsung jalan ke halte. Ah... Masih hemat saja tuh orang batinku. Aku dan Taewoo duduk bersebelahan. Taewoo dari tadi melihat keluar jendela. Dia kenapa? Batinku. Aku bingung, besok... Apa yang harus kulakukan???. Gongchan-a... Eotteohkaji?. Taewoo mengantarku sampai depan rumah. Dari halte rumahku sampai depan rumah, dia tidak bicara sama sekali. "E... Sudah sampai, gomawo..." Kataku, "eung, cheonmaneyo..." Katanya tersenyum. Saat dia berbalik badan, "oppa..", "wae?" Dia nengok, "neo... Gwaenchana?", "eh?!", "ah... Ani, aniya... Ya sudah... Hati-hati di jalan... Annyeong" aku langsung masuk rumah. Malamnya di kamar, aku mengunci pintu lagi. Aku tiduran di tempat tidur. "Besok??? Kira-kira, apa yang akan terjadi besok?? Aku harus gimana?" Kataku. Aku takut untuk menghadapi besok batinku. Jantungku terus berdebar... Aku panik. Aku tidak bisa tidur, aku terus menatap langit-langit. Lalu, aku menoleh ke lemariku. "Kenanganku dan oppa.... Hmm.... Ah~ sudah hilang... Aku harus bagaimana?". "Sudah jam 1.... Aku tidur saja... Paling tidak.. Aku dibantu Taewoo". Setelah lama berpikir, aku-pun tertidur.
Keesokannya... "Seon-a, ayo bangun" teriak eomma dari luar, "eum, arasseoyo", "ah, itu... Temanmu ada di bawah" tambah eomma. Apa? Teman? Batinku. Aku langsung bangun dan bersiap-siap. Aku turun dan sarapan. "Taewoo, kok kamu...", "makanlah, nanti ke sekolah bareng" katanya sambil makan apel, "aigoo... Sejak kapan kau dekat dengan Seonji? Aku tidak pernah mendengar kalau Seonji punya teman namja semenjak SMA" kata eomma. Taewoo cuma tersenyum dan bingung. Aku juga bingung, "ah... Eomma" kataku. Selesai makan, kami berdua naik bis ke sekolah. "Sebenarnya, kau tidak perlu repot-repot ke rumahku", "ah, aku hanya mau membuktikan kalau aku tidak kabur" tawanya, "aishh, kau ini", bis lalu berhenti dan membuka pintu, "ayo turun, sudah sampai". Aku hanya mengangguk dan keluar. Pertama kali, aku ke sekolah bareng Taewoo. Maksudku, cuma berdua. Aku merasa awkward. Sampai di depan kelas, aku melihat Dabin. "Ya! Seonmangchi!", "annyeong Dabin-a", "annyeong... O! Taewoo", "hai..." Lalu Taewoo cepat-cepat masuk ke kelas. "Ada apa dengannya?" Tanya Dabin, "ayo masuk" kataku menariknya. Saat duduk, "Seonmangchi... Sejak kapan kau dekat dengannya?", "hah? Aku... Aku...", aku lupa~ dulu kan aku tidak dekat dengannya... Sebelum Gongchan mengenalkanku dengan Baewon dan Baewon mengenalkanku dengan Taewoo batinku. "Ya! Jangan bengong" teriak Dabin, "ah! Aku cuma... Ih, kau ini kepo saja... Dia kan sekelas sama kita, wajar saja aku berteman dengannya" reflek ku gugup. "Kau kelihatan aneh" tambahnya. Akhirnya, bel masuk berbunyi. Hari ini tidak belajar karena sudah selesai ujian. Kegiatan hari ini adalah bersih-bersih sekolah dan persiapan festival apalah gitu... Aku tidak mau tahu. Aku tidak ada kerjaan, jadi aku duduk di kelas dan menggambar-gambar di bukuku. "Ya, Seonmangchi... aku bosan.. Jalan-jalan yuk" kata Dabin samperin aku. "Oh, ok.." Aku berdiri dan jalan. Lalu, aku melewati kelas Gongchan. Diam-diam aku mencari dia lewat jendela. "Kamu cari siapa?" Tanya Dabin, "oh, tidak.. Hanya melihat-lihat saja" kataku. Ah~ aku melihat Gongchan. Sedang duduk dengan teman-temannnya. Dia tertawa ceria. "Siapa sih yang kau cari??" Dabin kepo, "oh!!!! Dia ternyata... Aku panggilin ya", aku tarik tangan Dabin, "ngapain sih... Tidak usah.. Ayo jalan". Aku tarik tangannya dan pergi. "Ya, neo waeirae? Dari kemarin cari dia.. Kau kenal? Atau jangan-jangan kau suka lagi sama dia???" Ejek Dabin. "Aku... Aku cuma... Ah, lupakan.. Aku sendiri juga bingung" kataku, "pffftt... Mwoya? Kau aneh.. Tapi... Kalau kau suka sama dia... Sayang sudah tidak ada tempat" kata Dabin cemberut, "hah? Maksudmu?", "kau lupa??? Dia sudah punya pacar" jawab Dabin, "yeojachingu?? Mwo yeojachingu??", "kau lupa atau gimana sih... Kan waktu kelas 11, hari valentine.. Mereka kan dinobatkan sebagai pasangan ter-serasi" jawab Dabin sambil melotot. "Mereka? Nugu?", "Gongchan dan Cheonmi... Siapa lagi". Aku hanya diam. "Ah kau ini... Pelupa banget" tambah Dabin. Apa? Gongchan sudah punya pacar?... Pacarnya Cheonmi?! Batinku. Cheonmi itu... Dibilang temanku juga bukan, dibilang musuh juga bisa jadi. Dia orangnya baik tapi... Dia selalu berambisi untuk menjadi yang terbaik. Dia selalu deketin Gongchan, oppa tidak peka tapi aku peka. Makanya setiap dia datang, aku selalu menghindar. Bisa dibilang, dia rival terbesarku. Eotteohke???? Batinku. "Sudah ah, balik yuk..." Dabin menarikku.
Ah?! Heum... Eung... Pfftt... Dia sudah punya pacar batinku. Aku memang sedih, tapi aku tidak menyalahkannya. Menboong... Mental breakdown... Batinku. Dabin balik dulu ke kelas dan aku pergi ke toilet. Aku cuci muka. Menenangkan diri. Setelah itu aku keluar... Waktu belokan, "aigoo..." Aku nabrak orang. "Mianhaeyo..." Aku menunduk, "ah.. Gwaenchana.." Kata seorang namja. Oh! Ternyata Gongchan batinku. "Eung! Kamu yang waktu itu kan" katanya, "ah.. Itu..", "oh.. Kau tau namaku tapi aku tidak tau namamu.. Namamu siapa?" Tanya oppa sambil senyum, "aku..." Kataku gugup. Tiba-tiba, "oppa-ya!!!" Cheonmi datang, "kau sedang apa? Ini siapa?” Tanya Cheonmi. Merusak suasana saja batinku. “Oh… dia teman baruku” jawab oppa, apa? Teman? Batinku, “jinjja? Annyeong… Cheonmi-imnida”, “ne.. Seonji-imnida”. Gongchan langsung melihatku dan sepertinya sedang berpikir. “Ah! Oppa… tolong aku sebentar, itu bannernya mau pasang dimana?” tarik Cheonmi, mereka berdua pergi. Lalu Gongchan nengok, “Seonji-a! nanti ketemu lagi ya!” teriaknya. Pasti! Harus! Batinku. “Ok!” teriakku. Sayang sekali, aku tidak bisa bicara banyak dengan oppa.
Aku kembali kelas. “Oh my God!!!! Aku harus ngapain??? Aku bosan…. Bin.. cariin aku tugas dong….” Kataku sambil geleng-geleng kepala di meja, “kerja apa? Aku juga bingung” kata Dabin, Taewoo tiba-tiba datang berbisik ke aku. “Jinjja? Baguslah… aku mau!!!” jawabku, “mau apa???” Dabin kepo, “itu…. Kan nanti ada festival.. OSIS butuh orang, aku mau ikut!” kataku berdiri, “jinjja?? Tapi… dibayar tidak?” Tanya Dabin, “eum… bukan bayar dengan uang, tapi voucher makanan” kata Taewoo, “asa!!!! Aku ikut!” Dabin berdiri, “aishhh… giliran ada sesuatu baru deh mau..” kataku. Dabin keluar. Saat mau berjalan, Taewoo pelan-pelan menarikku, “jadi… apa rencanamu?” bisiknya, “aku… aku bingung… complicated banget… nanti saja ya. Aku masih pusing” kataku sambil lanjut berjalan. Ah!!!! Aku bingung… eotteohke? Batinku. Sampai di ruang OSIS, “Baewon-a, ini… katanya butuh orang” kata Taewoo, “oh! Annyeong, Baewon-imnida..” kata Baewon yang sedang membereskan laporan di meja, “Seonji-imnida”, “Dabin-imnida”, “jadi… nantikan ada area-area games, kami membutuhkan penjaga area tersebut. Kebetulan, OSIS kekurangan orang dan tahu sendirilah.. anak-anak disini cuma mau main tidak mau bekerja” kata Baewon, “oh… kami siap membantu” kataku, “bagus.. aku suka semangatmu! Nah, ini kertas tentang peraturan, jadwal, dan apalah gitu… kalian ambil” tambah Baewon. “Untuk area mana yang kalian perlu bantu, akan aku kasih tau besok” kata Baewon. “Ne..” kata Dabin. Kemudian, kami balik kelas. “Taewoo-ya… tadi itu temanmu?” Tanya Dabin, “iya”, “dia keren sekali… kalau tidak salah dia anggota basketkan?”, “majayo”, “terus.. kamu anggota basket bukan?”, “kau ini… kepo banget sih… Taewoo ketuanya” kataku, “jinjja???”, Taewoo mengangguk. “Kenalkan aku dengan Baewon dong…” kata Dabin, Taewoo kaget dan menoleh ke aku. *Kenalin saja, gerak mulutku. “Oh.. baiklah” jawab Taewoo. Dabin tertawa gembira.
Di ruang seni, aku, Dabin, dan Taewoo disuruh membuat poster dan gambar-gambar. Cuma kami bertiga? Mereka sebenarnya malas atau beneran butuh orang? Batinku. Poster yang kita cat sendiri bukan dari komputer. Aku tidak tahu kenapa harus buatan tangan… apakah karena mereka malas? Atau ingin kreatif?. Aku berdiri dekat jendela dan Dabin dekat papan tulis. Taewoo… loh mana dia? Batinku. “Bin, Taewoo mana?”, “oh… dia tadi keluar. Katanya sih dicariin OSIS” jawab Dabin, “ah~geurae”. Aku ngantuk, tapi sinar matahari di depanku menyemangatiku. Karena cat-ku habis, aku pergi ke lemari untuk mengambilnya. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Aku dan Gongchan pernah kesini diam-diam sebelum mempublikasi hubunganku. Hihihih… mempublikasi, sudah seperti artis saja batinku. Aku lihat sekelilingku. Aku ingat sekali.. aku dan Gongchan mengambil canvas dan mencorat-coret dengan cat. Kami bermain cat dan tidak sengaja pipiku terpukul tangan Gongchan. (flashback) “neo gwaenchana?”, “ah.. na gwaenchana”, “sini aku lihat” kata oppa sambil memegang pipiku, “aigoo…” katanya lalu *chukk. Pipiku dicium. Itulah pertama kali Gongchan menciumku. “Ya! Seonmangchi! Ngapain cengar-cengir sendirian?” pukul Dabin dari belakang, “omo! neomu apa Dabin-a!” teriakku, “mianhae, lagian bengong sambil ketawa lagi” Dabin geleng-geleng. “Itu… bantuin aku angkat canvasnya ke dekat jendela” kata Dabin, “eung, arasseo”. Canvasnya besar dan agak berat. “Ah… akhirnya. Oh iya, aku ke toilet dulu ya bentar” kata Dabin, “ok” balasku. Ah! Canvas bekas aku corat-coret sama oppa masih ada tidak ya? Batinku. Aku mencarinya.
Ternyata disini, dibalik tumpukan canvas tak terpakai samping lemari. “Eung… Cuma ada bekas coretanku” kataku. Aku terus menatap canvas itu. Benar-benar… sulit dipercaya. Aku dan Gongchan sekarang benar-benar strangers. Tiba-tiba, air mataku menetes. “Ah~ kok aku nangis ya” senyumku sambil mengelapnya. Lalu, “permisi… ini ada tambahan” kata seorang namja dari belakangku. Aku menoleh, ah~ Gongchan oppa. Aku langsung membersihkan air mataku. Gongchan mendekatiku dan aku berbalik. “O! Seonji-a, ternyata kamu yang membantu?”, aku mengangguk dan tersenyum, “ini, ada tambahan lagi.. maaf jadi ngerepotin” senyumnya, “ah… gwaenchana. Lagipula aku tidak ada kerjaan” kataku, aku mengambil kertas sketsanya. “Oh… kamu habis nangis?” Tanya oppa, “em… tidak kok… ini cuma…” aku bingung menjawabnya, “kamu kenapa? Jangan menangis…” kata oppa, aku terdiam dan terus menatapnya. Oppa-ya, ini aku Seonji batinku. “Oh iya… ini ada permen” keluarkan permen dari saku, “untukmu. Sudahlah jangan menangis, tersenyumlah. Semoga saja permen ini bisa membuatmu baikkan” senyum oppa. Lalu, dia mengambil tanganku dan memberinya. “Geurae, gomawo” balasku. “Jalhaesseo…” oppa menepuk kepalaku pelan. “Ya sudah, aku keluar dulu ya. Masih ada yang aku harus kerjakan… annyeong” oppa berjalan keluar. “Oh… dia menepuk kepalaku” kataku. Seperti dulu, waktu aku menangis dia selalu menepuk kepalaku dan mencium keningku. Permen itu ku simpan di sakuku. Kesukaan oppa dengan permen benar-benar tidak berubah.
Lalu, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. “Astaga..” aku langsung lari keluar. “Gongchan oppa!” teriakku. Aku mencarinya. Saat di koridor lantai 3, ternyata ingatanku benar. Tak jauh dari depanku, aku melihat tangga lipat dan seorang namja diatasnya. Dia sedang mengecat banner. Aku berjalan perlahan mendekatinya. Eotteohke? Batinku. Kemudian, Gongchan keluar dari pintu samping kiri namja itu. Aku berhenti dan berbalik. Tidak terjadi apa-apa? Batinku. Lalu, aku menoleh dan ada 1 namja yang berlari kemudian menabrak Gongchan. Namja itu lari begitu saja. Aku lihat Gongchan menabrak tangga itu dan namja diatasnya mau jatuh. Oppa!!! Batinku. Aku berlari ke oppa dan mendorongnya. Dan *dug.. brakk… namja itu jatuh, tangganya juga. Aku jatuh tertimpa tangga dan bajuku tersiram cat biru. Namja itu jatuh di sampingku. Kepalaku berdarah karena hantaman keras dari tangga. Gongchan melihatku dan langsung memapahku berdiri. “Seonji-a… neo… gwaenchana” Tanya oppa, aku tidak menjawab. Gongchan oppa memapahku dan baru beberapa langkah…. Aku pingsan.
~TBC~