Aku... aku tidak tahu harus bagaimana. Aku mengurung diri-sendiri di kamar selama 2 hari. Tidak keluar dan tidak makan. Hanya air mineral yang ku teguk sambil menangis. Aku tidak bisa bangun dari tempat tidurku. Aku hanya bangun untuk ke toilet yang berada dalam kamarku. Tidak habis pikir, malapetaka datang begitu saja. Mencabut nyawa seseorang yang sangat ku cintai. *Tok..tok.. "Seonji-a, ayo makan... sudah jam 2 siang" kata eomma, aku tidak membalas. "Kamu tidak boleh terus-terusan begini" kata eomma. "Aku tau, kalau kau sangat sedih... tapi...", "sudahlah, jangan kita ganggu.. biarkan dia menenangkan diri" bisik appa ke eomma. Aku hanya diam menatap scrapbook pemberian oppa. Lalu, air mata ku mengalir lagi.
Keesokan harinya (hari kamis) tepatnya jam 1 siang adalah upacara pemakaman Gongchan oppa. Keluargaku dan keluarganya mengenakan pakaian serba hitam. Aku duduk disamping imo, depan foto oppa yang dikelilingi bunga putih. Seharian aku tidak menyapa siapapun termasuk keluargaku dan temanku. Selama upacara, aku hanya duduk diam dengan tatapan kosong. Melihat banyak orang yang berlalu lalang di depanku. Aku sudah berhenti menangis karena air mataku habis. Sekarang giliranku melihat orang sekelilingku menangis. Selesai upacara, Dabin, Taewoo dan Baewon menemaniku. "Seonji-a, kamu harus makan" kata Baewon, aku menggelengkan kepalaku pelan, "kamu tidak boleh begini, kamu bisa sakit" kata Dabin sambil mencoba untuk menyuapiku, aku menggeleng lagi, "Seon-a, kamu... makanlah, demi Gongchan. Dia akan sedih melihatmu seperti ini disana, jika dia sedih.. maka dia tidak bisa pergi dengan tenang.." kata Taewoo, Dabin dan Baewon langsung menatap dia. Selama ini dia hanya diam dan sekarang akhirnya dia bicara. Aku langsung melihat Taewoo dan pelan-pelan aku menangis lagi. Setelah itu, aku mengambil sendok di tangan Dabin dan makan. Sambil makan aku sambil nangis. "Seon-a, makan pelan-pelan... nanti tersedak" kata Dabin.
Setelah makan, aku meminta mereka bertiga untuk menemaniku jalan-jalan di taman. Di taman, aku tidak berbicara apa-apa. Hanya melihat bunga, langit dan pohon. Dabin terus menggandengku dan tersenyum. Taewoo dan Baewon mengikuti dari belakang. Lalu, karena lelah berjalan.. Dabin dan aku duduk di kursi taman. "Kamu... apakah kamu sudah baikkan?" tanya Dabin, "mungkin" jawabku pelan, "Seon-a, tersenyumlah... paling tidak Gongchan bisa melihatmu tersenyum" kata Baewon, aku tersenyum sebentar, "sepertinya, kita harus balik sekarang... tadi Miyeon sms" kata Taewoo. Kami berempat-pun balik ke ruangan tadi. Sebelum pulang, Dabin memelukku. "Kalau ada sesuatu... beritahu kami ya. Kami siap membantu" kata Dabin. Kemudian, aku dan keluargaku juga pulang.
Di perjalanan, aku terus bengong menatap luar jendela. Tiba-tiba aku teringat perkataan kakek misterius kemarin. Apakah aku benar-benar harus kesana? batinku. Jika aku kesana... apakah dia bisa membantu? pikirku lagi. Karena aku panik dan penasaran, saat sampai di rumah aku langsung ganti baju dan keluar. "Seonji-a, kamu mau kemana?... hey..!!!" teriak eomma di depan pintu, tapi aku tidak menyahut. Aku lari secepat mungkin. Aku menunggu bis di halte tapi bis-nya tidak datang-datang, akhirnya aku naik taksi. "Ahjussi, ke CNU cafe..." kataku, "ne, algetseumnida", "ppalli juseyo..." tambahku. Sudah jam 5, aku harap toko itu masih buka batinku. CNU cafe adalah patokanku karena aku tidak tahu nama toko antik itu. Setelah sampai, "ini uangnya... simpan saja kembalian-nya", "ne..kamsahamnida", lalu aku menutup pintu. Aku lupa jalannya jadi aku harus putar-putar mencari toko itu. Beberapa saat kemudian aku menemukan sebuah gang dan aku jalan ke dalam. "Toko antik.." kataku. Tapi, pintunya terkunci. Lampunya juga mati. Karena sudah datang dan nekad maka aku menunggu disana. Aku tunggu sampai jam 8 lewat. "Mana orangnya, katanya terbuka untukku kapan saja" kataku. Lalu, lampunya menyala dan pintu itu terbuka sendiri. Aku langsung masuk ke dalam. "Kakek... kakek... mana orangnya?" panggilku tergesa-gesa, "akhirnya kau datang juga nona" kata kakek itu dari belakangku, aku kaget. "Aku..", "jangan bicara dulu.. saya tau kamu pasti datang cepat atau lambat. Kamu datang kesini untuk minta pertolongankan?", aku mengangguk, "baiklah.. aku akan membantumu. Saya tahu bahwa tunanganmu akan pergi jadi, saya telah menyiapkan ini untukmu" katanya sambil berjalan menuju lemari tua. Darimana ia tahu? batinku. "Ini dia.." mengeluarkan sebuah kertas putih pucat yang berdebu, digulung dan diikat dengan tali merah. "Apa ini?" tanyaku, "ini akan terdengar gila, tapi... kalau kau mau saya tolong maka kau harus menurut", "ehm... baiklah, akan ku lakukan apapun asal kakek bisa menolongku", "jadi, kakek akan memutar balikkan waktu dan kau harus selesaikan misi ini. Saat kau kembali ke masa lalu, tunanganmu akan lupa segala hal mengenai kamu, intinya dia sama sekali tidak mengenal kamu dari awal. Kamu tidak pernah ada dalam ingatannya... begitu juga orang sekeliling kamu... akan lupa segala hubunganmu dengan tunanganmu. Nanti kamu tahu sendiri detailnya. Dalam 14 hari sebelum kematiannya, kamu harus membuat dia ingat padamu... dan kertas ini harus ditanda tangani oleh dia. Kamu mau dia hidup lagi kan? jika iya, kamu harus menukar nyawa dengan nyawa. Jika kertas ini sudah di tanda-tangan, maka dia akan hidup dan kamu akan mati. Dan... kalau dalam 14 hari ini kamu tidak bisa mendapatkan tanda-tangannya maka dia akan tetap mati dan kamu akan tetap hidup. Jika dia ingat kamu tapi kertas ini masih kosong, maka dia akan tetap mati. Jika kertas ini berisi tapi dia masih lupa padamu maka dia juga akan tetap mati.... algetji?" kata kakek itu, "apa? putar balikkan waktu? tukar nyawa? apa maksudmu?....", "Oh iya, satu lagi.. jika dia ingat padamu maka otomatis orang sekeliling kalian ingatannya kembali". " Mwo? maldo andwaeyo, jangan mempermainkan aku" kataku marah, kakek itu hanya diam dan melihatku. "Kalau begitu... kamu pikirkan dulu saja... jika kamu setuju maka kembalilah, akan saya tunggu jawabanmu sampai besok jam 5 sore" katanya sambil berjalan ke kasir. Aku tidak menjawab dan langsung pergi.
Di rumah, aku mondar-mandir di kamarku. Pikiranku mulai kacau... "apa? putar balikkan waktu???? apa maksudnya???? dia sudah gila ya??? emang dia siapa???" kataku sambil berjalan. Lalu, aku tiduran di tempat tidur dan mengambil hp. Baewon... ah, dia mah tidak percaya mistis... Dabin.... pasti menganggapku gila.. kalau Taewoo...... udah jam 9, udah tidur belum ya? ya udah deh dia aja. Ku telepon Taewoo. "Oppa-ya... jigeum mwohae?", "aku lagi baca buku, wae?", "itu... eh... oppa, kamu percaya mistis tidak?", "hah? mistis? apa maksudmu?", "jawab saja... percaya atau tidak?", "kalau aku.. percaya tidak percaya, tapi kalau mistisnya bisa dibuktikan maka aku percaya", "jinjja? ah, geurae..", "emangnya kenapa?", "ani.. cuma nanya, ya udah... gomawo" aku tutup telepon. Benar juga... kalau mistisnya bisa dibuktikan maka.... percaya saja batinku. Tapi... jinjja??? putar balik waktu??? no no no... maldo andwae... aku tidur saja batinku.
Keesokan harinya, aku... sudah gila ya? batinku. Aku berdiri di depan toko antik itu jam 3 sore. Masuk tidak ya? aduh.... menyebalkan batinku. "Ah.. masuk saja" kataku sambil membuka pintu. "Kau sudah memutuskan nona?" tanya kakek itu di kursi kasir. "Iya... aku terima misi itu... aku tidak boleh menyia-nyiakan bantuan orang lain, jadi..... aku setuju saja" kataku. "Baiklah..." katanya sambil berjalan mendekatiku dan memberikan kertasnya. "Ah... aku hampir lupa. Nanti saat kau kembali, akan ada 1 orang yang membantumu. Orang yang kau kenal", "jinjja? nugu?", "cari tahu sendiri... aku tidak tahu siapa", aku mengangguk. "Kamu sudah siap?" tanya kakek, "apa? sekarang? tapi aku...", "jika kamu ragu... kamu tidak akan datang kesini", "ok, baiklah". Kakek itu menutup semua jendela dan pintu. Lampunya juga dimatikan, sisa lampu kecil di kasir yang berwarna kuning. Dia mengeluarkan sebuah jam rantai dari kantongnya. Aku genggam kertas itu dengan erat. "Junbi... *klik, annyeonghi gaseyo.." katanya, tiba-tiba toko ini bergetar dan lampunya nyala-mati-nyala-mati. Kemudian aku melihat cahaya yang sangat terang. Dan................
*Ding...dong....deng....dong.... "Ya! Seonmangchi! bangun!!!! sudah pulang....bel sudah bunyi!!!" teriak seorang yeoja. Aku bangun. Hah? aku tertidur di meja kelas batinku. "Oh, Dabin-a.." kataku, "ayo pulang... atau kau mau tinggal di sekolah?" tawanya. "Aku??? ah... oh iya, lihat hp kamu dong" langsung ku tarik hp-nya dari tangannya, "neo waeirae?? kok panik?" tanya Dabin. #12 Mei 2014... berarti aku sudah kembali batinku. "Hah... aku tidak apa-apa" sambil mengembalikan hp. Lalu, ku ambil hp-ku di saku baju dan melihat apakah ada foto Gongchan oppa atau contact-nya tidak. Setelah ku lihat, aku tidak punya nomornya dan foto-foto aku dan oppa masih ada tapi.... hanya aku saja yang di dalamnya. "Ya! ayo pulang... ppalli..." Dabin menarikku. Di koridor, "Bin... bentar deh" aku langsung lari ke kelas Gongchan, "ya, mau kemana" Dabin ikut lari. Aku mencari oppa dengan melihat ke jendela, tapi tidak ada. Lalu, aku pergi ke perpustakaan. "Mau ngapain?" tanya Dabin, "sudah... ikut aja". Lalu, saat mendekati rak buku ensiklopedia. "Shttt... jangan berisik" bisikku ke Dabin. Ah! aku melihat oppa! Dia... dia... dia hidup kembali!!! batinku. "Kamu lagi liatin siapa?.... Oh..... dia.... aku samperin ah.." Dabin langsung masuk ke belokkan rak. "Ya... neo mwohae.." teriakku pelan dan mengikutinya. Aku berdiri di belakang Dabin. "Chingu-ya... nih temanku mau kenalan" kata Dabin menunjukku. Gongchan oppa hanya menoleh dan tersenyum. "Gongchan-a..." reflek ku. "Kamu tahu namaku?" kata oppa. Aku langsung panik dan menarik Dabin pergi. Dabin kaget dan... "Bye... zai jian (bye dalam mandarin) chingu..". Gongchan masih tersenyum dan diam. Setelah di luar, "apa yang kau lakukan... itu sangat memalukan" kataku, "apaan sih.... oh iya, kamu tau namanya darimana?" tanya Dabin bingung. Ah~ aku lupa kalau Gongchan tidak ingat aku batinku. "Hei.. jangan bengong...." kata Dabin, "Ah... eh... ayo pulang..." kataku sambil menarik Dabin. Jantungku terus berdebar kencang, entah karena malu atau panik atau sedih. "Eung! kertas itu.." aku langsung melihat ke dalam tasku, "kertas apa?" tanya Dabin, saat ku lihat ternyata kertas itu di dalam tas, "ah... untung saja. Aku kira hilang..", "kertas apa???", "Oh itu... kertas... maksudku tugas.... ehehehe iya tugas, tugasnya..... Miyeon. Dia suruh aku periksa..." balasku panik. "Oh... arasseo... ayo pulang.." Dabin mengangguk dan berjalan lagi. Untung saja tidak ketahuan batinku.
Di kamar... aku langsung mengunci pintu. Ku buka lemari rahasiaku yang berada di dalam lemari dan yang ku kunci dengan password (seperti brankas). Aku bongkar semua barang kenangan ku dengan Gongchan. Setiap foto kami berdua sisa aku didalamnya. Scrapbook-nya juga begitu. Setiap boneka yang dibeli oppa sudah tidak ada tulisan S.G.4ever. Dan surat-surat yang dikasih oppa sudah tidak ada tulisannya lagi, hanya kertas kosong. Aku sangat sedih melihat semua ini. Tiba-tiba, lagu Solo Day berbunyi dari hp-ku. Aku mencari hp-ku dan ternyata di meja belajar. Oh! Taewoo oppa batinku. "Ne oppa, waeyo?", "temui aku sekarang... di CNU cafe" lalu dia tutup teleponnya. "Mwoya... omo, CNU cafe? apakah CNU oppa ingat aku?" kataku.
Setelah aku sampai disana, aku melihat Taewoo duduk persis di tempat Gongchan saat aku memberinya yearbook. Lalu, aku juga melihat CNU oppa. Karena penasaran, aku pura-pura memesan latte untuk mendekatinya. "Opp..", "silakan... mau pesan apa?" tanya CNU oppa, ah~ ternyata dia tidak kenal aku batinku, "oh, aku mau pesan matcha latte satu", "ok, tunggu sebentar" katanya sambil membuatkan latte. Tentu saja dia lupa... kan yang membuat aku langganan disini kan Gongchan.. berarti kalau sekarang, gara-gara aku tidak kenal Gongchan.. aku tidak pernah kesini dong batinku. Setelah aku membayar minumanku, aku membawa latte itu ke meja Taewoo. Saat aku baru duduk... "Aku ingat pada Gongchan.." kata Taewoo tiba-tiba, "mwo?", "iya... aku ingat padanya... kakek itu sudah bilang semuanya padaku", "jadi.... kapan dia bilang padamu?", "kemarin.. tepatnya jam 1 siang". Kemarin? .... ah, berarti sebelum aku kesana dan putar waktu batinku. "Kok bisa?","jadi setelah makan siang.. tiba-tiba aku mendapat telepon dari kakek itu bahwa aku harus membantu kamu dan dia menyuruhku untuk menemuinya. Lalu, dia cerita semuanya padaku", "jadi... orang yang membantu itu kamu???" tanya ku kaget, Taewoo mengangguk. "Terus.... kamu juga putar balik waktu?", "Oh tidak... yang putar balik waktu cuma kamu. Tapi, yang ingat semuanya tentang Gongchan dan kamu hanya aku. Awalnya aku tidak percaya perkataan kakek itu tapi, malamnya kamu menelepon tentang mistis. Karena itulah aku menelepon kakek itu dan menyetujuinya". Pantas saja kakek itu bilang kalau yang membantuku itu orang yang kukenal batinku. Entah kenapa aku harus senang apa tidak setelah tahu bahwa Taewoo yang membantu. "Jadi... apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Taewoo, "Aku.... tidak tahu". Kemudian... "Ah... Gong chansik! datang juga kau..." kata CNU oppa dari kasir. Aku langsung menoleh. "Oh... Gongchan datang" kata Taewoo. Ternyata, ada aku apa tidak Gongchan tetap datang kesini untuk les. Dia sama sekali tidak berubah, senyumannya dan cara bicaranya tidak berubah. Baiklah, sepertinya aku tahu apa yang harus ku lakukan sekarang... Seonji-a hwaiting!!! ini semua demi Gongchan batinku.
~TBC~