Sebelumnya .....
“kumanhae suzy~ah, kau sudah melewati batas dengan memfitnah orang yang sama sekali tidak bersalah padamu ... “
“dia memang tidak bersalah padaku, tapi dia bersalah padamu, dia membohongimu”
‘PAKK’ suara tamparan tepat tertuju pada pipi Suzy.
“taecyeon~ah !!” seru Wooyoung terkejut dengan apa yang dilakukan Taecyeon tepat di depan matanya.
Suzy sangat terkejut, air matanya keluar merasasakan sakit atas tamparan kakaknya sendiri.
“oppa ..” lirihnya tak percaya Taecyeon berani menamparnya
Taceyeon sendiri sebenarnya tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya, dia benar-benar tanpa sadar melakukanya karena geram.
“baru tadi pagi temanku bilang, aku salah menilaimu, tapi tenryata temanku salah, penilaianku lah yang tepat ...” tangis Suzy yang segera berlari meninggalkan Taecyeon dan Wooyoung
Tubuh Taceyeon melemas setelah Suzy pergi, dia menitikan air matanya, ini pertama kali dalam hidupnya melukai Suzy dengan tangannya sendiri.
***
Part 4.
Wooyoung memasuki kelas membawa setumpuk buku ditangannya. Dia mengembangkan senyumannya saat melihat Taecyeon sudah duduk dimejanya. Dengan cepat Wooyoung menghampiri Taecyeon.
Wooyoung langsung meletakan tumpukan buku itu diatas meja Taecyeon. Taecyeon tersadar dari lamunannya dan menongak pada Wooyoung dengan keningnya yang merekut.
“3 hari lagi ujian masuk Universitas, jadi kita akan belajar bersama”
“kau menyuruhku membaca semua buku ini?” Taecyeon semakin mengerutkan keningnya
“eoh .. “
Taecyeon mulai menyentuh tumpukan itu satu persatu. Dia menyisihkan satu persatu buku dan hanya menyisakan satu buku yang dipegangnya.
“hanya satu buku untukku dan sisanya adalah bacaanmu”
“wae?” bingung Wooyoung
“semua buku yang kau bawa adalah buku kedokteran”
Wooyoung langsung melihat kearah buku-buku yang disisihkan Taecyeon tadi dan baru menyadari kalau semua itu memang buku kedokteran dan hanya satu buku umum yang bisa dibaca Taecyeon.
“mian ..”
“kau tidak perlau merasa bersalah, aku yang minta maaf karena sepertinya aku terlalu memojokanmu”
Wooyoung tersenyum dan kemudian duduk dikursinya.
“aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Taecyeon sebelum Wooyoung membuka mulutnya
“mwoga?”
“sendainya Jooyeon nunna tak pernah ada dalam hidupmu, apa kau akan membalas cinta Suzy?”
Wooyoung tertegun mendengar pertanyaan Taecyeon, pertanyaan yang tak pernah dipikirkannya, jadi bagaimana dia bisa tau jawabannya. Untuk pertama kalinya Wooyoung memikirkan tentang ini.
***
“kau mendahuluiku” sahut Jonghyun membuyarkan lamunan Suzy, saat Ia menemukan Suzy sudah duduk ditepi atap sekolah.
“mwo?”
“kau kemari sebelum aku, kau ada masalah?”
“kenapa kau selalu ingin tau urusanku”
“kau masih bertanya?”
“kenapa kau selalu menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan?”
“kau memerlukan jawabannya?”
“tentu saja, tidak ada akibat tanpa sebab kan?”
“kalau begitu, pasti ada sebabnya kenapa kakakmu bersikap seperti itu padamu”
“mwo? tau dari mana kau?” kejut Suzy
“hanya tebakan beruntung, ternyata benar kau ada masalah dengan kakakmu?”
“bukan urusanmu” ketus Suzy “lagi pula aku tidak mau mendengar kata-katamu lagi, kata-katamu kemarin tentang kakakku, semua adalah salah, kau salah besar”
“apa yang kakakmu gunakan untuk mengobati lukamu waktu itu?”
Suzy mengerutkan keningnya dan menoleh pada Jonghyun yang menatap fokus kedepan.
“alkohol?” lanjut Jonghyun yang kini menatap wajah Suzy “lukamu tambah sakit saat kakakmu memberikan alkohol dilukamu kan? kau menangis lebih keras, karena lukamu terasa lebih perih dari sebelumnya, benar begitu? tapi kenapa kakakmu melakukan itu? hanya untuk mengobati lukamu kan?”
Suzy tertegun dengan semua kata-kata Jonghyun. Dia tak pernah berpikir kenapa seorang Jonghyun bisa merangkai kata-kata yang tak pernah dipikirnya selama ini.
***
Pulang sekolah, Wooyoung menelusuri jalan tanpa Taecyeon karena Taecyeon masih berlatih basket disekolahnya. Saat melewati jalan berbelok, seekor anak anjing mencuri perhatian Wooyoung. Perlahan Wooyoung mendekati anak anjing itu.
“aigoo .. kiyoweo ..” gemas Wooyoung menggendong anak anjing itu “kau sendiri? dimana ibumu?, astaga .. kenapa kau lemas sekali, kau sakit?” Wooyoung merasa curiga karena anak anjing itu justru melemas saat digendong Wooyoung belum lagi tubuhnya yang kurus, Wooyoung merasa kasihan pada anak anjing itu.
Akhirnya Wooyoung memutuskan untuk membawa anak anjing itu kedokter hewan. Wooyoung menggendong anak anjing itu menuju jalan besar untuk mencari dokter hewan terdekat. Sebuah pet shop menghentikan langkah Wooyoung, Wooyoung akhirnya masuk kedalam pet shop yang ditemukannya itu.
“annyeonghaseo ..” seru Wooyoung saat memasuki pet shop itu.
“ouh selamat datang” seorang pria berseragam putih menyambut Wooyoung
Wooyoung kemudian melihat nametaq yang terpajang di dada pria itu ‘Dr. Nickhun’, Ia kemudian tersenyum menyapa sang dokter.
***
“kasihan sekali, dia masih kecil tapi sudah kehilangan ibunya, dia sepertinya kelaparan karena itu jadi sakit” jelas Dokter Nickhun setelah memeriksa keadaan anak anjing yang dibawa Wooyoung.
“aigo, kasihan sekali kau” Wooyoung memanjakan anak anjing itu dengan mengelus kepalanya.
“kau menyukai anak anjing?” tanya Dokter Nickhun karena melihat sifat penyayang Wooyoung tadi.
“mereka terlalu lucu untuk dibenci”
“benar .. mereka mahluk yang sangat lucu.” Nickhun ikut mengelus lembut bulu anak anjing itu.
Mata Wooyoung teralihkah pada sebuah cincin yang digunakan Dokter Nickhun. Sebuah cincin yang persis sama seperti yang melingkar di jari manis Jooyeon. Cincin yang Jooyeon katakan adalah cincin pemberian ibunya.
“anda sudah menikah rupanya” reka Wooyoung mencoba mencari tau
“ne??” bingung Nickhun
“maaf aku tidak sopan menanyakan hal pribadi, tapi aku tak sengaja tertarik pada cincin anda”
“ouh .. cincin ini, semua orang mengatakan ini cincin pernikahan. Bukan ini sebuah cincin pertunangan”
“aaa .. maafkan aku”
“tidak apa, baiklah aku akan menyiapkan beberapa obat untuknya, kau bisa merawatnya dirumah”
“nee ..” jawab Wooyoung ramah.
Setelah selesai menerima beberapa obat, Wooyoung keluar bersama Nickhun dari ruangan perawatan.
Nickhun kemudian melihat kearah keluar jendelanya saat sebuah mobil parkir didepan pet shop nya.
“sebentar” sopan Nickhun pada Wooyoung dan mulai berjalan menuju pintu
Wooyoungpun memperhatikan kemana Nickhun pergi. Tapi matanya justru teralih saat melihat sosok Jooyeon sudah ada didepan pet shop. Dan matanya terbelanga saat melihat Nickhun menghampiri Jooyeon dan memberi ciuman dipipi Jooyoen. Wooyoung tak mengerti dengan apa yang dilihatnya. Semua yang dilihatnya bagai ribuan anak panah yang langsung menghantam dadanya. Belum lagi saat melihat cincin yang melingkar dijari manis kedua orang itu. Wooyoung merasa ada sesuatu yang hancur di dalam dirinya.
***
Wooyoung duduk dibangku taman sungai Han dengan tatapan kosong kedepan. Dia mengacuhkan anak anjingnya yang duduk melemas didekatnya seolah ikut merasakan sakit yang dirasakan Wooyoung sekarang.
“tunangannya bernama Nickhun dan dia bekerja sebagai dokter hewan di pet shop dekat taman kota, aku melihatnya sendiri oppa, mereka menggunakan cincin yang sama”
Terngiang kalimat Suzy kemarin malam. Semua kata-kata Suzy itu seolah semakin menusuk perasaannya.
“wooyoung~ah kau sudah lama menunggu?” Jooyeon datang setelah menerima sms Wooyoung yang ingin bertemu dengannya di sungai Han.
Wooyoung menoleh pada Jooyeon dan mengembangkan senyumnya, berusaha bersikap biasa saja.
“ani, aku baru saja datang” jawab Wooyoung berbohong
“kenapa kau tiba-tiba mengajakku kemari?” Jooyeon mulai duduk didekat Wooyoung
“eum .. entahlah, mungkin karena aku merindukanmu”
“ouh .. itu anak anjing? Lucu sekali” Jooyoen beralih mendekati anak anjing itu dan duduk disisi lainnya.
“nee ..”
“milikmu?”
“ani, aku menemukannya dijalan”
“aaa .. aigo lucu sekali dia, tapi sepertinya dia sakit”
“nee .. aku baru saja membawanya ke sebuh pet shop dekat sini”
“ouh jinjja? Lalu apa yang dikatakan dokter itu?”
“dia bilang, aku bisa merawatnya dirumah dan memberikan ku beberapa obat, itu yang dikatakan dokter Nickhun”
Jooyeon terdiam saat mendengar nama Nickhun, dia langsung menoleh pada Wooyoung.
“wae nunna?” pancing Wooyoung
“aah ani, anjing ini sangat lucu”
“nunna, selama kau disini, nunna belum pernah menceritakana kehidupan nunna di America, kenapa nunna tidak menceritakannya sedikit?”
“kehidupanku di America? Biasa saja, aku hanya menjalani kehidupan sebagai murid SMA seperti dirimu.
“apa nunna menungguku juga? Seperti aku menunggumu selama ini?”
“nee?” bingung Jooyeon
“ nunna, kembali ke Seoul untuk menepati janjimu padaku kan?”
“wooyoung~ah ....”
“waktu itu aku bilang, sekembalinya nunna dari America, aku akan menikahi nunna. Jadi bisakah nunna menungguku lulus agar kita bisa menikah seperti impianku selama ini?”
“wooyoung~ah, waegurae?”
“waegurae mwo? apa ada yang salah dari kata-kataku? Atau aku salah mengartikan kepulanganmu ke Seoul?”
Jooyeon terdiam dan mencoba mengatur nafasnya. Dia kemudian melihat jam tangannya.
“wooyoung~ah, aku ada janji dengan seseorang, aku harus pergi, aku akan menelponmu nanti”
“bertemu dokter Nickhun?”
Jooyoen langsung menoleh pada Wooyoung.
“wooyoung~ah” Jooyoen tertegun
“wae nunna? Wae? Kenapa kau tidak menungguku seperti aku menunggumu??” lirih Wooyoung menahan air matanya
Jooyeon melemas melihat pandangan sayu Wooyoung, Jooyeon mendekati Wooyoung dan meraih satu tangannya dan digenggamnya erat.
***
Wooyoung dan Jooyeon masih duduk di kursi taman dengan hamparan sungai Han di hadapan mereka. Keduanya diam dalam kebisuan, mencoba menenangkan diri mereka masing-masing.
“aku bertemu dengannya di America, dia anak dari teman Ayahku. Dan aku jatuh cinta padanya. 2 tahun ini kami menjalin hubungan sampai pada hubungan pertunangan. Kepulanganku kemari adalah untuk mengurus pernikahan kami” Jooyeon mulai menceritakan apa yang ingin di dengar Wooyoung
Wooyoung dengan tegarnya mendengar penjelasan Jooyoen. Ia menundukan kepalanya tak sanggup manatap Jooyeon.
“aku minta maaf, tapi sejak dulu, bagiku kau adalah adikku. Aku ingat aku pernah menciummu, tapi aku rasa aku melakukan itu karena kau selalu membuatku istimewa setiap kali kau mengajakku menikah. Aku selalu merasa tersentuh dengan semua sikap manismu padaku. Aku juga pernah berpikir untuk menjadi istrimu, tapi bayangan itu hilang saat aku bertemu dengan Nickhun”
“jadi, apa arti aku untukmu?”
“wooyoung~ah .. aku sangat menyayangimu, tapi dimataku kau tetap seorang adik kesayanganku. Aku tidak bermaksud membohongimu dengan menutupi semua ini, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakan semuanya saat aku mendengarmu mengatakan kalau kau menungguku selama 3 tahun ini. Aku merasa sangat jahat kalau aku mengatakan semuanya padamu, aku tidak mau kehilanganmu wooyoung~ah , aku tidak mau kau membenciku”
“untuk saat ini, aku tidak bisa berpikir tenang, jadi biarkan aku sendiri dulu”
“wooyoung~ah ..”
“jebal nunna, tinggalkan aku sendiri dulu..”
Jooyoen menitikan air matanya tak sanggup melihat raut kesedihan di wajah Wooyoung. Jooyoen pun memilih untuk menuruti Wooyoung, perlahan dia melangkahkan kakinya meninggalkan Wooyoung tenggelam dalam kesedihannya.
Wooyoung terdiam, tak ada kata yang mampu yang dia ucapkan karena terlalu lelah menahan sakit di dadanya, sangat sakit. Anak anjing milik Wooyoung mengeluarkan suara kecilnya. Wooyoung perlahan menoleh pada anak anjingnya itu. Wooyoung mengendongnya dan memasukannya dalam pelukan hangatnya.
“wanita tadi, dia adalah wanita yang tadinya akan aku nikahi. Aku menuggunya selama 3 tahun untuk mewujudkan mimpiku itu, tapi ternyata seseorang mengambil impianku. Apa yang harus aku lakukan?” cerita Wooyoung pada anak anjingnya yang seolah mengerti perasaan Wooyoung “gurae, dia memang sangat cantik, karena itu aku mengimpikannya, berdiri didepan altar bersamanya. Tapi hari ini semua semakin menegaskan kalau itu hanyalah sebuah mimpi. benarkan?”
Tiba-tiba rintikan air hujan mulai turun dari langit, Wooyoung sedikit mengacuhkan turunnya hujan, tapi dia baru sadar kalau dia sedang membawa seekor anak anjing yang sedang sakit. Segera Wooyoung berdiri dari dari duduknya berniat mencari tempat beteduh, tapi kepalanya menghantam sebuah payung yang sudah melindunginya dari rintikan air hujan. Wooyoun pun langsung membalikan badannya. Dan tak menyangka dia melihat sosok Suzy sudah berdiri dibelakangnya dengan sebuah payung yang dipegangnya untuk melindungi Wooyoung dari rintikan air hujan.
“2 hari lagi oppa ujian, tapi oppa malah bermain hujan disini?” seru Suzy
Wooyoung masih terpatung memikirkan kenapa harus Suzy yang ada disaat seperti ini.
“sejak kapan disini?” Wooyoung tertegun
“aku baru saja lewat sini, dan melihat oppa bermain hujan disini”
Wooyoung terus menatap Suzy seolah meminta jawaban lebih dari itu. Menyadari itu, Suzy langsung membuka suara lagi.
“aniya oppa, aku tidak mengikutimu, aku sudah ada disini dari tadi siang, sebelum oppa datang”
Wooyoung masih diam memandangi Suzy menuntut jawaban yang lebih bisa diterimanya.
“baiklah, benar aku memang memang melihatmu bicara dengan perempuan itu, tapi aku tidak mendengarkan obrolan kalian, aku berdiri di sana” Suzy menunjuk sebuah pohon yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Wooyoung “aku menunggumu pulang, karena aku melihat pundakmu melemas, jadi aku pikir oppa sedang sedih, karena itu aku menunggumu, tapi aku sama sekali tidak mengikutimu, jinjja oppa”
Wooyoung masih terdiam, dia kemudian perlahan mengembangkan senyumannya “aku percaya padamu” ucapnya pelan
Suzy tersenyum lega mendengarnya.
“kajja!” ajak Wooyoung yang dibalas anggukan cepat dari Suzy.
***
Mereka sampai di depan rumah Suzy. Wooyoung memilih untuk mengantar Suzy kerumahnya dulu karena ini sudah terlalu malam untuk anak seumuran Suzy berada di luar rumah.
“kanda ..” pamit Wooyoung setelah mengantar Suzy di depan gerbang rumahnya.
“oppa !” panggil Suzy menghentikan langkah Wooyoung
“mwo?”
“tadi, aku sempat mendengar ceritamu pada anak anjing itu. Aku tidak mengerti, impian apa yang kau maksud, karena aku tidak mendengar sepenuhnya, tapi apa oppa akan menyerah pada impianmu oppa menjadi dokter?”
Wooyoung tertegun mendengarnya. Mimpi menjadi dokter, mengapa Ia bisa melupakan mimpi itu dan menutupinya dengan mimpi lain.
“impian oppa menjadi seorang dokter tetap ada kan? 2 hari lagi oppa ujian, jadi aku mohon jangan menyerah, oppa harus tetap berusaha FIGHTHING !” seru Suzy memberi semangat yang tulus pada Wooyoung.
Wooyoung tersenyum mendengar seruan semangat dari Suzy “gomawo” balas Wooyoung dengan senyumannya “masuklah, sudah malam” Lanjut Wooyoung
“nee .. FIGHTHING!” semangat Suzy dan mulai memasuki gerbang rumahnya.
Wooyoung masih diam ditempatnya memikirkan semua yang dikatakan Suzy. “terimakasih sudah mengingatkanku, kalau impianku sebenarnya adalah menjadi dokter” gumam Wooyoung dibawah payungnya, “untung hanya kau yang mendengarnya, kalau tidak, aku akan sangat malu, karena menjadi orang yang lupa pada impiannya sendiri” ucap Wooyoung pada anak anjing yang masih setia berlindung dalam pelukan hangat Wooyoung.
***
Tiba hari dimana ujian masuk Universitas dilaksanakan. Wooyoung dan Taecyeon memilih Universitas yang berbeda karena jurusan yang ingin mereka tempuh bebeda.
Tapi setelah ujian selesai, mereka berdua berjanji untuk makan siang bersama didaerah sungai Han.
“bagiamana ujianmu?” tanya Taecyeon pada Wooyoung sambil membawa bungkusan makanan cepat saji yang dibelinya untuk makan siang bersama.
“tinggal menunggu hasil, kau ?” tanya balik Wooyoung sambil membuka bungkusan makananya
“kalau tidak lulus, aku akan dikirim ke America”
“America?”
“eoh .. aku belum cerita ya? jika aku tidak lulus pada ujian ini, orang tuaku akan mengirimi ku tiket untuk menyusul mereka ke America”
“kau akan berkuliah disana?”
“may be .. nan molla, aku hanya menurut saja”
“lalu Suzy?”
“tentu saja dia akan ikut denganku, siapa yang akan menjaganya disini”
Wooyoung terdiam. Taecyeon menoleh pada Wooyoung dan melihat raut wajah Wooyoung yang berubah.
“wae?” tanya Taecyeon, tapi Wooyoung tak menjawabnya “kau sedih? Karena itu doakan saja aku lulus dalam ujian ini, jadi kau tidak perlu kehilangan aku”
“aku hanya bingung, kenapa semua orang yang berarti bagiku harus pergi ke America, aku takut saat mereka kembali mereka akan lupa padaku”
“aku melupakanmu? Tidak mungkin .. tunggu .. apa kau sedang menceritakan soal Jooyeon nunna?“
Wooyoung kembali terdiam, tapi Taecyeon seolah dapat membaca maksud Wooyoung.
“apa yang terjadi?” tanya Taecyeon penasaran
“dia akan menikah, tapi bukan bersamaku”
“mwo?? wooyoung~ah .....”
“tenang saja, aku sudah menghabiskan waktu 2 hari untuk melupakan masalah ini, jadi aku sedikit bisa menerimanya”
“tidak mungkin, 3 tahun kau menunggunya, ani... sejak kecil, bukankah kau bilang sejak kecil kalian sudah berjanji akan menikah?”
“hanya aku yang membuat janji itu, tak ada kesepakatan, seharusnya aku menulisnya diatas kertas dan menjadikannya sebagai barang bukti, benar kan? tapi lucu sekali kalau aku melakukan itu”
“sejak kapan kau mengetahui ini?”
“sehari setelah Suzy mengatakan yang sebenarnya, tapi kita malah mengiranya mengarang cerita”
“oh my god” gumam Taecyeon tak percaya “neon gweonchana?” tanyanya cemas pada Wooyoung
“gweonchana ..” Wooyoung tersenyum yakin, tapi Taecyeon tau, Wooyoung tidak baik-baik saja seperti yang keluar dari mulutnya
***
“dia pulang bersama laki-laki itu lagi” ucap Taecyeon saat melihat Suzy dan Jonghyun didepan gerbang rumah mereka.
“nugu?” tanya Wooyoung penasaran dan mendekati Taecyeon yang berdiri bersandar pada dinding kaca rumahnya
“laki-laki itu sepertinya menyukai Suzy”
“mwo?” Wooyoung langsung memperhatikan laki-laki yang bersama Suzy itu “lalu kau menyetujui mereka?”
“itu harapanku, aku ingin Suzy membuka hatinya untuk orang lain”
Wooyoung terdiam mendengarnya, karena itu terdengarseperti sindiran untuknya.
“kau sudah baikan dengan Suzy?”
“baikan? Maksudmu menyatukan jari kelingking dan mengatakan ‘miane’ begitu?”
“eoh ..”
Taecyeon terkekeh mendengarnya “kau pikir Suzy bisa melakukan hal seperti itu?”
Wooyoung mulai berpikir, dia merasa tidak mungkin Suzy bisa melakukan itu.
“aku pulaang ...” seru Suzy
Suzy sempat terdiam ditempatnya saat melihat Wooyoung dan Taecyeon berdiri bersama memandanginya. Suzy kemudian menarik nafasnya lalu mulai berjalan mendekati 2 pria yang masih terus memperhatikannya itu. Wooyoung berpikir kalau Suzy akan datang menghampirinya. Karena tidak mau membuat masalah lagi, Wooyoung mulai beranjak dari tempatnya bermaksud untuk mengambil tasnya dan berpamitan pulang. Tapi Suzy justru berlalu melewatinya.
“miane” seru Suzy yang membuat Wooyoung langsung membalikan badannya.
Dia tertegun melihat Suzy sudah berdiri didepan Taecyeon dengan menjulurkan jari kelingkingnya. Begitu juga dengan Taecyeon yang bingung dengan sikap Suzy yang tiba-tiba melakukan hal yang tak pernah dibyangkannya.
“ppali ~!!” seru Suzy
“oh .. ne” Taceyeon langsung menyambut jari kelingking Suzy dengan ragu
Selesai menyatukan jari kelingking mereka, Suzy langsung berlalu menuju kamarnya. Sementara itu Wooyoung dan Taecyeon masih mematung tak mengerti dengan apa yang baru saja mereka lihat. Kini mereka saling memandang, seolah saling bertanya ada apa dengan Suzy.
*5 jam yang lalu*
“mwo?” kejut Suzy mendengar tantangan dari Jonghyun yang menantangnya berlomba sepeda.
“wae, kau takut?”
“ani, tapi katakan dulu apa taruhanmu?”
“kau dulu”
“kalau aku menang, kau harus membelikanku 10 buah eksrim”
“call”
“lalu kau?”
“aku akan memberitaunya nanti setelah kita tau siapa yang menang”
“shirreo!”
“1 .. 2 .. 3 ...” seru Jonghyun yang langsung melajukan sepedanya
“YA!!” bentak Suzy yang juga langsung melajukan sepedanya menyusul sepeda Jonghyun.
5 menit, Jonghyun mencapai garis finish yang telah ditentukan sebelumnya.
“kau curang!” kesal Suzy tak terima dengan kekelahanya
“hukumannya, kau harus mendatangi kakakmu dan menjulurkan jari kelilingmu lalu katakan ‘miane’ mudahkah?”
“mwooo?? Shirreo!”
“kau tidak sanggup? Kalau begitu jadilah pacarku.”
“mwo??”
“pilih mana?”
Itu lah alasan Suzy tiba-tiba melakukan hal aneh tadi. Hal aneh yang masih membuat Wooyoung dan Taecyeon berdiri saling mamandang penuh tanya.
***
Wooyoung keluar dari gedung sekolahnya saat jam pulang sekolah. Dia sendiri lagi karena Taecyeon hari itu tidak masuk sekolah.
“oppa !!”
“kamjagiya !” seru Wooyoung terkejut bukan main saat melihat Suzy tiba-tiba muncul didepannya menghalangi jalannya “apa yang kau lakukan disini?” tanya Wooyung dengan nada sedikit kesal
“bogosipda” jawab Suzy datar tapi matanya terlihat tulus saat mengatakannya.
Wooyoung terdiam mendengarnya, lebih tepatnya dia tertegun mendengar kata yang terdengar manis ditelinganya itu.
“oppa ... hari ini di sungai Han ada sebuah parade kembang api, aku ingin mengajakmu”
“kau bisa dapat masalah dari Taecyeon”
“aku sudah dapat ijin darinya untuk menonton sampai malam”
“tanpa menyebut namaku kan?”
“nee ??” Suzy terdiam tak harus menjawab apa, karena memang benar dia tidak mengatakan pada Taecyeon akan mengajak Wooyoung bersamanya.
Wooyoung melihat garis kecewa di raut wajah Suzy. ‘terlalu sering aku membuatnya kecewa seperti ini’ batin Wooyoung
“baiklah, jam 8 malam di sungai Han” seru Wooyoung kemudian
“nee??” kejut Suzy “jinjja??” senyum Suzy mengembang penuh arti
Wooyoung tersenyum dan menganggukan kepalanya, membuat senyum Suzy semakin mengembang mengisaratkan kebahagiannya.
***
Wooyoug masuk kedalam kamarnya setelah selesai mandi. Dia mengusap rambutnya yang basah dengan handuknya. Wooyoung kemudian mengingat HP nya yang belum pernah dibukanya sejak tadi pagi. Wooyoung langsung membuka tasnya untuk mengambil HP nya.
“oo, mati” gumamnya saat menemukan HP nya yang ternyata dalam keadaan off.
Wooyoung kemudian mengambil charger HP nya. Setelah itu dia mencoba menghidupkan HP nya. Setelah HP nya on, Wooyoung meninggalkannya diatas meja.
“wooyoung~ah, ayo makan!” panggil Ibu Wooyoung dari luar kamarnya.
“nee ..” balas Wooyoung.
Wooyoung melempar handuknya dan mulai berjalan kearah pintu, tapi baru saja dia mau membuka pintunya, HP nya berdering diatas meja. Segera Wooyoung medekati HP nya itu.
5 buah pesan masuk, dan setelah Wooyoung membukanya ternyata semuanya dari no Jooyeon. Wooyoung mengerutkan keningnya dan membuka satu-persatu sms itu. Semua sms memiliki pesan yang sama.
Jooyeon Nunna :
Wooyoung~ah, temui aku di taman kota, ada yang ingin aku bicarakan, aku mohon temui aku, bogosipda
Wooyooung sempat terdiam, kemudian dia melihat waktu masuknya sms itu yang ternyata sudah dikirim 3 jam yang lalu. Wooyoung langsung melihat kearah jam dindingnya yang menujukan pukul 7.30 malam.
“tidak mungkin dia masih menungguku” pikir Wooyoung.
Tapi ada satu kata dari sms Jooyeon yang membuat Wooyoung ingin berlari segera menuju taman kota ‘bogosipda’. Kata itu yang membuatnya akhirnya mengambil jaketnya dan langsung berlari keluar kamarnya.
“wooyoung~ah kau mau kemana? Makan dulu!” seru Ibu Wooyoung melihat anaknya berlari cepat keluar rumah
“aku akan makan diluar!” teriak Wooyoung berlalu dari hadapan orang tuanya.
Wooyoung berlari sekuat tenaganya mengejar waktu yang sebenarnya sudah lewat 3 jam. Tapi setiap kali mengingat kata ‘bogosipda’ dari sms Jooyeon, Wooyoung semakin menambah kecepatan larinya.
Wooyoug akhirnya sampai ditaman kota yang jaraknya memang tak begitu jauh dari rumahnya. Wooyoung mengatur nafasnya sambil melihat sekelilingnya mencari sosok Jooyeon yang membuatnya berlari hingga hampir kehilangan nafasnya. Wooyoung terus melihat sekelilingnya, tapi tak ada siapapun ditaman kota, hanya suara kendaraan yang berlalu lalang dijalanan.
“3 jam, hanya 3 jam kau tidak bisa menungguku, aku mengahabiskan 3 tahun hanya untuk menunggumu” ucapnya dengan nada kecewa yang sangat dalam.
Wooyoung perlahan melangkah mendekati bangku taman dan mengistirahatkan tubuhnya disana.
“aku bahkan berlari untuk mengejar waktu itu, tapi kau ......... “ Wooyoung menundukan kepalanya meratapi betapa menyesalnya dia berlari untuk sesuatu yang sia-sia.
2 jam Wooyoung menghabiskan waktunya hanya duduk lemas ditaman kota. 2 jam berlalu digunakannya untuk mengingat-ingat semua yang dilakukannya selama 3 tahun untuk menunggu Jooyeon. Perasaannya sangat sakit. Dadanya sesak sejak tadi. Matanya sudah sembab karena air mata. Untuk pertama kalinya Wooyoung menangis setelah kematian Yoobi. Wooyoung sadar betapa bodohnya dia menunggu dan mengejar hal yang tidak pasti hanya untuk sebuah harapan kosong. Saat ini Wooyoung merasa tubuhnya lemah tak mampu digerakannya, hanya air mata yang keluar membasahi wajahnya.
***
“dari mana kau?” tanya Taecyeon setelah mempersilahkan Wooyoung masuk kedalam rumahnya.
“keluar” balas Wooyoung lemas dan langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa
“ada masalah?” tanya Taecyeon sambil membuka kulkasnya mengeluarkan beberapa kaleng minuman.
“ani”
“dengan kondisimu seperti ini kau bilang tidak ada masalah?” Taecyeon datang duduk disofa lainnya dan meletakan kaleng minumannya diatas meja.
“aku sedang tidak mau cerita”
“baiklah ... “ taecyeon menganggukan kepalanya mengerti “kemana anak itu jam segini belum pulang?” gumam Taecyeon saat melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 10 malam “memang benar malam ini ada parade kembang api di sungai Han?” tanya Taecyeon pada Wooyoung yang masih berbaring di atas sofa
Mendengar pertanyaan Taecyeon, Wooyoung langsung membuka matanya. Dia baru menyadari sesuatu, dia kemudian melihat kearah jam dinding.
“oh my god!” serunya langsung bangun dari posisinya
“wae?” Bingung taecyeon
“aku pergi sekarang !” serunya dan segera berlari keluar rumah, meninggalkan Taecyeon dengan kebingungannya.
***
Wooyoung benar-benar lupa dengan janjinya pada Suzy. Dia terlalu hanyut dalam kesedihanya. Kini dia berlari kencang menuju sungai Han yang memang lebih jauh dari taman kota. Tapi perasaan bersalah membuatnya tak mampu memperlambat larinya. Apa lagi saat tau Suzy belum pulang kerumah.
Wooyoung sampai di taman sungai Han. Wooyoung mencari sekelilingnya. Taman sungai Han yang begitu besar, belum lagi banyak sekali orang yang datang ke parade itu membuatnya tidak mudah menemukan sosok Suzy di sana. Tapi dari kejauhan seorang wanita duduk sendiri di sebuah bangku menghadap sungai Han. Wooyoung yakin itu adalah Suzy, langsung saja dia berlari mendekatinya.
Wooyoung tidak langsung memanggil Suzy yang sudah duduk di depanya. Wooyoung terdiam. Dia berpikir kenapa Suzy mau menunggunya padahal ini sudah lewat dari waktu janjian mereka.
“wae Suzy~ah .. wae? Kenapa kau mau menunggu aku yang belum tentu datang dan bahkan lupa padamu, kau membuatku seperti orang jahat” batin Wooyoung masih berdiri menatap Suzy dari belakang
Tak mau membuat Suzy menunggu lama, Wooyoung langsung mendekatinya dan duduk didekatnya.
“oppa !” seru Suzy yang langsung tersenyum lebar melihat Wooyong sudah duduk di dekatnya.
“apa aku melewatkan kembang apinya?”
Saat itu juga sebuah ledakan kembang api mengembang di langit. Indah sekali menghiasi sungai Han dari atas langit. Kembang api itu bersinar membentuk pancaran cahaya yang luar biasa mempesona. Ledakan kembang api itu seolah menggambarkan perasaan Suzy saat itu yang luar biasa indahnya karena bisa bersama Wooyoung dimalam yang luar biasa indahnya disungai Han.
Wooyoung pun merasakan kebahagian saat melihat pancaran sinar kembang api itu, itu cukup membuatnya melupakan kesedihannya. Wooyoung kemudian perlahan menoleh pada Suzy yang tak melepas pandangannya dari kembang api itu. Wooyoung dapat melihat kebahagian dari raut wajah Suzy, kebahagian yang tak pernah dilihatnya.
***
Wooyoung dan Suzy berjalan pulang bersama. Mereka menelusuri jalan pulang bersama dengan jarak yang cukup jauh diantara mereka. Walau begitu, malam itu tetap menjadi malam paling indah bagi Suzy.
Mereka sampai didepan pintu gerbang Suzy.
“masuklah, Taecyeon pasti menunggumu”
“ne .. oppa, gomawo” senyum tulus Suzy
“untuk?”
“karena oppa sudah mau datang”
“kalau malam ini aku tidak datang, apa kau akan tetap menungguku?”
Suzy sempat terdiam, tapi dia kemudian mengangguk pelan “karena aku yakin oppa pasti datang, karena oppa sudah berjanji padaku”
“bagaimana kalau aku mengingkari janji itu?”
“aku akan tetap duduk manis menunggumu, karena hatiku menyuruhku begitu”
Wooyoung tertegun mendengar jawaban Suzy.
“sebenarnya, bisa melihat kembang api bersamamu adalah impian kecilku, karena itu terimakasih oppa sudah mau datang mewujudkan mimpi kecilku”
“Suzy~ah .. apa yang kau suka dariku? Kenapa matamu begitu tulus saat mengatakan semuanya tentangku?”
Suzy terdiam, karena pertanyaan itu adalah pertanyaan yang belum pernah bisa dijawabnya sejak dulu. Berkali-kali dia menanyakan pertanyaan yang sama pada dirinya sendiri, tapi dia sendiripun tak bisa menjawab pertanyaan itu.
“aku belum menemukan jawabannya oppa”
“mwo?” bingung Wooyoung
“itu adalah jawaban yang ingin sekali aku pecahkan sejak dulu. Kenapa aku menyukaimu? Dan kenapa harus kau? semuanya adalah pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya”
Lagi-lagi Wooyoung tertegun mendengarnya, ia tak tau harus menanggapinya dengan apa.
“miane ..” tutur Wooyoung lembut
“nee?” bingung Suzy
“waktu itu aku tidak percaya padamu, aku malah mengiramu mengarang cerita. Mian ..”
“oppa ... oppa sudah tau semuanya?” kejut Suzy
Wooyoung mengangguk pelan “gomawo” Senyum Wooyoung
“oppa gweonchanayeo?” tanya Suzy dengan nada cemas
‘bagaimana bisa kau menanyakan aku baik-baik saja, sedangkan dirimu berkali-kali sakit karena aku’ batin Wooyoung yang tertegun mendengar pertanyaan Suzy
“bisakah kau berhenti mengkhawatirkanku?”
“nee?”
“masuklah kedalam, Taecyeon bisa marah karena kau terlalu lama diluar” Wooyoung mulai membalikan badannya tak mau menahan dirinya terlalu lama didepan Suzy.
Suzy tak melepas pandangannya dari Wooyoung yang sudah membelakanginya. Tapi Suzy melihat pundak Wooyoung yang melemas. Pundaknya yang melemas yang mengisaratkan ada kesedihan yang dirasakannya. Suzy mengingat bagaimana dia merasakan sakit sewaktu Wooyoung terang-terangan mengatakan kalau Jooyeon adalah wanita yang akan dinikahinya. Suzy tau itu sangat sakit, karena itu dia tak sanggup melihat Wooyoung seperti itu. Dengan cepat Suzy menyusul Wooyoung dan langsung mememeluknya dari belakang.
Wooyoung terkejut dengan pelukan Suzy. Dia mematung menerima pelukan Suzy. Untuk pertama kalinya Suzy nekat melakukan ini.
“oppa ... jangan sedih, aku mohon jangan lemaskan bahumu”
Wooyoung terdiam, dia merasakan ada sesuatu dalam hatinya. Dia merasakan detak jantungnya berdetak cepat merasakan pelukan Suzy. Jantungnya terus berdegub kencang membuatnya tak bisa menggerakan tubuhnya sama sekali. Ia hanya bisa terpatung menerima pelukan Suzy dari belakang.
‘apa ini? ada apa denganku? kenapa perasaanku seperti ini? Suzy~ah ... entah kenapa aku tidak ingin kau melepas pelukan ini, aku tidak tau ada apa denganku’ batin Wooyoung.
To be continue...............................................
***