It’s not going to be easy I know
Because we’re as far as the time that has fallen
The unfamiliar face makes me sad
“Oppa, disini dingin, pakalilah sarung tanganmu yang sebelah kanan.” Gerutu Minyeon kepada Kai setelah mereka sampai di gedung MBC. Saat ini EXO akan tampil di acara Gayo Daejun, acara tutup tahun yang sudah biasa tiap tahun diadakan. Ya, hari ini tanggal 31 Desember 2012. Beberapa jam lagi tanggal sudah berpindah ke 1 Januari 2013.
“Tidak apa, sayang. Aneh jika aku memakan keduanya. Seperti ini lebih baik dan aku yakin semua member juga hanya memakai sebelah kiri.” Kai menolak dan mengembalikan sarung tangan hitamnya kepada Minyeon. Minyeon memasukkannya ke dalam tasnya, kemudian mengecek penampilan Kai yang lain. Ia melihat ada yang tidak beres dengan coat namjanya itu.
“Baiklah, jika itu maumu. Sini aku rapikan pakaianmu sebentar.” Minyeon sedikit menarik coat itu dan menepuk-nepukkannya pelan, mengibaskan debu dan sedikit lipatan yang diakibatkan Kai tidur di mobil tadi.
“Tidak perlu, aku harus cepat ke backstage.” Kai kembali menghiraukan Minyeon dan terus berjalan menuju backstage EXO di lantai lima. Minyeon menghentikan langkahnya. Mengapa ia rela menemani Kai sampai kesini bukanlah suatu alasan. Baru enam bulan usia hubungan mereka. Belum sampai satu tahun memang. Tak banyak yang tahu tentang mereka, hanya Suho dan Kyungsoo. Bahkan Changmin pun belum mendengar itu dari mulut Minyeon. Minyeon hanya takut Changmin tidak mengijinkannya berhubungan lebih dari sekedar teman dengan rekannya sesama manajemen.
“Aku khawatir denganmu..” lirih Minyeon meratapi punggung Kai yang menjauhinya. Perlahan air matanya jatuh dan ia merasa tidak bisa menjadi yeoja yang baik untuk Kai. Minyeon melangkahkan kakinya berbalik arah, ia merasa ia telah mengganggu Kai. Bukan hanya pada saat Kai meminta Minyeon menjadi yeojanya, tapi hari-hari yang ia lalui demi menutupi dirinya adalah suatu pengorbanan yang sangat besar. Ia sadar bahwa menjadi yeoja seorang artis memang tidak mudah.
“Hiks.. Aku hanya merepotkanmu saja, benar kan? Aku hanya tidak mau kau sakit, Kai..” Minyeon bermonolog sendiri sambil menangis. Ia sudah biasa menerima perlakuan Kai yang sangat tidak mengasyikkan seperti ini jika EXO ingin perform, tapi ia mencoba mengerti keadaan namjanya itu. Entah mengapa Minyeon sekarang mudah rapuh. Padahal itu bentuk kasih sayang dia untuk Kai. Orientasi Pengenalan Kampus yang diadakan di jurusan Minyeon memang agak menyita banyak waktunya untuk tidak memikirkan Kai, EXO, dan SHINee. Ia rela setiap Sabtu dan Minggu melewatkan itu semua demi tugas kuliahnya. Jika ia terlalu memforsir semuanya, ia akan kembali menjalani perawatan di Rumah Sakit seperti 2 minggu lalu.
Why do you make my eyes shine like this
Why do you make my heart beat this crazily
Although I become breathless
You are so precious to me
Don’t forget
*Author pov*
*Kai pov*
Aku menoleh ke belakang saat aku hendak memasuki lift yang sudah membuka pintunya. Kemana dia? Mengapa menghilang? Bukannya dia biasanya ikut denganku menemui member EXO-K lainnya? Apakah aku ada salah padanya? Lama ku berkutat dengan pemikiranku.
“Astaga Kai! Kau bodoh sekali!” aku ingat sekarang. Aku mengacuhkannya tadi. Hatinya terlalu sensitif memang. Ia pasti memikirkan perlakuanku tadi. Tak seharusnya aku berkata demikian. Perlahan memori singkat itu kembali berputar di atas kepalaku. Aku tak seharusnya bersikap seperti ini.
“Minyeonnie..” aku berlari mencarinya setelah tak ku dapati dia di dekat prakiran mobil tadi. Mataku menyapu halaman gedung MBC ini. Beruntungnya fans belum banyak yang datang karena ini terbilang masih sangat sore untuk mereka menstalker kami.
“Aku hanya tidak mau kau sakit, Kai…” sayup-sayup aku mendengar suara seseorang di balik taman dekat gedung ini. Aku mendekati suara itu dan tepat sekali, yeoja yang aku cintai berada di sana. Menundukkan kepalanya sembari duduk di ayunan kecil. Mendorongnya dengan kakinya dan melepaskannya. Aku terseyum singkat. Dia hanya mengkhawatirkanku, mengapa aku setega itu sampai mengacuhkannya?
“Mulai saat ini aku janji aku tidak akan merepotkanmu. Aku hanya merindukanmu, kau tahu di Rumah Sakit itu tidak enak, Suho Appa melarangku untuk menemuimu karena dia takut aku akan melupakan tugas orientasi kampusku.. Hiks.. Minyeon kau cengeng sekali sih..” katanya sembari terisak. Dia menangis? Aku berdiri tidak jauh dari tempatnya. Melihatnya dengan perasaan berkecamuk. Apakah Minyeon kau kau pilih, Kai? Mengapa yeoja itu? Apa benar dia yang terbaik?
“Minyeon pabo! Biasanya kau kuat, tapi mengapa sekarang kau mudah menangis seperti ini sih? Hiks.. Kai Oppa, mianhae..” ucapnya lagi. Benar memang, akhir-akhir ini dia mudah sekali terbawa perasaan. Aku ingin menghampirinya tapi entah mengapa kakiku berat untuk melangkah.aku memilih diam sambil terus melihatnya.
“Gwenchana..” akhirnya mulutku mengeluarkan kata itu, aku tidak tahan untuk tidak memanggilnya. Aku sadar aku mengagetkannya. Spontan ia langsung menolehkan kepalanya dan terkejut.
“Op-oppa??! Wae-waeyo? Kau sudah lama berdiri di situ? Omo!” aku sedikit tertawa melihatnya yang kelagapan seperti ini. Ia segera bangkit berdiri dan mendekatiku. Aku membawanya ke dalam tatapan hangatku. Menyentuh permukaan pipi halusnya yang selalu aku cubit karena saking chubbynya. Mengecup keningnya singkat, memberikan senyuman manisku untuknya.
“Aku yang seharusnya minta maaf, chagi. Aku yang tak mengerti keadaanmu. Aku hanya mementingkan diriku sendiri, aku tahu itu. Aku sering mengacuhkanmu disaat EXO hendak tampil di setiap acara musik. Aku yang tidak peka, aku yang salah. Mianhada. Uljimayo, eum! Kau jelek kalau begini. Kaja! Kita masuk, di luar sangat dingin..” aku menghapus air matanya, membawa dia ke suasana ternyaman, mengibaskan poninya yang sedikit berantakan karena angin dingin yang sangat menusuk kulit. Ku lihat wajahnya bersemu merah. Tak perlu berlama-lama, aku menautkan tangannya dan kami berjalan masuk ke dalam gedung itu lagi.
In the beginning your dream, your word, thicker than tears
Also sweeter than heaven’s nectar
Yes, you are my baby baby baby, baby baby baby
I promise I won’t stop
when I only see you
“Aniyo, aku yang salah. Mianhae..” bisiknya pelan, tapi itu sudah berhasil menembus gendang telingaku. Aku tetap membawanya berjalan. Tangannya ku masukkan ke dalam saku coatku.
“Kai Oppa..” panggilnya singkat.
“Eum?” jawabku tanpa melihatnya. Sekarang kami sudah berada di lift menuju backstage. Entah mengapa ada rasa takut jika Minyeon akan berkata putus atau apapun itu.
“Aniyo, tidak jadi.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya lucu lalu tertunduk. Aku menaikkan alisku heran kemudian membawanya dalam dekapanku.
“Wae? Ada apa?” aku mengulangi pertanyaanku lagi. Dia menghela napasnya pelan, perlahan tangannya sudah melingkar di pinggangku. Aku menatapnya lekat.
“Tadinya aku ingin memberimu obat herbal untuk menghangatkanmu jika kau masih bersikeras hanya memakai sarung tangan, tapi sepertinya kau tidak butuh dariku, Suho Appa juga pasti akan memberikannya nanti padamu, bukan? Ah, awalnya aku juga ingin merapikan rambutmu tapi sepertinya coordi noona lebih pandai menata rambutmu dari pada aku.” Katanya sambil mempoutkan bibirnya. Aku sedikit terkekeh mendengar alasan manjanya. Aku mencubit hidungnya dan kembali mengeratkan pelukanku. Aigoo, lihatlah, siapa yang bisa bermanja denganmu Kai kalau bukan kekasihmu sendiri? Aku masih tersenyum jika mengingat semuanya.
“Jadi hanya karena itu? Dengar, sepeduli apapun mereka kepadaku, aku hanya akan merasa sangat senang jika itu darimu, baby. Coba ingat, kapan aku tidak menerima yang kau beri padaku, eum? Semua perhatianmu, semua kasih sayangmu, semua kepedulianmu, bahkan semua sifat manja dan moodymu padaku itu sudah sangat membuatku sangat bersyukur bisa mempunyai dirimu. Kau tahu, sangat langka mempunyai yeoja yang sepertimu. Tapi aku bahagia, bukan? Sudahlah, jangan suka mengasumsikan pendapatmu sendiri. Sampai kapanpun aku merasa kau tidak pernah merepotkanku. Mana obatnya? Aku akan meminumnya saat ini juga. Aishh, dingin sekali sih di sini..” ucapku jujur. Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku. Bahkan di dalam gedung pun bisa terasa dingin? Oh, inilah yang paling mematikan jika menyambut tahun baru.
This moment when I’m closing my eyes to pray
I will hug the heart in you slowly
Today is a one time chance My first footstep I take
I will promise I’m going to do good
*Kai pov end*
*Minyeon pov*
“……….. Aishh, dingin sekali sih di sini..” aku melihatnya yang kedinginan sedari tadi. Kedua tangannya hampir membiru menahan rasa itu. Sejenak aku memikirkan semua yang Kai Oppa katakan. Jadi selama ini aku hanya terperangkap dalam pemikiranku sendiri. Apa? Yeoja seperti aku sangat langka? Mengapa perkataannya sangat mirip dengan yang Changmin Oppa sering katakan kepadaku? Perlahan pintu lift terbuka dan memunculkan keramaian orang yang berada di lantai lima gedung MBC ini. Aku segera melepas pelukanku pada Kai Oppa. Mengambil posisi berdiri di belakangnya dan mencoba bersikap biasa saja. Anggap saja aku hanya staff ataupun make up stylish yang membututi kemana idolanya pergi. Jika ada yang melihatnya sepeti tadi nanti, mungkin besok aku sudah berada di halaman utama daum.
“Kapan? Oppa berkata kapan? Barusan saja kau mengacuhkanku..” kataku dengan intonasi cepat. Aku mengikutinya berjalan ke arah backstage EXO-K. Ku harap dia tidak mendengarnya sehingga aku bisa dengan tenang mencibirnya di belakang. Hahaa apakah sikapku terlalu kekanak-kanakan?
“Hahaha mengapa jadi kau yang marah, baby? Mianhada. ” dengan sigap dia membalikkan tubuhnya dan mencubit pipiku gemas. Aku yang terkejut segera melepas tangannya dan melihat sekitarku. Kai Oppa kebiasaan! Dia tidak tahu ini tempat umum? Aku membuka ranselku, mengambil beberapa sachet obat herbal yang sering ku beri padanya sebelum dia perform.
“Ini obatmu, Oppa. Aku akan melihatmu dari kursi penonton. Aigoo, rambutmu lihatlah, ponimu tidak rapi. Sebentar.. Nah! Sekarang sudah tampan! Fighting!” aku menyerahkan obat itu padanya. Sedikit berjinjit untuk merapikan poni coklatnya. Sejenak aku merasa malu karena pandangannya tak lepas padaku. Aku merapikan semuanya yang ada padanya kemudian memberi semangat supaya performnya hari ini berjalan dengan lancar. Sesudah itu aku pun memutar arahku ke bagian barat gedung MBC ini. Meninggalkannya.
“Yaa! Kau tidak ingin bertemu yang lain dahulu?” teriaknya yang berhasil membuatku menahan tawa. Gotcha! Kena kau Oppa! Kau kira enak ditinggalkan, eoh? Hahaa
“Ani, aku akan menemui kalian nanti, aku sudah janji akan bertemu SHINee Oppadeul dahulu. Jinki Oppa yang memintaku untuk menemui mereka. Annyeong~ Byeee~” aku menoleh padanya sekilas dan melambaikan tanganku. Dia melototkan matanya setelah aku menucapkan nama Jinki Oppa. Aku tahu sebenernya dia cemburu tapi dia tidak pernah mengakuinya. Aku baru ingat memang aku harus menemui idolaku dulu, karena ini Jinki Oppa yang memintanya. Mereka akan membawakan SHERLOCK malam ini dan aku sangat penasaran dengan kostum mereka. SHINee bogoshiptaaaa jeongmal~
“Yaaa! Minyeon-ahh! Jadi kau balas dendam, eoh?” teriaknya lagi, kali ini lebih keras dari yang pertama. Aku menutup mulutku, tak bisa menahan tawaku. Aku sengaja berlari cepat agar dia tidak mengejarku.
“Weeekkk~” spontan aku menjulurkan lidahku mengejeknya dan kembali melesat menuju ruang yang bertuliskan SHINee. Entah apa ekspresinya sekarang yang pasti itu sangat lucu. Aku melihatnya dari balik pintu. Ternyata dia masih berdiri di tempat itu. Membuka satu sachet obat herbal itu dan meminumnya. Ku lihat dia tersenyum dan kembali melangkahkan kakinya ke backstage EXO. Baru kali ini aku berhasil mengerjainya, biasanya susah sekali. Kai Oppa termasuk orang yang peka terhadap sekitarnya.
I fell deep in the chest
that you are my everything, that you are heaven
baby baby baby, baby baby baby