home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Unexpected Paris

Unexpected Paris

Share:
Author : ignasia17
Published : 11 Jul 2014, Updated : 16 Jul 2014
Cast : Jung Hana, Lee Jonghyun, Yoon Doojoon, Agatha Mccaren, Alexander Lee, Wang Sera, Oh Sehun
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |6671 Views |1 Loves
Unexpected Paris
CHAPTER 3 : A Helper ??

Hana pasti sudah jatuh apabila tidak dibantu oleh Pria Asia tadi. Jus Apelnya tergelincir begitu saja dari tangannya. Kini, Hana berada di pelukan pria itu, yang ternyata dari tadi memperhatikan ekspresi Hana yang aneh dan wajahnya yang perlahan mulai memucat.

 

“Aku pasti sudah gila. Ini pasti mimpi lagi.” Gumamnya, membuat pria itu makin terheran-heran menatapnya.

 

“BUKK” Hana tiba-tiba jatuh begitu saja ke lantai ketika dengan sengaja, pria itu merepaskan rangkulannya.

“Drama sekali sih kau ini. Lihat begitu saja sudah mau jatuh.” Keluh pria itu. Hana masih diam, terduduk lesu.

“Ya! Kamu kenapa? Ada mulut ya bicara! Jangan diam begitu.” Pria itu kaget

“Wanita itu sudah mati ya?” Tanya Hana perlahan.

“Tentu saja. Dia ditabrak kereta dengan kecepatan tinggi. Sudah pasti mati lah.”

“Ya, dia mati dan itu bukan salahku. Itu bukan urusanku. Aku tidak mengenalnya. Ya. Bukan urusanku.” Hana segera berdiri dengan sisa tenaganya, meninggalkan pria itu sendiri yang kebingungan mencerna kalimatnya barusan tadi.

 

***

 

Jonghyun merebahkan segenap tubuhnya ke sofa beludru berwarna biru di ruang tamu apartemennya sambil terus mengingat kejadian tadi.

 

“Wanita aneh.” Gumamnya

“Wanita? Siapa? Wah kau ini baru sehari di Paris sudah dapat mainan saja.” Seru Doojoon sambil meletakkan secangkir kopi hitam di meja yang langsung disambar Jonghyun.

“Sepertinya aku terlalu berlebihan pergi ke stasiun itu. Aku malah bertemu wanita aneh. Ah, wanita gila tepatnya.” Serunya sambil memegang cangkir kopi.

“Tapi rasa penasaranmu terpuaskan kan? Benar kan kataku! Stasiun itu memang benar-benar ada. Bukan hanya ada di mimpimu saja. Jadi kau dapat apa disana selain bertemu wanita gila? Hahaha” kata Doojon yang langsung disambut dengan lemparan bantal sofa ke wajahnya.

“Tadi sih ada yang mati terlindas kereta. Tapi bukan urusanku juga sih. Eh nanti siap-siap ya! Kencan pertamamu malam ini di Au De Cadet.” Balas Jonghyun lalu berdiri menuju kamar.

 

***

 

Di waktu yang sama, Au De Cadet Café  

 

Seorang wanita cantik tampak sedang duduk sendiri di meja paling ujung di café itu sambil sekali-kali melirik jam tangan Dior nya. Sudah satu jam wanita itu duduk menunggu di café itu, tapi yang ditunggu belum juga tiba.

“Sera-ya!” wanita itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.

“Satu jam! Satu jam, Jung Hana! Disini kau yang butuh bantuanku tapi kenapa aku yang menunggu lama? Menjengkelkan.” Omelnya.

“Disini kau yang akan diuntungkan. Aku yang akan membawamu menjadi calon menantu orang kaya. Kau yang pantas menunggu lama.” Balas Hana acuh. Ia masih mengingat kejadian di stasiun tadi.

“OK. Memangnya kau darimana?”

“Stasiun kereta api.”

“Apa? Seorang Jung Hana? Ke stasiun? Kau ke stasiun? Ya ampun Han, kau memang benar sudah jatuh miskin ya. Sebaiknya kau memang harus menikah dengan calon tunanganmu itu supaya hidupmu jadi enak lagi.” Celoteh Sera

“Lho, nanti kan uangnya bisa kamu kasih sebagian ke aku. Jangan pikir kekayaannya semua buat kamu. Aku tinggal terima uang tanpa harus jadi menantu mereka kan, menguntungkan.”

“Jadi kau menjadikanku boneka? Jung Hana kau memang egois. Bahkan sebelum aku setuju dengan permainanmu ini kau sudah mengirimkan fotoku kesana sebagai kau.”

“Ya. Kau memang boneka, dan ya aku memang egois. Tapi tenang saja lah. Kau itu boneka Barbie kok. Setiap hari pasti di servis. Sudah ku bilang dalam kesepakatan ini kau yang paling untung. Aku tidak minta banyak. Cukup biaya belanja setiap bulan.”

“OK atur sajalah. Kau kan bosnya.” “Malam ini jam 7 disini ya. Pakai bajumu yang paling seksi! Buat dia jatuh cinta padamu atau apaaalah yang penting dia takluk padamu. Semakin cepat semakin baik. Aku pergi dulu.”

“Han, kamu tidak akan menemaniku disini nanti malam?” seru Sera

“Untuk apa? Ini kencanmu, bukan kencanku. Kesuksesan atau kegagalan ada di tanganmu.” Jawab Hana cepat lalu berdiri.

“Kau hanya tidak mau kembali ke korea kan? Karena itu kau tidak mau menikah dengannya.”

“Tidak. Aku hanya tidak suka pernikahan. Dan aku mungkin akan ke korea dalam waktu dekat ini.” Tutup Hana, kemudian pergi dari situ.

 

***

 

“Kau akan ke korea? Serius? 23 tahun kau hidup disini dan sekarang akhirnya kau mau juga kesana. Kupikir kau tidak suka korea.”

“Agatha, Sekarang keadaannya lain. Sepertinya aku memang harus kesana. Orang tuaku masih punya sebuah villa di pulau Jeju yang tidak disita bank. Kurasa aku bisa tinggal disana.”

“Tapi kau tinggal sendiri lho. Uang?”

“Uang sih masalah gampang. Masih ada Asuransi Mamaku tapi belum ku urus. Aku harus keluar dari sini supaya tidak bermimpi aneh lagi.”

“Lho, mimpi stasiun kereta lagi?” Tanya Agatha

“Lebih parah dari itu. Aku bermimpi ada yang meninggal dan semuanya terjadi seperti di mimpiku. Letak stasiunnya, lokasi kematiannya, jam kematiannya. Semuanya sama. Aku semakin merasa tidak tenang tinggal di Paris.” Jawab Hana dan disambut dengan wajah kaget Agatha.

 

***

 

Hana, kau pikir kau mau lari kemana? Tega sekali kau tidak menolongku. Kau harus bertanggung jawab atas kematianku!” seorang wanita berbicara dengan Hana di sebuah ruangan putih yang kosong. Hana terlihat terkejut melihat wanita itu.

“Kau… kau yang di stasiun… kau….” Seru hana terputus-putus dan terlihat takut.

“Ya aku. Aku yang mati tertabrak kereta tadi pagi. Kau mengetahuinya tapi kau tak membantuku, malah melarikan diri! Kau jahat!” teriak wanita itu

“Kau siapa? Aku tidak mengenalmu! Pergi! Jangan ganggu aku!”

“Tidak bisa. Aku akan terus muncul sampai kau bertanggungjawab.”

“Tidak! Pergi!” Teriak Hana

“Kau harus bertanggungjawab!” kata wanita lebih keras.

Hana kemudian menutup telinganya, mencoba mengelak dan lari dari wanita itu walaupun ia tahu ia tidak bisa lolos dari kejaran wanita itu. Berlari dan terus berlari sampai akhirnya…. Hana terbangun dari mimpinya.

 

***

 

Wajah Hana pucat seketika. Seluruh badannya bermandikan keringat. Nafasnya naik turun tidak beraturan dan ia tidak bisa mengontrol tangan dan kakinya yang gemetar. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya dan berusaha menenangkan diri.  

“Aku harus cepat pergi dari Paris.” Gumamnya.

 

“Tidak ada bedanya kalau kau pergi!” suara seorang pria menggema di kamar kecil itu. Hana kaget dan mulai mencari siapa pemilik suara asing yang berbicara dalam bahasa korea itu.

“Kau siapa?” Tanya Hana gemetaran sambil terus mencari sosok pemilik suara itu.

“Aissh~, Jung Hana kau sangat merepotkan!” seorang Pria kini sedang berjalan ke arah hana dari arah jendela yang gelap di sudut kiri kamar itu. Hana tertegun.

Pria itu cukup tampan dengan wajah tirus orientalnya. Wajahnya bisa membuat bule Prancis jatuh hati. Tingginya proporsional dan dengan long coat cokelat & Syal senada yang digunakannya, ia tampak mempesona.

 

“K…kau… kau siapa? Kau… kau tahu darimana namaku? Siapa? Kau siapa?” tiba-tiba Hana tidak bisa menggerakkan seluruh badannya. Ia membeku dalam ketakutan.

“Aku? Kau tidak mengenal suaraku? Coba pikir lagi, dimana kau pernah mendengar suaraku!”   Hana menatapnya ketakutan namun mulai mencoba berpikir.

‘Suara ini… sepertinya aku memang pernah mendengarnya. Tapi diman….’ Hana menghentikan pemikirannya. Sepertinya dia tahu.

“Kau.. di mimpiku.. Stasiun?” jawab hana terbata-bata

“Wah, bisa kau menjawabnya dalam 1 kalimat yang jelas? Tapi sepertinya kau sudah ingat ya!”

“Kau yang berbicara dalam mimpiku itu kan? Bahwa aku harus mencari wanita itu dan menolongnya. Itu kau kan?”

“Iya. Itu memang benar aku.”

“Aku tidak mengerti. Kau siapa? Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Kenapa wanita itu bisa ada dalam mimpiku? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi denganku?” Tanya hana bertubi-tubi.

“Woo~ Slow down! Dengar ya! Kalau saja kau berhasil menyelamatkan wanita itu, aku tak perlu muncul di hadapanmu, dan kau tak perlu didatangi wanita itu dalam mimpi! Intinya, ya semua salahmu!”

“Bisakah kau menjawab semua pertanyaanku tadi dahulu sebelum menceramahiku? Aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi!” balas hana ketus.

“OK. Panggil saja aku Hoon. Aku pengawasmu.”

“Pengawasku? Atas dasar apa kau menyebut dirimu pengawasku?”

“Itu sudah hukum alam. Aku pengawasmu sejak kau memutuskan untuk menjadi Helper.”

“Apa itu? Helper? Apa maksudmu dengan Helper? Bisakah kau menjelaskannya dengan baik? Aku sudah cukup stress dengan apa yang menimpaku.”

Pria yang menyebut dirinya Hoon itu mengambil sesuatu sari sakunya, dan memberikannya kepada Hana. “Lihatlah video dalam Handphone itu.”

Disitu ada dirinya yang sedang menggunakan baju rumah sakit, berdiri di ujung sebuah anak tangga, dan sedang menengadah ke atas.

 

“Aku akan menjadi Helper jika aku bisa bangun lagi. Aku akan membantu semua orang yang butuh bantuanku. Kalau aku gagal dalam sebuah misi, aku rela kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya, walaupun masa tugasku di perpanjang 1 tahun dan umurku di potong 1 tahun. Aku akan bertanggungjawab akan janjiku ini.”

 

“Apa ini? aku tidak pernah merasa berkata seperti ini? dan kembali ke masa lalu? It doesn’t make any sense at all!. Jangan membodohiku!”

“Karena inilah aku ada. Karena manusia memang sering mengingkari janjinya. Kau lupa dengan janjimu  kau tidak mengucapkannya dengan tulus. Kau tidak tulus mau membantu orang lain. Kau hanya ingin hidup. Karena inilah harus ada pengawas bagi seorang helper.”

“Apa maksudmu? Apa maksud semua ini?”

“Apa kau pikir kau masih bisa hidup kalau kau tidak mengucapkan janji itu? Keadaanmu saat kecelakaan itu tidak memungkinkan dirimu untuk hidup! Kau diberi kesempatan untuk hidup dengan menjadi helper. Dan aku ditugaskan untuk mengawasi tugasmu! Tapi karena kau tidak tulus mengucapkan janjimu, maka ketika kau bangun dari koma kau melupakan semuanya. Karena itulah aku ada. Karena itulah aku muncul. Untuk mengingatkanmu dengan janjimu!”

“Ridiculous. Kau pikir aku akan percaya dengan semua omong kosong fantasimu ini? lagipula, aku koma karena apa? Kau tau? Aku koma karena aku bunuh diri. Untuk seorang yang ingin mati seperti aku, tidak mungkin meminta untuk tetap hidup.”

“Kalau masalah itu aku tidak tahu. Kenapa tiba-tiba kau ingin hidup, bukan urusanku. Tapi kau memang memohon untuk tetap hidup. Karena itulah kau bisa ada disini sekarang, karena itulah kau menjadi helper. Karena itulah kau bisa bermimpi tentang orang yang butuh bantuanmu! Kau sangat ingin hidup! Itulah faktanya! Kenapa kau ingin hidup, kau cari tahu saja sendiri!”

“Tidak mungkin! Aku sama sekali tidak ingin hidup karena itulah aku mencoba bunuh diri. Kau jangan coba-coba membodohiku. Kau tidak tahu siapa aku, dan aku sama sekali tidak mengenalmu orang asing!”

“Wah wanita ini sangat keras kepala.” Keluh Hoon

“Sebaiknya kau pergi dan jangan meneruskan omong kosong ini lagi.” Perintah Hana

 

“Jung Hana. 23 tahun. Yatim piatu. Anak tunggal. Manja, egois, tidak mau hidup susah. Waktu kecil sering mengerjai pelayannya dengan mewarnai wajah mereka dengan spidol. Mau menang sendiri. Waktu kelas 2 SMP merampas tempat pensil milik temannya yang miskin di sekolah tapi akhirnya temannya itu yang dikeluarkan dari sekolah. Punya tanda lahir di punggung sebelah kiri karena itu dia sangat malu menggunakan pakaian terbuka. Pernah jatuh dari tangga kamarnya saat berumur 17 tahun dan harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu. Sangat benci dengan korea dan tidak mau kembali kesana karena dulu saat liburan disana ia menyukai seorang anak lelaki tapi ditolak mentah-mentah. Alasan yang kekanak-kanakkan.” Tiba-tiba Hoon memaparkan profil Hana di depannya. Hana melongo mendengarkan kata-katanya.

“Kau.. bagaimana? Hanya keluargaku yang tahu tentang tanda lahir di punggungku.”

“Tentu saja aku tahu. Aku tahu semua tentangmu. Semuanya tanpa terkecuali karena aku pengawasmu. Kau tidak bisa lari dari janjimu. Semakin kau lari dari janjimu, semakin lama kau harus menderita dengan mimpi-mimpimu.” Balas Hoon yang berhasil membuat Hana lemas selemas-lemasnya.

 

“Jadi ini semua bukan fantasi?” Tanya hana lesu

“Tentu saja. Aku tidak tahu kenapa kau sampai berjanji seperti ini. tapi kau tidak bisa lari sampai tugasmu selesai.”

“Selesai? Kapan selesainya?”

“Kalau kau bertanggungjawab dan membantu semua orang yang ada di mimpimu, ya biasanya lima tahun sudah selesai.”

“Lima tahun? Lima tahun aku harus hidup seperti ini katamu?”

“Lima tahun paling cepat. Ingat Hana! Kalau kau tidak boleh gagal dalam satu kasus. Kalau kau gagal, umurmu akan terpotong sepuluh tahun. Kau akan mati sepuluh tahun lebih cepat dari umur kematianmu yang seharusnya. Dan kau sudah gagal satu kali.”

“Gagal satu kali? Maksudmu?”

“Ya. Wanita itu mati kan? Artinya kau gagal.”

“Kalau begitu semakin sering aku gagal, semakin cepat aku mati, bukan? Ya sudah. Aku bersantai saja supaya aku cepat mati.” Celetuk Hana

“Hana! Mati itu gampang. Tapi bagi seorang Helper, kehidupan akhiratmu tergantung pada kinerjamu saat kau berperan sebagai Helper di dunia. Kalau kau bekerja bagus, kehidupan akhiratmu juga senada dengan pekerjaanmu. Kalau katamu kau mau bersantai sampai mati, lakukanlah. Sebab setelah kau mati, kau sama sekali tidak bisa bersantai dan harus menikmati penyiksaanmu. Fyi, seorang helper penyiksaannya akan semakin berat dibandingkan orang biasa. Yang ku dengar ya begitu.” Jelas Hoon

“Mana ada hal seperti itu? Jangan menakutiku!”

“Kalau apa yang sudah kau mimpikan saja bisa menjadi kenyataan, kenapa penjelasanku tadi tidak bisa? Pikirkanlah, dan putuskanlah sendiri. Aku lelah berbicara denganmu! Aku pergi dulu. Aku ada konser.” Balasnya kemudian menghilang seketika dari hadapan hana, membuatnya kaget.

“Ah, ya! Kalau kau sudah bisa menerima kenyataan, panggil saja namaku. Aku akan muncul didepanmu.” Ia muncul kembali tepat di depan wajah Hana, membuat hana Makin terkejut.

“Bagaimana kau bisa hilang dan muncul begitu saja?”

“Aku pergi!”

“Tunggu!  Masih banyak yang ingin ku tanyakan padamu!”

“Hei, aku bukan tipe orang yang bisa datang saat kau menyuruhku datang. Aku hanya akan muncul di saat-saat yang penting.” Katanya. Hening sejenak, lalu “ Oh ya. Hampir lupa. Ada kesempatan kedua di setiap kegagalanmu. Kau bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya. Aku akan membantumu melewati time door. Tapi, jika kau kembali ke masa lalu, masa tugasmu akan ditambah setahun, dan umurmu akan dikurangi setahun juga.”

“Apa maksudmu?” Tanya hana.

“Nanti aku kembali. Konserku sudah mau mulai” katanya kemudian menghilang lagi, meninggalkan hana yang terbengong sendirian.

 

‘Apa maksudnya dengan konser?’ batin Hana.

 

Hana akhirnya mencoba menenangkan dirinya, mencerna apa yang barusan terjadi, kemudian merebahkan segenap dirinya kembali ke tempat tidur, dan mengira-ngira apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

Ps: Kalau sekarang atau nanti postingan chapternya agak molor, berarti author lagi repot banget Sama  kerjaan di kantor,  atau lagi tugas kantor ke luar Kota. Mohon dimaklumi ya. love you guys. #hugkiss

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK