home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Unexpected Paris

Unexpected Paris

Share:
Author : ignasia17
Published : 11 Jul 2014, Updated : 16 Jul 2014
Cast : Jung Hana, Lee Jonghyun, Yoon Doojoon, Agatha Mccaren, Alexander Lee, Wang Sera, Oh Sehun
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |6669 Views |1 Loves
Unexpected Paris
CHAPTER 2 : Eifell I’m In Trouble !

 

Semua sahabat tiba-tiba tak bisa dihubungi, gadis itu pasrah. Balutan busana hitam dan topi lebar membalut tubuh dan kepalanya. Ia duduk merangkak tanpa ekspresi di depan dua makam yang berjejer rapih di hadapannya. Ia melamun, membayangkan tempat tinggal barunya di sudut kota Paris yang bisa dibilang jauh dari level kehidupan mewahnya sampai seminggu yang lalu. Ia menangis, membayangkan bagaimana caranya dia bisa hidup tanpa pergi ke salon setiap minggu, belanja tas Chanel kesukaannya, berlibur dengan jet pribadi, dan menghadiri undangan Fashion Show setiap musim.

Puas dengan lamunan, ia bangkit lalu berjalan keluar dari kompleks pemakaman itu. Lesu, seperti mayat hidup. Ia berhenti di depan menara Eifel Tower yang tersohor itu, menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha melihat puncak menara itu.

 

“Terlalu tinggi. Tubuhku bisa hancur nanti. Setidaknya aku tetap harus tampil cantik.” gumamnya.

“HANA! Sedang apa kamu disini? Aku mencarimu sejak semalam.” Pekikan seorang gadis dari arah belakangnya membuat Hana tertegun.

“Agatha? Sedang apa kau disini? Bukannya kau sedang ada tugas kantor di Munchen?” ia menyelesaikan kalimatnya lalu berlari memeluk Agatha. “Kupikir kau juga pergi seperti teman-teman yang lain.”

“Tentu saja tidak. Bagaimana bisa aku lari kalau kau sedang berduka begini. Pekerjaan bisa nanti-nanti diselesaikan.” Balasnya. “Kau tinggal denganku dulu ya. Tapi apartemenku kecil. Tidak seperti rumahmu.”

“Setidaknya ada yang menemaniku. Ayo! Aku capek. Mari kita lihat berapa lama aku sanggup hidup miskin begini.” Hana berseru parau sambil menatap menara yang ada di hadapan mereka dan berjalan mendalui Agatha, meninggalkannya dalam kebingungan.

***

2 Hari Kemudian.

paris hôpital general

Agatha berlari sekuat tenaga, meninggalkan pekerjaan menumpuknya sebagai asisten muda di kantor kejaksaan wilayah Paris. Makin cepat ia berlari, makin tegang hatinya. Ia berhenti di depan Emergency Room, dan mulai melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia disambut oleh dokter yang sepertinya tidak membawa kabar baik.

“Bagaimana dia Dok?” seru Agatha tidak sabar

“Nafasnya sudah normal. Ada beberapa benturan di punggung dan kakinya. Kami masih sementara melakukan Rontgen. Anda bisa tenang. Dia selamat walaupun mencoba melompat dari ketinggian 5 meter. Untung penduduk sekitar cepat menyediakan Baloon Bed untuknya” Lapor dokter itu.

“Sampai kapan dia tertidur begini dok?”

“Tunggu saja. Tidak akan lama.”

****

2 Minggu Kemudian…

“Kepada seluruh penumpang, diberitahukan bahwa kereta yang menuju kota Marseille akan diberangkatkan satu menit lagi. Diharapkan semua penumpang segera masuk ke dalam kereta. Terima Kasih.”

Hana terdiam mendapati dirinya berada di tengah kerumunan orang di stasiun bawah tanah itu. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap ada yang mengenalinya. Meski selama 23 tahun tinggal di Paris, ia sama sekali tidak pernah menggunakan alat transportasi umum. Tempat ini terasa mengerikan baginya.

Kepalanya pusing, kakinya tidak lagi bisa menopang berat badannya. Sebelum jatuh, ia segera menopangkan tangannya di sebuah kursi tunggu dekat rel kereta api dan duduk di situ.

“Jangan bermimpi! Aku tidak akan meninggalkan wanita seksi itu hanya demi wanita bodoh seperti kamu! Terima kenyataan saja lah. Kalau kau kehilangan aku, kau hanya cukup mencari penggantiku kan!” Hana tertegun dan menoleh kearah kanan. Sepasang kekasih sedang beradu mulut. Beberapa menit kemudian Hana kembali mengarahkan pandangannya ke arah rel kereta yang kosong.

“Jahatnya kamu. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu di hari pertunangan kita? Kenapa selama ini kamu tidak terus terang? Kenapa harus hari ini?” balas wanita itu, membuat Hana kembali mengarahkan kepalanya kea rah mereka, kemudian mencibur.

‘Buat gaduh saja.’ Keluh Hana dalam hati, kemudian berdiri dari tempat duduk itu dan berjalan pelan sambil memijit dahinya menuju kea rah berlawanan dari pasangan itu. Di langkah ke 5…

“AAAAAAAAAAAACK” Terdengar teriakan beberapa wanita dari arah belakang. Hana spontan menoleh, dan ia melihat wanita tadi sudah terkapar bersimbah darah di rel kereta. Pasangannya terduduk pucat di samping rel.

Petugas keamanan kemudian berkumpul dan berusaha menjauhkan beberapa orang yang memotret kejadian itu. Hana terdiam. Melihat manusia bersimbah darah di hadapannya mengingatkannya kepada kedua orang tuanya.

Beberapa saat kemudian ia tersadar dari lamunannya lalu berlari mencari layar pengumuman stasiun. Ia harus tahu ia ada dimana dan bagaimana caranya di pulang ke apartemen Agatha.

 

~Stasiun Marseille, 14 Juli 2014. 17:33:00

Keberangkatan Marseille – Paris, 5 menit lagi.

 

“Cari wanita itu, Hana! Dia butuh bantuanmu. Cari dia dan kamu tidak perlu mengulang mimpi ini.” Sebuah suara entah milik siapa bergaung dan mengagetkannya yang sedang mengecek jadwal keberangkatan.

Hana menoleh ke depan dan kebelakang dengan panic, tapi perlahan-lahan ia hanya bisa melihat cahaya putih, dan stasiun itu menghilang.

***

“Serius? Itu saja? Kau tidur selama 2 minggu tapi itu saja yang kau mimpikan?” Agatha berteriak geram sesaat setelah mereka masuk ke sebuah café.

“Aku hanya ingat aku minum wine di apartemenmu dan naik keatap apartemen, lalu aku sudah berada di stasiun itu. Itu saja. Memangnya kenapa sih?” balas Hana asal

“Aduh terserahlah. Tapi, tolong mulai sekarang hidup dengan baik saja ya. Terima kenyataan. Kamu harus cari kerja supaya bisa hidup. Sekeras apapun jangan berpikir bunuh diri lagi.”

“Kalau itu lihat nanti deh. Sebenarnya aku sudah bisa mati dengan tenang kalau orang-orang gila urusan itu tidak repot-repot membawaku ke rumah sakit.” Seru Hana asal, membuat mata cokelat Agatha melotot lebar.

“Kau…” Agatha tidak melanjutkan kalimatnya karena Hana sudah berdiri dengan ekspresi kaget sambil memandang keluar jendela kafe.

“Aku pernah melihat mereka berdua.” Hana bergumam sambil menatap sepasang kekasih di depan kafe itu.

“Kau kenapa? Kenal mereka? Siapa sih?”

“Aku juga tidak tahu. Tapi aku selalu bermimpi mimpi yang sama sampai tadi malam, dan aku bermimpi wanita itu mati di lindas kereta.” Hening Sejenak, kemudian “Di akhir mimpi ada suara yang selalu menyuruhku mencari wanita it……” Kembali, Hana terkaget melihat tanggal yang muncul di Handphonenya.

“Hei, ini tanggal 11 Juli?” pekiknya.

“Kau ini kenapa sih, Han?” Tanya Agatha

“Mimpiku. 14 Juli. 14 JULI?” bola mata Hana membesar kemudian matanya mencari pasangan di depan kafe itu, tapi mereka sudah menghilang. “Sebenarnya apa yang terjadi padaku?”

“Han. Hei, kau kenapa?”

“Entahlah, mungkin hanya kebetulan. Aku tidak mau mengurusi orang lain apalagi yang tidak ku kenal. Ayo kita pulang.”

***

Seoul, Cheongdamdong. Mango Six Café.

“Kau kan gampang membuat wanita jatuh cinta padamu. Kau hanya cukup membuatnya jatuh cinta padamu. Kalau sudah begitu dia sendiri yang akan membatalkan perjodohan gila ini.” Jonghyun meletakkan sebuah Jus Mangga Mix di hadapan temannya, kemudian duduk di depannya

“Kalau kakekmu tahu, aku bisa dibunuh. Lagipula dia cukup cantik kok kalau di foto. Dan lagi, dia pasti sudah pernah melihat fotomu, Jonghyun-ah!”

“Sebelum dikirim ke Paris, sudah ku ganti dengan fotomu kok. Ayolah, tolong temanmu ini. Ka hanya perlu kesana dan mengaku sebagai aku, membuatnya jatuh cinta, lalu aku akan muncul dan memberitahu dia semuanya. Kalau dia sudah jatuh cinta padamu kan dia pasti menolakku.” Jelas Jonghyun panjang lebar.

“Kau gila! Kalau dia benar-benar suka padaku, bagaimana aku melepaskannya?”

“Yoon Doojon! Katamu kau ahli dalam soal begituan. Buktikan lah! Tawaranku, 1 villa di Jeju, foto villanya sudah ku e-mail.” Serunya sesaat setelah memencet tombol send pada Handphone-nya.

1 menit kemudian.

“Hei kau serius mau memberiku ini?” Doojoon tertegun.

“Tentu saja. Jadi bagaimana?”

“Ok. Call! Deal!”

“OK. Tiketmu ku kirim besok lewat email. Kita pergi bersama kesana. Tapi aku hanya seminggu disana ya. You know lah. Aku benci Paris. Aku akan menetap di London sampai misimu selesai.”

“Atur saja. Kau kan bosnya.”

***

 

14 Juli 2014, Marseille Train Station

 

“Ok. Sepertinya aku memang sudah gila.” Seru Hana pada dirinya sendiri sesaat setelah duduk di bangku stasiun itu. Persis seperti di mimpinya. “Situasinya sama. Ya ampun.” Bisiknya lagi, sambil menggulung sebuah kertas berisi resep makanan yang dia pungut di depan stasiun. Ia meremas kertas itu sambil terus menoleh kearah kanan.

Tiba-tiba seseorang merampas kertas dalam genggamannya. Hana langsung menoleh, ingin melihat siapa yang mengganggu konsentrasinya.

“Oh? Asia? Japan? Korean?” seru orang itu yang ternyata adalah seorang Pria Asia.

No. I’m Parisian who can speak English verwell. And what are you doing with my paper?” Seru hana kesal.

I don’t really like Parisian but I know you’re an asian. This is my recipe paper. That’s me who naturally can being mad at you. This paper is more important than you, asian!” balas lelaki itu.

“Heol~ Michyeon Namja.” Gerutu Hana dalam bahasa korea yang kental, membuat pria itu terkejut.

“Aigoo~ Kamu orang korea juga ternyata.” Seru pria itu dalam bahasa korea. Kini giliran Hana yang kaget. Pria itu kemudian duduk di samping Hana, tanpa mempedulikan wajah hana yang kaget sekaligus kesal.

“Tidak ada yang mempersilahkanmu duduk!”

“Kalau agasshi lupa, ini tempat duduk umum. Siapapun bebas duduk disini kan!”

don’t speak Korean with me!”

“Aneh. Kau orang korea tapi tidak mau berbahasa korea. Kau di Paris tapi berbahasa inggris.”

“Aneh. Kau Pria, tapi bicaramu seperti wanita saja. Dari tadi tidak bisa diam.”

“Heol~ Michyeon Yeoja.” Seru pria itu sambil berdiri dari deretan kursi itu dan mulai berjalan kea rah kiri.

***

Hana melirik jam tangannya. “Aku memang sudah gila. Mimpi. Orang asing pula. Untuk apa aku ambil pusing sampai datang kesini? Aissh~” tak sabaran, Hana segera berdiri lalu berjalan pergi. ia berhenti di kedai yang tidak terlalu jauh dari tempat duduk itu, lalu berhenti dan memasan Apple Mix Juice. 

 

“AAAAAAAAAAAAAAACK”

 

Baru saja Hana mau beranjak dari kedai Jus itu, jeritan beberapa wanita menggema di stasiun. Pria yang duduk di samping Hana tadi yang sudah jauh di depannya pun tampak berlari ke arah Hana, melewatinya, menuju kerumunan orang tepat di belakangnya.

Hana tersadar kemudian beberapa saat kemudia segera berlari ke layar pengumuman stasiun itu.

 

~Stasiun Marseille, 14 Juli 2014. 17:33:00

Keberangkatan Marseille – Paris, 5 menit lagi.

 

TEPAT SEPERTI MIMPINYA. Wanita itu benar meninggal sesuai apa yang dimimpikannya.

 

TBC

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK