Tidak apa-apa jika kau tidak mencintaiku..
Hanya dengan melihatmu aku baik-baik saja..
"Hey, you!"_ (Strong Heart)
Semua terkejut dengan ucapan manajer Kim.
"Hyungnim, bagaimana mungkin kau menyuruh mereka menikah gara-gara masalah ini?" Heechul protes, dan wajahnya terlihat geram.
"Apa salahnya? Cepat atau lambat mereka memang akan menikah kan? Mereka sudah bertunangan, jadi itu sama sekali tidak masalah. Sudah ku bilang ini demi kebaikan kalian semua. Bagaimana Arthur-ssi? Kau mau kan menikahi Heeshi secepatnya kan?" tanya manajer Kim lagi.
Arthur memalingkan wajahnya ke Heeshi, "Aku...aku bersedia, tapi itu semua tergantung Heeshi."
"Heeshi-ssi, kau bersedia kan?" tanya manajer Kim.
Heeshi bingung, ia melirik Heechul. Wajah namja itu terlihat sangat kusut(?), mungkin skandal ini memang harus secepatnya diselesaikan "A..aku.. Bersedia kalau memang ini jalan satu-satunya yang terbaik untuk Heechul oppa"
"Good! Semuanya sudah setuju. Besok aku dan Heechul yang akan berbicara pada pers menyelesaikan kesalahpahaman ini"
***
Brakkk!!!
Heechul membanting pintu kamarnya dengan kasar. Sampai detik ini ia tidak habis pikir dengan rencana manajer Kim untuk mempercepat pernikahan Heeshi. Memang mereka pasti akan menikah, tapi tidak secepat ini. Heechul belum siap kehilangan gadis itu untuk selamanya.
"Argh!!!" teriak Heechul frustasi.
Esoknya, Heechul dan manajer Kim melakukan konferensi pers di aula SM tepat jam 10 pagi. Semuanya berjalan lancar, kesalahpahaman itu sudah selesai.
Member SuJu dan Heeshi melihat tayangan itu secara live melalui tv di studio latihan. Heeshi tidak terlalu bersemangat, ia mengkhawatirkan Heechul. Wajah namja itu tampak lesu saat konferensi pers tadi. Senyumnya juga dipaksakan. Apa dia baik-baik saja? Mungkinkah hubungannya dengan JiHee bermasalah karena skandal foto itu? Heeshi jadi semakin merasa bersalah. 'seharusnya aku tidak kesini, seharusnya aku tidak masuk dalam kehidupanmu. Mianhe oppa.' batin Heeshi.
Heeshi ke ruangan manajer Kim bersama seorang pria yang diperkirakan berusia 30 tahunan. Lalu ia meletakkan sebuah surat di meja manajer Kim. Manajer Kim mengambil surat itu, "Apa ini? Surat penguduran diri? Kau.."
"ne manajer Kim. Saya mengundurkan diri. Saya tidak bisa bekerja lagi disini. Dan ini, adalah penggantiku. Saya harap Anda bisa menerimanya."
"Annyeong haseo. Song Bo Man imnida." sapa pria disebelah Heeshi.
"Heeshi-ssi, apa karena pernikahan kau mengundurkan diri?" tanya manajer yang bernama lengkap Kim Joong Hoon itu.
"Ya, mungkin bisa dibilang seperti itu. Gosip itu beredar karena aku dekat dengan member SuJu. Ya walaupun aku asisten mereka tapi kecurigaan orang-orang pasti akan tetap ada mengingat dari foto yang kemarin beredar. Jadi lebih baik aku tidak bersama mereka lagi."
"Kalau begitu, kau kembali saja jadi asistenku-asisten manajer. Eotte?"
"Aku rasa tidak usah manajer Kim. Mungkin juga setelah menikah, aku akan kembali ke Aussie. Karena Arthur masih menyelesaikan S2-nya disana."
"Baiklah. Aku mengerti."
"Gomapseumnida manajer Kim."
***
Heeshi berpamitan, namja-namja tampan itu sangat terkejut dengan pengunduran dirinya yang terkesan terlalu tiba-tiba. Apa lagi Heechul, rasa sesak memenuhi relung hatinya, 'Akhirnya, aku benar-benar kehilanganmu untuk selamanya' batin Heechul. Matanya memerah menahan sesuatu, ia pergi begitu saja. Heeshi hanya mampu tertunduk lesu. Sesungguhnya ia juga berat untuk jauh dari Heechul.
Gadis bermata bulat itu berjalan gontai keluar dari apartemen, ia melangkah tanpa tujuan menyusuri setiap lorong apartemen elit itu dengan tatapan kosong. Ia menekan tombol lift, begitu pintu terbuka ia masuk dan sembarangan menekan tombol. Tanpa sadar bukannya menekan lantai 1 tapi malah lantai 20-lantai tertinggi di apartemen itu. Heeshi yang berjalan tanpa arah tujuan itu sampai dibagian paling atas (rooftop) apartemen. Ia sedikit tersadar tatkala samar-samar mendengar sebuah suara menyebut nama Heechul. Ia melihat sekeliling, 'kenapa aku bisa disini?' gumamnya. Ia melangkah perlahan menuju sumber suara, sepertinya memang ada orang lain selain dirinya. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis tengah memeluk dari belakang seorang namja yang Heeshi yakini itu adalah Heechul. Ya, itu memang Heechul. Baju yang dipakai namja itu sama persis dengan yang dipakai Heechul tadi.
Heeshi berbalik dan segera pergi dari tempat itu, hatinya benar-benar tidak sanggup melihat pemandangan itu. Bahkan tanpa sadar bulir-bulir bening sudah menggenangi mata indahnya. Ani, ia tidak boleh menangis, Heeshi terus menahan air matanya yang siap jatuh kapan saja. Tapi saat ini bukanlah tempat yang tepat untuk menangis, orang-orang pasti akan aneh melihatnya. Apalagi wajahnya sekarang pasti tidak asing mengingat ia pernah terlibat skandal foto dengan bintang sekelas Heechul.
Heeshi masuk ke mobil, tapi tidak langsung pergi. Air mata yang dari ditahannya akhirnya jatuh juga. Tangan kanannya terangkat untuk menepuk-nepuk dadanya tak karuan. Kenapa rasanya begitu sakit. Andwae, ini tidak boleh. Tidak mungkin ia... Tapi, semakin Heeshi ingin berhenti, semakin air mata itu keluar tanpa henti.
***
Di sisi lain Heechul tidak bergeming dengan back hug yang dilakukan JiHee. "Bogosipho" ucap gadis itu.
"Lepaskan JiHee-ya." Lama-lama Heechul merasa risih.
"Shiro! Aku masih merindukanmu. Kau tidak pernah menghubungiku. Kalau aku telepon kau juga tidak pernah menjawab. Kau baik-baik saja kan?"
"Aku bilang lepaskan!" Heechul menaikkan nada bicaranya. Lalu melepas paksa kedua tangan gadis yang melingkari perutnya itu. Lalu berbalik menatap tajam gadis itu. JiHee terlihat ketakutan lalu menundukkan kepalanya.
"Mian." ucap Heechul. JiHee mendongak, yang ia lihat sekarang wajah Heechul tampak sendu.
"Kau kenapa oppa? Gwenchannayo?!" Tanya JiHee.
Heechul menatap gadis berambut pirang itu, "JiHee-ya, jangan pernah muncul lagi di depanku. Jebal"
"Mwosseun?"
"Aku tidak bisa mencintaimu lagi. Jadi aku mohon, jangan pernah datang lagi dalam hidupku."
"Oppa... Bukankah kemarin kau.."
"Mianhe, waktu itu aku bercanda mengatakan kau adalah pacarku. Tapi sebenarnya aku tidak benar-benar ingin kita kembali seperti dulu."
JiHee merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya. Matanya memerah, berusaha menahan cairan bening yang sedikit memenuhi pelupuk matanya.
PLAKK!!
JiHee mendaratkan tangannya di pipi Heechul, "Bercanda? Kau bilang bercanda? Woah! Kau benar-benar keterlaluan. Aku membencimu Kim Heechul." JiHee segera pergi dari hadapan Heechul. Heechul tersenyum miris sambil menyentuh pipinya yang terasa perih.
***
Sejak kepergian Heeshi, Heechul seperti kehilangan sesuatu, sesuatu yang sangat berharga baginya. Ia tidak pernah konsentrasi saat latihan, sering minum di kamar sampai mabuk. Berat badannya juga menurun drastis.
Di tempat lain, Heeshi dan Arthur memasuki toko perhiasan. Mereka sedang mencari cincin pernikahan. Sama halnya dengan Heechul yang berubah, Heeshi kembali menjadi gadis pendiam dan tanpa ekspresi. Tatapan matanya kosong.
"Wah, cincinnya indah semua. Kau pilih yang mana sayang?" tanya Arthur saat penjual mengeluarkan beberapa cincin lalu meletakkannya di atas etalase.
"Terserah oppa saja." jawab Heeshi datar.
"Bagaimana kalau yang ini?" Arthur mengambil sepasang cincin emas putih yang bertahtakan berlian mungil ditengahnya. Terlihat simple namun elegan.
"Ne, yang itu bagus."
"umm, yang ini bagaimana?" Arthur menunjuk cincin yang lainnya.
"bagus juga"
Arthur melihat Heeshi dengan tatapan kecewa. Tanpa mengatakan apapun namja berambut cokelat itu keluar dari toko. Heeshi masih mematung dalam toko dan menatap punggung Arthur yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Arthur menunggu Heeshi di dalam mobil. Ia menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya, sedikit frustasi dengan sikap dingin Heeshi.
Heeshi masuk kedalam mobil. Arthur memejamkan matanya, entah tertidur atau karena ingin menenangkan dirinya.
"I'm sorry." kata Heeshi pelan, ia merasa bersalah. Arthur membuka matanya lalu melihat Heeshi sekilas dan kembali memejamkan matanya.
"ini. Aku memilih cincin ini. Aku harap kau suka." Heeshi menyodorkan sebuah kotak berisi sepasang cincin emas putih bertahtakan berlian mungil, itu cincin pilihan Arthur yang pertama tadi. Arthur hanya diam menatap cincin itu.
"Kau tidak suka ya? Ya sudah, kita bisa menukarnya oppa"
Arthur menahan bahu Heeshi yang hendak membuka pintu mobil.
"Tidak perlu. Aku suka." ucap Arthur.
Arthur menghela nafas sejenak, "Heeshi-ya, kalau belum siap menikah denganku. Kita bisa menundanya. Aku tidak akan memaksamu"
"Kenapa kau bicara begitu?"
"Hanya saja, aku rasa kau belum siap untuk menikah denganku."
Heeshi tersenyum tipis untuk menutupi perasaannya, "Aku siap menikah denganmu dan tidak merasa terpaksa sedikitpun."
Arthur meraih tangan kiri Heeshi, menautkan jari-jari panjangnya di sela-sela jari lentik gadis itu. Menggenggamnya erat, lalu mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut.
'Mianhe oppa, sejujurnya aku memang tidak siap untuk menikah. Tapi bagaimanapun juga aku harus menikah denganmu demi Heechul oppa' batin Heeshi.
"Ini cincin darimana sayang? Baru pertama kali ku lihat."
pertanyaan Arthur membuyarkan lamunan Heeshi.
"Yang mana?"
"Ini yang dijari tengahmu." Arhur menunjuk cincin polos berwarna silver yang bertengger manis di jari tengah Heeshi.
"oh..itu...itu.. Aku membelinya." Heeshi gelagapan menjawab pertanyaan Arthur, dan menurutnya berbohong lebih baik.
"Oh, iya. Besok aku harus pulang ke Aussie. Mengurus administrasi S2 ku. Minggu depan kan aku sudah mulai masuk kuliah. Jadi, aku minta maaf besok tidak bisa menemanimu melihat contoh undangan pernikahan kita. Kau pilih saja sesukamu. Apapun pilihanmu, aku pasti menyukainya."
"Nde." Heeshi tersenyum simpul.
Entah dorongan dari mana tiba-tiba tangan Arthur yang satunya meraih wajah Heeshi, menatap dalam-dalam wajah yang nanti akan ia rindukan. Arthur mulai memiringkan wajahnya untuk menjangkau ujung bibir Heeshi. Dengan perlahan, bibir Arthur sudah menempel tepat diatas bibir Heeshi. Memejamkan matanya dan menekan pelan bibir gadis itu. Sedangkan Heeshi hanya bisa menutup rapat mata dan bibirnya tanpa berniat membalas ciuman itu.
***
Sudah hampir 1 jam gadis bermarga Cho itu berkutat dengan novel setebal 500 halaman. Matanya fokus menyusuri setiap rerentetan kalimat dalam novel bergenre fantasi itu. Itulah yang biasa Heeshi lakukan di kala bosan datang menghampirinya. Seharusnya beberapa jam yang lalu ia mengantar tunangannya ke bandara. Namun ia malah bangun kesiangan, dan mendapati secarik kertas di nakas tempat tidurnya. Sebuah pesan dari Arthur tertulis, "Kurangi jam tidurmu. Kau mau nanti seperti Shindong hyung. Tapi, sebesar apapun dirimu aku tetap mencintaimu. I love you, dear". Heeshi hanya tersenyum tipis membaca pesan Arthur.
Di tempat lain seorang namja berparas cantik sedang mengamati penampilannya di sebuah cermin. Sesekali membenahi rambut coklat gelapnya. Setelah dirasa sudah sempurna ia segera bergegas keluar dari apartmennya. Tidak lupa memakai atribut wajib seperti topi, masker dan kacamata hitam. Sepertinya ia sudah tidak sabar untuk bertemu seseorang. Seseorang yang sangat ia rindukan.
***
Tok! Tok!
"Masuk!" ucap Heeshi sambil tetap fokus membaca novelnya.
"Ada tamu untuk Agassi."
"Nugu?"
"Teman Agassi yang waktu itu pernah kemari bersama Agassi. Maaf Agassi, saya lupa menanyakan namanya." jawab wanita paruh baya itu.
Heeshi sedikit menyerngitkan dahinya. Mencoba mengingat-ingat. Mungkinkah yang di maksud Ahjumma adalah Heechul? Tapi tidak mungkin Heechul mendatanginya. Bahkan sudah seminggu mereka tidak pernah berkomunikasi. Heeshi menutup novelnya.
"katakan padanya sebentar lagi aku turun."
"Baik Agassi, permisi."
Heeshi mengganti bajunya dan sedikit merias dirinya. Entahlah, ia merasa sangat senang kalau memang Heechul yang benar-benar datang. Ia sangat merindukan namja itu. Karena skandal waktu itu, Heeshi sendiri yang ingin menjauh dari Heechul karena takut terjadi hal-hal yang nantinya akan berdampak buruk bagi namja itu. Walau semuanya sudah bisa ditangani oleh manajer Kim tetap saja hal itu tidak menjamin.
"Oppa."
Heechul berdiri dari duduknya begitu mendengar suara Heeshi. Heeshi berjalan mendekati Heechul. Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman manis. Inilah yang Heechul rindukan, wajah dan senyuman itu. Heechul juga tersenyum. Ingin rasanya Heeshi memeluk namja itu untuk menyalurkan kerinduannya.
Grepp!!
Heeshi terkejut karena Heechul lah yang memeluknya terlebih dahulu.
"Bogosipho." bisik namja itu di telinga Heeshi.
Heechul tau Arthur sedang ke Aussie, ia tidak sengaja mendengar percakapan Kyuhyun di telepon. Makanya Heechul berani mendatangi Heeshi. Ia bukan bermaksud untuk menganggu hubungan mereka di kala Arthur tidak ada di sisi gadis itu. Hanya saja, kalau ada Arthur ia merasa tidak bebas bersama Heeshi, walau status mereka hanya berteman. Namja mana yang tidak cemburu melihat tunangannya bersama namja lain walau hanya sebatas sahabat. Ditambah kesan pertama pertemuan kedua namja ini tidak terlalu baik. Heechul cukup tau diri. Tapi ia belum bisa membunuh rasa cintanya untuk Heeshi. Cintanya yang mungkin tidak akan pernah terbalas.
Heechul melepas dekapannya. Lalu menyentil dahi gadis itu. "nappeun! Kenapa kau tidak pernah menghubungiku? Begitu pentingnya pernikahanmu sampai-sampai kau melupakan sahabatmu ini, eoh?"
"mianhe Oppa. Aku bukan bermaksud begitu. Hanya..."
"Sudahlah. Aku mengerti."
Mereka ke halaman belakang rumah agar lebih santai. Di halaman belakang rumah Heeshi terdapat sebuah kolam renang dan taman kecil yang penuh dengan berbagai macam tumbuhan dan bunga. Karena memang ibunya Heeshi sangat menyukai bunga. Mereka duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih gading yang terletak dibawah sebuah pohon yang cukup rindang.
"Bagaimana kabarmu, Oppa?"
"seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja."
"Ani. Kau tampak lebih kurus. Apa kau sakit?"
"Aniya. Hanya jadwal ku agak padat beberapa hari ini."
"Jeongmal? Keunde, kenapa kau menemuiku kalau kau sibuk?"
"Karena hari ini aku tidak ada jadwal sama sekali. Wae? Kau tidak suka aku menemuimu?"
"Ani. Keuge anira. Aku senang kau disini. Tapi, kalau kau tidak ada jadwal bukankah lebih baik menemui JiHee?"
"Kenapa harus bertemu dengannya?"
Heeshi bingung, lalu menatap namja itu, "Dia kan pacarmu..."
"Kami sudah berpisah."
"Mwo? Wae? Apa itu... karena...foto kita kemarin?" walau tidak bisa dipungkiri terselip rasa bahagia di hati Heeshi, bahwa namja itu sudah mengakhiri hubungannya dengan JiHee, tapi Heeshi juga merasa bersalah. Karena secara tidak langsung foto-foto itu bisa saja penyebab perpisahan mereka.
"Aniya. Aku yang memutuskannya."
"Geureso."
Heeshi menundukkan kepalanya. Tiba-tiba matanya menangkap benda kecil berwarna silver yang tersemat di jari tengahnya. Ia melepas cincin itu lalu memberikannya pada Heechul.
"Oppa. Ini aku kembalikan."
Heechul hanya menatap cincin itu, "Wae? Apa Arthur yang memintamu untuk melepas cincin itu?"
"Aniyo."
"Geurom wae? Ahh, cincin itu memang cincin murahan, aku tau. Tapi itu adalah tanda persahabatan kita. Aku harap kau terus memakainya. Tapi kalau memang itu terlalu jelek, kau bisa menyimpannya. Pantang bagiku untuk mengambil kembali apa yang sudah aku berikan." wajah Heechul berubah, tampak tidak senang Heeshi mengembalikan cincin pemberiannya.
Heeshi terdiam, sebenarnya ia memang masih menginginkan cincin itu. Hanya saja jika ia melihat cincin itu, ia akan terus mengingat Heechul. Hal itu seperti sebuah pengkhianatan terhadap Arthur yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Mana mungkin ia terus mengingat namja lain yang bahkan hanya menganggap dirinya sebatas sahabat. Sangat menyakitkan bukan?
"Buang saja kalau kau tidak mau memakai ataupun menyimpannya." nada bicara Heechul semakin ketus.
Heeshi memakai kembali cincin itu. Tidak ada gunanya memaksa Heechul untuk mengambil kembali cincin itu kalau ia sudah berkata seperti itu. Membuangnya? Tidak, Heeshi tidak mungkin membuang cincin itu. Mungkin nanti ia akan menyimpan saja cincin itu.
Drtt..drtt..
Ponsel Heeshi bergetar, ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
"Yeobseo.."
".........."
"Ah yeh. Ini aku."
"........."
"Baiklah, aku akan segera kesana. Terima kasih sudah menghubungiku. Aku hampir lupa."
Heeshi bangkit dari duduknya, "Mianhe Oppa, aku harus pergi sekarang."
"Mau kemana?"
"Aku akan memilih contoh undangan untuk pernikahanku."
"Mau ku antar?"
...TBC...