=Ada hal yang ingin ku katakan, tetapi bibirku terasa berat dan hatiku terisi kata-kata yang tidak bisa terucapkan..
Kau semakin jauh saat masih ada hal yang tak bisa ku katakan..
Seperti orang bodoh, aku menelan kata-kata itu dalam hatiku..=
"Hey, you!"_ (Saranghe! Please dont leave me)
“kau yakin mau masuk kedalam oppa?” tanya Heeshi sambil melepas sabuk pengamannya.
"Geuromnyo. Wae?"
"kalau ada yang mengenalimu bagaimana?"
"kau tidak liat ini." jawabnya sambil menunjuk topi, kacamata hitam dan masker yang menutupi setengah wajahnya. "Dan mobil ini. Kita memakai mobilmu kan? Jadi, aku jamin tidak akan ada seorang pun yang mengenaliku."
"Geure, terserahmu saja. Keunde, kalau sampai ada foto-foto aneh lagi. Kau yang mengurusnya sendiri."
"Gokjongma." Ucap Heechul sambil melempar senyumnya.
***
Disinilah mereka sekarang, Heechul - namja itu malah menawarkan diri untuk menemani Heeshi memilih contoh undangan pernikahan. Ya, yang ia inginkan hanyalah menghabiskan waktu bersama gadis ini saja. Meski tidak dipungkiri hatinya semakin tersayat.
"Annyeong haseo. Ada yang bisa kami bantu?" sapa resepsionis.
"Ah yeh, joneun Cho Heeshi imnida. Aku mau melihat contoh desain undangan pernikahanku."
"Jamsigidariseo Cho Heeshi-ssi." resepsionis itu tampak mengecek komputer di sampingnya. "Oh, Cho Heeshi-ssi, Anda calon istri dari Tuan Arthur Kim?!"
"Bajhayo."
"Ini dia beberapa contoh yang dipilih oleh Tn. Arthur. Silahkan Anda pilih yang terbaik."
Heeshi tampak ragu memilih yang mana, semuanya bagus. "Apa aku tanya Heechul oppa saja, ya?" Batinnya. Ia menolehkan kepalanya ke belakang. Mengedarkan pandangannya mencari sosok Heechul. "Kemana dia? Bukankah tadi dia duduk disitu?" gumamnya.
"Umm. Bolehkah aku membawa sebentar beberapa desain ini? Aku ingin menanyakan pendapat temanku."
"Silahkan."
"Khamsahamida."
Awalnya, Heechul memang masuk ke ruko itu. Tapi ia memutuskan kembali ke mobil. Entah kenapa rasa sakit kembali menyerang hatinya. Seandainya saja ia kesini karena memang ingin memilih undangan pernikahannya sendiri mungkin itu akan terdengar indah. Tapi pada kenyataannya, hal itu sangatlah mustahil. Ia melepas atribut penyamarannya.
Heeshi masuk ke mobil karena dilihatnya Heechul berada disitu. Heechul tampak melamun, ia bahkan tidak menyadari kehadiran Heeshi.
"Oppa" panggil Heeshi.
"Oeh, sudah selesai?" tanya Heechul.
"Aniyo. Keunde, apa yang terjadi denganmu, oppa? Kau ada masalah?" Heeshi melihat Heechul tampak sedikit pucat.
Heechul tersenyum semanis mungkin, lalu melirik sekilas contoh desain undangan di tangan Heeshi. "kau salah lihat, aku tidak punya masalah apa-apa. Kan sudah kubilang akhir-akhir ini jadwal SuJu memang agak padat, jadi wajar saja kalau aku sedikit lelah. Wah contoh undangannya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna biru muda, lebih lembut." Heechul mengomentari desain undangan tersebut.
Heeshi tersenyum, "oh ya, umm... Gomawo atas saranmu, oppa. Sebenarnya aku juga berpikiran sama denganmu."
***
Mereka kembali ke rumah Heeshi. Heechul mengambil mobilnya.
"Kau tidak mau masuk dulu. Kita bisa makan siang bersama?" tawar Heeshi.
"Tidak usah. Aku harus segera kembali. Kata manager hyung ada yang harus segera aku selesaikan."
"Geure. Gomawo sudah menemaniku tadi."
"Umm" Heechul tersenyum dan melambaikan tangan, sungguh hatinya terasa sakit merasa ini adalah hari terakhirnya bersama gadis itu.
Baru saja Heeshi memejamkan matanya. Ia berencana untuk tidur siang, tapi getaran ponsel di nakas tempat tidurnya benar-benar sangat menganggu. Mau tidak mau ia menjawab panggilan dari 'setan Cho'.
"yeobseo."
"........"
"aku dirumah."
"........"
"ne, tadi aku memang bersamanya. Waeyo?"
"........"
"mwo? Mworago?! Maldo andwae!!"
Heeshi melepas ponselnya begitu saja. Matanya memerah, dan bulir-bulir bening jatuh membasahi pipinya.
***
Semua member Super Junior, manajer Kim, kedua orang tua serta kakak perempuan Heechul menunggu di depan instalasi gawat darurat. Di ruangan itu Heechul sedang di operasi, berjuang melawan maut. Ia kehilangan banyak darah. Namja itu mengalami kecelakaan sepulang mengantar Heeshi.
Dengan perasaan kalut Heeshi menerobos masuk ke dalam Seoul Int. Hospital. Di depan rumah sakit banyak ELF yang menangis, berharap semoga idola mereka itu baik-baik saja. Di lobby rumah sakit juga banyak wartawan yang menunggu bagaimana keadaan terkini dari Kim Heechul.
"bagaimana keadaan anakku, uisanim?" tanya wanita paruh baya ketika dokter yang menangani Heechul keluar dari ruang operasi.
"maaf nyonya. Putera anda saat ini dalam keadaan yang sangat kritis. Dia mengalami koma."
"tidak mungkin. Heechul-ah." Ibu Heechul menangis tersedu-sedu.
Heeshi yang hendak mendatangi ruang operasi itu sontak menghentikan langkahnya mendengar penjelasan dokter. Tubuhnya melemas, ia jatuh terduduk. Air matanya mengalir semakin banyak. Kebetulan Eunhyuk yang baru keluar dari toilet melihat Heeshi langsung menghampiri gadis itu.
"No waegere Heeshi-ya?" tanya Eunhyuk. Heeshi terus menangis. Eunhyuk memegang kedua bahu gadis itu agar berdiri. Lalu menghampiri rekan-rekannya yang masih di depan IGD. Sepertinya sesuatu yang buruk sedang terjadi. Wajah-wajah mereka tampak murung bahkan Donghae tidak bisa membendung laju air matanya.
"Waegere? Mwossun illiseo?" tanya Eunhyuk.
"Heenim..." Shindong tidak mampu meneruskan kalimatnya.
"Heenim wae? Dia baik-baik saja kan?"
"Dia koma." jawab Kyuhyun.
"mwo? Maldo andwae."
"heeshi-ya.." panggil Kyuhyun. Penampilan Heeshi memang tampak berantakan. Wajahnya sembab, matanya merah. Bahkan gadis itu tidak mengganti bajunya saat datang ke rumah sakit ini. Ia masih mengenakan kaos longgar dan celana pendeknya. Kyuhyun merangkul sepupunya itu.
"Heechul hyung hanya koma. Aku yakin dia akan segera sadar. Dia itu namja yang kuat. Dia pernah mengalami ini sebelumnya. Gokjongma"
Heeshi hanya diam, tatapan matanya kosong. Dia berharap semoga ini hanya mimpi buruk. Ia tertidur di pelukan Kyuhyun.
***
"Heeshi-ya.." Kyuhyun mencoba membangunkan Heeshi.
"ireona Heeshi-ya."
Heeshi perlahan membuka matanya.
"Kau pulang saja. Ini sudah hampir malam."
"Aniyo. Aku ingin disini. Aku mau menemani Heechul oppa."
"Kau jangan keras kepala. Kau akan segera menikah. Bagaimana kalau kau tiba-tiba sakit. Ayo pulang, aku akan mengantarmu. Besok kau bisa kemari lagi."
"baiklah, keunde aku ingin melihat Heechul oppa dulu."
Air mata Heeshi kembali tumpah melihat kondisi Heechul. Namja itu terlihat sangat lemah. Beberapa alat media menghiasi tubuhnya. Kepala, kaki, dan lengan Heechul terbungkus perban. "Kenapa kau jadi seperti ini oppa? Bukankah tadi kau baik-baik saja. Ayo bangun!"
Heeshi menggenggam tangan Heechul, "aku pulang dulu oppa. Besok aku akan kemari lagi. Dan kau harus sudah bangun. Jangan tidur terlalu lama. Aratchi."
Sebelum membuka kenop pintu, Heeshi melihat kebelakang. Berharap namja itu membuka matanya. Heeshi menghapus air matanya, lalu keluar dari ruangan itu.
***
Saat hendak memasuki gedung rumah sakit itu, seseorang memegang lengan Heeshi. Heeshi pun menghentikan langkahnya, dilihatnya seorang gadis dengan wajah sembab menatap sendu padanya.
"Eonni." ucap gadis itu.
"Nde?"
"eonni temannya Heechul oppa kan?"
"Eoh."
"Dia baik-baik saja kan eonni?" gadis itu tiba-tiba menangis.
"Geuromnyo." air mata Heeshi mendadak ingin keluar bila mengingat Heechul dengan kondisinya sekarang.
"tolong sampaikan padanya, ELF sangat mencintainya dan membutuhkannya. Dia harus segera sadar." tubuh gadis itu bergetar seiring dengan laju air matanya yang terus mengalir dari mata sipitnya.
"Nde. Kalian harus terus berdoa agar dia cepat sadar. Heechul oppa sangat beruntung punya fans seperti kalian."
"ini, tolong berikan padanya. Ini dariku dan teman-teman ELF yang lain." gadis itu menyodorkan sebuah paper bag. Heeshi mengambil titipan gadis itu.
"baiklah, nanti akan aku berikan padanya. Teruslah berdoa untuk kesembuhan Heechul oppa."
Heeshi melanjutkan langkahnya menuju ruang perawatan Heechul. Berkali-kali ia menghapus air matanya yang terus-menerus mendesak keluar.
***
"Oppa. Lihat apa yang dibawa ELF. Ayo buka matamu. Apa kau tidak lelah tidur terus-terusan, eoh? Ireona oppa.. Hiks.." Heeshi tidak bisa menahan air matanya. Sekuat apapun ia mencoba, ia tidak sanggup melihat Heechul dalam kondisi seperti itu.
Saat Heeshi keluar dari ruangan Heechul, ada 6 orang namja duduk di depan ruang rawat Heechul. Mereka adalah Leeteuk, Yesung, Zhoumi, Henry, Kibum, dan Hangeng. Namja-namja tampan itu terlihat seperti habis menangis. Itu terlihat dari mata dan wajah mereka yang memerah. Heeshi hanya menyapa dengan menundukkan kepalanya.
"Heeshi-ya.." Heeshi menolehkan kepalanya ke belakang karena ada sebuah suara memanggilnya.
"Arthur oppa, kau sudah kembali?!"
"Ne, tadi pagi aku sampai. Bagaimana keadaan Heechul hyung."
"Masih sama, dia belum juga sadar. Umm, oppa.."
"Eoh."
"Ada yang ingin ku katakan padamu. Tapi tidak disini." ucap Heeshi. Arthur merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
***
"aku ingin pernikahan kita di tunda."
"wae? Apa karena Heechul hyung?"
"eoh, dia adalah tamu terpenting untukku. Aku tidak bisa menikah tanpa kehadirannya. Aku harap kau bisa mengerti oppa."
"Arraseo. Gwenchanna." Arthur tersenyum untuk menutupi rasa kecewanya.
"gomawo, oppa. U are the best." Heeshi tersenyum getir.
***
Hampir 8 bulan Heechul tidak sadarkan diri. Karena pernikahan yang ditunda, Arthur melanjutkan kuliahnya di Aussie dan kembali ke Korea setiap sebulan sekali untuk melihat Heeshi.
Heeshi hendak ke ruangan dokter yang menangani Heechul. Namun saat hendak membuka kenop pintu, ia samar-samar mendengar percakapan dokter dengan ibunya Heechul. Ia mengurungkan niatnya membuka pintu.
"sebenarnya bagaimana kondisi puteraku, uisanim?"
"Maafkan kami Ny. Kim. Organ Tn. Heechul yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya bisa dikatakan 'mati'. Hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya."
"Kalau begitu suntik mati saja puteraku, uisanim?"
"aniyo Eomonim!" Heeshi langsung masuk begitu saja saat mendengar permintaan ibunya Heechul.
"aku yakin Heechul oppa pasti akan segera sadar."
"sudah hampir 8 bulan ia terbaring koma. Tidak ada kemajuan apapun. Aku tidak bisa melihat anakku menderita seperti itu dengan alat-alat medis yang ada di sekujur tubuhnya. Aku tidak sanggup. Aku mohon dokter."
"keunde eomonim..."
"sudahlah Heeshi-ya. Kau tidak akan mengerti perasaan seorang ibu. Semua keluarga juga sudah setuju." Tubuh wanita paruh baya itu bergetar menahan tangis.
Sebenarnya keluarga Heechul juga tidak menginginkan hal itu. Tapi melihat Heechul terbaring lemah tak berdaya, membuat batinnya tersiksa. Dan tabungan mereka juga semakin menipis, biaya perawatan Heechul dan alat-alat medis untuk membantu agar Heechul terus hidup tidaklah murah.
Heeshi berjalan gontai meninggalkan ruangan dokter itu. Ia menuju ke ruangan tempat Heechul dirawat.
Heeshi menatap Heechul yang dulu selalu menemaninya saat di panti asuhan, ia mendekat berbisik di telinga Heechul, "Oppa, apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap capung dan kupu-kupu? Kau tau, aku tidak pernah lupa hal itu."
"Apa kau ingat juga waktu aku mengejarmu sampai kau jatuh di kolam ikan, kau marah dan menarik tanganku saat aku ingin menolongmu hingga aku pun kotor."
"Oppa, aku ingin kau sembuh. Aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku juga ingin melihat wajah cantikmu dan tampang galakmu saat kau memarahiku. Tapi aku lebih menyukai senyummu. Kau tega meninggalkanku, eoh?" tanpa sadar Heeshi menangis, air matanya menetes membasahi wajah Heechul.
"Oppa, kau tau, kau sangat berarti untukku, aku tidak setuju alat-alat ini dilepas dari tubuhmu, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini. Aku ingin kau tetap hidup, kau tau kenapa? Karena....karena aku sangat mencintaimu. Aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku. Walau aku tau kau hanya menganggapku dongsaeng dan sahabatmu, dan kasih sayangmu padaku hanya sebatas itu, aku tetap ingin kau hidup. Jebal oppa, kau mendengarku kan. Ireona...!!" Heeshi semakin terisak, ia menggenggam kuat tangan Heechul.
"Aku selalu berdoa, aku harap Tuhan memberikan keajaiban. Oppa, cepat sembuh, eoh? Aku tidak kuat besok melihat pemakamanmu. Nappeun nom! Kau tidak mencintaiku, sekarang kau mau pergi? Nan jeongmal saranghae Oppa.... Aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari yeoja impianmu, hanya itu Oppa. Seandainya saja kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku. Aku tidak peduli...tapi itu tidak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai oppa dan sahabatku."
Heeshi mengecup pelan dahi Heechul, ia berbisik, "aku sayang padamu oppa. Saranghaeyo" suaranya terdengar parau karena tangisan.
***
Arthur menghampiri Heeshi yang tengah duduk sendirian di bangku taman rumah sakit. Ia tahu, gadis itu tengah diliputi kesedihan yang mendalam. Arthur merengkuh gadis itu dalam pelukannya. Heeshi membenamkan wajahnya di dada bidang Arthur. Melihat Heeshi seperti itu sungguh membuat Arthur terluka. Ditambah ia tadi tidak sengaja mendengar bahwa kenyataan gadis dalam pelukannya ini sangat mencintai Heechul. Firasatnya selama ini terbukti, walau ia mencoba menepis, namun rasa khawatir itu tetap ada. Dan memang benar, Heechul lah yang ada di hati Heeshi selama ini.
::Mungkin kah ku juga ada di hatimu...
Mungkin kah kau menangis mengingatku...
Mungkin kah kau pun memendam perih...
Dan tenggelam dalam kerinduan..::
»By: S4 - Mungkin
***
Mentari pagi menembus kasar celah-celah dedaunan. Sepasang anak manusia tidak sadar sudah menghabiskan malam di taman rumah sakit itu. Sang namja tersentak bangun karena getaran ponsel di saku celananya. Sang yeoja pun menggeliat kecil, lalu perlahan membuka matanya. Matanya menyipit karena terkena silauan matahari.
Setelah mendapat telepon dari Kyuhyun, Arthur bangkit dari duduknya lalu menarik lengan Heeshi agar bangkit juga. "Kajja."
"Oddiga?" tanya Heeshi.
"ayo masuk kedalam."
"shiro. Aku mau disini saja." Mungkin sekarang Heechul sudah tidak ada dan Arthur menyuruh masuk untuk melihat namja itu terakhir kalinya. Sungguh, ia tidak kuat melihat Heechul yang sudah tidak bernyawa.
"come on dear. Have a good news. Aku yakin setelah kau masuk kau akan senang." Arthur tersenyum manis.
"What do you mean?"
"Heechul hyung sudah sadar."
"really?"
"oeh."
Tanpa membuang waktu, Heeshi berlari masuk ke gedung rumah sakit itu. Meninggalkan Arthur yang tersenyum getir. Mungkin setelah ini, ia tidak mungkin bisa bersama gadis itu lagi.
"huu...huu..." Heeshi mengatur nafasnya akibat kelelahan tidak sabar untuk melihat flower prince-nya itu.
"kemana saja kau? Ponselmu tidak aktif. Untung Arthur bersamamu." ucap Kyuhyun.
"mian Oppa, batre ponselku habis. Aku malas menchargernya. Apa benar Heechul oppa sudah sadar?"
"ajik aniya."
"Mwo? Tapi tadi Arthur bilang..."
"Hyung memang belum sadar. Tapi dia sudah melewati masa kritisnya. Detak jantungnya sudah stabil, jantungnya, paru-parunya, organ tubuhnya bekerja. Dan satu lagi, ia juga sudah melewati masa komanya. Kata dokter ini seperti mukjizat. Saat dokter hendak melepas alat-alat medis dari tubuhnya, tiba-tiba jari Hyung bergerak." jelas Kyuhyun panjang lebar.
"syukurlah" Heeshi tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Wajahnya sangat berbinar-binar.
"ya sudah. Kau mau melihatnya kan? Masuklah"
Heeshi hanya menangguk.
Heeshi masuk ke ruangan bernuansa putih itu, dilihatnya Heechul sudah membuka mata. Heechul juga melihat dirinya.
"Heeshi-ya" panggilnya dengan suara parau.
Heeshi langsung memeluk Heechul dan menangis bahagia. "Aku senang kau bangun oppa."
Heechul melepas pelukannya lalu tersenyum, "kau yang memintaku bangun. Kau bilang kau mencintaiku. Aku selalu mendengar kata-kata itu, aku pikir aku harus berjuang untuk hidup. Heeshi-ya, jebal jangan tinggalkan aku. Nan jeongmal saranghae."
Heeshi kembali memeluk Heechul, "Nado saranghae oppa. Aku tidak akan meninggalkanmu."
Sementara itu, seorang namja tampan menyentuh dadanya. Hatinya terasa sesak mendengar percakapan itu. Sepertinya memang kisah cintanya akan segera berakhir. Ia berjalan gontai meninggalkan rumah sakit itu.
***
Heeshi membaca surat yang terletak di nakas tempat tidurnya.
"Annyeong Heeshi-ya. Maaf karena aku pergi tanpa pamit padamu. Aku hanya bisa menyampaikannya melalui surat ini. Mungkin aku terlalu pengecut karena tidak sanggup mendengar langsung keputusanmu tentang hubungan kita. Aku akan melanjutkan hidupku seperti dulu, aku kembali ke Aussie. Kau berbahagialah bersama Heechul hyung. Hanya dengannya kau bisa tersenyum dan bahagia. Maafkan aku yang hadir ditengah-tengah kalian. Aku harap kau masih mau berteman denganku seperti dulu. Always loving you, Arthur Kim ツ"
Tanpa sadar Heeshi menangis membaca surat itu. Bagaimanapun ia merasa bersalah karena selama ini seperti memberi harapan palsu pada namja itu. Sekarang Arthur sudah tau semuanya. Heeshi mengambil ponselnya.
Di tempat lain seorang namja tampan sedang duduk di bangku bandara. Setengah jam lagi pesawatnya akan take off. Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah panggilan dari Heeshi. Ia ragu untuk menjawab panggilan itu, tapi akhirnya ia jawab juga.
"Eoh"
"........."
"Setengah jam lagi."
"........"
Tut..tut...!!
Sambungan telepon itu mati. Arthur tersenyum miris.
***
Tanpa membuang waktu, Heeshi pergi ke bandara Incheon. Sampai disana ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut bandara itu. Berjalan kesana-kemari untuk menemukan seseorang yang juga penting bagi hidupnya. Dilihatnya jam tangannya, 10 menit lagi. Tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang berjalan sambil menyeruput kopi. Ia langsung menghampiri namja itu.
"Heeshi-ya." namja itu tampak terkejut melihat Heeshi yang tiba-tiba muncul.
"Aish!! Kenapa kau pergi diam-diam seperti ini?"
"Mianhe"
"Nado mianhe" Heeshi menundukkan kepalanya.
"Hey, sudahlah. I'm OK. Gokjongma."
Heeshi melepas cincin tunangannya, lalu memberikannya pada Arthur. "I'm so sorry, Oppa" ucapnya.
"Gwenchanna." Arthur mencoba tersenyum.
"Aku yakin kau akan mendapatkan yeoja yang benar benar-benar mencintaimu."
"Benarkah?"
"Geuromnyo. Kau itu tampan, kaya, calon dokter yang hebat. Mana mungkin yeoja menolak pesonamu."
"Tapi kau menolakku."
"Mianhe."
"Hhaha.. Aku bercanda. Jaga dirimu. Sampaikan salamku pada Heechul hyung."
"Umm... Bolehkah aku memelukmu?" Pinta Heeshi dengan nada ragu-ragu.
Arthur menyerngitkan alisnya, tumben gadis ini ingin memeluknya. Arthur merentangkan tangannya.
Greep!!
Heeshi menepuk-nepuk punggung namja itu seperti ingin memberi kekuatan. "Berbahagilah oppa. Berjanjilah padaku kau akan bahagia. Aku sayang padamu. Kau juga orang yang terpenting dalam hidupku." Suara Heeshi bergetar menahan tangis. Lalu melepas pelukannya.
"Arraseo. I will be happy. Kapan-kapan kau juga harus mengunjungiku di Aussie. Arratchi?." Arthur menghapus air mata Heeshi dengan kedua ibu jarinya.
"Of course. Keep ur health uisanim."
"Geurom, annyeong!!"
Arthur mengecup kilat dahi Heeshi lalu pergi dan melambaikan tangannya.
***
"Oppa! Kau tidak bosan seharian bermain dengan benda itu." Teriak Heeshi. Gadis itu benar-benar kesal. Bagaimana tidak, seharian Heechul berkutat dengan beda pipih persegi panjang yang disebut PSP sampai mengacuhkan dirinya. Kyuhyun baru saja memberi Hyungnya itu beberapa games terbaru. Walau tubuh Heechul agak kaku untuk digerakkan, tapi sepertinya tangan, maksudnya jarinya sudah sangat lihat bermain. Memang Heechul maniak games, sama seperti evil magnae. Walau tidak separah Kyuhyun.
"Tanggung chagi. Sebentar lagi aku akan menang. Lagipula aku sudah lama tidak memainkannya" Matanya tetap fokus menatap layar psp itu.
"Permisi" ucap dokter yang menangani Heechul masuk ke ruang rawatnya.
"Bagaimana keadaan Anda Tn. Kim?" Heechul mempause-kan gamenya.
"Yah, aku rasa sudah lebih baik."
"Baiklah, bisa miringkan sedikit tubuhmu. Aku akan memberikan menyuntikmu, agar kau semakin sehat."
"Aniyo." Mendadak wajah Heechul pucat ketakutan.
"waeyo oppa? Jangan-jangan kau takut di suntik ya?" Ejek Heeshi sambil terkikik.
"Aniya. Aku tidak takut. Geunyang...geunyang..."
"Hhahaha.. Tidak kusangka kau sepengecut itu." Heeshi tidak bisa menahan tawanya.
"Suntik saja dokter, jangan pedulikan dia." Ucap Heeshi.
"Ne, sebentar perawatnya akan datang."
Pintu terbuka dan tampaklah suster yang lumayan cantik berjalan menghampiri mereka.
"Kalau yang nyuntik secantik ini. Aku rela disuntik sebanyak apapun" ucap Heechul sambil senyam-senyum gak karuan.
Heeshi mencubit perut namja yang sekarang berstatus kekasihnya itu.
"Aaaa.. Appoyo."
"Makanya kau jangan genit."
***
Heechul mengusap-usap perutnya yang masih terasa ngilu akibat cubitan Heeshi. Heeshi yang sedang asyik membaca novel di sebelah tempat tidur Heechul tiba-tiba dikejutkan dengan tangannya yang di cengkram kuat. "Kau harus dihukum chagi." Ucap Heechul dengan sorot matanya yang setajam silet.
"M..mwo? Memang aku salah apa?"
"Kau sudah menganiayaku. Cubitan itu pasti membekas ditubuhku."
"Tidak mungkin. Kau itu terlalu berlebihan oppa. Lagipula itu salahmu. Kau boleh genit, tapi jangan dihadapanku. Cepat lepaskan tanganmu itu."
"Tidak akan." Tiba-tiba Heechul menarik tangan Heeshi sehingga kini posisi gadis itu berada di atas tubuhnya. Heechul mendekap erat tubuh gadis itu.
"Opp.. Oppa. Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku."
"Shiro."
Dan kini secepat kilat Heechul membalikkan tubuh Heeshi sehingga kini ia yang berada di atas tubuh gadis itu. Tangannya menopang punggung Heeshi.
"Oppa. Neo micheosso?"
Heechul hanya tersenyum. Ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Heeshi. Gadis itu menutup rapat matanya. Pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Sementara itu, tanpa mereka ketahui beberapa namja tampan mengintip. "Omoo omoo!! Apa yang akan mereka lakukan? Ini kan rumah sakit. Jangan-jangan....."
Brukkk!!!
Tiba-tiba mereka semua terjatuh dan menerobos pintu. Heechul menghentikan aksinya, lalu menatap tajam dongsaengdeul-nya itu.
"YAA!! Kalian!!" Teriak namja cantik itu.
...END...
Kritik & saran bisa mention ke twitter @IkAsifa248 atau PM ke facebook: http://facebook.com/iqha.asifaixa