“sudah lama aku tidak ke atap sekolah” gumam Nara.
Ia berjalan melangkahi anak tangga. Ia membuka pintu dan duduk sambil melihat murid pria bermain basket.
“uhmm..sejuk juga. Ah.. headset ku”
Nara mendengar lagu kesukaannya sambil melihat seluruh isi sekolah dari atap. Ia melihat ke sekelilingnya.
Nara memutuskan untuk menjelajahi atap sekolah dan...
BINGO!
Ia menemukan V dan Yura duduk diatap juga, tetapi jauh dari Nara.
“kenapa mereka bisa disini? Apa mataku yang salah?”
Nara mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini nyata
Yura duduk di sebelah V. Ia menggenggam tangan V, tapi V melepaskannya. Seperti tidak menyukainya.
Yura sesekali mencubit pipi V, tapi V diam. Yura merangkul pundak V. Tapi V tetap diam. Ada yang aneh pikir Nara.
“ayo turun” ajak V
“ayo” sahut Yura menggenggam tangan V
“omo! Mereka mau turun! Aku harus cepat pergi! Bisa gawat kalau ketahuan!”
Nara turun dari atap sekolah dan sampai di koridor ia menabrak Jung Hwa
“yyak! Hati-hati kalau jalan! Jalan pakai mata” teriak Jung Hwa
“hoshh..hosh..ah..maaf. aku tidak sengaja”
“kau kenapa?”
“hahh..tidak. hanya sedang berlari-lari saja. Hehehe”
Nara memandang Jung Hwa heran.
“kau kenapa?” tanya Jung Hwa
“mana ‘pacar’ mu itu?”
“kenapa kau menyebutkan kata ‘pacar’ nya menekan sekali?”
“aku sedang menyindirmu”
“menyindir bilang-bilang. Dasar aneh” kesal Jung Hwa
“mana Jimin?”
“aku...putus dari dia”
Nara diam dan dengan cepat menarik tangan Jung Hwa ke taman belakang sekolah.
“yyak! Sakit tau! Kenapa kau menyeretku?”
“tanggung jawab! Ceritakan semuanya padaku. Kenapa kau putus?”
Jung Hwa menghela nafas
“ada masalah lain” Jung Hwa memandang Nara malas.
“apa?”
“aku....ditunangkan dengan Jimin” seketika itu pula Jung Hwa tertawa keras. “hahaha! Aku bercanda. Aku sudah menjadi tunangannya”
Nara hanya bisa melongo melihat temannya itu. Ia tidak percaya apa yang dialami kawannya itu.
“masa?”
“iya! Aku serius!” ia membuat ‘v’ sign ditangannya
“aku tidak per...”
“hai Nara. Hai Jung Hwa” sapa Jimin.
“hai Jimin” balas Jung Hwa. Nara hanya diam menatap mereka berdua lama
“Nara-ah, bisa aku pinjam Jung Hwa sebentar?”
Nara hanya mengangguk.
“bye Nara~” ledek Jung Hwa
Nara memandang punggung Jung Hwa dan Jimin perlahan menjauh. Ia berjalan kembali ke kelas dengan perasaan kesal
“kalau ada pisau disini, sudah aku potong dia”
***
Saat pulang sekolah, Nara mencari Jung Hwa unyuk menonton basket bersama.
“nah, ketemu kau! Mau melihat pertandingan basket?” ajak Nara
“maaf Nara sayang. Aku sedang sibuk”
“sibuk pacaran? Bla..bla..bla..”
“yyak! Siapa yang pacaran! Aku diberi tugas oleh Kim saem tadi”
“haha..kenapa?”
“aku lupa mengumpulkan tugas semalam” Jung Hwa memasang muka malasnya
“salahmu sendiri. Jangan perlihatkan wajah malasmu itu. Aku bisa sakit perut. Yasudah. Aku duluan”
“yya! Dasar aneh!” teriak Jung Hwa “tapi benar juga sih, kan tugasnya dibantu sama Jimin. Jadi berduaan. Hehe” gumam Jung Hwa
“ayo V! Kau pasti bisa!” teriak Nara saat pertandingan setengah jalan.
“YEAAH!!” semua murid berteriak saat V memasukkan bola ke ring. Ia mencetak skor
“uwaa, dia keren sekali!” ucap Nara.
V duduk diganti oleh Luhan karena sudah lelah. Ia mengambil, lebih tepatnya merampas minuman dari Yura. Ya. Yura duduk di depan.
Yura menyeka keringat V.
“cih..sok mesra sekali dia. Dia kira aku tidak bisa apa? Hey! Aku juga bisa, tapi..dengan oppa ku.” Rengut Nara
***
Siang hari, Nara berjalan ke taman. Ia sedang menemani anak sebelah rumahnya. Karena orang tuanya sedang berada di luar kota, ia hanya tinggal dengan pembantunya.
“aku tidak percaya. Anak seumuran Jang Woo seharusnya dapat perhatian orang tuanya” batin Nara.
“Jang Woo-ah..kau ingin apa?” tanya Nara
“Jang Woo mau gelembung thabun itu nuna” tunjuk Jang woo
Nara tersenyum karena Jang Woo belum fasih huruf ‘S’
“baiklah..ayo”
Nara membeli gelembung tersebut dan memberikannya ke Jang Woo
“waah..banyak thekali..! nuna! Tolong thiupkan ya! Jang Woo mau meletuthkan gelembungnya!”
“dengan senang hati” ucap Nara.
Nara meniup gelembung tersebut. Jang Woo tampak senang dengan gelembung yang terbang itu. Sangat banyak.
“uwaa..banyak thekali..”
Jang Woo asik meletuskan gelembung tersebut hingga ia merasa capek sendiri.
“Jang Woo capek nuna..”
“kalau begitu, mau nuna belikan es krim?”
“wah..benarkah? Jang Woo mau yang ratha coklat”
“ayo kita beli”
Setelah itu, mereka duduk di salah satu kursi yang ada ditaman itu.
“ini enak thekali nuna. Makathih nuna. Nuna baik”
“ahhhaa..tidak. nuna begini karena nuna sayang Jang Woo”
“Jang Woo juga thayang nuna. Hehehe” Jang Woo memperlihatkan deretan giginya.
***
Hari sudah sore. Selama itu pula Jang Woo dan Nara bermain bersama. Hingga akhirnya salah satu pembantu di rumah Jang Woo datang.
“terimakasih ya nak sudah menemani Jang Woo bermain. Maaf merepotkan” ucap bibi itu
“tidak apa bi. Aku senang bisa bermain dengan Jang Woo” Nara tersenyum
“lain kali, datanglah kerumah kami”
“terima kasih bi”
“da da nuna..Jang Woo pulang dulu.thampai jumpa” Jang Woo melambaikan tangannya
“iya, sampai jumpa Jang Woo”
Nara tersenyum ke arah Jang Woo dan duduk kembali di kursinya.
“hhh..andai aku punya adik semanis dia” gumam Nara
“hai?”
“omo!” teriak Nara saat seseorang tiba-tiba saja duduk disamping Nara
“haha..kenapa kau kaget? Ah iya! Kau gadis yang ada di kedai yoghurt semalam kan? Shin..Shin Nara!”
“ah..iya. kau V kan?” pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Nara
V tersenyum dan mengangguk.
Nara terdiam cukup lama. Ia merasa bingung dan gugup. Bingung kenapa V muncul secara tiba-tiba dan gugup karena senyumannya yang manis
“ah..ini. aku tadi membeli permen coklat ini. Ya..tidak banyak sih. Kau mau?” V menyodorkan tangannya dan memperlihatkan beberapa permen coklat disana
“ah..terimakasih V”
“sama-sama. Oh ya. Aku punya sesuatu lagi. Tadaa~”
Ia memperlihatkan boneka kelinci memegang hati. Imut sekali.
V memperlihatkan boneka kelinci itu di depan Nara . tetapi Nara hanya heran.
“ini untukmu”
“un..tukku?” gugup Nara
“iya”
“tapi..apakah kau yakin?”
V mengangguk. “aku yakin sekali. Awalnya aku ingin memberikannya kepada seseorang. Tapi aku berfikir kalau dia tidak menginginkannya”
Nara tersenyum lembut
“tidak..terimakasih. lebih baik kau berikan saja pada dia dulu. Belum tentu dia mau apa tidak. Cepat berikan padanya”
“jadi kau menyuruhku untuk pergi?” tanya V
“ah..bukan begitu” Nara menunduk. Ia bingung ingin menjawab apa.
V menarik tangan Nara dan memberikan boneka tersebut.
“aku Cuma mau memberikannya padamu. Itu saja. Apa aku salah?”
Nara masih terdiam. Ia merasa hangat saat tangannya digenggam oleh V
“kalau begitu..terimakasih”
“sama-sama”
V mengacak rambut Nara.
please gimme your love and comment ^^