“hh..capek juga, kelas tambahan makin banyak.. Tapi syukurlah, aku mendapatkan nilai yang bagus”
Nara melangkah keluar dan pergi pulang.
BYUR!
“aaahh..” Nara menunduk dan melihat dirinya basah karena disiram air. Ia melihat kedepan. Ternyata Yura.
“heh pengganggu!” teriak seseorang
“yyak! Siapa yang kau bilang pengganggu?”
“ya kau! Sudah merebut pacar orang! Dasar gadis tidak tau diri!”
“heh! Kau bicara apa? Aku tidak mengerti! Lihat! Bajuku basah bodoh!” bentak Nara
“aduh..basah ya? Hahaha. Lempari dia dengan telur anak-anak”
KRAK!
“aww..” badan Nara sakita karena dilempari telur dengan keras
KRAK! KRAK!
Nara memejamkan matanya dan melindungi sebagian wajahnya dengan tangan dan sebagian tubuhnya dengan tangan lain, tapi ia tidak merasakan apa-apa. Ia yakin barusan ia dilempar lebih dari satu telur. ia membuka matanya perlahan dan tersentak kaget
“V..”
“kau tidak apa-apa?” tanya V memeluk Nara
Nara terdiam. Ia hampir menangis. “bodoh..biarkan saja aku. Lihat kau jadi kotor.”
“aku tidak mau”
Yura memanas saat V memeluk Nara. V membalikkan badannya dan ia menatap tajam Yura. Ingin rasanya V melempar Yura.
“kau..kau kenapa hah?!”
“chagi-ah,,ke..kenapa kau bisa ada disini?” tanya Yura
“bukan urusanmu. Jawab aku! Kau kenapa!”
“chagi-ah..aku tidak mau ada yang mengganggu hubungan kita” rengek Yura. V sekilas memandang Nara
“dia? Dia sahabtku! Bukan lebih! Jadi kau jangan ganggu dia! Cuma karena kau anak pemilik sekolah ini, seenaknya kau menjahati orang. Sadarlah Yura-ah” jawab V tegas, ia menggepalkan tangannya menahan marahnya.
“tapi chagi-ah..aku hanya ingin hubungan kita berjalan baik” Yura memelas pada V dan mendekati V perlahan.
“diam disitu” bentak V
Nara melangkah pergi karena sudah tidak tahan. “ Nara-ah...Nara-ah! Jangan pergi! Tunggu!” V mengejar Nara yang sudah berlari menjauh
“chagi-ah..kau mau kemana? aku ikut” Yura menahan tangan V
“lepaskan aku! Aku membencimu!”
Yura melepaskan genggamannya. Ia melihat V berlari meneriakki nama Nara.
“hhuh...awas saja. Itu masih belum seberapa. Aku bisa membuat sampai kau tidak sadar lagi” dengus Yura
Yura menelpon seseorang.
“halo”
“...”
“aku ada tugas untukmu” Yura ber-smirk ria
***
Nara berlari menjauh, ia menangis sejadi-jadinya. Perkataan V masih terekam jelas di otaknya
“hanya sahabat..bukan lebih..”
“hanya sahabat..bukan lebih..”
“hanya sahabat..bukan lebih..”
“aaakkh.. huwaaa...hiks..hiks..kenapa aku begitu bodoh?kenapa aku harus mengirim surat terus kepadanya? Hiks...kenapa!?” Nara mengelap air matanya kasar
“hiks...kenapa aku masih saja menyukai V? Dia kan sudah ada pacar. Hiks..manusia macam apa aku ini? Hiks...”
Nara tidak sadar jika V mengikutinya dari belakang. Ia mendengar semua apa yang diucapkan Nara.
“surat? Berarti....” V terdiam sejenak. V sadar selama ini Nara menyukainya., dan V juga berharap gadis surat itu adalah Nara. Sekarang V yakin kalau ia dan Nara membutuhkan satu sama lain.
V mendekati Nara perlahan.
“dapat!” V menggenggam tangan Nara
“hiks..mau apa kau?”
“diam. Dengarkan aku. Kau mencintaiku? Itu benar?”
“......”
“jawab aku!” bentak V
“kenapa kau bisa disini?” Nara menatap V dalam.
“aku mengikutimu. Kau tau? Yura itu suka sekali mengerjai orang habis-habisan. Ia bisa saja membuatmu keluar dari sekolah itu”
“lalu..kenapa kau menolongku hah! Biarkan saja aku tadi! Aku bisa melawan dia!”
“kubilang jauhi Yura!” teriak V.
PLAK!
Satu tamparan mengenai pipi V.
Nara memandang V cukup lama, ia merasakan sakit yang sangat dalam. Rasanya ingin mati saat itu juga.
V tetap sabar, ia menggenggam tangan Nara, tapi Nara menepis tangan V lebih dulu.
“jangan pernah dekati aku lagi. Jauhi aku”
Nara pulang sambil menangis sesenggukkan.
V mengacak-acak rambutnya.
“AARGHH!!”
***
Malam sudah tiba. Terlihat Nara sedang berjalan sendirian sambil memakai headset nya.
“dekati..jauhi..dekati..jauhi..dekati..” Nara mencopoti kelopak bunga yang ia pegang. Ia bingung tidak tau harus melakukan apa.
Ia bingung dengan apa yang terjadi padanya hari ini. Jika ia mendekati V, maka Yura akan tetap mengerjainya sampai ia harus meminta maaf.
Jika ia menjauhi V? Yang satu itu mungkin Nara tidak bisa. Ia sudah terlanjur mencintai V.
Malam itu juga, V sedang berjalan sambil mendengarkan lagu. Ia masih kaget apa yang Nara ucapkan padanya.
“kenapa aku masih menyukai V?”
“kenapa aku selalu saja mengiriminya surat?”
Ia mengambil ponselnya.
KLIK!!
Terkirim.
V memandang ke atas langit, banyak bintang. Lalu ia melihat ke depan. Ia mengenali orang itu. “Nara?” V berjalan terus mengikuti langkah Nara.
"kenapa banyak kelopak bunga yang jatuh? apa yang ia lakukan?"
***
hari sudah tengah malam. Nara duduk di salah satu kursi yang ada di tepi jalan tersebut. ia menulis surat.
tidak jauh dari sana, V sedang memakan es krim yang ia beli barusan di kedai 24 jam. Sesekali ia melihat Nara.
"uh? yaak! dia terbang" ucap Nara. suratnya terbang ke tengah jalan. ia berusaha mengambil surat tersebut.
Nara tidak tau saat itu sebuah mobil datang ke arahnya. V yang melihat itu berteriak
“Nara-ah! Awas! Ada mobil datang ke arahmu”
Namun Nara tidak mendengar teriakkan V. Ia masih berjalan dan memetik kelopak bunga itu
“Nara-ah! Awas!” V berteriak lebih keras
“bahkan kau masih bisa mendengar suara dia didalam fikiranku” lirih Nara
“awaaaass!”
CKITT..BRUK!!
***
V duduk di ruang tunggu. Ia takut terjadi apa-apa pada Nara.
“Nara-ah!” teriak seseorang yang tengah berlari mencari ruangan. V melihat ke arah orang tersebut.
“kau oppa-nya Nara kan?”
“iya. Ada apa dengan Nara? Kenapa!” ucap Wooyoung kesal
“tenanglah dulu” V mengajak Wooyoung untuk duduk. Ia menceritakan apa yang terjadi. Wooyoung terdiam, ia mulai geram.
“kenapa kau tidak menyelamatkan adikku hah!?” Wooyoung mencengkram kerah baju V.
“akh...tunggu dulu! Aku sudah menolongnya. Lepaskan aku!” V memohon. Wooyoung melepas perlahan cengkramannya.
“aku sudah meneriakki nya dengan keras. Ia tidak mendengar teriakkan ku. Aku mengejarnya, tapi aku terlambat” V memandang ke arah lain.
Wooyoung menatap V. “saat itu ia memakai headset” ucap V
Wooyoung merenungi perkataan V. “surat..yah..surat. mana suratnya?”
V memberikannya ke pada Wooyoung.
“semalam aku mendapatkan hari yang buruk. Semoga kau mendapat kan hari yang bagus, tidak seperti hari-hariku. Fighting!”
Wooyoung tau kalau itu surat yang akan dikirim Nara ke V. Tapi ia tidak ingin memberitahu V dulu sebelum waktu yang tepat.
“aku bingung dengan kata “semalam” yang ditulis di dalam surat itu. Apa mungkin ia mengirimnya ke pada seseorang untuk hari besok. Jadi orang yang membaca pada hari itu tau kalau si pengirim mengalami hari buruk semalam” ujar V
“dan..suratnya sama seperti surat yang ku temui di loker ku, setiap hari” sambung V.
Wooyoung tidak mengindahkan perkataan V. “yang aku herankan. Kenapa pada malam itu, Nara bisa mengalami tabrakan? Waktu itu jam berapa?”
“kalau tidak salah jam 23.10 malam. Di sana sepi” jawab V “lagipula jalan disana cukup besar. Nara tidak sampai ke tengah jalan, ia agak ke tepi sedikit. Kecelakaan itu seperti di sengaja. Sudah diatur”
Woyooung mengangguk bahwa ia mengerti. “kurasa itu adalah suruhan seseorang”
“benarkah? tapi siapa?”
Saat itu dokter keluar dari ruangan Nara.
“diantara kalian, adakah keluarga atau saudara nya?” tanya dokter
“saya oppanya . bagaimana keadaannya dok?”
“dia baik-baik saja. Hanya luka lecet bagian tangan. Ia butuh istirahat yang cukup. Sekarang ia sedang tidur”
“kalau begitu, terimakasih dok. Boleh kami masuk?”
“oh, silahkan”
Wooyoung dan V memasuki ruangan. Terlihat Nara sedang tertidur pulas. Wooyoung duduk disamping tempat tidur Nara
“chagi~ oppa disini” gumam Wooyoung.
“hyung...aku keluar sebentar membeli roti untuk Nara dan hyung”
“baiklah. Hati-hati” V mengangguk. Ia melangkah keluar.
***
Nara membuka matanya perlahan. Ia melihat keselilingnya. Serba putih
“Nara-ah..kau sudah bangun?”
“akh..oppa. bagaimana kau ada disini? Ini dimana?” tanyanya sambil duduk dan bersandar
“V yang memberitahuku lewat ponselmu”
Muka Nara berubah. Ia memperlihatkan muka tidak senang.
“kenapa? apa ada yang salah?”
“ah..tidak oppa. Hehe” Nara tertawa pahit
“hh.. Kenapa kau tidak bilang ke oppa kalau kau sedang di luar sendirian? Kau membohongi oppa. Kau bilang ingin ke supermarket membeli makanan”
“minhae oppa” lirih Nara.
“yasudah, tidak apa. Kenapa surat mu ada pada V?” Nara memandang kaget oppa nya
“benarkah? aku tidak tau itu. Aku rasa aku berjalan sendirian. Tidak ada satu orangpun”
‘apa yang dilakukan anak itu sampai-sampai ia tau dimana Nara’ pikir Wooyoung.
“oppa..” Nara memegang lengan oppa nya
“kenapa?”
“aku.....tidak akan mengirim surat lagi”
“kenapa? ada masalah apa?”
“kau tau kan? Yang kubilang waktu itu. Ia sudah ada pacar. Namanya Yura. Park Yura. Ia mengerjai ku semalam” Nara memandang oppa nya
“apa ada yang luka? Apa yang ia bilang?”
“aku tidak luka. Ia bilang aku mengganggu hubungannya. Aku tidak mengerti. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa” ucap Nara lirih “saat itu V memelukku. Ia melindungiku” Wooyoung masih serius dengan cerita Nara
“aku merasa nyaman di dekatnya. Tapi setelah itu, semuanyahilang. Harapanku hilang. Ia hanya menganggapku sebagai..sahabat” Nara menunduk. Air matanya mengalir ke pipi nya.
“sudah. Jangan menangis. Lalu apa yang harus oppa lakukan?” tanya Wooyoung sambil menghapus air mata Nara.
“tidak perlu. Aku rasa aku harus menjauhinya dan melupakannya. Aku tidak akan mengiriminya surat lagi”
***
V tidak jadi membuka pintu. Ia menguping pembicaraan mereka bedua.
Ia melangkah ke taman dan duduk di salah satu kursi.
“hh..kalau dari dulu aku tau pengirimi surat itu Nara, aku pasti sudah memutuskan Yura, apa aku sebodoh itu? tidak peka dengan perasaan orang?” gumamnya
“timing yang tepat” ucap orang tersebut dan muncul dari balik pohon di dekat V.
“chagi~ selamat pagi”
V mendongak melihat asal suara tersebut. Ia sangat kenal dengan suara yang membuatnya muak itu “pagi” ucapnya malas
“uhmm..? kenapa mukamu kusut sekali?” Yura mencubit pipi V
“yyak! Lepaskan! Jangan ganggu aku! Aku ingin sendiri dulu” bentak V
Yura mendengus dan memutarkan bola matanya. “hufft..apa karena gadis pengganggu itu lagi?”
V berdiri dan menghadap Yura “jangan kau sebut dia dengan gadis pengganggu!”
“jadi apa? Perusak?” enteng Yura “suahlah..tidak ada gunanya”
“kau kan yang menyebabkan Nara masuk rumah sakit?”
“apa? Dia masuk rumah sakit? Aduh..kasian sekali dia” sindir Yura
“yyak! Jawab aku!”
“kalau iya kenapa? kenapa kau marah? Kan yang sakit dia, bukan aku. Dia itu memang gadis tidak tau diri. Mendekati pacar orang sembarang..”
PLAK!
Yura memegang pipinya yang panas. Ia menatap tajam V
“kau ini kenapa hah!?” bentak Yura
“wanita macam apa kau ini? Dasar iblis!” ucap V melangkah pergi
Yura memandang kepergian V “ah..ini sakit sekali..awas kau! Aku membencimu Shin Nara. Kau juga V! Lihat saja nanti. Kalian akan memohon kepadaku”
next : last page