home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Living Like A Dream

Living Like A Dream

Share:
Author : Gendis_227
Published : 02 Jul 2014, Updated : 09 Jul 2014
Cast : Kim Myungsoo,Choi Hani,Park Yoochun, Park Shin Hye
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |13007 Views |2 Loves
Living Like a Dream
CHAPTER 2 : Meeting With Appa

Karena tak tega melihat adiknya yang sudah mulai terkulai lemas dan mulai menangis. Akhirnya Choi Hyeri,sang kakak angkat bicara.

“ Appa meninggalkan banyak hutang sebelum kematiannya,kami sudah mengetahui ini sejak lama. Dan tanpa disangka hari ini adalah tenggat waktunya. Maaf kami tak memberi tahumu,eomma hanya ingin kau fokus belajar saja tanpa memikirkan hal ini.” Jawab Hyeri sembari mendekatkan tubuhnya pada Hani yang mulai terisak menangis.

   Jantung Hani terasa berhenti berdetak. Dan dia tak bisa menahan tangisnya lagi. Tangisnya pecah begitu saja mendengar penuturan sang kakak. Hani berdiri mematung. Membiarkan buliran demi buliran air matanya membentuk sungai di kedua pipi manisnya, hingga jatuh membasahi baju yang dikenakan kakaknya.

“ Ya Tuhan… Dosa apa yang telah keluargaku perbuat,hingga terjadi hal seperti ini?”

   Lalu badan Hani terasa begitu lemas. Hani terjatuh,terduduk diantara serpihan-serpihan kue yang hancur itu. Dia punguti satu-persatu kue kering yang telah bercampur dengan kue-kue lainnya, hingga kedua tangannya penuh dan tak mampu lagi menampung kue-kue itu.

   Dengan penuh kesedihan yang begitu mendalam, kecewa, sakit, bercampur kesal, Hani membuang kue-kue dalam genggaman itu ke sembarang tempat. Kakaknya pun mencoba menenangkannya tapi itu tak berhasil juga. Hani masih memberontak dan menangis sembari memukul-mukulkan tangannya ke bahu sang kakak.

   Pagi yang indah itu benar-benar berubah menjadi pagi yang menyeramkan. Entah bagaimana lagi mereka harus membuat kue-kue itu. Semua uang modal untuk membuat kue hari ini telah habis dipakai. Mau tidak mau, hari ini mereka tidak berjulan kue.  

   Semenjak hari itu, eomma serta kakak Hani mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan mereka, agar dapat melunasi hutang-hutang ayahnya. Hani tak habis pikir kalau appanya pergi dengan meningglkan begitu banyak hutang.

   Setiap malam Hani selalu memanjatkan doa untuk keselamatan keluarganya,dan tentu juga untuk keselamatan dirinya. Bayang-bayang eommanya yang dibentak, dan juga barang-barang yang berserakan dimana-mana membuatnya sering ketakutan. Dia takut jika orang-orang yang datang pada waktu itu kembali lagi sewaktu-waktu.  Hani sering terbangun dengan mimpi-mimpi buruk tentang hutang keluarganya. Pikirannya tak bisa sebebas dulu,ia selalu bergelut dengan pikirannya sendiri.

.

.

   Sampai suatu malam, Hani benar-benar tak bias memejamkan matanya. Ia memandangi foto keluarganya. Appa,eomma,eonnie,namdongsaeng, serta dirinya yang tersenyum riang di foto itu. Ia menatap sendu wajah appanya dan kembali mengenang kenangan indah di masa lalunya.

   Segera Hani keluar dari rumah, dan berlari-lari kecil menuju sungai kecil di belakang rumahnya. Dengan nafas tersengal-sengal, seperti mengejar sesuatu, Hani jatuh terduduk di tanah rerumputan itu. Hani menatap lurus ke langit,dan mulai bicara sendiri.

   “Sepertinya malam ini bintang begitu bersinar terang, tak seperti hatiku yang sedang bergemuruh dilanda rasa sedih dan bingung. Aku tak tahu sampai kapan aku akan hidup seperti ini terus. Aku lelah, Tuhan…! Mencoba berlari dan menghindar dari segala masalah yang datang. Aku tak habis pikir kenapa kau tak adil dengan keluargaku.

  Pertama,kau mengambil appa dari sisiku,kedua kau datangkan para rentenir itu untuk menagih hutang-hutang appaku. Kau tahu sendirikan,aku bukanlah orang yang serba berkecukupan. Tapi kenapa…? Cobaan bertubi-tubi menimpaku! Aku sedih,sakit,sekaligus kesal disaat yang bersamaan. Aku tak tega melihat eomma dan eonniku yang bekerja membanting seharian tanpa henti. Sedangkan namdosaengku masih belum mengerti apa2! Hikksss..hiikkkss

   Kau jahat, Tuhan…! Kau jahat pada kami! Bukankah seorang hamba seharusnya dilindungi oleh-Mu? Bukan seperti ini yang kumau…aku benci pada-Mu! Hiikks…”

   Hani menuangkan segala kekesalan yang ada di dalam hatinya selama ini. Air mata pun mengalir dengan derasnya seiring bunyi arus sungai yang mengalir pula.

“ Kau tak boleh berpikir seperti itu,Hani…!” sahut sebuah suara yang sangat pelan, namun karena suasana disana sangat sepi Hani masih dapat mendegarnya.

 Seketika itu pula ia membalikkan tubuhnya dan mencari sumber suara. Hani terkejut saat dilihatnya tak ada siapapun di sekitarnya. Hingga sebuah tangan menyentuh bahunya yang masih terlihat bergetar.

“ A-a-appa…? A-apa benar kau adalah appaku? Bukankah appa sudah-”

Tak sempat Hani menyelesaikan perkataannya, sesosok bayangan appanya itu mulai angkat bicara sembari tersenyum tipis padanya.

“ Nde..ini, aku appamu…! Uljima nae aegya,hmm? Jangan takut, appa tidak bermaksud untuk muncul tiba-tiba seperti ini dan menakutimu. Percayalah…Hani!

   Hani masih menatap tak percaya dan bingung kearah sang appa. Sulit baginya untuk percaya bahwa jiwa seseorang yang telah lama mati tiba-tiba muncul di hadapannya. Namun,dengan segenap keberanian yang dimilikinya ia mencoba angkat bicara.

   “ Ta-tapi, apa yang appa lakukan disini? Bukankah dunia kita sudah berbeda? Tapi, apa mungkin appa akan kembali?” tanyanya takut-takut sembari menatap lekat kedua mata appanya. Dengan segera sang appa mengambil duduk disebelah Hani.

Appa tak mungkin kembali lagi ke dunia ini, itu mustahil terjadi. Meskipun appa tak ada di sisimu, tapi appa selalu memperhatikanmu dari atas sana!” jawab sang appa sambil menunjuk ke atas langit.

“ Lalu..?”

“ Appa kesini karena ada beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu! Tuhanlah yang telah memberi kesempatan ini pada appa. Jadi kau jangan membenci Tuhan! Arraseo?”

“ Nde,arraseo!”

“Berjanjilah… Jangan pernah kau mengatai Tuhan lagi! Jika kau mau berjanji, appa akan menceritakan semuanya padamu.”

“ Nde,yaksok. Appa bisa pegang janjiku! Jika aku ingkar, bawa saja diriku bersama appa.”  sahut Hani dengan tatapan sendu sekaligus melemparkan sebuah senyuman tipis pada ayahnya.

   Jujur saja, perasaan Hani saat ini benar-benar bahagia. Jauh lebih bahagia ketimbang ia mendapat hadiah special dari sahabatnya.

“ Hahahahha,dasar anak appa!”

“ Tentu saja, memang aku anak siapa lagi,eoh? Anak presiden?”

“ Sudahlah, appa akan mulai menceritakannya. Sore itu, appa baru akan pulang bekerja dari proyek yang sedang appa kerjakan. Pada saat itu, begitu banyak mobil-mobil yang berlalu lalang. Ketika appa mau menyebrang jalan, ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang berjalan tak terkendali kearah seorang wanita yang tengah hamil. Mobil itu hilang kendali begitu saja tanpa bisa dihentikan oleh sang sopir. Kemudian appa berlari untuk menyelamatkan wanita tersebut dan mendorongnya ke sisi lain. Tak disangka jarak mobil  semakin dekat, hingga mobil hitam  itu menabrak  dan menghempaskan tubuh appa ke sisi jalan di tempat itu. Saat itu, kepala appa benar-benar sakit hingga appa jatuh pingsan seketika itu juga.”

“ Apa eomma mengetahui soal ini? Saat kejadian itu, aku masih berada di sekolah karena ada pelajaran tambahan…”

“ Appa rasa,eommamu mengetahuinya. Mungkin, ia sengaja tak menceritakan yang sebenarnya padamu maupun kakakmu dan adikmu. Maafkan appa, appa pergi dengan meninggalkan begitu banyak hutang pada kalian. Appa sendiri tak habis pikir mengapa orang-orang itu datang.”

“ Memang hutang appa apa? Kenapa appa sampai tak bisa melunasinya?”

“ Saat appa baru menikah dengan eommamu. Eomamu sangat ingin membuat toko kuenya sendiri. Appa berusaha keras mencari uang agar dapat membeli sebuah toko kecil untuknya. Lalu salah satu teman appa menawarkan pinjaman dari seseorang yang dikenalnya. Karena saat itu appa sudah mulai putus asa, appa menerima tawarannya begitu saja. Uang pinjaman itu sangat besar sedangkan appa baru bisa membayar bunganya saja. 3 bulan berlalu sejak toko itu menjadi milik kami. Namun naas, kebakaran membakar habis toko itu..! Lalu…”

   Belum sempat ayah Hani menyelesaikan penjelasannya, Hani sudah memtong perkataan ayah dan berkata,

“ Sudahlah, Aku bisa mengerti itu! Kau jangan mengkhawatirkan kami,appa! Aku akan menjaga ibu,kakak, dan juga adikku dengan baik. Aku akan membahagiakan mereka. Jadi, appa tak perlu takut! Serahkan semuanya pada putrimu yang hebat ini!”

“ Apa kau bisa? Yakinkah?”

“ Yes,sure! I’m so serious…!”

“ Kalau begitu berjanjilah pada appa…Jangan pernah putus asa seperti ini lagi! Kau harus kuat, jangan mudah menyerah dan wujudkanlah mimpimu itu! Appa akan selalu disisimu!”

“ Ya,aku berjanji…Aku pasti menepati janji itu!”

"Ingatlah Hani, harapan adalah sebuah mimpi yang tak pernah tidur. Selalu pegang teguh pesan appa ini. Appa mohon jangan pernah menyerah sedikitpun. Jika kau merasa putus asa,cukup ingat kalimat itu.."

   Setelah percakapan yang cukup panjang itu, sang appa pergi dan perlahan menghilang begitu saja dihadapan Hani. Ia pasti takkan pernah muncul seperti ini lagi. Kemudian Hani segera beranjak dari duduknya meninggalkan tempat itu yang kini mulai dingin.

 

 

--------------------------------------------------------TBC-------------------------------------------------------

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK