home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Living Like A Dream

Living Like A Dream

Share:
Author : Gendis_227
Published : 02 Jul 2014, Updated : 09 Jul 2014
Cast : Kim Myungsoo,Choi Hani,Park Yoochun, Park Shin Hye
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |13007 Views |2 Loves
Living Like a Dream
CHAPTER 3 : Life

Previous Chapter

“Ingatlah,’ Hope is a dream that never sleep’ ! Selalu pegang teguh pesan appa. Jika kau merasa putus asa, cukup mengingat perkataan itu..”

 

   Setelah percakapan yang cukup panjang itu, sang appa pergi dan perlahan menghilang begitu saja dihadapan Hani. Ia pasti takkan pernah muncul seperti ini lagi. Kemudian Hani segera beranjak dari duduknya meninggalkan tempat itu yang kini mulai dingin.

.

.

.

Enjoy for Chapter 3 ^^

.

.

Pukul satu pagi. Di saat semua orang sedang terpejam lelap dan berjelaelajah di alam mimpi masing-masing, Kim Myungsoo masih setia duduk di depan laptop putihnya. Cahaya  yang memantul dari layar benda elektronik itu menjadi satu-satunya sumber penerangan di kamarnya.

Dengan ditemani secangkir kopi hangat, jari-jari Myungsoo bergerak dengan lincah dan cepat di atas keyboard laptopnya. Apa yang sedang dilakukan Kim Myungsoo hingga pukul satu malam? Mengerjakan tugaskah? Aniya, kalian salah besar. Namja yang dijuluki ‘Si Pangeran Bodoh’ itu tengah sibuk memainkan game dari kaset yang baru dibelinya.

Entah apa yang ada dipikiran namja itu. Tidak tahukah dia kalau besok masuk sekolah dan ada ujian matematika? Ckckckck…perbuatannya patut dicontoh(?) #eeh maksudnya jangan ditiru.
Yang benar saja, hampir setiap malam Kim Myungsoo menghabiskan waktunya di depan laptop selama berjam-jam hanya untuk menamatkan kaset-kaset gamenya. Baginya, setiap hari itu harus dihabiskan dengan kesenangan, bukannya malah sibuk berkutat dengan buku-buku pelajaran yang sangat membosankan di matanya.

Tak khayal, karena kebiasaan tercelanya(?) itu, Myungsoo seringkali bangun kesiangan dan hampir telat masuk sekolah.

Bola matanya yang putih bening mulai dihiasi bercak merah tipis dan sedikit berair. Beberapa kali Myungsoo menguap dengan punggung tangan yang digosok pelan ke matanya yang sudah mengantuk. Karena sudah tidak kuat untuk menahan rasa kantuknya, dia pun mematikan laptop dan beranjak dari kursi yang di dudukinya  menuju ke ranjang king sizenya yang sangat nyaman.

 

Keesokan paginya…

‘Cklek’

“Ck, masih tidur. Dasar anak pemalas, bias-bisanya dia masih bergumul di atas tempat tidurnya.” Rutuk seorang yeoja yang ternyata adalah umma dari Kim Myungsoo atau yang biasa disebut Mrs.Kim.

Mrs.Kim mendekati sesosok Myungsoo yang sedang tertidur pulas, selelah itukah dia? Hmmm.. wajahnyanya memang tampan, pantas saja banyak yeoja yang mengejarnya. Tapi sifat malasnya  juga terkadang membuat sang umma iritasi, tidak cocok dengan wajah tampannya.

“Kim Myungsoo…ireona…ppali ireona..! sahut Mrs.Kim seraya menggoyangkan badannya pelan. Sepertinya namja yang masih asik berbaring di ranjangnya itu mulai terusik dengan suara sang umma.

“ KIM MYUNG SOO!!! CEPAT BANGUN! Ini sudah siang…kau mau bangun jam berapa,eoh?” bentak Mrs.Kim semabri menarik keras selimut tebal yang membungkus anaknya itu.

“Aissh..apa sih,umma? Mengganggu saja” jawab Myungsoo pelan dengan suara serak khas orang bangun tidur.

“MWO?! APA KAU BILANG?? DASAR ANAK KURANG AJAR!! Bentak Mrs.Kim lagi yang kini sedang menimpukki anak satu-satunya itu dengan guling yang terjatuh dari tempat tidur Myungsoo.

“Yah! Umma apa yang kau lakukan?? Kau mau membunuh anakmu yang tampan ini,eoh??” jawab Myungsoo yang langsung terduduk karena merasa terganggu dengan penyiksaan(?) sang umma.

“Aigoo…aigoo… walaupun wajahmu tampan,siapa yang mau menjadi istrimu nantinya kalau kau jadi anak pemalas seperti ini,hah? Belum lagi kau ini pabbo..Myunsoo~ya?!” ujar Mrs.Kim dengan sarkastiknya.

“Mwo? Anak pemalas? Pabbo? Ishh..”  kesalnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

“NE! Anakku T-E-R-C-I-N-T-A…makanya kalau kau tidak ingin dikatakan seperti itu, cepat mandi sana! Atau kau mau umma mandikan disini lagi,eoh?”

“ Aigoo…ternyata ummaku sangat mengerikan,ya?? Ne…ne..ne..arraseoyo! ucap Myungsoo sambil beranjak dari ranjangnya dan bergegas menuju kamar mandi yang terletak di sudut kamarnya.

.

.

“ Hyung… apa kau sudah belajar untuk ujian kali ini?” bisik seseorang ke telinga kiri seorang namja yang kini tengah duduk santai di bangkunya sembari sibuk memainkan ponsel hitamnya.

“Belum…” jawab Myungsoo dengan malas-malasan.

“ Ohh..ayolah hyung! Aku benar-benar serius bertanya padamu…” ujar seseorang yang tengah kesal melihat teman sebangkunya yang seolah tak peduli dengan apa yang dia bicarakan.

“ Aku juga serius L-E-E S-U-N-G-J-O-N-G!!” ucap Myungsoo yang kini mulai jengah dengan namja yang satu tahun lebih muda darinya.

“ Tapi…hyung! Sadarlah kalau sekarang kau ini sudah di tingkat akhir. Ujian pun juga sudah di depan mata ! Belajarlah dengan serius, apa kau mau tinggal kelas,eoh?” kata Sungjong dengan sok kebijaksanaannya menasehati sang hyung tersayang.

“Kau menyuruhku untuk belajar serius? Tidak akan…  untuk apa aku bersusah payah belajar kalau ada Choi Hani yang siap membantuku kapan saja,eoh?” sahutnya tak mau kalah dari Sungjong.

Kim Myungsoo hanya memandang remeh teman sebangkunya itu.
‘Dia pikir diaitu  siapa? Seenaknya menyuruhku untuk belajar’ umpat Myungsoo dalam hati.

“Hufft… kau memang keras kepala,hyung!” jawab Sungjong dengan nada menyerah. Seolah dirinya tak peduli lagi dengan kekeras kepalaan hyungnya yang sangat menyebalkan itu.
Sungjong memang sangat mengagumi ketampanan yang dimiliki Kim Myungsoo, tapi ia benar-benar bisa mati dibuat kesal hanya karena kebodohan yang melekat pada diri namja itu.

Terkadang matanya sering dibuat iritasi melihat tampang bodohnya yang memohon pada Choi Hani, siswi terpintar di kelasnya hanya untuk melihat tugas. Tak heran gadis yang bernama Choi Hani itu menjuluki Myungsoo dengan ‘Si Pangeran Bodoh’.Lee Sungjong hanya terkikik pelan mengingat pemikiran konyolnya itu.

Melihat Sungjong yang persis duduk disebalahnya, Myungsoo menatap iritasi melihat namja itu yang kini tengah tertawa sendiri tanpa ada hal yang membuatnya tertawa.

“ YA! Lee Sungjong, micheseoyo?” dengus sang pangeran bodoh itu.
“ Ye,aku benar-benar sudah gila karena punya hyung sepertimu..” desis Sungjong tak kalah tajamnya.
“Aissh…dasar kau ini! Gumam Myungsoo seraya menggaruk kepalanya dengan kasar.

Tak berapa lama setelah pertengkaran mulut antara Kim Myungsoo dengan Lee Sungjong, Mr.Jung yang dikenal sebagai guru ter-killer di sekolahnya masuk diikuti oleh seorang gadis yang berjalan menunduk dibelakangnya.

“Ehemm…Silahkan duduk Choi Hani!” titah Mr.Jung pada Hani yang masih berdiri di ambang pintu kelasnya.

“ Saya harap kau tidak terlambat seperti ini lagi..” lanjut Mr.Jung.

“N-ne..Mr.Jung,Mianhamnida..” jawab Hani sembari menundukkan kepalanya.

Gadis itu pun beranjak menuju kursinya, setelah meminta maaf kepada Mr.Jung. Tidak biasanya gadis rajin seperti Choi Hani datang terlambat. Tak heran, teman-teman di kelasnya berbisik-bisik sambil menatap tak percaya kearah Hani yang tengah berjalan lesu ke kursinya.

.

.

“Haaaaaah…”
Hani mendesah tertahan dan terduduk lemas di kursi. Ternyata gara-gara kejadian tadi malam, dirinya tak dapat memejamkan mata barang sedetikpun. Pikirannya begitu kalut dengan apa yang ayahnya bicarakan. Dirinya tengah dilanda kegundahan hati. Apa yang ahrusnya dia lakukan? Dan apa yang seharusnya tidak ia lakukan? Bagaimana agar keluarganya dapat hidup layak? Itulah berbagai pertanyaan yang berkecamuk didalam otak cemerlang Hani.

Hani tersenyum sedih. “Aku memang bodoh!” ujarnya dalam hati.

.

.

.

Hujan lagi.
Bulan baru memasuki pertengahan musim panas dimana mentari seharusnya bersinar terik. Tapi cucaca begitu cepat berubah. Dalam sekejap, sebuah awan mendung yang besar datang menghadang sinar matahari, membuat suasana diselimuti kegelapan seketika. Tidak seperti yang diprediksikan oleh ramalan cuaca, hari ini pun hujan kembali turun dengan lebat.

Choi Hani berdiri tenang, memandangi derasnya rintik air yang turun seolah tengah mengejek dirinya yang tengah sedih. Gadis itu basah kuyup. Dia sudah tak peduli lagi dengan seragam dan blazer sekolah yang dikenakannya telah basah.

Hani hanya berpikir untuk menenangkan pikirannya saat ini. Ujian kelulusan sebentar lagi, dan itu artinya ia harus segera mencari universitas. Namun, pikirannya melayang ke beberapa hari lalu di saat orang-orang yang mengaku sebagai pihak yang meminjamkan uang pada ayahnya datang ke rumah Hani.

Keluarganya dililit hutang, dan mau tidak mau mereka harus melunasi secepatnya sebelum mereka diusir dari rumahnya sendiri. Bagaimana mungkin ia berpikir untuk melanjutkan pendidikannya? Sedangkan keluarganya kini tengah kesulitan ekonomi.

Tak terasa kini liquid bening yang sedari tadi ia tahan, meluncur dengan mulusnya di pipi pucat gadis tersebut. Tetesan demi tetesan terus mengalir tanpa henti, seolah mengikuti aliran hujan yang telah membasahi tubuhnya.

.

.

Sepulang sekolah tadi, Choi Hani tidak langsung pergi ke halte bus seperti biasanya. Dirinya memutuskan untuk pergi ke taman yang berada tak jauh dengan sekolahnya. Di taman itu terbentang dan terbuka lebar sebuah canopi berwarna biru, dengan sebuah air mancur yang berada di ujung taman. Cukup besar untuk menaungi Hani dengan atapnya yang berlapis-lapis. Ada pula sebuah kursi panjang sebagai pelengkap, tapi tidak dimanfaatkan oleh Choi Hani untuk mengistirahatkan kakinya yang ia gunakan sedari tadi untuk menopang beban tubuhnya. Ia lebih memilih untuk  berdiri dengan menyangga sisi kanan tubuhnya pada salah satu tiang canopy yang berdiri kokoh.
 

Matanya menatap lurus ke depan, tanpa satu pun objek menarik dalam pandangannya. Hanya hamparan rumput hijau yang basah oleh air hujan dan permukaan kolam kecil yang beriak terus menerus, serta beberapa bunga Blossom yang bergoyang kecil dan sedikit merunduk akibat hujan yang menghujamnya.

Hujan memang menyebabkan perubahan drastic. Orang-orang yang tadinya hilir mudik dengan segala aktivitasnya sudah lenyap, dan lebih memilih untuk berteduh dari hujan yang tak kunjung berhenti. Anehnya tidak ada satupun yang bergabung bersama Hani. Dia seorang diri di taman itu. Hanya alam sepi dengan suara gemuruh khas hujan yang menemaninya.

“Hufft..” Hani menghela kecil. Andai ada seseorang yang menemaninya di sana, mungkin ia bias menciptakan sebuah percakapan kecil untuk mengusir kebosanan yang menderanya. Ya, setidaknya Hani berpikir jika ada seseorang yang tengah menemaninya berbicara mungkin akan sedikit melupakan permasalahannya saat ini.

Beberapa kali Hani terus menghela nafas berat, seolah-olah dirinya telah membuang masalah-masalah yang menghinggapi pikirannya. Bahkan gadis itu tidak sadar jika ada sosok lain yang sudah hadir di sana.

“ Kau akan sakit jika terus berdiri dibawah derasnya hujan seperti itu…”

 

---------------------------------------------------------TBC------------------------------------------------------

Don’t forget to review and  give me a love ^^
Gomawo for all readers

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK