“ku harap ini pertemuan kita yang terakhir”
“wae?” Baek Hyun hampir mengeluarkan bola matanya. Tak menyangka jika Bo Mi akan mengatakan kalimat pedas yang pernah ia katakan waktu itu. Hari ini mereka menghabiskan waktu berdua. Bagaimana bisa Bo Mi mengatakan ini tiba-tiba?. Baek Hyun kira kencanya hari ini akan memperbaiki semuanya. Tapi , justru sebaliknya. Diluar dugaan.
“alasanya sudah sangat jelas. Jadi seharusnya kau tidak perlu bertanya” ujar Bo Mi. Gadis itu melepaskan tanganya yang sejak tadi bertautan dengan Baek Hyun. Mereka sedang menikmati es krim yang mereka beli didalam mobil Baek Hyun.
“bukankah kau akan menunggu ku? aku akan menyelesaikan ini Bo Mi-ya. Bersabarlah sedikit”
“menunggu? Aku lebih menyayangi ibu ku dari pada kau,Byun Baek Hyun. Tidak kah kau tahu kenapa ibu ku berada dirumah sakit?” Bo Mi mendengus kesal. Ia tidak pernah bicara sekasar ini pada Baek Hyun.
“kau tidak tahu? Tanyakan pada ayah mu jika kau ingin tahu. Dan juga ,katakan padanya untuk berhenti mengganggu ku dan juga ibu ku. katakan padanya jika kita benar-benar telah berakhir” lanjut Bo Mi. Suaranya bergetar hebat. Tapi ia tetap berusaha untuk tidak mengeluarkan cairan bening itu dari matanya.
“Bo Mi-ya ,aku tahu ayah ku keterlaluan. Aku harap kau memakluminya” Baek Hyun kembali menggenggam tangan gadis itu. Bo Mi berusaha sekeras yang ia bisa agar tidak menangis. matanya sudah sangat perih karena air matanya seolah berkata ingin keluar. Sedangkan otaknya memerintahkan untuk menahan air mata itu.
“jika aku tidak memakluminya , aku mungkin sudah meninggalkan mu sejak awal. Ini semua salah ku. aku mencintai orang yang salah” gadis itu melepaskan tanganya dari Baek Hyun dan lalu keluar dari mobil mantan kekasihnya itu.
Baek Hyun memijat kepalanya begitu mengingat kejadian sore ini. Ia menghela napas kasar. Matanya terus menatap langit-langit ruang tengahnya. Ia sedang berbaring di sofa sekarang. ia tidak tahu kenapa ia begitu bodoh sampai tidak mengejar Bo Mi yang pergi meninggalkanya begitu saja hari ini. Keinginanya untuk menggenggam gadis itu kembali sepertinya tidak sebanding dengan rasa hormatnya sebagai anak kepada ayahnya. Jika saja ibunya masih disini...
Ya , ini sudah menginjak tahun ke 5 sejak ibu Baek Hyun meninggal. Ia memang lebih dekat dengan ibunya ketimbang ayahnya. Tapi ia tidak pernah sedikit pun tidak menghormati ayahnya. Seluruh hidupnya bahkan telah dirancang sedemikian rupa oleh ayahnya. Baek Hyun hanya perlu menjalankan skenarionya seperti dalam drama. Ironis.
“apa yang kau lakukan disini?” seseorang dengan suara beratnya yang sangat dikenali Baek Hyun menghampirinya. Itu ayahnya , Byun Tae Hyung. Pria berusia sekitar 40 tahunan itu duduk disofa lainya. Ia memberikan isyarat pada seorang pelayan untuk membawakanya air minum.
“sedang berpikir” jawab Baek Hyun datar. Namja itu mengubah posisinya menjadi duduk.
“apa yang kau pikirkan ? belajarlah dengan ba..”
“belajarlah dengan baik dan segera pelajari World Hotel” Baek Hyun memotong perkataan ayahnya. Ini bukan kali pertama kali Tae Hyung mengatakan hal ini pada putra semata wayangnya ini.
“kau mengingatnya dengan baik”
“apa yang ayah lakukan pada keluarga Bo Mi?” tanya Baek Hyun to the point. Namja itu sudah cukup gerah dengan perlakuan ayahnya yang seenaknya itu pada keluarga gadisnya. Hal seperti ini mungkin pernah kalian lihat dalam drama. Tapi ternyata pada kenyatanya masih ada saja orang tua yang melakukan hal semacam ini.
“berhentilah mengencani gadis itu dan pergilah bersama Jin Ri”
“sampai kapan ayah akan mengatur hidup ku seperti ini? sampai kapan ? tidak bisakah hanya untuk urusan pasangan hidup ku ayah jangan ikut campur?” Baek Hyun mulai geram. Tersirat pandangan kebencian yang mendalam pada ayahnya.
“lihat lah dirimu ! begitu bodoh ! . Kau pikir apa hebatnya mengencani gadis itu? . Jika saja aku membesarkan Hyung mu aku pasti tidak...”
“maksudku ..” Tae Hyung nampak meralat ucapanya.
“Hyung ku?” Baek Hyun menautkan kedua alisnya.
“maksudku..jika saja kau punya Hyung, aku tidak perlu repot-repot mengatur mu seperti ini dan itu. kau lihat Myung Soo ? dia tumbuh sebagai pewaris yang hebat meski Choi Joon tidak bersikap keras padanya. Tidak bisakah kau sedikit pun iri padanya? Aku sangat iri melihat pewaris seperti Myung Soo” Tae Hyung berbicara dengan nada tinggi dan terlihat sangat geram. Ia bangun dari duduknya dan lalu meninggalkan Baek Hyun yang bahkan tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.
Apa maksudnya Hyung-ku? . batin Baek Hyun.
***
Lu Han keluar dari ruang ganti pakaian dan nampak menggunakan snapbacknya. Namja itu lalu kembali menghampiri Se Hun yang sedang membereskan pakaian gantinya kedalam backpacknya. Ia menyikut namja itu dan lalu memberikan sebotol air mineral.
“gomawo Hyung” Se Hun tersenyum simpul.
“aku menunggu jawaban mu” ujar Lu Han sambil bersandar pada salah satu tiang. Se Hun mengerti maksud ucapan Lu Han.
“aku tidak yakin dia sudah melupakan Kim Jong In” ujar Se Hun. Lu Han mengerutkan dahinya , bingung.
“siapa dia?”
“mantan kekasihnya. Sejak mereka berpisah , dia belum pernah berpacaran lagi. Tapi ..”
“tapi ?”
“ku rasa kau bisa dengan mudah mendekatinya karena dia salah satu penggemar mu” Lanjut Se Hun.
“ya ! kenapa wajah mu begitu serius? Tenanglah sedikit. Aku kan hanya ingin mengenalnya lebih jauh. Bukan langsung menjadi pacarnya”
Se Hun menekuk wajahnya. Ia mendadak sakit kepala. walaubagaimanapun , Lu Han sudah seperti hyung-nya sendiri. Tapi , ia sendiri masih belum tahu apakah yang ia lakukan ini adalah benar?. Ia memang berharap pertunangan itu batal sehingga tak ada yang terluka. Semoga saja.
“kau sepertinya sangat dekat denganya” ujar Lu Han. membuat Se Hun terbangun dari lamunanya.
“keurom. Kami berempat berteman sejak kecil”
“baguslah”
“apanya?”
“aku jadi bisa tau lebih banyak tentang Jin Ri”
***
Choi Joon tampak turun dari mobilnya. Ia di ikuti oleh sekretaris Park memasuki World Hotel. Hotel milik keluarga Byun. Bukan tanpa alasan ia datang. Kedatanganya ke World Hotel untuk bertemu Byun Tae Hyung. Ada sesuatu yang mendesak dan harus segera ia beritahukan secara langsung.
“ada apa presdir Choi? Kau terlihat gelisah” tanya Byun Tae Hyung. Keduanya sekarang berada diruangan Tae Hyung. Tak ada orang lain selain mereka berdua. Bahkan sekretaris Park menunggu diluar.
“Shin Na Yoon ..” bibir Choi Joon terasa kaku. Ia terhenti setelah menyebutkan sebuah nama. Nama yang sudah lebih dari 20 tahun tidak Tae Hyung dengar. Nama yang telah lama ia hindari. Kepalanya tiba-tiba berdenyut begitu calon besanya menyebutkan nama itu. sesuatu pasti terjadi.
“dia meninggal 3 tahun lalu” lanjut Choi Joon. Ia menghela napasnya kasar. Sementara itu pria dihadapanya masih tercengang dan belum merespon apa pun.
“kenapa kau memberitahu ku?” tanya Tae Hyung dingin. Jauh berbeda dengan ekspresi wajahnya sebelumnya yang tampak gusar.
“kau tanya kenapa ? YA ! Byun Tae Hyung , kau tau kan an..”
“cukup. Aku tidak ingin mendengar apapun tentang Na Yoon” Tae Hyung memotong perkataan Choi Joon yang bahkan belum selesai.
“lucu sekali. Aku berharap Na Yoon masih hidup dan menampar mu sampai hidung mu berdarah” Choi Joon bangun dari duduknya dan meninggalkan Tae Hyung dalam diam.
Pria itu menghela napasnya kasar begitu Choi Joon menutup pintu. Ia membuka laci dimeja kerjanya dan mengambil sebuah amplop ditumpukan paling bawah. Ia mengeluarkan isi dari amplop itu dan memandanginya sejenak. Sebuah foto.
“mian” ujarnya dengan suara bergetar.
***
Lu Han merebahkan tubuhnya ditempat tidur. Cukup lelah. Hari ini Lu Han menghabiskan waktunya di CJ Coffee karena besok adalah grand opening CJ Coffee dikawasan Hongdae ini. Namja itu masih menggunakan kemjanya lengkap dengan dasi berwarna dark blue yang juga masih tersemat disana. Ia bahkan terlalu lelah meski hanya untuk mengganti pakaian. Meskipun semua yang ia lakukan sekarang adalah sebagai rangkaian dari rencana balas dendamnya pada Choi Joon,namun apa yang ia lakukan utnuk CJ Coffee adalah tulus. Ia benar-benar ingin belajar menjadi orang yang hebat. Ilmu yang diberikan Jia selama ini bisa dibilang cukup. Tapi untuk melangkah lebih jauh lagi , Lu Han belum bisa melakukanya tanpa Jia. Semuanya akan terlalu mencolok jika ia tiba-tiba saja membeli saham CJ Coffee. Maka dari itu ,Jia lah satu-satunya orang yang bisa ia andalkan.
Memikirkan hal ini membuatnya ingat pada gadis itu. ia pun mengambil ponselnya dan mengetik beberapa kata disana.
To : noona
Datanglah besok. Lihatlah seberapa hebat diri ku.
Lu Han pun menekan tombol send dan tersenyum simpul. Tak lama kemudian matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah pesan yang Se Hun kirim beberapa hari yang lalu. itu nomor ponsel Jin Ri.
“haruskah aku menghubunginya?” gumamnya pelan.
“geurae,sebaiknya aku menghubunginya”
“ah .. ani ani ani , lebih baik aku mengirimnya pesan saja” Lu Han beradu pendapat dengan pemikiranya sendiri.
To : Jin Ri
Pastikan kau datang ke CJ Coffee besok.
Lu Han.
“kau harus datang Jin Ri-ya” batin Lu Han.
***
Hari ini Seoul di guyur hujan sejak pagi buta. Musim gugur memang baru saja dimulai. Daun-daun yang menguning dan basah tampak berserakan di jalan. Udara hari ini kurang bersahabat. Tapi sepertinya keberuntungan berpihak pada Lu Han. Tepat pukul 09:00 pagi , hujan reda dan matahari mulai menampakan wujudnya meskipun masih tertutup awan-awan kelabu. Namja itu telah berada di Hongdae sejak pukul 08:00. Ia tidak sendiri. Seluruh pegawai juga telah bersiap disana. Satu persatu karangan bunga berdatangan. Kebanyakan karangan bunga tersebut datang dari relasi , kerabat Choi Joon serta para pemegang saham di CJ Company. Mereka memang mengucapkan selamat kepada Choi Joon , bukan Lu Han. Tapi entah kenapa Lu Han cukup merasa senang dengan kedatangan karangan bunga tersebut. Seolah-olah mereka datang untuk Lu Han. ini memang bukan kali pertama Lu Han menjabat sebagai Manager. Tapi , ini baru pertama kali ia mengikuti seluruh proses dari awal hingga akhir. Dan baginya ini menyenangkan.
“selamat pagi manager Kim” seorang namja yang akhir-akhir ini sering ia temui datang sebagai tamu pertama. Itu Choi Myung Soo. Direktur CJ Coffee. Dia ternyata tiak sendiri. tak lama kemudian seorang yeoja yang sangat dikenali Lu Han muncul dari mobil Myung Soo. Bukan Choi Jin Ri. itu Jia.
“kau datang lebih awal direktur” Lu Han menajabat tangan Myung Soo.
“kau datang bersamanya?” Lu Han sedikit berbisik dan melirik ke arah Jia yang baru saja memasuki CJ Coffee. Myung Soo tersenyum merespon pertanyaan itu seolah mengisyaratkan bahwa itu benar.
“ku rasa kalian semakin dekat” Lu Han tertawa kecil. Myung Soo hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan lalu memilih sebuah tempat untuknya dan Jia.
“chukkae,Lu Han-a” gadis itu berjalan ke arah Lu Han dan memeluk namja itu sesaat.
“gomawo noona” Lu Han tersenyum.
Satu jam kemudian CJ Coffee hampir terlihat penuh. Choi Joon dan istrinya datang kesana. Begitu pula Byun Tae Hyung. Ayah Se Hun dan Ha Young juga terlihat disana. Namun , seseorang yang Lu Han harapkan tidak datang. Pengguntingan pita padahal telah selesai beberapa menit yang lalu.
Ah , dia pasti disekolah. Aku lupa. Gumam Lu Han.
Dan pada akhirnya CJ Coffee pun mulai dipenuhi pengunjung. Ada yang terlihat kebetulan lewat dan ingin mampir,ada juga sepertinya yang telah menantikan grand opening CJ Coffee. Sekarang , Hongdae sepertinya akan semakin ramai dengan adanya CJ Coffee. Coffee shop ini memang telah menarik hati warga Seoul sejak pertama kali dibuka di Myeongdong. Dari sekian banyaknya coffee shop yang menjamur di Seoul , bisa dibilang CJ Coffee lah yang paling banyak memiliki cabang hampir diseluruh penjuru Seoul.
Lu Han sendiri sekarang terlihat bergabung dengan Choi Joon ,Myung Soo , Jia dan juga Tae Hyung. Istri Choi Joon telah kembali lebih dulu ke rumah.
“lihatlah , ramai sekali yang datang” Myung Soo tersenyum puas. Ia sebagai direktur,tentu saja merasa bangga dengan kerja kerasnya.
“manager Kim memang hebat. Lihat saja , seluruh pegawai disini bisa dibilang eye catching” ujar Choi Joon sambil mengaduk cappucino nya.
“Jia noona dan Direktur Choi juga banyak membantu” Lu Han melirik ke arah Jia dan Myung Soo yang duduk bersebelahan.
“anak muda sekarang memang hebat. Masih muda sudah banyak yang tertarik dalam dunia bisnis” Tae Hyung mulai bergabung dalam pembicaraan.
“Jia-ssi yang baru berusia 26 tahun sudah menginvestasikan uang nya dimana-mana. Direktur Choi dan manager Kim baru 22 tahun tapi sudah bisa sehebat ini.” lanjutnya.
“Baek Hyun juga pasti akan mewarisi bisnis mu” Choi Joon menimpali.
“aish , anak itu sepertinya kurang tertarik pada dunia bisnis. Jika saja Hyung nya ..” Tae Hyung menghentikan perkataanya. Lidahnya tercekat beberapa saat. Entah kenapa akhir-akhir ini mulutnya sering mengeluarkan kata-kata yang tidak ia inginkan. Pikiranya terus melayang kedalam bayang-bayang masa lalunya yang kelam. Dan bahkan disaat yang tidak tepat. Ia merutuki dirinya sendiri.
“Baek Hyun punya Hyung?” Myung Soo mengernyitkan dahinya.
“ani , ani. Maksud ku ,seandainya Baek Hyun punya Hyung, ia pasti sudah sebesar kalian berdua” Tae Hyung tersenyum miris sambil menunjuk ke arah Lu Han dan Myung Soo. Choi Joon yang melihat kejadian itu hanya dapat menghela napas kasar. Ia tak ingin ikut campur meskipun sesungguhnya ia ingin.
“aku masih penasaran hubungan antara Jia-ssi dan manager Kim. Kalian bersaudara?” tanya Choi Joon. Ia sepertinya ingin mengganti topik pembicaraan dimeja ini.
Tak ada yang membuka mulut baik Lu Han maupun Jia. Keduanya saling pandang,bingung.
“ah ,ani” jawab Lu Han kemudian.
“bukanya nama mu itu Jia Kim? Ku kira kalian suadara jauh” ujar Myung Soo.
“ne , ayah ku bermarga Kim. tapi Lu Han hanya teman dekat ku” Jia tersenyum simpul.
“ah ,ku kira ayah kalian bersaudara” Choi Joon mengangguk-anggukan kepalanya sambil menghabiskan tegukan terakhir pada cangkirnya.
“aku sebenarnya tidak begitu yakin kalau ayah ku bermarga Kim” Lu Han tersenyum miris. Menimbulkan pertanyaan besar bagi Choi Joon ,Tae Hyung dan juga Myung Soo. Namja itu segera bangun dari duduknya dan kembali bekerja. Ia membungkukan tubuhnya dan tersenyum simpul sebelum benar-benar pergi.
“apa dia di adopsi?” Tae Hyung sedikit berbisik ke arah Jia.
“aku tidak.. begitu tau soal keluarganya” ujar Jia sedikit kikuk.
***
“kalian saja yang pergi” Baek Hyun masih bersandar didepan pintu kelasnya begitu ketiga temanya mengajaknya ke CJ Coffe hari ini.
“bagaimana kalau disana ada ayah mu? Dia pasti akan bertanya pada ku” Jin Ri tampak kesal.
“jadi kau mengajak ku hanya karena ingin menjaga image didepan mereka?” Baek Hyun tersenyum miris.
“YA ! memangnya kau pikir aku menginginkan semua ini? kau tau kan sem..”
“semua ini ide ayah ku. dan aku tahu itu” Baek Hyun memotong perkataan Jin Ri yang belum selesai. Sementara itu Se Hun dan Ha Young hanya saling pandang. Jujur saja ,mereka memang tak menyukai sikap Baek Hyun yang berubah menjadi seperti anak tengik dan dingin.
“Baek Hyun-a , masih banyak waktu tersisa untuk membatalkan semuanya. Kenapa kau begitu prustasi? . aku yakin Bo Mi akan menunggu mu” Se Hun mencoba menenangkan sahabatnya itu.
“benar. Dia pasti hanya tidak ingin membuat mu sulit. Maka dari itu ia ingin berpisah” tambah Ha Young.
“aku benci Byun Baek Hyun seperti ini. kembalilah seperti dulu . eoh?” Jin Ri tersenyum sambil mengacak rambut namja dihadapanya. Baek Hyun sendiri sadar , ia memang telah banyak berubah sejak berpisah dengan Bo Mi. Teman-temanya benar. Semuanya tidak akan seburuk yang ia bayangkan. Yang perlu ia lakukan hanyalah berjuang demi orang yang ia sayangi. Tapi , jika boleh jujur,Jin Ri memang anak yang baik. Tak ada salahnya jika ia menerima perjodohan ini. Berteman sejak kecil membuat Baek Hyun telah tahu banyak hal tentang Jin Ri. namun , justru hal ini lah yang membuatnya takut. Kedekatanya dengan Jin Ri sebagai teman ,bisa saja berubah jika ia tak bisa menjaga perasaanya.
Jika takdir berkata lain , apa aku harus mulai menyukai Jin Ri? . batin Baek Hyun.
TO BE CONTINUE....