Lu Han terlihat menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah. Itu rumah Jia. Ya ,namja itu mengantar Jia pulang. Ia keluar dari mobil bersamaan dengan Jia. Namja itu mendongak ke langit sesaat. Sangat terang. Namun ,angin yang berhembus seakan tak mengizinkanya untuk berada diluar lama-lama. Ia pun menggosok kedua tanganya yang tidak ia kenakan sarung tangan.
“mau masuk?” tawar Jia. Namja itu mengangguk dan lalu mengekori Jia. Berharap gadis itu akan memberinya sesuatu yang hangat mengigat udara yang sangat dingin malam ini.
Keduanya pun memasuki rumah Jia yang berada dikawasan Apgeujong. Design rumahnya terlihat unik dengan campuran antara modern dan tradisional. Seorang pelayan membuka kan pintu dan membawa mantel yang Jia pakai. Keduanya pun duduk dirunag tengah sambil menunggu sesuatu yang hangat.
“bagaimana perasaan mu?” Jia mengulurkan tanganya ke arah Lu Han ,ditanganya terdapat segelas susu hangat untuk namja dihadapanya. Lu Han menerimanya dan sedikit tersenyum.
“cukup baik. Choi Joon sepertinya menyukai ku. Dan sepertinya ia akan mudah percaya pada ku” jelas Lu Han. Jia hanya tersenyum simpul menanggapi hal itu.
“gomawo noona” lanjut Lu Han.
“mwoya?” Jia mengerutkan dahinya.
“gomawo telah membantu ku sejauh ini. Aku tak tahu berapa banyak hutang ku pada mu. Ku harap kau mau memberikan tagihanya pada ku saat aku sudah menyelesaikan semuanya” canda Lu Han. Jia hanya tertawa menanggapi hal itu. Jauh didalam lubuk hatinya ,ia berharap Lu Han tak melakukan sesuatu yang kriminal pada Choi Joon dan keluarganya.
“ah , aku ingin bertanya” Lu Han meletakan gelasnya diatas meja yang berada dihadapnya. Ia pun lalu berdiri dan berjalan menghampiri jendela rumah Jia. Matanya seperti menerawang jauh keluar sana. mungkin ia memikirkan sesuatu.
“tentang apa?” jawab Jia. Sedikit penasaran.
“namja bertuxedo putih yang bersama Choi Jin Ri , siapa dia?”
“dia putra tunggal Byun Tae Hyung. Orang yang sempat memuji mu tadi. Ku dengar ia akan bertunangan dengan Jin Ri” jelas Jia. Lu Han masih memandang keluar jendela. Entah apa yang ia pikirkan.
“bertunangan? Bagaimana kalau dia bertunangan dengan ku?”
***
Jin Ri berdiri didepan cermin sambil memakai hoodie nya. Ia lalu merapikan sedikit rambutnya dengan jari-jarinya dan membiarkanya terurai begitu saja. Ia menggembungkan pipinya dan melakukanya berulang-ulang. Ia lalu kembali beranjak ke tempat tidur dan mengambil sepatu converse nya yang berada diatas tempat tidur. Ia pun memasukan pakaian dan semua yang ia gunakan pada saat dipesat kedalam sebuah cartoon bag dan sisanya ia masukan kedalam backpack nya. Ia melihat jam tanganya sesaat dan lalu beralih pada tali sepatunya yang belum di ikat.
Ding dong.
Suara bell yang berasal dari pintu kamar hotelnya membuat ia menghentikan kegiatanya dan lalu berjalan menuju pintu. Berharap itu adalah orang yang sejak tadi ia tunggu.
Dan benar saja. Itu Byun Baek Hyun. Ia datang bersama Jin Ri malam ini maka dari itu ia harus beratnggung jawab untuk membawa gadis itu kembali ke rumah.
“kajja”
“aku belum menyelesaikan ini” Jin Ri menunjuk tali sepatunya yang sebelah kanan. Baek Hyun sedikit mendengus dan tanpa aba-aba ia masuk kedalam. Ia menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur dan memainkan ponselnya. Jin Ri mendengus sebal. Namja itu benar-benar berubah. Menjadi angkuh dan seenaknya. Ia menutup pintunya dan lalu menyusul Baek Hyun duduk ditepi ranjang sambil mengikat tali sepatunya.
“apa yang terjadi?” tanya Jin Ri setelah menyelesaikan kegiatanya mengikat tali sepatu. Baek Hyun menggembungkan pipunya dan lalu membuang karbondioksida dari mulutnya. Ia memang belum meberitahu Jin Ri apa yang terjadi di pesta malam ini. Se Hun bahkan pura-pura tidak tahu saat ditanyai Jin Ri.
“aku bertemu Bo Mi” jawab Baek Hyun datar. Nyaris seperti robot. Seketika itu pula Jin Ri melotot. Bagaimanapun ia terkejut.
“maksud mu dia datang ke pesta ini?” tanya Jin Ri penasaran.
“ani”
“lalu?”
“bekerja”
“ah” Jin Ri mengangguk tanda mengerti. Ia tahu betul apa maksud perkataan Baek Hyun. Gadis itu lalu beranjak dari duduknya dan mengambil semua barangnya. Ia menarik tangan Baek Hyun agar bangun dari posisinya. Namja itu bangun dan lalu merapihkan sedikit rambutnya.
“kajja. Besok kita harus ke sekolah” gerutu Jin Ri. namun Baek Hyun masih duduk ditepi ranjang dengan tatapan kosong.
“aku lelah” ujarnya sambil menghela napas berat.
“keurom kajja” ajak Jin Ri.
“bagaimana pun aku menghindar pada akhirnya aku hanya akan menikah dengan orang yang menguntungkan ayah ku. Menyedihkan sekali” Baek Hyun bangun dari duduknya dan berjalan keluar pintu. Sementara Jin Ri malah menatap punggung namja itu dengan tatapan sendu. Jin Ri tahu betul seperti apa rasanya menutupi luka dengan sebuah senyuman. Byun Baek Hyun ternyata begitu lemah tanpa gadis bernama Yoon Bo Mi itu.
Jika Baek Hyun tidak bisa menghentikanya , maka aku akan mencobanya. Batin Jin Ri.
***
Suara nyaring dari sebuah ponsel telah berdering untuk kesekian kalinya. Namun sepertinya pemilik ponsel itu bahkan tak mendengar suara ponselnya. Ia masih terlelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga kepala. Namun tak lama kemudian sepertinya ia mulai terusik dengan suara nyaring itu. Tanganya mulai bergerak mencari dimana sumber suara tersebut. Setelah merasa tanganya memegang ponsel itu ia pun menggeser tombol lockscreen nya dan mematikan alarm yang sejak tadi mengganggunya.
“hah,mengganggu saja” namja itu mencoba melemaskan otot-otot tubuhnya dan lalu bersandar pada tempat tidurnya. Ia kembali mengambil ponselnya dan melihat 2 pesan masuk yang tertera disana.
From : OSH
Lu Han Hyung !!! ayo kita bertemu hari ini. kau perlu menjelaskan pada ku kenapa kau ada disana semalam.
“aishh , anak ini” Lu Han tertawa kecil beberapa saat dan lalu kembali melihat pesan lainya.
From : Noona
Choi Joon akan datang ke Hongdae hari ini. Kau bisa pergi kesana jika kau mau. Sepertinya ia akan mengajak putrinya. Ini hanya firasat ku saja.
“daebak ! bagaimana noona bisa tahu jika gadis itu akan kesana juga? Sebaiknya aku bersiap” namja itu tersenyum simpul dan lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Lu Han tinggal disebuah apartemen yang bisa dibilang cukup luas karena harusnya dihuni oleh 2 – 4 orang. Ia membeli apartemen ini setahun lalu. Uang hasil jeripayhnya ia belikan apartemen, sebuah mobil dan juga deposito. Terdengar mustahil. Tapi memang sebanyak itu lah yang ia hasilkan dari kerja paruh waktunya sejak sekolah.
Ketika Na Yoon masih hidup , ia berjanji akan membelikan sebuah rumah dan mobil hasil keringatnya mencuci piring direstoran dan mengantar koran serta susu setiap pagi . tapi setepertinya Tuhan tidak mengijinkan Lu Han untuk membahagiakan Na Yoon didunia. Itulah sebabnya Lu Han rela hidup serba kekurangan sampai mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia tak mudah menyerah. Ia berjanji akan membuat ibunya tersenyum disana.
Namja bernama Lu Han itu sekarang telah berdiri dihadapan cermin dan bersiap menggunakan mantel yang ada ditanganya. Ia menatap dirinya sesaat dihadapan cermin.
“kau sudah bergerak Lu Han-a. Jangan berhenti. Ok ?”
“jangan terburu-buru , yang penting apa yang kau ingin kan terwujud”
ia berbicara pada dirinya sendiri lalu menggunakan mantel yang sudah sejak tadi ia pegang. Ia tersenyum dan lalu bergerak meninggalkan cerminya menuju meja kecil disamping tempat tidurnya. Ia mengambil ponselnya dan lalu menekan sebuah nomor. Beberapa detik kemudian seseorang menjawab disana.
“eoh Hyung , wae?” jawab suara disebrang sana.
“Se Hun-a ,bukanya kau ingin bertemu?” tanya Lu Han.
“ah , jadi kau membaca sms ku?”
“keurom. Jadi dimana kita bertemu?”
“tempat fitness? Sore ini aku kesana” usul Se Hun. Lu Han tampak berpikir sejenak. Dan akhirnya setuju.
“ah geurae” Lu Han mengakhiri panggilanya dan bergegas keluar dari apartemenya. Ia tak mungkin melewatkan kesempatan untuk bertemu Choi Joon , lagi.
***
Jin Ri terlihat mendengarkan musik dari ponselnya. Sesekali ia menatap keluar dan kembali pada ponselnya. Sementara itu ayahnya terlihat berbincang dengan supirnya. Ia tidak terlalu berminat untuk bergabung dan memilih diam. Bukan tanpa alasan ia ikut. Ia tak sengaja mendengar pembicaraan ayahnya dan oppanya bahwa hari ini Lu Han akan ke CJ Coffee. Tentu saja ia tak mengatakan alasan yang sebenarnya pada ayahnya. Ia hanya bilang bahwa ia ingin melihat tempat itu. karena ia belum pernah kesana. Ayahnya pun setuju dan menuruti permintaan Jin Ri.
Mereka akhirnya iba di Hongdae. Jin Ri dapat melihat dari luar namja bernama Lu Han itu sedang duduk sambil menikmati beberapa kopi dihadapanya. Sepertinya ia sedang mencba menu menu disana dan menguji kualitasnya. Choi Joon nampak tersenyum dan akhirnya masuk menghampiri Lu Han.
“sajangnim” Lu Han segera bangun dan memberi hormat pada Choi Joon. Pria itu tersenyum dan lalu bergabung duduk dihadapan Lu Han bersama Jin Ri ,putrinya.
“kau bekerja keras Lu Han-ssi” puji Choi Joon yang melihat meja dihapanya dipenuhi menu-menu CJ Coffee.
“ah tidak juga. Ini menu-menu andalan CJ Coffee. Aku pernah merasakanya sebelumnya. Tapi karena ini dibuat oleh barista yang berbeda , aku ingin mengetahui apakah rasanya sama atau tidak” ia melemparkan senyumnya ke arah Choi Joon dan juga Jin Ri.
Sial ! kenapa dia tersenyum pada ku eoh ?!
“kau benar. Meskipun bahan-bahan yang digunakan sama ,namun rasanya bisa saja berbeda. Kau sungguh pintar Lu Han-ssi” Choi Joon tertawa kecil.
“sebenarnya aku hanya mampir sebelum ke perusahaan. bagus sekali kedatangan ku tidak sia-sia Lu Han-ssi” lanjut Choi Jonn.
“mwo ?” Jin Ri yang sejak tadi terdiam dan hanya sibuk menatap Lu Han ,kini bersuara. Tentu saja ia terkejut. Ia dan ayahnya pergi satu mobil. Lalu jika supirnya mengantar ayahnya , bagaimana denganya?
“wae?” tanya Choi Joon heran.
“kenapa appa tak blang jika appa hanya mampir? Lalu bagaimana aku pulang eoh?” rengek Jin Ri.
“aish ,kau ini. telpon saja Baek Hyun atau kau bisa naik taxi”
“nanti aku antar” Lu Han tiba-tiba saja menyeletuk pembicaraan Choi Joon dan putrinya. Choi Joon nampak terkejut sedangkan Jin Ri seratus kali lebih terkejut daripada ayahnya.
“gwenchana sajangnim , setelah ini aku juga mau keluar” lanjut Lu Han. Ia menyadari ekspresi Choi Joon dan putrinya yang nampak terkejut.
“benarkah? Ah baguslah kalau begitu. Dia agak manja. Aku pergi dulu” Choi Joon bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkan CJ Coffee. Sementara itu Jin Ri masih terpaku menatap kearah Lu Han. masih tak percaya dengan apa yang dikatakan namja itu.
“wae?” tanya Lu Han setelah Choi Joon benar-benar meninggalkan CJ Coffee.
“a.. ani .. gamsahamnida” ujar Jin Ri gugup.
Awal yang bagus Lu Han-a , aku bisa memulainya dari sini. Cobalah ! Batin Lu Han.
TO BE CONTINUE...