2 Minggu berlalu sejak meninggalkan Korea. Musim semi sudah berlalu, matahari sudah tidak malu lagi bersembunyi di balik awan. Menari di langit yang luas, bernyanyi bersama hembusan angin. Ponsel yang dimatikan itu kini menyala menampilkan fotonya bersama dua gadis kecil cantik yang mencium kedua pipinya, membuatnya overdosis.
Puluhan misscal dan pesan memenuhi layar ponselnya. Sama seperti mereka ia juga sudah tidak sabar untuk bertemu. 2 minggu tidak bertemu dengan dua malaikat cantiknya dan satu sahabat, adik sekaligus anak laki-laki baginya. Hubungan di telepon tidak bisa membuatnya tenang. Ia telah kecanduan. Ia ingin menarikan tarian overdoe bersama mereka ah tidak—ia ingin berlari sampai dorm dan memeluk ketiganyan sampai puas.
“Memangnya kau saja yang merindukan mereka.” ucap Sehun yang duduk di sebelah Tao. “Estella berjanji padaku bahwa ia akan menciumku jika kita kembali.”
“Aku sudah pernah di cium olehnya.” Kilah Tao, sambil mengacungkan ponselnya.
“Ah, aku tidak percaya.” Ledek Sehun membuat Tao ingin melemparkan tongkat saktinya ke kepala Sehun. Meskipun Tao tidak akan benar-benar melakukan hal itu karena ia masih membutuhkan Sehun. Memerlukan Sehun ketika mandi, ketika sedang sendiri dan ketika harus pergi-pergian sendiri atau ketika berhadapan dengan hantu. Sehun masih sangat berharga untuk Tao.
Di pojok belakang van, Xiumin yang terlihat mengantuk langsung membuka matanya ketika ponselnya berdering. “ Hmmm… Dani-ya. Kau tidak tidur siang?”
Mendengar nama Danica disebut, Tao, Sehun, Lay, Chen, Chanyeol langsung menoleh ke arah Xiumin meminta untuk mengintip.
“Yoora noona bilang kau tidak berbicara seharian. Wae?”
Danica menggeleng.
“Lihat kau tidak bicara padaku juga.” Xiumin mengembungkan pipinya pura-pura kesal. Saat meninggalkan Danica, Xiumin berjanji untuk selalu menjawab telepon Danica dengan syarat bahwa Danica harus banyak bicara. Cara itu berhasil. Pada hari-hari ia meninggalkan anak itu, Danica banyak sekali bicara terutama kata-kata bahwa anak itu merindukan Xiumin, tapi semakin hari, Danica semakin jarang bicara. “Kau tidak ingin melihat appa pulang, oh?”
“Dani-ya… kau harus banyak bicara agar appa bisa segera menjemputmu, arrachi.” Chanyeol berhasil meraih ponsel Xiumin. Tangannya gatal untuk tidak mengambil ponsel Xiumin. “Mengobrollah dengan eonni, belajar bernyanyi dan berdandan, belajar darinya menjadi model dan menjadi wanita yang cantik, arrachi?”
Danica menarik kedua ujung bibirnya tersenyum “Eung~”
“Dani-ya, jika kau bisa menghapal sebuah lagu dan berani menyanyikannya, appa akan langsung menjemputmu.” Tantang Xiumin diikuti dengan binaran mata Danica. “Jinjja?”
“Yakso.” Xiumin mengacungkan jari kelingkingnya sebelum menutup sambungan teleponnya.
>>deson<<
Kyungsoo, Kai dan Suho mampir ke Dorm SHINee untuk mengambil Orion. Saat terakhir mereka menitipkan Orion kepada Minho, Jonghyun, Taemin, Key dan Onew, Orion sempat mengamuk. Hal ini membuat Suho ragu untuk menitipkan Orion kepada Sunbae mereka. Sebagai junior SHINee ia merasa tidak enak menyuruh menjaga Orion dan sebagai seseorang yang sudah di anggap ayah oleh Orion Suho pun tidak tega melepas anak itu. Saat itu Minho berkata bahwa Yoogeun—anaknya dulu juga sangat aktif.
“Orion, ayo bermain.” Taemin mengulurkan tangannya lalu di sambut oleh Orion. Orion lalu perlahan merelakan dirinya di asuh oleh member SHINee. Katanya ia bisa menerima karena Taemin adalah teman Kai.
Suho dan Kai sering memantau keadaan Orion. Melihat apakah Orion membuat masalah atau tidak. Yang membuat mereka heran adalah selama dua minggu Orion tidak berbuat ulah macam-macam. Ia berubah menjadi anak baik dan mudah di atur. Tidak pernah melempar barang, mengigit atau memukul, tidak memilih makan, penurut dan gampang diatur. Orion adalah anak baik.
Kyungsoo, Kai dan Suho datang ketika Orion sedang tidur siang. Anak itu terlelap sambil memeluk bantal kesayangan Kai. Ponsel yang diberikan Suho berada di sampingnya seolah sedang menunggu panggilan telepon kemudian tertidur. Suho merasa kasihan dengan anak itu. Anak itu begitu menantikan kahadiran dirinya dan teman-temannya.
“Dia menanyakan kalian tadi, tapi ponsel kalian tidak aktif. Aku menyuruhnya untuk tidur tapi tidak mau. Mungkin karena kelelahan dia jadi ketiduran.” Minho menerangkan kenapa posisi tidur Orion sangat aneh.
Kai medekati Orion dan mengusap kepalanya, “My baby.”
“Aku benar-benar berterimakasih pada kalian.” Suho membungkuk hormat.
“Tidak apa-apa, toh kami juga senang bermain dengannya. Kadang juga dia ikut latihan bersama kami. Dia sama sekali tidak merepotkan.” Tambah Minho.
Kyungsoo mengerutkan keningnya, “Aneh sekali, bersama kami dia benar-benar seperti mempunyai kekuatan untuk menghancurkan bumi.”
Minho terkekeh, “mungkin dia hanya kesepian. Oh iya apa kalian belum bisa menemukan orangtua mereka?”
Suho, Kai dan Kyungsoo menggeleng, “Kami belum menemukan mereka, ketiga bayi itu juga tidak mau bicara. Apa dia juga tidak bicara pada kalian?”
Minho menggeleng. “Aku akan memberitahu kalian jika aku mempunyai berita.”
“Kamsahamnida.”
“Tapi—“ Key datang membawakan barang-barang Orion, juga barang-barang pemberian dari SHINee, “Aku merasa bahwa aku pernah melihat wajah Orion sebelumnya. Wajahnya sangat familiar.”
“Jinjja?” tanya Kyungsoo, Suho dan Kai berbarengan. Belum sempat Key menjawab, Orion menggeliat merasakan sesuatu di dekatnya. Ia membuka matanya kemudian melihat Kai disampingnya. Ia tersenyum kemudian memeluk Kai.
“Joha?” tanya Minho melihat senyum Orion mengembang.
Orion mengangguk, “aku pikir Taemin hyung tapi ternyata Kai appa.” Orion langsung melingkarkan tangannya di leher Kai.
“Kau siap untuk pulang Rion-ah.” Tanya Suho diikuti teriakan kencang Orion. Mendengar Lengkingan suara Orin Minho dan Key mengerutkan keningnya. Ini pertama kalinya mereka melihat Orion merasa senang seperti itu. Saat tinggal dengan mereka Orion benar-benar pendiam.
Sebelum terjadi kekacaan lebih lanjut Suho memberikan instruksi pada Kai untuk menggendong Orion dengan erat dan tidak melepaskannya. Ia takut bahwa hormon andrenalin Orion yang tersimpan selama 2 minggu akan meledak di dorm SHINee.
“Pakai tasmu, dan ucapkan terimakasih.” Komando Kyungsoo pada Orion. Orion mengangguk, ia memakai jaketnya, mengendong tasnya kemudian memberikan salam dengan berteteriak pada Key dan Minho yang hampir membuat pendengaran Kai hampir hilang.
>>deson<<
Orion berjalan dengan mengandeng Luhan dan Kai. Sepanjang perjalanan Orion bercerita panjang lebar, hal-hal yang tidak pernah ia ceritakan lewat telepon. Ditelepon Orion hanya menjawab seadanya, kadang Orion menelepon dan setelah melihat atau mendengar suara, ia menutup teleponnya. Tapi pertanyaan itu terjawab. Semua keluh kesah Orion tercurahkan sekarang.
“Dani, Della, bogosipho?” Tanya Suho saat Orion bersemangat ingin memencet tombol di Lift. Suho lalu menggendong Orion agar anak itu bisa memencet tombol di lift tapi bukannya menekan lantai yang mereka tuju, Orion malah menencet semua tombol dengan membabi buta.
“Mana yang paling kau rindukan, Dani atau Della?” tanya Luhan di sela keheningan. Ia harus memencet tombol close di setiap lantai agar segera sampai di dorm mereka.
“Della.” Jawab Orion tanpa malu-malu.
“Hmm… Mana yang lebih kau rindukan, Della atau Kai appa?” Kai mencoba menggoda Orion. Ia menutup mulutnya menyembunyikan kekehannya.
“Kai appa.” Jawab Orion tanpa ragu dan lantang membuat cengiran di wajah Kai semakin lebar
“Mana yang lebih kau rindukan, Kai appa atau Tao appa?” Kali ini Baekhyun yang bertanya dengan senyum jahil.
“Tao appa.” Jawab Orion dengan keras membuat seisi lift keculai Kai tertawa. Kai kembali merasa tersisihkan. Setelah dua minggu berlalu pun Tao tetap menjadi salah satu favorit Orion padahal ia ikut menjemput Orion hari ini adalah untuk menarik simpati anak itu yang kemudian gagal.
“Euh…” dengan tidak berdosanya Orion meminta Kai untuk mengendongnya agar dia bisa memencet tombol bel. Dengan berat hati Kai mengedong Orion yang kini semakin berat.
Orion memencet bel dengan membabi buta. Sebenarnya mereka bisa langsung masuk dengan memasukan kode pengaman, tapi Orion tidak ingin siapapun menyentuh tombol-tombol itu dan menekannya dengan sadis. Mereka hanya bisa bersabar sampai Orion bosan dengan ‘mainan’ barunya.
Pintu terbuka dari dalam.
“Kenapa kalian membunyikan bell seperti itu.” Ibunda Chen membuka pintu lebar-lebar menyuruh Suho, Luhan, Kai, Kyungsoo dan Baekhyun masuk. Tidak jauh dari pintu Estella berdiri dengan senyum lebar. Anak itu memakai gaun berwarna pink dengan rambut di kepang dua dari atas kepala hingga ujung dan sebuah mahkota di ujung kepalanya.
“Wah Yeppeuta.” Teriak Baekhyun, menghampiri Estella ingin mencium dan mengendong anak itu sebagai pelampiasan rasa rindunya. Tapi Estella menolak, ia mendorong Baekhyun lalu menghampiri Orion mengandeng tangannya kemudian melompat-lompat sambil berputar. Melihat hal itu Baekhyun hanya bisa menghela nafas panjang. Kkaepsong~
“Oh, Eomonni?” seru Suho saat melihat ibu Chen. Mereka kemudian membungkuk hormat kepada perempuan yang sudah di anggap ibu mereka sendiri.
“Della-ya nomu jjjangida.” Seru Kyungsoo mencoba menarik perhatian Estella tapi tetap di acuhkan oleh Estella.
Estella sama sekali tidak berniat untuk bermain dengan Suho, Luhan, Kai, Kyungsoo dan Baekhyun. Gadis itu hanya merespon Orion. Saat Orion mulai bosan, Estella menghampiri Suho dan bertanya. “Chen appa-neun?”
Melihat Estella mulai melunak, Kai melemparkan senyuman jahil. “Chen appa tidak ada. Dia tidak akan kembali kesini.” Yang kemudian disambut oleh lemparan pedang oleh Orion.
“Della tahu kalian akan pulang hari ini jadi dia sudah bersiap sejak pagi-pagi. Dia membantuku memasak, mencuci, dia benar-benar anak yang baik hati.” Ucap ibu Chen bangga pada Estella. Sebenarnya ia juga ingin mengasuh Estella lebih lama tapi Estella lebih suka berada dengan Chen daripada dengan dirinya.
“Aku senang melihat Della hari ini. Dia sangat cantik. Biasanya bahkan dia tidak pernah menyisir rambutnya.” Ucap Baekhyun membuat ibu Chen tertawa.
Ibu Chen berkata bahwa Estella anak baik dan jauh dari cerita mereka tentang Estella yang sifatnya kadang seperti Orion dan kadang dewasa. Saat Estella dan Orion jauh dari mereka, Suho bertanya apakah Estella pernah menceritakan soal keluarganya.
“Aku tidak yakin tapi Estella bisa mengurus dirinya dengan baik untuk anak seusianya.” Ucap ibu Chen. “matanya mengingatkanku pada Dio yang lebih banyak melihat dari pada bicara. Tatapan matanya sangat tajam. Dari cara anak itu memandang seolah dia merekam semua yang dilihatnya. Dia seperti punya ambisi.”
“Aku pikir bahwa mereka bukan anak-anak.” Celetuk Kai teguh pada pendiriannya.
“Bukan begitu Kai-yah.” Terang ibu Chen dengan bijak, “anak kecil lebih cepat mengkopi lingkungan sekitarnya. Lingkungan akan berpengaruh pada kepribadian anak.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan? Ah! Bagaimana agar kita bisa menemukan orang tua mereka. Sepertinya tidak ada orang tua yang kehilangan anak-anak mereka.”
Ibu Chen mengerutkan keningnya. “entahlah~ tapi aku pernah bertemu dengan satu anak. Dia adalah teman Jongdeok—kakak Chen, dia selalu datang kerumah kami dan terlihat sangat senang tapi murung ketika di suruh pulang ke rumah. Ketika aku bertanya kenapa, dia menjawab jika dia tidak ingin mempunyai ibu seperti ibunya.”
Suho, Luhan, Kai, Kyungsoo dan Baekhyun membelakakan mata tidak percaya.
“Aku lalu memberitahukan hal itu kepada ibunya dan setelah itu aku tidak pernah melihat anak itu lagi. Kabarnya keluarga mereka pindah keluar kota.”
“Apakah itu salah satu alasan mereka memanggil kita appa?” tanya Suho yang juga merupakan pertanyaan yang lainnya.
Meskipun kemungkinan itu bisa sangat kecil tapi mereka juga memasukan kemungkinan itu. Mungkin saja. Kemungkinan terbesar adalah anak itu adalah anak-anak Kris.
“Aku ingat mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengingat orangtua mereka.” Baekhyun teringat insiden kecil yang sebenarnya membuat dirinya merasa bersalah pada Danica.
“Mereka masih terlalu kecil. Ingatan mereka mudah hilang, tapi sebagian terekam jelas di kepala mereka.” lanjut ibu Chen memberikan pengarahan kepada anak-anak yang sudah seperti anak-anaknya sendiri itu.
Tting ttong…
Bell kembali berbunyi, Estella membuat berteriak dengan kencang. Anak itu menarik Suho untuk cepat membukakan pintu. Estella lalu berdiri di belakang Suho mengitip siapa orang yang datang.
“Dia selalu senang jika mendengar bunyi bell.” Ucap ibu Chen ketika melihat Estella yang bersemangat.
“Kya!!” Estella berteriak kencang ketika melihat Chen di antara orang-orang yang datang.
Tao, Sehun, Lay, Chanyeol, Xiumin dan Chen satupersatu masuk ke dalam rumah. Melihat Estella berdiri bak seorang among tamu, Tao langsung menggendong Estella di ikuti dengan menolakan dari Estella. Mendapat tolakan dari Estella, Tao semakin erat memeluk Estella hingga anak itu menanggis.
Suho langsung menghadiahi Tao sebuah pukulan ringan.
Mengkopi ekspresi senang Estella, Orion yang tadi sudah duduk dengan tenang menjadi berteriak-teriak tidak jelas sambil berputar-putar tidak karuan hingga akhirnya Chanyeol menangkapnya dan menciumnya. Setelah Orion tenang dalam pelukan Chanyeol, Orion mulai merespon apa yang terjadi. Setelah matanya menangkap Tao yang sedang duduk termenung setelah mendapatkan hadiah dari Suho, Orion langsung berlari melayangkan tubuhnya ke atas tubuh Tao lalu mengigit tangannya dengan keras.
Detik itu juga Tao merasakan bahwa tubuhnya bukan tubuhnya lagi. Ia merasa bahwa ia sudah terseret kedalam neraka. Ia ingin menangis.
Baekhyun, Kai, Suho, Luhan menatap Chen dan Estella dengan iri. Begitukah rasanya membesarkan seorang bayi. Kedatangnnya dinanti dan ketika datang langsung di sambut dengan pelukan yang hangat, senyuman yang manis dan mungkin digigit salah satu pengecualian. Tak ada satu orangpun yang menyambut mereka. Mereka seperti penonton kesepian sambil mengingat bagaimana penolakan Estella terhadap mereka dan setia menunggu Chen dan bagaimana jatuh bangun bermain dengan Orion hingga patah tulang tapi yang diingat Orion hanya Tao.
“O~rion.” Kyungsoo memperingatkan Orion agar tidak terlalu senang. Orion mendengar aba-aba dari Kyungsoo langsung mencabut gigi-giginya dari Tao dan kembali bersikap manis.
>>deson<<
Menjelang malam Danica datang di antar oleh kakak perempuan Chanyeol, Park Yoora. Dainca tidak banyak bicara seperti biasanya. Anak itu hanya duduk di pangkuan Xiumin sambil memperhatikan Estella dan Orion bermain.
Yoora bercerita bahwa Danica hanya bicara ketika ia ingin menelepon Chanyeol selebihnya anak itu hanya diam dan bermain boneka. Danica banyak bicara kepada Kai tapi karena Kai jarang mengangkat teleponnya Danica menjadi malas untuk bicara.
Mendengar pemaparan Yoora, Suho dan Xiumin melempar sebuah bantal pada Kai. Kai memasang tampang tidak mengeti lalu menatap Chanyeol meminta bantuan tapi Chanyeol menggeleng.
“Aku lelah hyung! Aku ingin beristirahat.” pembelaan Kai yang tidak dengar oleh anggota lain. Sebagai hukuman untuk Kai, Kai harus membereskan meja dan mencuci piring bekas makan malam mereka. Ia juga yang harus menidurkan Danica dan Estella nanti. Kai mengangguk pasrah.
Saat malam Suho membawa Orion ke kamarnya. Ia tidak mempercayakan Orion pada Tao. Terlebih Baekhyun yang sangat sensitif ketika tidur mengeluh tidak dapat tidurk karena Orion dan Tao, Jadi ia sendiri yang akan mengurus Orion. Orion sendiri pasrah diasuh oleh Suho.
Kai berusaha setengah mati untuk menidurkan Estella dan Danica. Estella tertidur lebih cepat sementara Danica yang sangat sensitif tidak bisa memenjamkan matanya.
“Apa kau mau di buatkan susu coklat panas?” tanya Kai di balas dengan pelukan oleh Danica. “hmmm… kau mau apa?”
“Keunyang—” jawab Danica sambil menenggelamkan kepalanya di dada Kai.
Kai lalu mengelus punggung Danica perlahan sambil bersenandung. Ia mempunyai kakak perempuan dan sebagai anak laki-laki satu-satunya ia menjadi anak yang spesial. Sebagai anak bungsu dan merupakan salah satu maknae EXO ia tidak tahu cara memperlakukan yang lebih muda. Ia lebih mahir bersama yang lebih tua darinya dari pada bermain dengan anak-anak. Terlebih ia tidak tahu cara memperlakukan anak perempuan.
Ia merasa bersalah pada Danica karena mengabaikan anak itu. Ia memang lebih memilih bermain bersama Orion karena Orion anak laki-laki. Tanpa disengaja sikapnya itu malah membuat Danica terluka.
“Dani-ya mianhae.”
“Wae?”
Kai menghela nafas panjang. Ia ingin meminta maaf karena telah mengacuhkan Danica selama 2 minggu. Ia penasaran kenapa Danica banyak bicara hanya kepadanya, bahkan Xiumin saja tidak pernah di ajak bicara sebanyak itu. “Keunyang—“ Kai kembali mengatupkan bibirnya, ia tidak ingin membuat Danica kembali badmood. Ia lalu memeluk Danica dengan erat.
Danica kemudian mengangkat kepalanya menatap Kai dengan sepasang mata mungil yang berkaca-kaca. “appa, aku ingin ke kamar Xiumin appa.”
“Wae?”
Danica mengerucutkan bibirnya sambil menatap Kai penuh pengharapan. Melihat bibir mungil Danica yang mengerucut manis Kai luluh dan akhirnya mengantarkan Danica ke kamar Xiumin.
Mereka keluar kamar dengan mengendap-endap takut membangunkan Estella. Suara Orion masih terdengar di kamar Suho menandakan keadaan benar-benar belum aman. Dengan langkah yang sangat perlahan mereka memasuki kamar Xiumin, Baekhyun, Chanyeol dan Tao.
Keempatnya belum tertidur dan sibuk mengobrol. Baekhyun mendelik ketika melihat Kai menyembulkan ia hendak mengeluarkan aji pamungkasnya namun tertahan ketika melihat Danica ikut menyembul.
Danica langsung berlari ke pelukan Xiumin dan memeluknya dengan erat.
“Ya! Kenapa kau membawanya jalan-jalan bukannya tidur.” Geram Chanyeol
Kai memamerkan deretan gigi putihnya. “Dani bilang tidak bisa tidur.”
Tao mencoba untuk mengambil perhatian Danica tapi tidak berhasil. Danica tetap lengket pada Xiumin.
“Kenapa kau belum tidur?”
“Aku bukan bayi Appa.” Ucap Danica membuat kelima pria dewasa itu tercengang. Bayi yang mengatakan bukan bayi.
“Apa kau ingin di ninabobokan olehku?” tanya Xiumin sambil menatap wajah mungil Danica
Danica menggeleng kemudian bersenandung pelan. “boiji anhneun neol chajeuryeogo aesseuda… deulliji anhneun neol deuleuryeo aesseuda… boiji anhdeonge boigo… deulliji anhdeonge deullyeo… neo nareul tteonan dwiro naegen eotteon himi saenggyeosseo…”
[While struggling to find you cannot be seen… While struggling to hear you cannot be heard… I can see things that couldn’t be seen before… I can hear things that couldn’t be heard before… after you left me, I have grown a power I didn’t have before…]
Baekhyun, Kai, Tao dan Chanyeol menoleh pada Danica saat gadis itu mulai bersenandung riang. Senandung yang biasanya terdengar sendu saat dinyanyikan oleh Dio, Baekhyun, Luhan dan Chen itu terdengar sangat manis saat di nyanyikan oleh Danica.
Gadis itu tersenyum, gadis itu menyanyi. Gadis itu terlihat sangat lucu, cantik dan mengemaskan, untuk kesekian kalinya Tao jatuh cinta pada gadis itu, untuk kesekian kalinya Baekhyun mengubah type idamannya, untuk kesekian kalinya Xiumin ingin memeluk anak itu dan untuk kesekian kalinya Chanyeol takjup pada perubahan Danica dan untuk pertama kalinya, Kai ingin menangis karena mendengar lagu itu. Bukan karena lagu itu tapi karena seseorang yang menyanyikannya.
“Neul nabakke mollasseossdeon igijeogin naega, yeah… ne mamdo mollajwossdeon mushimhan naega… ireohgedo dallajyeossdaneunge najocha midgiji anha… ne sarangeun ireohge gyesog nal umjigyeo…”
[The selfish me who only thought about myself, yeah… the unmindful me who didn’t know your feelings… I cant’t believe myselft that have changed this much… your love still moves me like this…]
Danica menghentikan lagunya lalu menatap Xiumin, “Aku berjanji bahwa aku akan menyanyikan sebuah lagu baru akan menemuimu tapi aku baru menghapal sebagian.”
Xiumin menghapus ujung matanya yang sudah basah. “Kau bisa menghapalnya perlahan-lahan.”
“Tapi aku benci lagu ini.” Ucap Danica membuat Kai, Baekhyun, Chanyeol, Tao dan Xiumin sendiri kaget. “di lagu ini tidak ada suara Xiumin appa. Aku suka suara Xiumin appa.”
Xiumin tersenyum. “Kau ingin mendengar Appa menyanyikan lagu ini?”
Danica menggangguk.
Xiumin mengajak Danica kembali ke kamarnya. Ia menyuruh Kai untuk beristirahat dan ia akan menidurkan Danica. Xiumin lalu meninabobokan Danica dengan lagu itu, ia menyadari bahwa lagu itu memiliki melodi dan lyric yang sedih. Ia tidak mengerti kenapa Danica menyanyikan lagu itu tapi ia sangat senang bahwa Danica tidak menyimpan kekesalannya terlalu lama. Perlahan ia mulai bisa mengambil hati Danica.
Bisa mengambil hati Danica, membuka kemungkinan untuk mengembalikan mereka ke orangtua masing-masing. Melihat kemungkinan itu Xiumin merasa sangat sendih. Dua minggu berlalu mereka terpisah sangat sulit bagi Danica maupun dirinya sendiri apalagi harus berpisah selamanya.
“Appa, maukah kau berjanji. Nanti jangan pergi jauh lagi. Aku tidak mau tinggal dengan Yoora Eonni lagi. Aku tidak mau tinggal dengan halmoni atau dengan SHINee oppa. Aku ingin tinggal dengan Xiumin appa, Kai appa, Suho appa, dan yang lainnya.”
Xiumin tidak menjawab perkataan Danica. Ia ingin tapi ia tidak bisa berjanji. Danica akhirnya berbicara sendiri tentang keinginan-keinginan kecilnya hingga anak itu tertidur.
TBC