Jam pelajaran matematika. Pelajaran yang sangat dibenci Seungri. Sedari tadi ia hanya menggambar bentuk-bentuk aneh di buku tulisnya. Dia sudah tidak segugup tadi, tapi ia tetap tidak berani menoleh pada gadis yang terus-terusan menatap ke jendela.
“Saya dengar di sini ada murid baru dari Inggris?” kata Pak Guru di depan. Seungri langsung terkejut mendengar itu. Ia berharap murid-murid di sana berpura-pura tidak tahu kalau ada murid baru, tapi sayang, itu mustahil.
“Yang mana orangnya?” tanya Pak Guru lagi, dan semua mata tertuju pada Seungri.
“Oh kamu. Baiklah, saya ingin tahu kemampuan murid SMA dari Inggris. Silahkan kerjakan soal nomor 2,” Pak Guru menunjuk soal matematika di papan tulis.
Gawat. Bukankah sedari tadi Seungri tidak melakukan apapun? Sebenarnya dia ingin bilang kalau tidak bisa, tapi kalau begitu nanti semua orang akan meragukannya kalau ia datang dari Inggris? Seungri hanya bisa berdoa saat ini.
Doanya terkabul. Gadis yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan hampa itu menyodorkan buku tulisnya. Seungri terkejut, antara senang dan heran. Ah masa bodoh, ia segera mengambil buku tulis itu dan menyalin tulisannya di papan tulis.
“Bagus sekali! Kau bisa menyelesaikan soal sulit ini rupanya, anak-anak, silahkan dicatat!” kata Pak Guru setelah membahas hasil jawaban soal nomor 2 tadi.
Seungri sudah duduk kembali ke bangkunya dengan senyum lebar. Pasti semua murid akan menganggapnya sebagai murid jenius setelah ini. Dia bahkan hampir lupa dengan bantuan siapa ia bisa mengerjakan soal itu. Setelah merasakan ada aura mencekam lagi, ia pun teringat dengan sosok aneh di sebelahnya. Dengan keberanian yang tersisa Seungri pun berkata, “Terima kasih,” ya daripada mendapat kutukan?
Gadis itu tidak menjawab ataupun menoleh. Ia mengambil buku tulisnya lagi dan mulai menulis angka-angka lagi. Seungri tidak mempedulikan hal itu dan kembali mencorat-coret bukunya, tanpa menyadari ada murid lain yang memandangnya dengan aneh dari bangku depan.
any comment?
>>>