home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > School Ghost

School Ghost

Share:
Author : mumutaro
Published : 30 May 2014, Updated : 18 Jul 2014
Cast : bigbang, YG ent, fictional character
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |38909 Views |9 Loves
School Ghost
CHAPTER 11 : First Test

“Lagi-lagi dia mengabaikanku,” pikir Ji Yong sambil tertunduk di mejanya yang terletak di urutan paling depan. Sesekali ia memberanikan diri menoleh ke pojok kelas. Medusa masih sendirian di sana, sedang membaca entah buku apa. Ji Yong menghela nafas. Entah karena kecewa atau sedikit kesal terus-terusan diabaikan seperti ini. Rasanya seperti manusia yang tidak berarti sama sekali.

            Ibu Guru memasuki kelas yang ramai itu. Sangat ramai hingga mereka nyaris tidak menyadari kehadirannya. Ia bahkan kesulitan menenangkan murid-muridnya.

            “Tidak bisakah kalian diam!” bentak Ji Yong pada segerombolan murid yang sibuk bermain poker di bangku belakangnya. Mereka lalu menyadari guru sudah berada di depan kelas dan mereka segera kembali ke bangku masing-masing, termasuk Seungri yang terpaksa kembali ke pojok kelas.

            “Sok sekali dia itu!” Seungri ternyata masih kesal pada Ji Yong. Memang dia dan teman-temannya salah karena ramai di kelas, tapi karena sudah membenci Ji Yong sampai ubun-ubun, segala tindakannya tidak ada yang benar dihadapan Seungri.

            “Tunggu saja pembalasanku!” tekadnya.

            Sebenarnya Seungri tidak punya kemampuan apa-apa untuk menyaingi Ji Yong yang juara kelas itu. Apalagi setelah mendengar pendapat beberapa murid perempuan di kelasnya, Seungri akhirnya tahu kalau Ji Yong juga lumayan keren di mata mereka. Habis sudah, dirinya sangat tidak ada bandingannya dengan manusia itu.

            Daripada memikirkan bagaimana membalas perbuatan Ji Yong, Seungri kemudian mengalihkan perhatiaannya pada brosur yang ia dapat dari klub jurnalis di sekolah. Ia berencana mendaftar besok, sepulang sekolah.

 

XXX

 

            Seungri berjalan menuju ruangan milik klub jurnalis. Sebenarnya dia merasa kurang kegiatan, jadi ia berpikir tidak ada salahnya menyibukkan diri dengan klub. Lagipula selama bersekolah di Inggris dia juga masuk ke klub seperti ini.

            “Oh kau Lee Seungri yang dari Inggris itu kan?” tanya salah satu dari mereka. Rupanya Seungri lumayan populer di sekolah itu. “Kau mau ikut kami?” tanyanya lagi sebelum Seungri menjawab pertanyaan pertama.

            “Ya,” kata Seungri pelan.

            “Sebenarnya boleh, tapi...,” kata murid laki-laki yang lain, “oh ya, namaku Kang Daesung, ketua klub ini,” katanya memperkenalkan diri.

            “Tapi apa?” tanya Seungri.

            “Klub ini hanya menerima sedikit anggota,” katanya.

            “Oh ya? Ada seleksi?” Seungri mengingat kalau di brosur rekruitmen itu tidak ada kata seleksi.

            “Semacam itulah,”

            “Seperti apa tesnya? Kapan dimulai?”

            “Untukmu bisa langsung sekarang saja,” Daesung menyeringai, sambil merapikan meja kerjanya.

            “Hah?”

            “Kudengar kau teman sebangku Medusa?”

            “Oh,..ya,” Seungri tidak habis pikir bahkan mereka juga tahu hal itu. Sebegitu populernya kah ia?

            “Sebenarnya dari dulu kami ingin mewawancarainya karena dia sangat jenius matematika,”

            “Hah?! Wawancara? Orang aneh itu?” Seungri terperanjat. Jangan bilang dia harus wawancara si Medusa.

            “Hahaha, sepertinya itu terlalu sulit. Tidak usah wawancara, ini saja,” Daesung mengambil selembar kertas dan menyerahkannya pada Seungri. Astaga, kenapa masuk klub begini saja sulit sekali.

            “Apa ini?” Seungri semakin tidak paham.

            “Minta tanda tangannya, dan kau akan menjadi anggota kami,”

            “Woh? Tanda tangan?”

 

XXX

 

            Sebenarnya Seungri ingin beralasan kalau Medusa tidak masuk sekolah sehingga ia tidak berhasil mendapat tanda tangannya. Anehnya akhir-akhir ini Medusa sering masuk sekolah, dan sepertinya alasan tadi tidak berguna. Yah kalau klub itu tidak mau menerimanya, ia masih bisa masuk klub futsal. Tapi tak ada salahnya mencoba dulu.

            Kelas sudah ramai. Tak ada guru lagi pada jam ini. Seungri menolak ajakan bermain poker  dengan teman-temannya dan memilih tetap duduk di bangkunya. Sedari tadi Seungri hanya bisa menggenggam kertas kosong dari Daesung sambil berpikir untuk menyusun kata-kata.

            Sesekali Seungri menoleh, ia ingin tahu buku apa yang dibaca si Medusa. Buku berbahasa Inggris, oh bukan, bahasa latin sepertinya, dan Seungri tidak berminat pada buku tebal lusuh itu (mungkin buku mantra sihir). Sulit sekali ternyata. Meminta tanda tangan saja sampai harus berkeringat dingin begini. Apa tidak usah saja ya?

            Pikiran Seungri teralihkan ketika ia melihat Ji Yong berjalan ke arahnya. Apalagi kali ini?  “Tolong kau cuci taplak meja guru. Besok bawalah ke sekolah,” Ji Yong meletakkan sebuah lipatan kain ke meja Seungri. Apa? Mencuci benda kumal ini? Ji Yong tidak menunggu jawaban Seungri dan kembali ke bangkunya di depan.

            “Heh Ketua Kelas!” teriak Seungri tiba-tiba. Tanpa disangka teriakan itu terdengar menggema ke seluruh kelas dan membuat semua orang di sana terdiam. Bahkan Medusa pun sempat melirik ke arah Seungri, meski kemudian lanjut membaca lagi.

            Seungri mendadak gugup. Sudah terlanjur, lanjutkan saja. Toh memang ini yang ia inginkan sedari dulu. Ji Yong merasa terpanggil menoleh pada Seungri dengan tatapan sinis. Seungri berjalan ke arah bangkunya dan membanting taplak yang tadi ia berikan.

             “A, aku,...” Seungri sedikit takut, “aku tidak mau mencuci ini!” katanya dengan tegas.

            “Apa?” Ji Yong merasa tidak senang.

            “Kau saja yang cuci, ketua kelas menyebalkan!!”

            Murid-murid lain yang mendengar itu malah tertawa. Padahal Seungri sudah berusaha keras untuk memasang tampang kejam.

            “Kenapa tidak mau?” tanya Ji Yong.

            “Ya..., karena...,” Seungri bingung, “kenapa aku terus yang harus melakukan ini!?”

            “Karena kau murid baru,” kata Ji Yong tenang.

            “Tidak! Aku tidak mau!”

            Ji Yong terdiam sejenak seperti melihat sesuatu, entah apa itu. Seungri merasa menang kali ini. “Ya sudah kalau tidak mau tidak apa-apa,” katanya kemudian dengan tenang.

            Baiklah. Selesai sudah urusan Seungri dengan Ji Yong. Ia mengira akan terjadi pertengkaran hebat bahkan perkelahian. Tapi ternyata hanya begitu saja. Huh, tidak seru.

            Seungri kembali ke bangkunya. Ternyata Medusa sudah tidak ada di sana. Ke mana perginya? Kenapa ia tidak lihat saat pergi tadi? Masa bodoh. Seungri melihat buku kumal yang tadi dibaca Medusa itu tergeletak di meja.

            Wow? Sepertinya ini kesempatan bagus. Menjadi orang pertama yang bisa mendapatkan tanda tangan Medusa pasti akan meningkatkan popularitasnya, bahkan mengalahkan Ji Yong.

 

XXX

 

            Padahal baru tadi siang ia marah-marah pada Ji Yong karena tidak mau mencuci taplak meja guru. Tapi sekarang ia malah mengajukan diri untuk menjadi petugas piket sepulang sekolah.

            Seungri menghapus papan tulis, menyapu kelas, merapikan bangku, membuang sampah, dan lain-lain. “Kenapa Medusa tidak datang juga” pikirnya gelisah. Ia sudah menyiapkan diri dengan mengamati keadaan sekitar. Mata ia tajamkan dan telinga ia pasang lebar-lebar. Tak ada tanda kehadirannya di sekolah yang sunyi itu.

            “Aku pulang saja,” pikir Seungri  sambil mengambil tasnya, lalu melangkah menuju pintu.

            Ia berjalan sambil menunduk. Sia-sia ia berlelah-lelah membersihkan kelas hingga sore. Dan bodohnya lagi, mau-maunya dia menerima tantangan untuk meminta tanda tangan Medusa dari ketua klub itu. Ia berpikir untuk mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan mereka, namun...

            “HYAH!!” Seungri terpekik kaget. Lagi-lagi ia nyaris pingsan karena melihat dengan jelas Medusa berjalan menuju arahnya. Oh bukan. Menuju kelas lebih tepatnya. Medusa berjalan tenang seakan tidak melihat Seungri di lorong itu juga.

            “Tunggu! Tunggu!” panggil Seungri. Di luar dugaan Medusa menghentikan langkahnya dan menoleh pada Seungri yang sedang berusaha mengejar.

            “Kau pasti ingin mengambil bukumu kan?” tanya Seungri.

            Medusa tidak menjawab.

            “Tadi aku membersihkan kelas, jadi aku menemukan bukumu,” Seungri beralasan. Tentu agar Medusa tidak berpikir diri memang sengaja mengambil buku itu.

            “Mana?” kata Medusa akhirnya.

            “Tapi sebelum itu,” Seungri buru-buru mengeluarkan kertas, “aku minta tanda tanganmu,” Seungri memohon, dan berusaha keras tidak menatap mata Medusa atau ia akan bermimpi buruk lagi nanti malam.

            Medusa menatapnya dengan heran. Sungguh aneh orang ini. Dulu ia menyanyi seenaknya di tempat umum, lalu sekarang minta tanda tangan? Tanpa bicara Medusa mengambil kertas itu dan menandatanganinya dengan cepat. Seungri melihatnya dengan takjub. Tahu begini dia langsung minta saja tadi, kenapa harus susah-susah membersihkan kelas?

            “Oh ya bukumu, aku lupa,” Seungri membuka tas, mengambil buku, dan menyerahkannya. Medusa menerima buku itu dalam diam dan memasukkannya dalam tas.

            “Kalau boleh tahu buku apa itu? Sepertinya menarik, ” kata Seungri asal. Tentu mana suka ia membaca buku semacam itu. Medusa tidak menjawab seperti biasa, ia langsung melangkah pergi dari sana. Seungri tidak peduli Medusa tidak menjawab pertanyaannya. Ia sudah begitu senang sudah menyelesaikan misi dengan sukses.

            Tak jauh dari sana, di balik tembok, Ji Yong mengamati hal itu. “Ck, rupanya dia meniru trikku,” sepertinya ia sedikit tidak senang.

 

 

 

 

Gimmanaa?

Maaf kalo biasa aja

Kutunggu commentnya yah... ^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK