home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Eomma... Saranghae!!!

Eomma... Saranghae!!!

Share:
Author : tiamissa
Published : 13 May 2014, Updated : 25 Oct 2015
Cast : Kim Myungsoo , Bae Suzy , Cristina Fernandez Lee , Daniel Hyuno Lachapelle
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |323229 Views |7 Loves
Eomma... saranghae!!!
CHAPTER 2 : Chapter 02

 

‘Kresh’kresh’ hentakan pisau yang memotong sayuran itu terdengar berirama dari arah dapur. Dilanjut dengan suara dentingan dari alat yang terbuat dari besi. Suzy terlihat sedang mengaduk Sup yang berada didalam panci sedang. Kemudian beralih lagi pada tomat yang ingin ia potong. Aroma masakannya benar-benar menyeruak.

Sementara Suzy sibuk didapur membuat makan malam, berbeda dengan Myungsoo, Hyulee dan Hyunoo yang tengah sibuk dalam kegiatan masing-masing diruang tengah. Berada dalam pemikiran masing-masing. Sehingga membuat suasana sangat hening, hanya terdengar suara gesekan kertas dan dengusan kecil.

“Selesai…” gumam Myungsoo bangga sambil menyibakkan rambutnya kebelakang menggunakan tangannya, membuatnya tampak seksi, seulas senyuman kini menghiasi wajah tampannya.

“Eish…” desis Hyulee yang masih sibuk dalam kegiatannya, sedikit melirik kearah Myungsoo dengan sebal. Membuat Myungsoo terkekeh geli.

“Appa… lihat punyaku, aku juga sudah selesai” pekik Hyunoo senang dan beranjak mendekati Myungsoo, menunjukan hasil karyanya.

Hyulee dibuat semakin kesal oleh pekikkan Hyunoo yang menyatakan bahwa adiknya lebih dulu selesai dibandingkan dirinya “menyebalkan…” gumam Hyulee pelan sambil terus melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.

Myungsoo tersenyum, membawa Hyunoo duduk diatas pangkuannya “wah… Hyunoo-ya, kau hebat” gumam Myungsoo mengacak-acak rambut anaknya “eum… geunde” sambung Myungsoo mengernyitkan dahinya saat memperhatikan hasil karya putranya yang sekarang berpindah ketangannya.

“Naah… aku selesai” ucap Hyulee bangga, ia berjalan mendekati Myungsoo “aih… Hyunoo-ya, bangau kertasmu itu kenapa kepalanya tidak ada? Ckck… sayapnya panjang sebelah” oceh Hyulee memperhatikan hasil karya Hyunoo yang dipegang oleh Myungsoo.

“Benarkah?” ucap Hyunoo memperhatikan karya miliknya dan kemudian memasang wajah sedihnya saat memang yang diucapkan kakaknya itu benar “heh… benar-benar aneh” gumamnya merebut bangau kertasnya dan segera turun dari pangkuan Myungsoo.

“Eoh… tidak apa-apa, kau kan baru pertama kali membuatnya, Hyunoo-ya. Itu sudah cukup bagus…” ucap Myungsoo tersenyum ‘kkk… hasilnya seperti buatan Suzy pertama kali saat kuajari bagaimana cara membuat bangau kertas’.

“Aku akan membuatnya lagi appa” gumam Hyunoo kembali mengambil kertas lipat barunya.

“Pertama kali?” gumam Hyulee berfikir melihat bangau kertasnya “yaa… appa lihat bangau kertasku” lanjutnya.

Myungsoo menoleh pada Hyulee, menatap hasil karya putrinya, matanya tak berkedip “omo…” gumam Myungsoo membulatkan mulutnya.

“Eotte? Bangau kertasku tidak ada yang cacat bukan? Ini juga pertama kalinya aku membuat bangu kertas” ucap Hyulee bangga sambil mengibaskan rambutnya.

Myungsoo yang melihat tingkah Hyulee hanya memandang tidak percaya ‘mwoya igeo… sifatnya ini kenapa seperti aku???Heh… ternyata bakat membuat bangau kertasku menurun pada Hyulee’ “nee… bangau kertasmu sempurna” gumam Myungsoo mengangkat tubuh Hyulee dalam pelukannya.

Hyulee yang kaget atas perlakuan ayahnya hanya bisa diam mematung. Ia sebenarnya sangat senang, tapi tidak bisa mengutarakannya.

“Hyulee-ya… kau tidak mau membalas pelukan appa?” tanya Myungsoo mendengus pelan.

Hyulee tentu saja ingin membalasnya juga, namun ia memutar otaknya “eung… appa” gumam Hyulee.

Myungsoo mendudukkan Hyulee diatas pangkuannya dan menatap Hyulee “waeyeo…”.

“Apa benar appa mencintai eomma?” tanyanya dengan mengalihkan pandangannya kearah lain.

Myungsoo tersenyum lembut dan menganggukkan kepalanya “tentu saja appa mencintai eommamu, sangat sangat mencintainya”

Hyulee melirik Myungsoo dengan menyipitkan matanya “geureu? Kenapa tidak pernah menemui kami? Appa… kau tau? Setiap malam eomma selalu menangis didalam kamarnya”

“Eh… itu benarkah? Mianhae Hyulee-ya, haremonimu dulu tidak menyetujui hubungan appa dan eomma”

“Haremoni? Wanita yang menakutkan tadi? Apa dia benar-benar haremoniku? Kenapa dia mendorongku hingga terjatuh” dumel Hyulee.

Myungsoo mengusap puncak kepala Hyulee “maafkan haremonimu, ne. Sebenarnya haremonimu adalah orang yang baik, geunde… semenjak kematian harebojimu, sikapnya menjadi sangat egois”

“Eoh… benarkah?” Hyulee menekuk wajahnya.

“Nah… sekarang peluk appa, ne” gumam Myungsoo membuka lebar tangannya.

Hyulee memicingkan matanya, ingin… sangat ingin “shireo… aku melihat appa memeluk ahjuma itu didalam bianglala!”

Myungsoo membulatkan matanya “mwo? Memeluk Naeun maksudmu? Kapan appa memeluknya?” gumam Myungsoo mengingat-ingat sesuatu “eish… apa yang kau lihat itu, saat appa menahan tubuh Naeun? Ahh, itu bukan memeluk Hyulee-ya… saat itu bianglalanya bergerak dan membuat tubuh Naeun tidak seimbang?! Jadi mau tidak mau kan” terang Myungsoo.

Hyulee semakin memicingkan matanya “bo-hooong” gumamnya meneyelidik.

“Yaa… mana mungkin appamu ini berbohong, ck” dumel Myungsoo ‘memangnya aku namja mesum? Memeluk yeoja yang tidak aku cintai ditempat seperti itu? Heh… walaupun dia tunanganku sih. Omo… bukankah aku meninggalkannya di Lotte World tadi?? Ah… biarlah’

‘Pluk’ tiba-tiba tangan kecil Hyulee melingkar dileher Myungsoo “appa… bogoshipo”

Myungsoo membalas pelukan Hyulee dengan erat “nado bogoshipo”.

“Aku kira aku tidak akan pernah bisa melihatmu sampai kapanpun. Dan hanya bisa memandangi dirimu didalam gudang gelap, berdebu dan penuh serangga itu”

“Heh? Didalam gudang?”

Hyulee menganggukkan kepalanya “melihat gambar dirimu didalam sebuah album foto”

Myungsoo menarik nafasnya dalam, menghembuskannya secara perlahan “benarkah? Sepertinya aku benar-benar sudah menjadi seorang appa yang sangat payah ya” gumam Myungsoo.

“Appa…” rengek Hyunoo yang tengah memperhatikan Myungsoo dan Hyulee berpelukan.

“Eoh… Hyunoo-ya” ucap Myungsoo tersenyum “kajja…” Myungsoo mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan Hyunoo untuk mendekat padanya. Hyunoo pun mendekati Myungsoo, meninggalkan bangau kertasnya yang belum selesai diatas meja, dengan cepat Myungsoo membawa Hyunoo dalam pelukannya “terimakasih kalian telah lahir kedunia ini. Appa mencintai kalian… Hyulee-ya, Hyunoo-ya” gumam Myungsoo “oh… apa kalian tau cerita dibalik seribu bangau kertas?” tanya Myungsoo.

Hyulee dengan cepat menatap Myungsoo, ia menggelengkan kepalanya “aniyo… aku tidak tau”.

Myungsoo tersenyum simpul mengusap puncak kepala Hyulee ‘selama ini aku benar-benar tidak pernah mengajari mereka. Ck… Myungsoo kau benar-benar bukan appa yang baik. Geunde… syukurlah Suzy bisa mengurus mereka dengan sangat baik’ “Benarkah? Bagaimana dengan kau Hyunoo-ya?” tanya Myungsoo melirik kearah Hyunoo. Hyunoo menggelengkan kepalanya, yang berarti ia juga tidak tau.

“Dulu… saat appa masih seumuran kalian, hareboji kalianlah yang mengajarkan appa bagaimana cara membuat bangau kertas” ucap Myungsoo menerawang.

“Hareboji? Eung… aku rasa hareboji orang yang sangat perhatian?” gumam Hyulee.

Myungsoo menganggukan kepalanya, membenarkan ucapan Hyulee “Kau benar. Oh… berarti appa juga sangat perhatiankan dengan kalian?” celetuk Myungsoo tersenyum  jahil.

Hyulee memanyunkan bibirnya. Sedangkan Hyunoo mengerjapkan kedua matanya “geunde… selama ini appa tidak pernah menemaniku ataupun Hyulee noona saat festifal sekolah berlangsung”.

Myungsoo pun menolehkan kepalanya kearah Hyunoo “ah… kau benar” ucap Myungsoo lesu “kalian pasti sangat marah pada appa. Ah…  Hyunoo-ya, Hyulee-ya… festifal sekolah yang akan datang appa pasti akan selalu menemani kalian. Appa janji”.

“Ne? Jika appa berjanji. Aku tidak akan marah lagi” gumam Hyulee diikuti anggukan Hyunoo.

“Yagsog… appa akan mengganti semua hari-hari kalian yang sudah terlewati tanpa appa, ne” ucap Myungsoo tegas.

“Araseo…” Hyulee dan Hyunoo pun tersenyum senang.

“Oh… bangau kertas” ucap Myungsoo kembali ketopik awal “Jika berhasil membuat seribu bangau kertas, semua permohonanmu akan terkabul” gumam Myungsoo menerawang.

“Eh???” Hyulee dan Hyunoo mengernyitkan dahinya.

Myungsoo tersenyum hambar “itu kalimat terakhir yang diucapkan hareboji kalian dulu pada appa saat ia mengajarkan appa bagaimana cara melipat kertas bersegi empat menjadi sebuah karya yang sangat indah, yah… itu sebelum akhirnya ia meninggalkan appa dan haremoni” Myungsoo menarik nafasnnya dalam dan ia hembuskan secara perlahan.

“Appa… apakah maksud appa, sesaat setelah hareboji mengajarkan appa cara membuat bangau kertas itu, hareboji meninggal?” tanya Hyulee pelan.

Myungsoo menatap kedua bola mata putrinya “ne. Kau benar. Heh… dan sejak saat itu juga haremoni kalian menjadi wanita yang sangat egois dan dingin”

“Hmm… jadi begitu. Apa appa pernah membuat seribu bangau kertas itu?” tanya Hyunoo.

Myungsoo menggelengkan kepalanya “sampai saat ini appa sama sekali tidak pernah berhasil membuat seribu bangau kertas itu. Selalu saja berhenti ditengah jalan” gumam Myungsoo.

“Waeyeo?” tanya Hyulee cepat.

“Ahh… mungkin karena appa sempat putus asa karena hareboji kalian telah tiada dan hidup bersama haremoni kalian yang selalu mengekang kehidupan appa. Hingga appa bertemu dengan eomma kalian dulu, saat appa menjadi murid pindahan dari jepang. Eomma kalian adalah wanita paling tegar yang pernah appa temui, walaupun kedua orang tuanya sudah tiada, hidup dirumah yang hanya sepetak dan tidak memiliki sanak keluarga. Geunde… hal itu tidak membuatnya patah semangat, bahkan prestasinya bisa dibanggakan” lagi lagi Myungsoo menarik nafasnya dalam “Karena disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Itulah yang dikatakan eomma kalian, maka dari itu appa kembali membuat bangau kertas, geunde… setelah eomma kalian tidak bersama appa lagi, appa tidak melanjutkan membuat bangau kertas itu” gumam Myungsoo.

Hyulee dan Hyunoo saling bertukar pandang, sedikit tidak mengerti apa yang diucapkan oleh appa mereka.

“Eih… kalian masih kecil. Seiring berjalannya waktu kalian akan mengerti apa arti dari kehidupan. Pada intinya Setiap kesulitan pasti ada kemudahan” ucap Myungsoo kikuk menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Geure… aku ingin membuat seribu bangau. Jika memang semua permohonanku bisa terkabul” ucap Hyulee.

“Aku jugaaa” rengek Hyunoo.

Myungsoo menatap keduanya dengan penuh senyuman “kajja… appa akan menunggu hasilnya”

“Aku akan memberikan seribu bangau itu pada haremoni. Pasti haremoni sering menangis seperti eomma setiap malamnya” gumam Hyulee  berfikir.

Myungsoo mengernyitkan dahinya “heh?”

“Eomma sering menangis setiap malam, pasti karena merindukan appa, ne. Nah… begitu juga haremoni. Yaa… pasti begitu” tegas Hyulee “appa kan namja… mana peka dengan urusan yeoja. Sama seperti Hyunoo yang selalu menangis didepan eomma karena sering diolok-olok temannya. Ck… padahal aku sudah sering bilang, jika itu malah akan menyakiti eomma. Dia sih tidak percaya ucapanku” dumel Hyulee melirik Hyunoo yang malah memanyunkan bibirnya.

“Benarkah seperti itu?” gumam Myungsoo ‘aku tidak ingat… setahun setelah kematian appa, aku diajak eomma pergi meninggalkan Seoul dan menetap di Jepang, geunde... setahun setelah itu eomma kembali ke Seoul meninggalkan diriku diJepang dan selalu membatasi setiap gerakku. Padahal saat appa masih ada, eomma begitu lemah lembut’

Suzy tersenyum simpul melihat pemandangan didepannya, Hyulee dam Hyunoo berada diatas pangkuan Myungsoo “kalian tidak ingin makan?” ucap Suzy berjalan mendekati ketiga orang yang ia cintai.

Hyulee dan Hyunoo dengan cepat menoleh “makan?” gumam keduanya sambil perpandangan dan meluncur turun dari pangkuan Myungsoo, kemudian berlari kearah meja makan.

“Ah… mereka belum makan sejak pulang sekolah, siang tadi” ucap Suzy pada Myungsoo “kajja… kau juga makan oppa” Suzy memutar tubuhnya namun sebuah tangan hangat menahan pergelangan tangannya. Myungsoo menarik pergelangan tangan Suzy dengan cepat, membuat Suzy mendekat kearahnya dan terduduk dipangkuannya “ooppa…” gumam Suzy tercekat, ia berusaha bangkit namun Myungsoo menahannya dengan kuat.

“Sebentar saja…” gumam Myungsoo mulai memeluk Suzy, ia membenamkan wajahnya diantara pundak dan leher Suzy. Sesaat tubuh Suzy menegang saat merasakan nafas hangat Myungsoo berhembus dilehernya “Suzy-ya… mianhae” gumam Myungsoo.

“Eh…” Suzy berfikir sejenak dan mulai membalas pelukan Myungsoo “nee… seharusnya aku yang meminta maaf, karena telah memisahkan kau dengan Hyulee dan Hyunoo”

“Aniyo… kau tidak akan melakukan itu jika eommaku tidak mengusirmu” gumam Myungsoo, tiba-tiba tangan kanan Myungsoo menurunkan resliting baju Suzy perlahan.

“Omo… oppa, apa yang kau lakukan” pekik Suzy tercekat karena tubuhnya yang tiba-tiba saja menegang.

“Ahh… araseo” gumam Myungsoo menarik kembali reslitingnya kemudian menatap kearah Suzy, membuat mereka saling berpandangan “aku harus cepat menikahimu” gumamnya pasti.

Suzy membulatkan kedua matanya “oppa…” gumamnya.

“Kalau bisa besok… kita lakukan upacara pernikahan, ne”

“Mwoya! Kau gila! Bagaimana dengan tunanganmu? Eommamu masih belum menyetujui hubungan kita”

“Tunangan itu maksudmu Naeun? Eih… itu masalah gampang, aku kan memang awalnya tidak mau dijodohkan dengan dia. Dia juga pasti akan mengerti. Eung… masalah eomma? Aku bisa menyelesaikannya. Tenang saja… sepertinya Hyulee dan Hyunoo bisa membantuku”

Suzy mengernyitkan dahinya “Mwo? Hyulee dan Hyunoo? Ya… kau sedang merencanakan apa oppa?”

“Aniyo…” Myungsoo menggelengkan kepalanya “kau masih ingat seribu bangau yang aku ceritakan padamu dulu?”

Suzy menganggukan kepalanya “tentu saja…” Suzy melirik kearah lantai, dia baru menyadari origami berwarna-warni yang berserakan, diatas meja juga terdapat 4 bangau kertas, 1 bangau belum mempunyai kepala dan 1 lagi belum selesai dibuat “apa kau mengajari Hyulee dan Hyunoo?” tanya Suzy.

“Ne…” jawab Myungsoo tersenyum mengusap lembut pipi bulat Suzy.

“Ah… aku jadi ingat saat pertama kali bertemu denganmu, oppa. Kau mengajariku cara membuat bangau kertas itu dan hasilnya sangat buruk” ucap Suzy terkekeh “bangau kertas milikmu ada padaku” lanjutnya antusias.

“Heh? Bangau kertas yang kubuat itu ada padamu?”

Suzy kembali menganggukan kepalanya “ne… bahkan sudah kulanjutkan menjadi seribu bangau” ucap Suzy mantap.

Myungsoo membulatkan matanya “neo… bohong”

“Bu… buat apa aku berbohong. Apa aku memiliki tampang seorang pembohong?”

Myungsoo menggelengkan kepalanya “bagaimana kau bisa? Kau sibuk bekerja, mengurus Hyulee dan Hyun” –CUP- ucapan Myungsoo terhenti saat bibir Suzy kini mendarat singkat diatas bibir Myungsoo. Entah keberanian darimana hingga Suzy mampu melakukan hal itu.

“Hanya memanfaatkan waktu beberapa menit untuk membuat satu-dua-tiga bangau kertas setiap harinya itu tidak ada ruginya kan? Ucap Suzy tersenyum “disetiap kesulitan itu pasti ada kemudahan. Aku meninggalkan dirimu dulu memang karena eommamu yang mengusirku. Aku tidak ingin menghancurkan masa depanmu yang sudah pasti sangat cerah. Aku tau eommamu bukanlah orang yang jahat, meskipun kata-katanya sangat menusuk hatiku. Maka dari itu aku tidak memberitahukannya tentang diriku yang tengah mengandung anakmu dan lebih memilih untuk meninggalkanmu. Karena aku yakin, jika memang kita sudah ditakdirkan bersama, kita pasti akan bertemu lagi. Dimana-mana setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya bukan?”

Myungsoo mengerjapkan kedua matanya “Suzy-ya… permohonanmu itu”

“Semoga kau menjadi orang yang bisa membanggakan eommamu dan mempertemukan dirimu dan kedua anakmu. Itu permohonanku”

“A… aku sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Berarti aku sudah membanggakan eommaku dan masa depanku sudah pasti cerah bukan? Sekarang aku bisa memeluk kedua anakku. Apa seribu bangau itu benar-benar bisa mengabulkan permohonan?”

Suzy mengangkat kedua bahunya “molla… mungkin?”

Hyulee mengintip Suzy yang kini berada diatas pangkuan Myungsoo dengan mata yang berbinar-binar “noona… kau hobi sekali ya mengintip?” gumam Hyunoo yang kini ikut mengintip orangtuanya karena dipaksa oleh Hyulee.

“Sstt… lebih baik mengintip kan daripada kau menghampiri eomma dan appa? Itu sih namanya mengganggu, neo ara” dumel Hyulee ‘eung… jadi seribu bangau itu memang bisa mengabulkan permohonan? Bagaimana jika aku benar-benar membuatnya?’ batin Hyulee sambil terkekeh.

“Hih… kau kenapa tertawa seperti itu noona?” gumam Hyunoo yang tepat berada dibawah Hyulee ‘aku lapar. Eomma… appa’ batin Hyunoo memegang perutnya.

“Omo…” pekik Suzy bangkit berdiri.

“Waeyeo?” tanya Myungsoo kaget.

Hyulee  menarik lengan Hyunoo, mengajaknya duduk di bangku meja makan sebelum eommanya berbalik dan menemukan keduanya tengah mengintip mereka.

“Hyulee dan Hyunoo pasti sudah menunggu kita. Kajja! Ini juga sudah malam, kau juga harus pulang. Eommamu pasti mengkhawatirkan dirimu” ucap Suzy memutar tubuhnya.

Myungsoo tersenyum lembut melihat punggung Suzy yang mulai menjauhinya “aku harus cepat menikahimu… aku ingin memilikimu seutuhnya dan bahagia bersama keluarga kecil kita” gumamnya pelan dan berjalan mengikuti Suzy.

***

Makan malam dirumah sederhana Suzy selesai. Hyunoo dan Hyulee yang ternyata masih sangat merindukan Myungsoo pada akhirnya memintanya untuk menemani keduanya. Dengan senang hati Myungsoo menyanggupi permintaan Hyulee dan Hyunoo.

“Appa… jangan pergi sebelum aku tidur ne” ucap Hyunoo menggenggam erat tangan Myungsoo.

“Ish… namja manja” dumel Hyulee memutar tubuhnya membelakangi Hyunoo.

Myungsoo tersenyum melihat tingkah Hyulee “nee… appa tidak akan pergi sebelum kalian tidur” gumam Myungsoo mengusap puncak kepala Hyunoo.

“Aku ingin setiap hari seperti ini” gumam Hyunoo sambil memejamkan kedua matanya perlahan.

Jantung Myungsoo seakan tersumpal sesuatu saat mendengar perkataan Hyunoo ‘mianhae… membuat kalian kehilangan sosok seorang appa selama 7 tahun ini’ “Ne… tentu saja, sebentar lagi kita akan selalu seperti ini, ara” ucap Myungsoo tersenyum dan diangguki oleh Hyunoo yang sudah terpejam.

Sudah hampir setengah jam lebih Myungsoo berada dalam posisinya, duduk disamping ranjang menemani Hyulee dan Hyunoo. Suzy terkadang masuk untuk melihat Myungsoo dan kedua anaknya “oppa… apa tidak sebaiknya kau pulang? Ini sudah larut? Hyulee dan Hyunoo sudah tertidur” gumam Suzy diambang pintu. Hyunoo memang sudah tertidur lelap, geunde… Myungsoo tau jika Hyulee yang saat ini tengah membelakangi Hyunoo dan dirinya belum tertidur.

Myungsoo menolehkan kepalanya kearah Suzy “eoh… aku masih merindukan mereka. Suzy-ya… kau tidurlah lebih dulu”

“Aniyo… bagaimana aku bisa tidur jika kau masih disini, eoh?” ucap Suzy mendekati Myungsoo.

“Eish… kau ini tidak berubah. Dulu juga selalu begini. Tidak akan tidur jika aku belum tidur. Aku tau kau lelah… kajja, tidurlah. Aku akan disini sebentar lagi”

Suzy menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan “geureu… kunci rumahnya kau selipkan dibawah pintu saja ne” ucap Suzy mengingatkan Myungsoo.

“Ara…” ucap Myungsoo bangkit berdiri, direngkuhnya wajah Suzy membuat mata keduanya kini saling bertatapan. Myungsoo mendekatkan wajahnya –CUP- dikecupnya kening Suzy dalam “saranghae… jeongmal saranghae” gumamnya melepas kecupannya tersebut. Suzy hanya bisa mengerjapkan matanya.

“Eoh…” gumamnya kikuk.

Myungsoo tersenyum jahil -CUP- bibir lembut Myungsoo kini mendarat diatas bibir Suzy dengan singkat “nanti akan sering seperti ini kan. Ah, bahkan lebih dari ini” gumam Myungsoo. Myungsoo melepas kedua tangannya yang merengkuh wajah Suzy dan beralih menarik pinggang  Suzy, membuatnya berada dalam dekapan Myungsoo.

“Bogoshipo…” gumam Myungsoo mengecup puncak kepala Suzy.

Dengan perlahan Suzy membalas pelukan Myungsoo “nado… bogoshipo, oppa” gumamnya tersenyum sambil membenamkan kepalanya didada Myungsoo.

“Besok… aku akan menjemput mereka disekolah” gumam Myungsoo melepaskan pelukannya.

“Eh… geunde, kau kan harus bekerja”

“Tidak masalah… aku ini atasan dan tentu saja memiliki asisten yang bisa selalu membantu pekerjaanku, kan” ucap Myungsoo, tangannya mengusap wajah Suzy pelan.

“Eoh… asalkan tidak membuat pekerjaanmu berantakkan” ucap Suzy.

Myungsoo menganggukkan kepalanya “Kajja… tidurlah”.

“Ne… aku tidur duluan, eoh” ucap Suzy, kemudian memutar tubuhnya dan berlalu meninggalkan Myungsoo.

Myungsoo terseyum dan kembali beralih menatap kedua anaknya “Hyulee-ya…” gumam Myungsoo.

“…” tidak ada jawaban dari Hyulee. Membuat Myungsoo berjalan mendekatinya.

“Eish… appa tau kau belum tidur” gumam Myungsoo mengusap puncak kepala Hyulee dan membuatnya membuka matanya perlahan.

Hyulee memicingkan matanya “eoh… bagaimana appa tau aku belum tidur?” ucapnya pelan.

Myungsoo terkekeh melihat raut wajah Hyulee “gampang saja… kau kan bilang jika setiap malam kau selalu mendengar eommamu menangis. Jadi… kau tidak mungkin tidur sebelum eommamu tidur kan?”

Hyulee membulatkan mulutnya, perlahan ia menegakkan tubuhnya “mwo… appa seperti detektif” gumamnya.

“Heh? Apa katamu sajalah. Nah, eommamu sedang bersiap-siap tidur… jadi kau bisa tidur kan sekarang? Appa akan ada disampingmu sampai kau terlelap ne” gumam Myungsoo.

Hyulee menghela nafasnya “Appa…”

“Waeyeo?”

“Seribu bangau kertas itu… aku benar-benar ingin memberikannya pada haremoni” gumam Hyulee. Myungsoo menatap lekat kedua bola mata Hyulee “eung… aku ingin memohon satu permintaan” lanjutnya.

“Eh… apa itu?”

“Aku sudah merasakan kasih sayang appa dan sekarang aku ingin merasakan kasih sayang dari haremoni” gumamnya.

Myungsoo menarik kedua sudur bibirnya membentuk sebuah senyuman ‘ah… Hyulee benar, Suzy sudah tidak memiliki kedua orang tua, otomatis dia belum pernah merasakan kasih sayang dari haremoni dan harebojinya itu’ “bagaimana jika besok kau dan Hyunoo kerumah haremoni? Besok kan appa menjemput kalian di sekolah”

“Geunde… seribu bangau kertasku kan belum jadi appa” jawab Hyulee.

“Gampang… kau bisa membuatnya dirumah haremoni, ne” ucap Myungsoo membuat Hyulee terdiam sesaat sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya pasti.

“Kajja… tidurlah” ucap Myungsoo dan Hyulee kembali merebahkan tubuhnya. Myungsoo menepuk nepuk pelan punggung tangan Hyulee. 15 menit berlalu Hyulee pun sepertinya tertidur dengan sangat pulas.

Myungsoo melepas genggaman tangannya perlahan. Bangkit berdiri, melangkah keluar dari kamar Hyulee dan Hyunoo. Ia mematikan lampu seluruh ruangan dan beranjak membuka pintu depan. Menguncinya ‘krek’ dan tidak lupa mencabut kuncinya dan menyelipkan kebawah pintu rumah Suzy.

***

Myungsoo berjalan memasuki rumahnya ‘tap’tap’ “sudah pulang?” suara seorang yeoja paruh baya tersebut mengagetkan Myungsoo. Membuatnya memutar tubuhnya. Myungsoo mendapati Ny. Kim yang sedang duduk membelakanginya diatas sofa berwarna gading keemasan.

“Eomma… kau belum tidur?” tanya Myungsoo menghampiri eommanya yang tengah membaca sebuah majalah bisnis.

“Kau meninggalkan Naeun di Lotte World?” tanya Ny. Kim namun matanya masih tetap menatap majalah yang ia pegang.

Myungsoo mendudukkan tubuhnya berhadapan dengan Ny. Kim “eoh…” gumam Myungsoo pelan sambil menganggukan kepalanya.

“Apa aku tidak pernah mengajarimu sopan santun selama ini? Bisa-bisanya kau meninggalkan tunanganmu di Lotte World seorang diri! Untunglah dia gadis yang baik, tidak memberitahukan kelakuanmu itu pada kedua orangtuanya. Jika tidak aku yang akan malu” nada Ny. Kim kini mulai meninggi.

“Eomma… batalkan saja pertunangan itu. Sudah sejak awal aku menolaknya kan?” ucap Myungsoo cepat.

Ny. Kim dengan cepat menutup majalah yang sedaritadi dibacanya “mwo?” ucapnya menatap Myungsoo “kau bilang batalkan?! Yaa… Kim Myungsoo! Apa kau benar-benar tidak tau sopan santun! Heh… membatalkan? Yang benar saja!”

“Eomma!” pekik Myungsoo mengepalkan kedua tangannya “selama ini aku selalu menuruti semua kemauanmu! Tak bisakah kau mendengarkan permintaanku kali ini saja?! Kau bahkan tega mengusir Suzy! Padahal kau tau betapa aku mencintainya!”

“Suzy? Pengemis itu. Heh” Ny. Kim tersenyum sinis.

“Pengemis? Atas dasar apa eomma memanggilnya pengemis? Bahkan dia tidak pernah sekalipun dia meminta-minta pada orang lain!” hardik Myungsoo “aku tetap akan membatalkan pertunangan itu. Naeun pasti mengerti karena aku sudah memiliki 2 orang anak. Bukankah dia gadis yang baik” gumam Myungsoo bangkit berdiri.

“Duduk ditempatmu!” pekik Ny. Kim.

Myungsoo melirik ibunya dingin “eomma… aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi selama ini padamu sehingga membuatmu menjadi seorang wanita yang sangat egois dan dingin! Geunde… aku sangat ingat, saat appa masih ada, kau adalah wanita yang sangat lembut dan selalu memberikan senyuman terindahmu kepada semua orang” dan segera berlalu meninggalkan Ny. Kim.

Rahang Ny. Kim mengeras mendengar pernyataan Myungsoo “heh… tau apa kau tentangku?” gumamnya tersenyum hambar.

***

Seperti biasa, ruang makan keluarga Kim selalu dengan suasana hening. Hanya denting sendok dan garpu beradu dengan piring yang terdengar pelan. Myungsoo dan Ny. Kim tidak ada yang angkat bicara.

‘Kriek’ Myungsoo bangkit berdiri dan berlalu meninggalkan ibunya yang masih duduk dimeja makan.

“Aku tidak akan membiarkanmu kembali pada pengemis itu” gumam Ny. Kim seraya berbisik saat melihat punggung Myungsoo perlahan menjauh.

***

Myungsoo berulang kali melirik jam tangannya “Heh… kenapa waktu terasa sangat lama? Aku ingin cepat-cepat menjemput Hyulee dan Hyunoo” lenguhnya. Kemudian ia meraih ponselnya yang ada didalam laci meja kerjanya.

‘pik’ Myungsoo mulai mengetikkan pesan di ponselnya.

To : Nae Yeosquid

“Suzy-ya… bagaimana butikmu? Ramai? Eung… hari ini aku akan mengajak Hyulee dan Hyunoo kerumahku ne”


Tidak perlu waktu lama untuk menunggu, ponsel milik Myungsoo pun bergetar. ‘pik’

From : Nae Yeosquid

“Ne… oppa. Seperti biasa ramai. Apa tidak apa-apa mengajak mereka kesana? Mengingat kemarin eommamu mendorong mereka hingga terjatuh”


To : Nae Yeosquid

“Kau sendiri mengurus butikmu? Kau pasti lelah. Masalah kemarin… ah, aku janji kejadian kemarin tidak akan terulang kembali. Aku hanya ingin mendekatkan anak-anak dengan haremoninya”


From : Nae  Yeosquid

“Aniyo… ada satu pegawai yang membantuku, namanya Park jiyeon. Akan ku kenalkan padamu nanti. Geure… aku titip Hyulee dan Hyunoo, ne oppa. Kembalilah bekerja… jalja”


“Jalja…” gumam Myungsoo meletakkan ponselnya kedalam laci. Selang beberapa menit ponselnya berbunyi.

-Son Naeun memanggil- “Heh… aku lupa dengan Naeun, ck…” gumam Myungsoo.

“Yoboseyeo” sapa Myungsoo.

“Apa memberiku kabar singkat saja tidak bisa? Bahkan harus aku yang lebih dulu menghubungimu?!” tegas Naeun.

“Eh… eung, Naeun-ah. Ada yang harus kita bicarakan. Sekitar jam 01.00 KST nanti kau ada waktu?” tanya Myungsoo.

“Ne???”

“Sampai ketemu nanti di Café Infinite, ne. Jalja” ucap Myungsoo cepat dan memutus sambungannya.

Myungsoo menatap layar ponselnya yang sudah mati “aku harap Naeun akan mengerti” gumamnya dan meletakkan ponselnya kembali kedalam laci meja kerjanya.

1 jam, 2 jam, 3 jam berlalu. Myungsoo merapihkan dokumen-dokumen yang berserakan dimeja kerjanya. Kemudian meraih gagang telepon ‘pik’pik’pik’

“Sunggyu hyung… kau bisa masuk ruanganku sekarang?” tanya Myungsoo saat sambungan teleponnya tersambung pada asistennya, Kim Sunggyu yang juga merupakan sahabatnya sejak ia tinggal dijepang 7 tahun lalu.

“Ne… araseo” ucap Sunggyu mengakhiri.

Tidak lama pintu ruangan Myungsoo terbuka. Seorang namja bermata sipit dengnan wajahnya yang berkharisma masuk kedalam ruangan Myungsoo.

“Ah…aku titip beberapa dokumen ini padamu ne” ucap Myungsoo menyodorkan 2 berkas dokumen pada Sunggyu.

“Araseo…” Sunggyu mengernyitkan dahinya “kenapa kau seperti terburu-buru begitu?” tanyanya.

“Eoh… aku harus menjemput anak-anakku, hyung” ucap Myungsoo polos sambil meneguk air putih yang memang selalu ada dipojok mejanya.

Sunggyu membulatkan matanya “aa… anak? Yaa… Myungsoo-ya, kau sedang sadar atau tidak sih?” tanyanya bingung.

“Eoh” Myungsoo menganggukkan kepalanya pasti “tentu saja aku sadar” Myungsoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal “ah… aku belum menceritakan sesuatu padamu. Nanti saja jika ada waktu akan kujelaskan padamu ne, hyung. Jalja” Myungsoo segera berlalu dari hadapan Sunggyu.

Sunggyu menggelengkan kepalanya “anak? Kau saja tidak pernah mendekati seorang yeoja, bagaimana bisa memiliki seorang anak? Ah… apa dengan tunangannya itu” pikir Sunggyu, sesaat kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan cepat “tidak mungkin, mereka bertunangan saja baru seminggu yang lalu. Ah… molla” gumam Sunggyu segera meraih 2 berkas dokumen yang ada dimeja Myungsoo.

***

Myungsoo memarkirkan mobil Sport hitamnya dipinggir jalan, diseberang Sekolah Hyulee dan Hyunoo. Ia melirik jam tangannya 12.20 KST “10 menit lagi mereka keluar” gumamnya membuka pintu mobil. Berjalan menyebrangi jalanan beraspal. Kemudian menyenderkan tubuhnya pada tembok disebelah gerbang sekolah, tidak hanya dirinya saja yang berada disini, namun juga banyak orang tua yang menunggu anak-anaknya.

“Chogiyeo…” ucap seorang namja jangkung yang mungkin seumuran dengan Myungsoo.

“Eh…” Myungsoo menolehkan kepalanya kesamping,  menatap namja yang ada disampingnya, kemudian menengok kanan dan kiri ‘tidak ada siapa-siapa. Apa dia bicara padaku?’ batinnya.

“Ne… maksudku anda” ucapnya namja itu lagi.

“Ee… eoh” Myungsoo menundukkan kepalanya member salam “annyeong”.

Namja itu membalas salam Myungsoo dengan menundukkan kepalanya juga “Annyeong, Lee Sungyeol ibnida. Aku tidak pernah melihatmu? Kau sedang menunggu seseorang?”

“Kim Myungsoo ibnida. Ne…  Sungyeol-sii, aku sedang menunggu anak-anakku” ucap Myungsoo mengangkat kedua sudut bibirnya.

“Anak-anakmu? Nugu? Siapa tau saja aku kenal”

“Kim Hyulee dan Kim Hyunoo”

“Heh? Hyulee dan Hyunoo? Anak-anakmu? Omo… apa kau appa kedua anak kembar itu?” tanya Sungyeol ragu.

Myungsoo dengan cepat menganggukkan kepalanya “ne… kau mengenal mereka?”

“Eoh… istriku Jung Eunji, dia mengajar dikelas anak-anakmu. Ck… dia bilang kedua anak itu tidak mempunyai seorang appa dan sering sekali mereka menjadi bahan olokan teman-temannya. Hyulee sih dia masa bodoh dengan olokan-olokan itu, geunde… Hyunoo yang sering sekali menangis jika diolok-olok teman sekelasnya” ucap Sungyeol prihatin.

Kedua tangan Myungsoo terkepal kuat “Ah… benarkah?” ia tertawa hambar “kedepannya tidak akan ada lagi yang bisa mengolok-olok kedua anakku” ucap Myungsoo pasti.

Sungyeol menganggukkan kepalanya.

10 menit berlalu, pintu gerbang sekolah itu mulai dibuka ‘Greeek’, beberapa menit kemudian, suara riuh derap kaki dan cekikikan anak-anak kecil mulai terdengar.

“Omo… lihat lihat, ahjusi itu tampan sekali” ucap beberapa anak kecil menunjuk-nunjuk Myungsoo. Myungsoo hanya tersenyum kecil kearah suara tersebut. Sudah sejak ia berdiri didepan gerbang ini, ia selalu mendengar bisikan bisikan yang selalu memujinya, baik dari ahjuma-ahjuma yang sedang menunggu kepulangan anak-anaknya ataupun yeoja-yeoja yang tengah berlalu lalang melewati jalanan disini. Syukurlah ada Sungyeol yang menemaninya dan mengajaknya bicara.

“Oh… itu istriku dan anak-anakmu” gumam Sungyeol menepuk pundak Myungsoo.

Myungsoo menoleh kearah yang ditunjuk Sungyeol “Hyulee-ya… Hyunoo-ya…” ucap Myungsoo melambaikan tangannya.

“Eoh… appa” pekik Hyunoo berlari meninggalkan Hyulee dan Eunji, membuat semua mata tertuju pada Hyunoo dan Myungsoo.

“Yaa… apa aku tidak salah dengar? Appa? Jadi ahjusi tampan itu appanya Hyunoo?” gumam anak-anak yang tengah bergerombol, menunggu jemputan mereka.

Hyunoo berhambur memeluk Myungsoo dengan cepat.

“Lihat lihat… ahjusi itu menggendong Hyunoo sekarang. Ck… appanya sekeren itu ya ternyata” dumel namja-namja kecil.

“Chagi…” ucap Sungyeol melambaikan tangannya pada Eunji yang memasang raut wajah bingungnya.

Sungyeol mengerti arti tatapapan istrnya itu “ah… yeobo. Kenalkan, dia Myungsoo, Kim Myungsoo... appa Hyulee dan Hyunoo”.

“Naneun Kim Myungsoo ibdinda…” ucap Myungsoo membungkukkan badannya.

“Mwo? Appa?” gumam Eunji tidak percaya.

“Ne… mianhae selama ini telah merepotkan anda. Dan terimakasih sudah menjaga anak-anakku ne” ucap Myungsoo kembali tersenyum.

“Omo… bagaimana bis” perkataan Eunji terpotong saat Sungyeol menyikut lengannya.

“Nanti aku yang akan menceritakkan semuanya padamu, chagi” terang Sungyeol dan diangguki oleh Eunji.

“Hyulee-ya… kajja kita pulang” Myungsoo mengusap puncak kepala Hyulee yang sudah berada disampingnya.

“Ahh… kau harus meminta maaf pada Hyulee dan Hyunoo besok” salah satu namja menyudutkan yeoja yang lainnya.

“Ikh… kau juga! Kau kan yang mulai duluan” membuat segerombolan yeoja dan namja kecil terrsebut saling beradu mulut.

Myungsoopun berpamitan dengan Sungyeol dan juga Eunji “hati-hati dijalan” ucap keduanya.

“Wah… daebak” ucap Hyulee sesaat setelah mendudukkan dirinya.

“Daebak? Apanya Hyulee-ya” tanya Myungsoo mulai menstater mobilnya.

“Eoh… appa tidak lihat tadi? Teman-temanku saling beradu mulut? Ckck…” gumam Hyulee menggelengkan kepalanya.

Hyunoo menganggukan kepalanya “ne. ne… berarti mereka tidak akan mengolok-olok kita lagi kan?”

Myungsoo mengusap puncak kepala Hyunoo yang duduk disampingnya “tenang saja… mulai hari ini hingga seterusnya, appa akan selalu menjemput kalian ne”

“Solma…” pekik Hyulee “appa akan benar-benar menjemput Hyunoo dan aku setiap harinya?”

Myungsoo menganggukkan kepalanya pasti, membuat kedua anaknya berteriak girang. Disepanjang jalan mereka menyanyikan sebuah lagu ‘gwiyomi’.

20 menit Myungsoo melajukan mobilnya hingga ia sampai didepan sebuah Café Infinite “appa… kita mau kemana?” tanya Hyunoo saat Myungsoo memberhentikan mobilnya didepan halaman parkir.

“Café… ada seseorang yang ingin appa temui. Kajja, kalian juga turun” ucap Myungsoo melepas seatbelt nya.

***

Naeun membulatkan matanya, tak percaya melihat pemandangan didepannya ‘bukankah kedua anak itu? Kemarin… ya kemarin aku bertemu dengan mereka di Lotte World’ batinnya.

Hyulee mendengus sebal dan menepis tangang Myungsoo yang memegang lengannya “ish… katanya appa mencintai eomma, untuk apa bertemu ahjuma itu” dumelnya.

“Hyulee-ya… ada yang ingin appa bicarakan. Tenang saja, tidak akan ada ibu tiri, appa kan sudah janji” ucap Myungsoo tenang dan pada akhirnya Hyuleepun mengikuti Myungsoo dari belakang.

Myungsoo kini berdiri didepan Naeun yang masih tetap saja membulatkan matanya tak percaya “Oppa… mereka”

Myungsoo melirik Hyunoo dan Hyulee “mereka anak-anakku, Naeun-ah…”

“Solma…”

“Aku kesini hanya ingin membicarakan tentang pertunangan dan pernikahan kita” Myungsoo merogoh saku celananya, meraih kotak cincin berwarna hitam “aku tidak bisa menikah denganmu. Sejak dulu sampai sekarang yang aku cintai hanyalah eomma dari anak-anakku. Mianhae, aku harap kau mengerti. Kau gadis yang baik Naeun-ah, jadi sudah pasti akan ada namja yang baik juga untukmu” ucapnya sembari meletakkan kotak tersebut diatas meja.

Naeun hanya diam mematung, matanya tertuju pada kotak cincin berwarna hitam yang ada diatas mejanya.

“Permisi” ucap Myungsoo membalikkan tubuhnya. Namun tiba-tiba Hyunoo menepis tangan Myungsoo dan berjalan mendekati Naeun.

Naeun sedikit menoleh saat Hyunoo sudah berada disampingnya, dilihatnya Hyunoo yang tengah tersenyum tulus padanya.  Kedua tangan Hyunoo terjulur merengkuh wajah Naeun –CUP- bibir kecil milik Hyunoo mendarat tepat dipipi Naeun, membuat rona merah menghiasi pipi Naeun “gomawo Naeun ahjuma…” gumam Hyunoo melepas bibirnya dan rengkuhan tangannya.

“Omo…” gumam Myungsoo dan Hyulee bersamaan.

Hyunoo berjalan mendekati Myungsoo dan Hyulee “kajja… oppa, noona” ucapnya berjalan mendahului ayahnya dan kakaknya.

Hyulee segera memutar tubuhnya dan berlari menyusul Hyunoo. Sedangkan Myungsoo tersenyum kikuk pada Naeun yang masih dalam posisi sama seperti saat Hyunoo menciumnya, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal “aku permisi, Naeun-ah” ucapnya benar-benar kikuk dan berlalu meninggalkannya.

Naeun menyentuh pipinya yang tadi dicium oleh Hyunoo ‘gomawo Naeun ahjuma…’ ucapan Hyunoo masih terngiang ditelinganya “ah… aku harus merelakan Myungsoo oppa” gumamnya pelan dan kemudian seulas senyuman menghiasi wajahnya.

***

Myungsoo menyetir mobilnya sambil sesekali melirik putranya yang berada disampingnya, sama persis dengan apa yang dilakukan Hyulee yang duduk dikursi belakang, ia terus memicingkan matanya mengamati Hyunoo yang sedang menggerak-gerakkan jari jemarinya pada kaca mobil disampingnya.

“Ck… namja itu tidak bisa dimengerti” gumam Hyulee seraya berbisik ‘masa… tiba-tiba dia mencium ahjuma itu. Oh… bahkan reaksi ahjuma tadi seperti orang yang sedang tersihir’ lanjutnya lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ‘aigooo’ batinnya semakin frustasi melihat adiknya sudah berani mencium wanita.

‘Mwoya… aku rasa Hyunoo akan menjadi seorang namja yang sangat gentleman kelak’ batin Myungsoo senang.

***

To Be Continue…

kwkwkw....teman-teman readers... makasih yaa buat likee nyaa :D BOWWW...

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK