“Ambil uang ini dan jangan pernah sekali-kali kau menemui putraku lagi!” pekik yeoja paruh baya meluapkan amarahnya bersamaan dengan tangannya yang melempar ratusan lembar uang ke wajah gadis dihadapannya yang sedang terduduk lemas menahan air matanya.
Kini ratusan lembar uang tersebut berserakan disekitar yeoja berambut cokelat panjang. Tangannya mengepal kuat, hatinya seolah tersayat karena diperlakukan seperti ini.
“Cih! Yaa… Bae Suzy! Kenapa hanya diam dan tak memungut uang-uang itu?” desis yeoja paruh baya tersebut semakin kesal “sombong sekali! Apa kau tau? Mau kau bekerja bertahun-tahunpun, kau tidak akan pernah bisa menghasilkan uang sebanyak itu, neo ara!” pekiknya semakin menjadi.
Dengan berat hati Suzy mendongakkan kepalanya, menatap yeoja paruh baya tersebut “Kim ahjuma, apakah aku terlihat seperti pengemis?” lirihnya menahan air mata yang sedaritadi membendung.
Yeoja itu –Ny. Kim- tersenyum sinis pada Suzy, menautkan kedua tangannya didepan dada, mencondongkan tubuhnya kearah Suzy yang masih terduduk lemas dilantai “kenapa kau bertanya padaku? Apa dirumahmu yang hanya sepetak ini tidak memiliki kaca? Ah… mana mungkin kau mampu membelinya ya, uangmu kan sudah sangat pas-pasan untuk membiayai sekolahmu. Oh… apa kau selama ini memanfaatkan putraku?! Menjijikkan sekali…” desisnya kembali menarik tubuhnya tegak.
Kata-kata itu membuat jantung Suzy seolah-olah tersumpal oleh sesuatu. Nafasnya tercekat. Memang dia akui, dia adalah orang tidak mampu. Kedua orang tuanya sudah tiada beberapa tahun yang lalu. Tidak memiliki sanak keluarga disini. Untuk biaya sekolah, Suzy memang mendapat beasiswa, karena ia termasuk siswi berprestasi, geunde… untuk membiayai kehidupan sehari-harinya ia harus membanting tulangnya. Hingga seorang namja yang sangat baik muncul dihadapannya 2 tahun yang lalu, Kim Myungsoo. Siswa pindahan dari Jepang. Namja itu mampu mengisi kekosongan hatinya selama ini, mampu membuatnya tersenyum lagi, bahkan selalu mendukungnya disaat semua orang mengolok-oloknya.
“Hah… apa putraku tidak pengap berada ditempat seperti ini!” ucap Ny. Kim melihat sekeliling rumah Suzy yang benar-benar hanya sepetak sambil mengibas-ngibaskan tangannya kearah leher “ck… bisa-bisanya dia membantah perintahku dan kabur dari rumah selama sebulan! Dan itu hanya demi gadis seperti dirimu!!!” pekiknya frustasi.
Suzy kembali mengepalkan tangannya “apakah salah jika kami saling mencintai?” lirih Suzy masih tetap menatap Ny. Kim.
“Uwah. Mwo? Apa aku tidak salah dengar? Apa salah kau bilang?! Yaa… kau ini tidak tau diri sekali sih! Kau dan Myungsoo sangat sangat tidak selevel! Ah… aku bisa gila jika bicara dengan orang sepertimu! Cepatlah… kemasi barang-barangmu sekarang! Aku sudah berbaik hati padamu untuk mengantarmu ketempat yang sangat jauh! Lagipula kau tidak akan melanjutkan kuliahmu kan?! Myungsoo punya masa depan yang cerah… jangan hancurkan kehidupannya! Jika kau masih tetap saja mempertahankan Myungsoo, itu artinya kau tidak mencintainya kan” ucap Ny. Kim dengan nada sinisnya.
“Aa… aku tentu tidak akan menghancurkan masa depan Myungsoo oppa” ucap Suzy cepat.
Ny. Kim melirik kearah Suzy “bagus… jika kau mempunyai pemikiran seperti itu. Jadi kau harus meninggalkannya. Pergi dari kehidupannya. Maka masa depannya akan cerah”
“Eeh… geunde. Kim ahjuma… aku benar-benar sangat mencintai Myungsoo oppa, sungguh aku tidak akan menyusahkannya” lenguh Suzy “jeball… jangan menyuruhku untuk meninggalkannya, karena…” Suzy menggantungkan kalimatnya. Ia menelan salivanya dengan sangat berat. Peluh keringat mulai keluar dari dahinya. Bagaimana ia akan menjelaskannya, bahwa ia tengah mengandung anak Myungsoo yang saat ini berusia 2 minggu. Jika ia memberitahu Ny. Kim, apa yang akan dikatakannya?! Dan lagi, jika Myungsoo tau dia tengah mengandung… berarti masa depan Myungsoo akan hancur? Bukankah begitu? Ia mencintai Myungsoo… bagaimana ini!
“Waeyo? Karena apa? Sudahlah… pungut uang-uang itu dan pergi dari kehidupan putraku. Kemasi barang-barangmu. Aku tunggu didepan” ucap Ny. Kim mengibaskan tangannya menyuruh Suzy agar cepat mengemasi barangnya dan memutar tubuhnya berlalu.
Suzy menatap ratusan lembar uang yang ada dihadapannya. Ia tidak ingin menyentuhnya sama sekali. Tapi bagaimana? Ia harus meninggalkan Myungsoo, ia tidak akan menghancurkan masa depan namjanya dan ia harus menghidupi anak yang ada dirahimnya untuk sekarang dan seterusnya. Bahkan ia hanya memiliki sedikit tabungan, karena uang yang ia hasilkan hanya cukup untuk kehidupannya sehari-hari.
“Kim ahjuma, chankaman…” pekik Suzy bangkit berdiri.
Ny. Kim menghentikan langkahnya, ia mendengus kesal “ada apa lagi?! Cepatlah… kita tidak punya banyak waktu! Myungsoo akan segera kembali kesini bukan!”
Suzy meyakinkan hatinya lagi. Apapun yang ia lakukan saat ini, semua hanya karena ia mencintai Myungsoo, ia tidak ingin menghancurkan masa depannya, ia bisa menghidupi anaknya dan uang itu, uang yang berserakan itu, suatu saat pasti akan ia kembalikan, anggap saja saat ini ia meminjam uang itu dari Ny. Kim “aku akan pergi sendiri. Anda tidak perlu mengantarku, ahjuma. Dan aku melakukan ini, karena aku benar-benar tulus mencintai putra anda. Mianhae… jika selama bersamaku, Myungsoo oppa selalu mengabaikan perintahmu. Uang itu… aku berjanji, suatu saat akan aku kembalikan”
Ny. Kim tersenyum sinis “Cih… tulus? Mengembalikan? Omong kosong macam apa ini” desisnya.
Suzy yang mendengar ucapannya hanya bisa tersenyum hambar, ia menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan. Syukurlah… air matanya tidak gampang terjatuh. Suzy membungkukkan tubuhnya, memutar tubuhnya dan berlalu memasuki rumahnya. 30 menit lamanya Suzy ada didalam rumah tersebut.
Ny. Kim sudah berulang kali melirik jam tangannya “Lama sekali gadis pengemis itu mengemasi barang-barangnya yang hanya sedikit! Jangan sampai Myungsoo tau aku kesini!” gumamnya.
Tidak lama, Suzy pun keluar membawa 2 tas jinjing di masing-masing tangannya. Ia menatap heran kearah Ny. Kim “Kim… Kim ahjuma, anda masih disini?” tanya Suzy.
“Cepatlah! Myungsoo akan segera kembali!” pekiknya. Membuat Suzy dengan cepat mengunci pintu rumahnya dan menyelipkan selembar kertas dan kunci dibawah keset berbulu. Kemudian menghampiri Ny. Kim.
“Kim ahjuma… uang ini akan kukembalikan suatu saat nanti. Aku janji” ucap Suzy.
“Ahh… tidak perlu! Setelah ini kau tidak akan pernah lagi bertemu kami. Cepatlah pergi! Kau bilang, tidak mau diantar kan. Bagus…” ketusnya.
Benar-benar sesak, seolah Suzy tidak bisa bernafas lagi “Aku permisi” ucapnya mengakhiri dan berlalu dari hadapan Ny. Kim yang tengah tersenyum puas.
***
“Eish! Sudah kubilang jangan menangis!!!” pekik yeoja kecil sambil berkacak pinggang.
Yang dipekiki malah menangis semakin jadi “Hikss… huaaaaa, eommaaa, hiks”.
Yeoja berambut cokelat segera berlari kearah ruang tamu saat dirasa ia mendengar tangisan namja kecil “Kim Hyulee! Apa yang kau lakukan pada adikmu, eoh” pekiknya pada putrinya dan berhambur memeluk putranya yang tengah menangis.
“Ah… salahkan saja aku. Seharusnya salahkan dia yang terlalu cengeng sebagai seorang namja!” ucap Hyulee kesal dan segera berlari kekamarnya.
“Ck… ada apa dengan kakakmu itu” desisnya, kemudian menatap putranya lagi “waeyeo Kim Hyunoo? Kenapa kau menangis sampai seperti ini?” Kim Hyulee dan Kim Hyunoo adalah anak kembar, Hyulee lahir beberapa menit lebih dulu dari Hyunoo.
“Hiks… mereka semua bilang, aku tidak mempunyai appa, hiks, appa tidak menyayangi kita, appa lebih memilih orang lain” lirih Hyunoo masih terus menagis.
Yeoja itu –Bae Suzy- kini tengah menatap putranya. ‘Apakah aku telah salah mengambil keputusan?’ batinnya. Suzy mengusap rambut halus Hyunoo untuk menenangkannya. “uljima… appamu bukan orang yang seperti itu. Appa menyayangi kita, ne. Uljima, Hyunoo-ya”
Hyunoo menggelengkan kepalanya “bohong. Appa tidak menyayangi kita. Buktinya appa tidak pernah mengantarku ataupun Hyulee noona pada setiap festifal yang diselenggarakan disekolah, benar kan? Hiks… aku ingin appa…” lenguhnya semakin melirih.
‘Tuhan, apa yang harus kulakukan? Sudah 7 tahun lamanya aku tidak pernah bertemu Myungsoo oppa. Bagaimana kabarnya? Apa dia masih memikirkanku? Kuharap ia sudah menjadi seseorang yang diinginkan eommannya’ “Oh… kau mau ice cream? Kajja… ganti bajumu. Eomma akan menutup butiknya dulu” ucap Suzy mencoba menenangkan Hyunoo kembali. Ia segera bangkit berdiri “Ne… uljima. Ajak kakakmu juga, kajja… kajja” serunya sambil tersenyum manis menutupi kesedihannya dan berlalu dari hadapan Hyunoo yang saat ini menahan tangisnya hingga terbengong-bengong melihat eommanya yang berlalu meninggalkannya.
Sementara Hyulee hanya bisa mengintip dari balik tembok, menatap Hyunoo dan eommanya. Setelah eommanya pergi, ia mendekati Hyunoo “lihat apa yang kau perbuat. Sudah kubilang jangan menangis… kau hanya menyakiti hatinya”
Hyunoo yang sedaritadi menatap kepergian eommanya segera menoleh keasal suara “…” ia diam menatap kakaknya.
“Ish… namja itu memang tidak peka. Kau tidak tau kan jika selama ini eomma selalu menangis setiap malamnya” dengus Hyulee kesal.
“Hyulee noona… aku hanya ingin appa. Aku ingi” ucapan Hyunoo terhenti saat Hyulee membekap mulutnya.
Dengan cepat Hyulee menurunkan kedua tangannya dan menarik pergelangan tangan Hyunoo “ikut aku jika kau ingin melihat appa, ne. Tapi kau janji, tidak akan pernah lagi menangis. Abaikan saja ucapan teman-temanmu. Akupun juga begitu… masa bodoh mereka mau bilang apa. Yang penting aku mempunyai eomma yang sangat cantik, baik dan sangat sayang padaku. Bukankah begitu?” cerocos Hyulee.
Hyunoo hanya bisa menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah Hyulee hingga sampai kesebuah gudang. “Noo… noona. Aku takut gelap” lirihnya mempererat pegangannya pada Hyulee.
“Astaga… kau ini kan namja. Begini saja takut!” dumel Hyulee, ia merapat kearah tembok, tangannya meraba-raba, saat dikiranya sudah sampai, ia menjinjitkan kakinya ‘ctek’ seketika lampupun hidup, membuat ruangan berdebu tersebut menjadi terang. Namun ada satu tempat yang tidak terlihat berdebu. Hyulee semakin menarik pergelangan tangan Hyunoo menuju tempat tersebut.
“Noona… apa kau sering kesini?” tanya Hyunoo saat melihat selimut tidur Hyulee ada dibawah kakinya.
“OMO!” pekik Hyulee melihat sesuatu yang diperbuat adiknya “ck… singkirkan kakimu. Itu selimut kesayanganku” dumelnya, mendorong Hyunoo dan segera berjongkok.
“Aku tidak sengaja, mianhae” lirih Hyunoo.
Hyulee menatap adiknya sebal sambil memanyunkan bibirnya “ish… yasudah. Lain kali tidak akan pernah aku maafkan jika kau menginjak selimut kesayanganku ini lagi” dumelnya, menepuk-nepuk selimut miliknya.
“Apa yang kau lakukan disini noona? Tempat ini menyeramkan” Hyunoo kembali mendekatkan tubuhnya pada Hyulee yang sudah mulai bangkit berdiri.
Hyulee tersenyum lebar “ini memang tempat menyeramkan, gelap dan penuh seranggaaaa! Geunde… kau akan menemukan sesuatu yang menyenangkan” gumamnya berjalan beberapa langkah kedepan. Mengambil salah satu album diantara tumpukan album foto lainnya “igeo… kau boleh membukanya. Duduk disana” ucapnya menyerahkan sebuah album foto berwarna cokelat keemasan, sambil menunjukkan sebuah bangku kecil.
Hyunoo menganggukan kepalanya mengerti. Ia segera menerima album tersebut dan bergegas kebangku kecil yang ditunjukkan kakaknya. Hyunoo membuka halaman pertama “Oh… eomma, igeo eomma! Yeppuda…” pekiknya senang. Hyulee yang duduk disamping Hyunoo ikut tersenyum.
“Benarkan… ini tempat yang menyenangkan” gumamnya pelan.
Hyunoo kembali membuka lembar demi lembar “mwo… nugu? Siapa namja yang ada disamping eomma?” tanyanya cepat.
Hyulee mendesis pelan mendengarnya “Ck… kau kan sudah kelas 2 SD. Bacalah kata-kata disamping foto itu”. Hyunoo yang saat ini sedang menatap kakaknya kembali beralih menatap album yang ia pegang.
“Eoh… Kim… Myung… soo. Kim Myungsoo?” gumamnya sambil mengeja “aku tidak salah baca kan?” tanya Hyunoo pada Hyulee yang memang lebih pintar darinya. Hyulee menganggukan kepalanya “kenapa dia merangkul eomma? Siapa Myungsoo ini?”
“Dia tampan ya? Matanya… aku menyukai matanya. Bibirnya mirip dengan bibirmu. Kau perhatikan lagi” gumam Hyulee menunjuk-nunjuk bibir Myungsoo “orang yang sangat aku cintai” sambung Hyulee membaca kata-kata yang tertera disamping foto tersebut sambil tersenyum penuh arti pada Hyunoo.
Hyunoo hanya bisa memandang wajah kakaknya bingung, hingga beberapa saat kemudian “cintai… itu? Appa? Dia appaku dan appamu?” gumamnya kembali berkutat pada foto Kim Myungsoo. Hyulee menganggukan kepalanya pasti.
Hyunoo tersenyum gembira dan kembali membalik lembar demi lembar. Banyak foto Myungsoo, sesekali Hyunoo mencium foto tersebut dan tentu saja Hyulee juga melakukan hal yang sama. Mereka mengusap lembut gambar-gambar itu. “Uwah… igeo Soo Jung ahjuma dan Minho ahjusi?” pekik Hyunoo senang.
Disela-sela kegirangan mereka ternyata Suzy sudah lumayan lama berdiri diambang pintu gudang memperhatikan tingkah kedua anaknya. Air mata yang sedaritadi ia bendung akhirnya tertumpah, membasahi wajah mulusnya “bahkan aku tidak pernah memperlihatkan wajah appa mereka, karena aku takut mereka membenci Myungsoo oppa, geunde… yang kulihat malah sebaliknya” gumam Suzy seraya berbisik, ia mengepalkan kedua tangannya, berjalan mundur dan perlahan agar anak-anaknya tidak mendengar langkahnya.
Suzy kembali kekamarnya, mengambil buku rekening miliknya yang ada didalam lemari “oh… bukankah tabungan ini sudah lebih dari cukup untuk melunasi uang yang aku pinjam pada Kim ahjuma?” lirihnya saat membuka buku rekeningnya “Myungsoo oppa, juga sudah pasti membaca surat yang aku letakkan dibawah keset itu. Yaa… alasan kenapa aku meninggalkannya”
Suzy memang tidak melanjutkan kuliahnya, uang yang diberikan oleh Ny. Kim ia pergunakan untuk membeli rumah sederhana, tentu saja ia mendapat bantuan dari temannya Jung Soo Jung dan juga Choi Minho. Rumah inilah yang dibeli Suzy 7 tahun yang lalu. Syukurlah Suzy mempunyai kemampuan mendesain dan menggambar, akhirnya ia membuat keputusan untuk membuka sebuah butik didepan rumahnya. Namun itu tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit, selama 2 tahun Suzy membanting tulangnya, bekerja apapun yang ia bisa, tentunya pekerjaan yang memperbolehkannya membawa Hyulee dan Hyunoo. Setelah itu iapun bisa membangun butiknya, awalnya memang sangat sepi, geunde… lambat laun banyak orderan yang ia terima karena memang banyak konsumen yang puas dengan hasil produksi Suzy. Dari pagi hingga pagi lagi, ia bisa sampai tidak tidur sedetikpun, mungkin hanya 2-3 jam istirahat paling lamanya. Hal ini berlangsung selama setahun, membuat 1 kebiasaan baru yang buruk untuk Suzy, ia jadi bisa tidur dimana saja, saat sedang mencuci, saat sedang menjahit, bahkan saat sedang menyuapi Hyulee dan Hyunoo. 1 tahun kemudian, Suzy sudah bisa memperkerjakan 1 orang asisten untuk membantunya Park Jiyeon, sekarang Jiyeon sudah bekerja selama 2 tahun untuknya.
Hari ini Jiyeon tidak masuk karena izin ada keperluan keluarga maka dari itu, Suzy menutup butiknya untuk mengajak anak-anaknya membeli ice cream.
“Eomma…” pekik Hyulee dan Hyunoo dari ambang pintu kamar dan berhambur kedalam pelukannya.
“Hyulee-ya, Hyunoo-ya… kalian darimana? Eomma mencari kalian” ucapnya berbohong sambil mengusap rambut anak-anaknya.
Hyulee dan Hyunoo saling berpandangan dan tersenyum geli “aku habis memarahi Hyunoo dikamar” ucap Hyulee ikut berbohong diikuti anggukan Hyunoo. Suzy menahan air matanya yang ingin terjatuh lagi. Tidak ada air mata… selama ini ia bisa menahan air mata ini didepan semua orang.
“Ne… kenapa belum mengganti pakaian kalian? Kajja… kita akan membeli ice cream yang sangat banyak” ucapnya mengulas senyuman termanisnya.
“Geure… aku ingin ice cream rasa strawbery, chocolate, vanilla… eum” Hyulee mencoba berfikir, menghitung dengan jari mungilnya. Suzy tersenyum melihat tingkah putrinya itu.
“Ish… banyak sekali. Ice cream itu sangat manis… noona” dumel Hyunoo yang tidak begitu menyukai ice cream. ‘Terkadang tingkah Hyunoo sangat mirip dengan Myungsoo’ pikir Suzy ‘geunde, jika hobi dalam fotografi, Hyulee lah yang sangat pintar. Sedangkan Hyunoo sangat suka sekali memainkan gitar kecil miliknya, hadiah ulang tahun yang diberikannya 2 tahun yang lalu’.
“Kajja… rasa apapun akan kau dapatkan nanti. Ganti pakaian sekolah kalian” ucap Suzy bangkit berdiri dan mendorong Hyulee dan Hyunoo ke dalam kamar mereka.
“Ne… eomma” pekik keduanya bersamaan.
***
Suzy, Hyulee dan Hyunoo kini sudah berada didalam kedai ice cream yang jaraknya sekitar 30 menit dari rumahnya jika berjalan kaki.
Hyulee menjinjitkan kakinya “Eomma… igeo, igeo, igeo” ucapnya sambil menunjuk-nujuk rasa ice creamnya “ah… igeo!” sambungnya mengakhiri.
“Ice cream specialnya 1” ucap Suzy tersenyum pada penjaga kedai dan dengan segera dibuat oleh penjaga tersebut “Hyunoo, kau ingin rasa apa?”
Hyunoo ikut berjinjit “Eung… aku yang ini saja, eomma” menunjuk rasa moca yang tidak terlalu manis.
“Geure… rasa moca 1 dan rasa strawberry 1” ucap Suzy menyudahinya dan diangguki oleh penjaga kedai tersebut.
“Silahkan...” setelah membayar ice cream tersebut, Suzy membawa nampan berisikan 3 ice cream ke sudut kedai yang mengarah pada jalan raya. Suzy mengangkat tubuh Hyunoo agar ia lebih mudah duduk dibangkunya. Saat akan mengangkat tubuh Hyulee, ia menolak.
“Aniyo… aniyo, aku bisa sendiri, eomma” ucap Hyulee menggeleng-gelengkan kepalannya.
Suzy hanya mengangguk mengerti dan melihat Hyulee duduk dibangkunya, setelah itu iapun ikut duduk “eemm… mashita” gumam Hyulee sesaat setelah melahap ice creamnya.
“Ice cream rasa mocca ku lebih enak” timpal Hyunoo menjulurkan sendok yang berisikan ice cream mocca nya.
“Geure?” Hyulee menoleh kesamping dan melahapnya “emm… memang semua ice cream itu enak!” sambungnya tersenyum.
‘drrrt…drrtt’ ponsel Suzy bergetar –Jung Soo Jung memanggil- ‘pik’
“Yoboseyeo…” ucap Suzy.
“Suzy-ya, neo eoddi? Kenapa butikmu tutup? Rumahmu juga sepi” ucap Soo Jung dari seberang telepon.
“Eh… kau dirumahku sekarang? Aku baru saja mengajak Hyulee dan Hyunoo ke kedai dipinggir jalan raya, kau kesini saja. Aku tunggu ne” ucap Suzy.
“Geure… wah, kalian makan ice cream tidak mengajakku, ck. Aku bersama Minho oppa, tunggu aku disana, ne” ucap Soo Jung mengakhiri.
Suzy meletakkan ponselnya diatas meja “nugu, eomma?” tanya Hyulee.
“Soo Jung ahjuma dan Minho ahjusi akan kesini sebentar lagi” ucap Suzy melahap ice cream strawberi miliknya.
“Benarkah?! Aku ingin jalan-jalan bersama Minho ahjusi…” pekik Hyunoo senang.
‘Hmm… Hyunoo sudah menganggap Minho oppa sebagai appanya selama ini. Myungsoo oppa… kau dimana sekarang? Bagaimana kabarmu?’ batin Suzy.
“Ish… aku juga mau. Aku juga mau…” rengek Hyulee.
“Ne… nanti kalian bilang pada Minho ahjusi jika memang ingin jalan-jalan”
Tidak sampai 5 menit Soo Jung dan Minho masuk kedalam kedai “Hyulee-ya… Hyunoo-ya… yeppudaaa” pekik Soo Jung mencubit pipi keduanya.
“Appo… appo…” lirih Hyulee.
“Eish… apanya sih yang sakit? Aku kan mencubitnya pelan…” gumam Soo Jung segera duduk disamping Suzy.
“Minho ahjusi… bogoshipoooo” ucap keduanya tersenyum cerah.
Minho yang masih berdiri segera memeluk Hyulee dan Hyunoo “nado… bogoshipo. Kalian pasti ingin mengajakku jalan-jalan, ya? Ck… wajah kalian ini sangat terbaca sekali, eoh” Minho mengacak-acak rambut keduanya.
“Mwo? Ck… dasar Hyulee dan Hyunoo. Padaku tidak mengucapkan kangen… lihatlah itu Suzy-ya” dumel Soo Jung mengadu pada Suzy. Suzy hanya terkekeh geli melihatnya.
“Soo Jung-ah… kau ini iri padaku, eoh?” ejek Minho sambil melahap ice cream milik Hyulee “emmm… mashita” gumamnya “kajja… habiskan ice cream kalian, setelah ini kita akan jalan-jalan. Bolehkan Suzy-ya” sambungnya lagi meminta izin pada Suzy.
“Ne… tentu saja boleh. Tapi tidak apa menganggu kencan kalian?” tanya Suzy, melirik Soo Jung dan Minho bergantian.
“Mwoya??? Kencan! Enak saja kau…” pekik keduanya.
“Mana mungkin aku kencan dengannya! Minhyuk oppa mau ku kemanakan, eoh!” dumel Soo Jung. Benar… Soo Jung sudah memiliki tunangan. Rencananya beberapa bulan lagi ia akan menikah. Geunde, Suzy tidak salah juga. Karena Mereka dulu sempat berpacaran.
“Hoh… ne.ne… aku kan hanya bercanda” ucap Suzy tertawa hambar.
“Sudah habis!” pekik Hyulee membuat semuanya menoleh kearahnya.
“Mwoya… cepat sekali kau menghabiskannya” ucap Minho takjub, padahal tadi masih sangat banyak.
“Aku juga… lihat. Kosong…! Kajja ahjusi” Hyunoo dengan cepat turun dari kursinya dan memelik pergelangan tangan Minho. Hyulee pun ikut turun dari bangkunya.
“Kalian ikut juga kan?” tanya Minho menatap Suzy dan Soo Jung.
“Ah… kami tidak ikut. Aku ada urusan dengan Suzy. Urusan wanita… kau pergilah” ucap Soo Jung mengibas-ngibaskan tangannya.
Minho menggaruk tengkuknya “Ah… baiklah”.
“Mianhae… Minho oppa” ucap Suzy dan diangguki oleh Minho “Hyulee-ya, Hyunoo-ya… kalian tidak boleh merepotkan Minho ahjusi, ara” sambungnya memperingati kedua anaknya.
“Nee… eommaaaa” seru keduanya bersama-sama.
Minho, Hyulee dan Hyunoo pun masuk kedalam mobil sport berwarna hitam tersebut. Tak lama mobil itupun melaju meninggalkan kedai.
“Suzy-ya… aku sudah membaca pesan darimu tadi. Jadi bagaimana? Apa kau benar-benar akan mengembalikan uang itu? Wanita jahat itukan sudah memberikannya padamu. Sudahlah, tidak perlu kau kembalikan” ucap Soo Jung serius.
“Hyulee dan Hyunoo… mereka memerlukan sosok seorang ayah. Aku ingin bertemu dengan Myungsoo oppa walau hanya sebentar” gumam Suzy tertunduk.
“Mwoya? Kau masih ingin menemui namja itu?! Ck… oke, dia memang mencintaimu. Geunde, ibunya itu memandang rendah dirimu kan! Ah… bukankah Myungsoo oppa tidak tau jika kau tengah mengandung saat itu?”
“Soo Jung-ah… maukah kau mengantarkan aku kerumahnya?” Suzy kini menatap lurus kearah Soo Jung.
Soo Jung mendengus pelan, tak pernah sekalipun Suzy memintanya untuk menginjakkan kakinya kerumah wanita menakutkan itu, padahal ia dulu sempat mengamuk dan akan memberitahukannya pada Myungsoo, mau tak mau ia harus membantu sahabatnya itu “ck… baiklah. Kapan?” tanyanya.
“Sekarang…” ucap Suzy mantap.
Soo Jung membulatkan matanya “mwo? Mwo… sekarang? Geunde… darisini kesana membutuhkan waktu 2 jam lebih jika menggunakan bis” Soo Jung masih membalas tatapan Suzy, ah… mau bagaimana lagi “baiklah… kajja. Semoga Minho oppa berlama-lama dengan Hyulee dan juga Hyunoo”
“Gomawo… Soo Jung-ah! Kau memang sahabat terbaikku” pekik Suzy memeluk Soo Jung.
***
“Minho ahjusi… aku mau naik bianglala” rengek Hyulee menunjuk komedi putar yang ada dihadapannya. Sekarang mereka tepat berada di Lotte World. Dunia bermain yang sangat mengesankan.
Minho yang sedang menggendong Hyunoo menatap komedi putar yang ada dihadapannya, kemudian ia beralih melirik Hyunoo yang menganggukan kepalanya “araseo… araseo, kajja…”.
Dengan segera Hyulee menarik pergelangan tangan Minho.
“Huwaa… lihat lihat. Minho ahjusi, Hyunoo-ya…” Hyulee mulai bergerak kesana-kemari. Terkadang wajahnya ia tempelkan pada kaca bianglala yang ia naiki, mau tak mau Hyunoo juga mengikuti apa yang dilakukan kakaknya.
Minho hanya bisa tertawa lepas melihat tingkah polos Hyulee dan Hyunoo “yaa… yaa… kalian berdua jangan bergerak terus, lihatkan bianglala ini sudah mulai berputar” ucapnya menahan tawa.
“Geureu…” ucap Hyunoo menyudahi dan duduk manis disamping Minho.
Sedangkan Hyulee masih saja menempelkan wajahnya pada kaca bianglala tersebut. Bukan tawa bahagia lagi yang menghiasi wajahnya. Matanya membulat menatap tak percaya pemandangan yang ada diseberang bianglalanya “appa…” gumamnya pelan, sangat pelan sehingga hanya ia sendiri yang bisa mendengarnya ‘bukankah itu appa? Wajah laki-laki itu sama persis seperti yang ada di foto. Bukankah itu laki-laki bernama Kim Myungsoo? Ne… itu pasti appa! Eoh… siapa ahjuma yang sedang dipeluknya?’ batin Hyulee.
“Hyulee-ya… duduk ne. Nanti kau terjatuh, ara” ucap Minho.
Hyulee masih terus menatap kearah bianglala yang hanya berjarak 5 bianglala dari tempatnya. Kini ia sudah tidak bisa melihat laki-laki itu. Karena sekarang bianglala yang dinaiki laki-laki itu tepat ada diatasnya.
“Hyulee-ya…” panggil Minho lagi.
Hyulee menoleh kearah Minho “ne…” ucapnya dan kembali duduk ditempatnya ‘aku tidak salah. Itu appa… pasti appa’ batinnya.
Setelah beberapa kali putaran, Minho, Hyulee dan Hyunoo pun turun. Minho kembali menggendong Hyunoo dan Hyulee berjalan dibelakangnya.
“Kajja… kita akan makan sore dulu, ne. Kalian pasti belum makan tadi dirumah” ucap Minho yang diangguki oleh Hyulee dan Hyunoo.
Hyulee menghentikan langkahnya saat kembali melihat bayangan laki-laki yang ia yakini adalah appanya. Hyulee memutar arah, ia tidak lagi mengikuti Minho yang tengah asik mengobrol dengan Hyunoo. Ia mengikuti laki-laki itu kearah toilet wanita?
“Eoh… dia mengantarkan ahjuma itu ke toilet” gumamnya saat melihat wanita yang sedaritadi menggelayut dilengannya masuk kedalam toilet, ia berlari kecil kearah laki-laki tersebut.
‘Kyut’kyut’ Hyulee menarik-narik kemeja yang dikenakan laki-laki tersebut sehingga membuatnya menoleh kearah Hyulee, ia mengernyitkan dahinya dan berjongkok “ada apa nona cantik?” tanyanya lembut.
Jantung Hyulee benar-benar berdebar sangat kencang, matanya mulai berbinar-binar saat wajah laki-laki itu benar-benar ada dihadapannya dan tersenyum ‘appa… dia memang appa’ yakinnya dalam hati, air matanya tiba-tiba menetes.
“Heh? Ke… kenapa kau menangis” ucap laki-laki itu terkejut “ul… uljima, nee…” laki-laki itu menghapus air mata yang terjatuh dipipi Hyulee.
“Hiks… Kim Myung… Myungsoo?” gumam Hyulee membuat tangisnya semakin melirih.
Laki-laki itu mengernyitkan dahinya, bingung dan juga terkejut, kenapa yeoja kecil ini tau namanya dan mengapa menagis secara tiba-tiba seperti ini “eohh… bagaimana kau tau namaku? Apa aku mengenalmu? Yaa… uljima” lirihnya kembali menghapus air mata Hyulee menggunakan ibu jarinya.
Hyulee tersenyum saat namja itu –Kim Myungsoo- mengatakan bagaimana kau tau namaku? Berarti dia memang Kim Myungsoo! Dia appa Hyulee “Heh… sekarang kenapa kau tiba-tiba tersenyum. Kau baik-baik saja? Orang tuamu dimana?” tanya Myungsoo celingak-celinguk mencari keberadaan orang tuanya.
“Appa? Kau appaku” gumam Hyulee segera memeluk Myungsoo.
“Mwoya igeo?” pekik Myungsoo masih dalam keadaan bingung.
“Myungsoo oppa… kau sedang apa?” suara seorang yeoja membuat Myungsoo menoleh kebelakang.
“Eoh, naeun-ah… eung, igeo…” Myungsoo bingung ingin menjelaskan apa, iapun mencoba melepaskan pelukan Hyulee dengan paksa karena Hyulee tidak mau dilepaskan.
“Nugu? Siapa ahjuma itu?” gumam Hyulee tepat ditelinga Myungsoo, tapi Naeun dengan jelas mendenggarnya.
“Maksudmu aku?” tanya Naeun, Hyulee yang masih memeluk Myungsoo segera menolehkan kepalanya kearah Naeun dan menganggukan kepalanya “eoh naneun Son Naeun ibnida. Panggil aku Naeun… aku calon istri Myungsoo oppa, aku tunangannya” ucapnya sambil menunjukan cincin berkilau ditangannya.
Hyulee masih belum bisa berfikir jernih ‘calon istri? Tunangan?’ syukurlah ia memiliki otak yang cerdas dan mampu berfikir cepat “neo… calon istri, appa?” tanya Hyulee cepat dan melepaskan tangannya yang sedari tadi memeluk Myungsoo. Membuat Myungsoo dan Naeun membulatkan mata karena mendengar kata appa keluar dari mulutnya.
“Kau… siapa gadis kecil? Kenapa memanggilnya appa?!” tanya naeun bingung.
Myungsoo hanya mengedipkan matanya tak percaya, sudah berapa kali gadis kecil ini memanggilnya dengan sebutan appa?
Hyulee menatap sinis pada Myungsoo “Hyulee-ya!” suara pekikkan itu membuat Hyulee, Myungsoo dan juga Naeun menoleh kearahnya.
“Hyulee noona” Hyunoo meminta Minho menurunkannya dan berlari memeluk Hyulee.
“Neo…” gumam Myungsoo dan Minho bersamaan.
Myungsoo dengan cepat bangkit berdiri. Minho pun memajukan langkahnya dengan sedikit ragu, menatap kearah Hyulee yang masih menatap sinis kearah Myungsoo.
“Minho-ya, kau kah ini? Eish, jinca! Sudah lama aku tidak melihatmu” gumam Myungsoo tersenyum.
Minho hanya menganggukkan kepalanya pelan “eoh…” kemudian melirik kearah Naeun.
Myungsoo yang merasa Minho sedang melirik Naeun segera memperkenalkan Naeun padanya “dia Naeun, calon istriku… beberapa bulan lagi kami akan menikah” ucap Myungsoo sambil menunjukkan cincin yang ada pada jarinya.
“Naneun, Son Naeun ibnida…” ucap Naeun membungkukkan badannya. Minho hanya tersenyum hambar.
Sedangkan Hyulee semakin menatap tajam kearah Myungsoo. Myungsoo yang merasa dipandangi segera menoleh kearah Hyulee ‘heh… kenapa dia menantapku seperti itu?’ batin Myungsoo “Minho-ya… apa mereka anakmu? Wah… kapan kau menikah? Mereka cantik dan tampan, pasti istrimu sangat cantik ya” ucap Myungsoo masih terus melihat kearah Hyulee. Tak ada tanggapan dari Minho.
Hyunoo yang masih saja terus memeluk Hyulee, kini beralih menatap Myungsoo, matanya berbinar, perasaannya senang, hingga sebuah senyuman terulas diwajahnya “appaaa” pekik Hyunoo berlari kecil kearah Myungsoo, ia meloncat-loncat meminta dirinya untuk dibawa dalam pelukan Myungsoo.
Myungsoo hanya diam mematung melihat tingkah anak laki-laki didepannya ‘siapa mereka? Kenapa Minho tak menyangkal saat anak ini memanggilku appa?!’
“Omong kosong apa ini… kenapa kedua anak ini memanggilmu, appa?” tanya Naeun meminta penjelasan.
“Hyunoo… kajja, ikut ahjusi. Kau bilang kau lapar kan” Minho menjongkokkan tubuhnya.
“Shireo” ucap Hyunoo menggelengkan kepalanya, kemudian mendongakkan kepalanya menatap Myungsoo “eung… Kim… Myung… Soo? Kim Myungsoo? Kau Kim Myungsoo kan? Kau appaku kan” tanya Hyunoo girang.
“Oppa… siapa mereka!” tanya Naeun kesal.
“A… aku tidak tau” ucap Myungsoo bingung, kemudian menatap Minho yang masih berjongkok “Minho-ya… kenapa anak-anakmu memanggilku appa?”
“Hyunoo-ya… dia bukan appa kita. Appa kita sudah lama mati” ucap Hyulee menyeret lengan adiknya hingga berputar kearahnya.
“Hyulee-ya!” pekik Minho “jangan bicara tidak sopan begitu” tegasnya.
“Wae, ahjusi? Lebih baik tidak memiliki appa daripada aku memiliki seorang ibu tiri” ucap Hyulee pada Minho, sambil melirik kearah Myungsoo dan Naeun.
“Noona… tapi kau bilang tad” ucapan Hyunoo terpotong.
“Oppa… kita pulang! Tidak usah meladeni mereka” pinta Naeun memeluk lengan Myungsoo.
“Bae Suzy… kedua anak ini adalah anak Bae Suzy” ucap Minho bangkit berdiri. Berjalan kearah Hyunoo dan menggendongnya. Kini Minho sudah membelakangi Myungsoo. Hyulee pun dengan cepat mendengus dan menggandeng tangan Minho. Hyunoo yang memang menghadap kebelakang hanya bisa menatap Myungsoo dengan tatapan rindunya, namun kecewa, karena saat ia meminta untuk digendong, Myungsoo sama sekali tak menggubrisnya.
Myungsoo mematung, menatap kepergian mereka dalam diam ‘Bae Suzy? Suzy… Suzy-ya? Yeoja yang sangat ia cintai, geunde yeoja itu pergi begitu saja meninggalkannya 7 tahun yang lalu? Anakku? Mereka anakku? Solma…’
***
Flash Back –ON-
“Oppa… kau benar-benar tidak mau pulang kerumahmu? Pulanglah… aku merasa bukan wanita baik-baik jika membiarkanmu, membantah ucapan eommamu. Terlebih lagi sudah seminggu kau tinggal disini” ucap Suzy membereskan buku-buku gambarnya. Sebuah tangan kini tepat melingkar diperutnya “oppa…” gumam Suzy menoleh ‘CUP’ bibir Myungsoo kini mendarat dipipi Suzy.
“Aku sudah besar, aku bisa memilih jalan hidupku sendiri, neo ara. Lagipula kita tidak melakukan apapun kan” ucap Myungsoo membalik tubuh Suzy. Kini wajah keduanya saling berhadapan.
“Oppa… jangan mulai lagi” gumam Suzy menundukkan wajahnya.
Myungsoo dengan cepat mengangkat wajah Suzy “wae?” ia mendekatkan wajahnya semakin dekat kearah Suzy, hingga menepis jarak diantara keduanya ‘CUP’ bibir Myungsoo kini sudah sukses mendarat diatas bibir Suzy, ia melumatnya perlahan, membasahi setiap inci bibir Suzy, Suzy hanya bisa meremas pelan lengan Myungsoo sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.
“Suzy-ya… saranghae. Aku tidak akan membiarkan eommaku memisahkan kita” gumam Myungsoo disela-sela ciuman mereka. Myungsoo menarik tengkuk Suzy, membuat ciuman keduanya semakin dalam, sebelah tangannya membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Suzy. Suzy yang sadar segera membuka matanya menatap Myungsoo yang juga sedang menatapnya.
“Andwe…” ucap Suzy saat ciuman itu terlepas.
Myungsoo terkekeh pelan dan membalikkan tubuhnya cepat sehingga membelakangi Suzy. Sekilas Suzy melihat pundak Myungsoo yang bergetar “oppa… kau menangis?” tanya Suzy.
“Eish… aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari kehidupanku. Aku bahkan tidak akan pernah peduli jika namaku dicoret dari keluargaku” lirih Myungsoo.
Suzy dengan segera memeluk Myungsoo, ia memutar tubuh namjachingunya. Ditatapnya wajah Myungsoo yang sudah dibasahi oleh air mata. Suzy menyeka sisa air mata yang berada dipelupuk mata Myungsoo, mengecup perlahan kedua mata Myungsoo, mencium hidung mancungnya, mencium kedua pipinya, mencium keningnya dalam dan menatap mata Myungsoo “gomawo… karena kau telah mencintaiku” ucap Suzy yang kemudian mencium Myungsoo tepat dibibirnya.
“Saranghae…” ucap Myungsoo kembali membuka satu persatu kancing kemeja Suzy. Dikecupnya leher jenjang Suzy, membuat Suzy mengeluarkan desahan, beralih menuju pundaknya. Tangannya dengan cepat melepas bra yang dikenakan Suzy dan bibirnya terus menelusuri lekuk tubuh Suzy.
***
Myungsoo membuka matanya perlahan, menolehkan kepalanya kesamping, dilihatnya Suzy yang masih tertidur pulas. Ia menegakkan tubuhnya perlahan agar Suzy tidak terbangun, ia tersenyum saat melihat bercak noda merah disprei putih Suzy. Myungsoo mencondongkan tubuhnya, mencium pundak Suzy “Saranghae… Bae Suzy”
Flash Back –END-
***
“Solma…” gumam Myungsoo tak percaya mengingat kejadian itu.
“Oppa ada apa sebenarnya?! Jangan bilang kau…” ucapan Naeun tak diteruskan saat Myungsoo berjalan mendahuluinya “yaa…! Myungsoo oppa, kau mau kemana!” pekik Naeun mengikuti Myungsoo dari belakang.
Myungsoo terus berjalan cepat kearah Minho pergi tadi “tidak mungkin! Mereka anak-anakku? Bagaimana bisa ada 2? Ah… kembar?! Bagaimana mungkin. Suzy… selama ini, dia tinggal dimana? Kenapa dia meninggalkan aku! Tanpa ada penjelasan sedikitpun!” gumamnya frustasi, kepalanya terus menoleh kesana kemari mencari sosok Minho “aku harus menemukan mereka!” ia sama sekali tidak menghiraukan Naeun yang sedaritadi mengikuti langkahnya.
***
“Jinca… akhirnya kita sampai juga, eoh” lenguh Soo Jung “astaga… rumahnya memang seperti istana begini” sambungnya menggelengkan kepalanya.
Debaran jantung Suzy kini begitu tidak karuan. Benarkah ia akan bisa melihat Myungsoo lagi? Laki-laki yang sangat ia cintai.
“Nona… anda ingin mencari siapa?” tanya penjaga gerbang.
“Eh… aku, aku mencari Kim Myungsoo” ucap Suzy ragu.
“Eoh… apakah anda sudah membuat janji? Sepertinya dia sedang pergi bersama calon itrinya” Suzy dan Soo Jung sama-sama membulatkan matanya tak percaya. Calon istri? Bagaimana mungkin? Jadi Myungsoo akan segera menikah?
“Calon istri itu maksudnya? Ahh… anda bercanda kan?” tanya Soo Jung.
‘TIN’TIN’ suara klakson itu mengagetkan Suzy dan juga Soo Jung. Membuat mereka segera menepi kepinggir. “oh… maaf nyonya…” ucap penjaga gerbang tersebut membukakan gerbangnya. Namun mobil mewah berwarna hitam tersebut berhenti tepat didepan Suzy dan Soo Jung. Tak lama pintunya terbuka. Betapa terkejutnya Suzy saat melihat siapa yang keluar dari mobil tersebut.
“Kim ahjuma…” gumam Suzy gemetar.
Ia tersenyum sinis kearah Suzy “cih… gadis pengemis ini lagi! Mau apa kau datang kemari!” pekiknya.
Suzy mengepalkan kedua tangannya. Soo Jung yang geram akhirnya angkat bicara “pengemis! Oh tuhan… dasar wanita penyihir! Orang kaya sepertimu apa tidak sanggup menyekolahkan mulutmu! Ah… menyebalkan sekali” dumel Soo Jung menatap sinis.
Rahang Ny. Kim mengeras saat mendengar ucapan Soo Jung “usir mereka! Jangan pernah membiarkan pengemis-pengemis ini untuk menginjakkan kaki mereka kesini lagi!” pekiknya.
Penjaga gerbang itupun dengan siap siaga menyeret Suzy dan Soo Jung “Ahhh… lepaskan! Siapa yang pengemis! Ck… jinca. Bisa-bisanya Myungsoo oppa tahan menjadi anaknya itu” desis Soo Jung.
‘TIN’TIN’ terdengar suara klakson dari mobil sport berwarna hitam. 2 orang anak kecil, namja dan yeoja segera turun dari mobil tersebut.
“Eomma….” Pekik keduanya berhambur memeluk Suzy.
“Ahh… siapa lagi mereka? Memanggil-manggil pengemis itu eomma? Cih…” desis Ny. Kim.
Minho turun dari mobilnya, berlari kearah Suzy dan Soo Jung dan melepaskan tangan penjaga gerbang tersebut dari lengan keduanya.
“Bagaimana kau ada disini, oppa?” tanya Suzy.
“Ah… aku yang mengabarinya dan memberikan alamat rumah ini. Mianhae… aku sudah tau pasti akan jadi begini” ucap Soo Jung.
Hyulee menatap sinis Ny. Kim, ia berjalan dengan cepat kearahnya “neo… kenapa memaki-maki eommaku” tanya Hyulee mengerutkan dahinya dan menarik-narik baju terusan Ny. Kim.
“Hah? Yeoja mungil yang cantik, ternyata dia eommamu? Ck… wanita sudah memiliki anak masih saja mau mencari putraku, benar-benar menjijikkan!” dengan segera ia menepis tangan Hyulee dan mendorongnya hingga ia terjatuh.
Suzy, Soo Jung, Minho membulatkan mata mereka tak percaya melihat Hyulee jatuh tersungkur. Hyunoo dengan cepat menarik baju terusan Ny. Kim “apa yang kau lakukan pada nonnaku!” namun sama seperti Hyulee, Hyunoo pun didorongnya hingga jatuh tersungkur.
Suzy yang kesal melihat itu segera bergegas, membangunkan Hyulee dan Hyunoo “gwenchana?” tanyanya, Hyulee dan Hyunoo menganggukan kepalanya.
Suzy menyeret Hyulee dan Hyunoo mendekati Ny. Kim. Suzy melemparkan 1 jinjing tas yang sedari tadi ia bawa “itu uang yang kau pinjamkan padaku dulu dan sekarang kukembalikan secara utuh bahkan lebih” ucap Suzy sinis.
Suzy menatap kedua anaknya, kemudian beralih menatap Ny. Kim yang sudah terlihat murka “kau boleh mengataiku apapun yang kau suka. Geunde… jangan pernah lagi kau menyakiti cucumu sendiri seperti tadi!” pekik Suzy. Kali ini membuat Ny. Kim membulatkan matanya tak percaya, menatap Hyulee dan Hyunoo bergantian.
“Cih… cucuku kau bilang! Omong kosong apa lagi ini!” gumamnya pelan.
“Eomma… apa maksudmu? Cucu? Apa dia eommanya Kim Myungsoo?” tanya Hyunoo polos.
“Omo… Kim Myungsoo kau bilang? Ah… jinca” Ny. Kim memijat pelipisnya.
“Ne… mereka anak Myungsoo oppa, darah daging Myungsoo oppa dan cucu kandungmu. Saat kau mengusirku, aku tengah mengandung 2 minggu. Aku tak memberitahu apapun padamu karena aku benar-benar tidak mau menghancurkan masa depan anakmu. Aku mungkin ingin mencari putramu, agar anak-anaku bisa melihat appanya walau hanya sebentar! Geunde, tujuan utamaku hanya ingin mengembalikan uangmu yang dulu kau lempar didepan wajahku!” ucap Suzy dingin.
“O…oh, pergilah. Pergilah sekarang kalau begitu” ucap Ny. Kim terbata-bata.
‘PROK’PROK’PROK’ sebuah tepuk tangan terdengar. Minho dan Soo Jung menoleh keasal suara. Membuat keduanya menatap tak percaya siapa yang ada dihadapannya “Kim Myungsoo” gumamnya.
“Jadi… selama ini benar-benar ulahmu, eomma? Jeongmalyeo? Hah… aku benar-benar tidak habis pikir ya” ucap Myungsoo berjalan melewati Minho dan Soo Jung. Ia menatap kearah Suzy seraya berkata mianhae.
“Oh… bukankah kau tadi ingin ku gendong?” tanya Myungsoo pada Hyunoo. Geunde, Hyunoo malah menyembunyikan tubuhnya dibalik Suzy. Myungsoo tersenyum hambar dan beralih pada Hyulee, yang ia dapat hanyalah tatapan sinisnya.
“Heh…” Myungsoo menghela nafasnya “lihatlah yang kau perbuat, eomma… bahkan anak-anakku tidak mau mendekatiku sekarang” ucapnya dingin.
“Eomma… kita pergi dari sini” ajak Hyulee. Membuat Suzy menganggukan kepalanya dan meutar tubuhnya.
Saat Suzy ingin berlalu, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya “jeball… jangan tinggalkan aku lagi” ucap Myungsoo lirih.
Hyulee dengan cepat melepaskan pegangan tangan Myungsoo “aku tidak mau punya ibu tiri” ucapnya sinis dan menarik eommanya lagi. Suzy hanya bisa menatap Myungsoo sebentar dan menundukkan kepalanya. Myungsoo sudah memiliki calon istri. Anak-anaknya sudah bertemu dengan Myungsoo. Hutangnya sudah ia lunasi. Sudah cukup.
Myungsoo mengepalkan kedua tangannya saat Minho, Soo Jung, Suzy dan kedua anaknya kini naik kedalam mobil sport hitam tersebut. Dengan cepat Myungsoo berlari kearah mobilnya.
“Myungsoo-ya!” pekik Ny. Kim namun tidak ia dengarkan.
Minho melajukan mobilnya, sedangkan Myungsoo mengikuti mobilnya dari belakang.
“Suzy-ya, neo gwenchana?” tanya Soo Jung.
Suzy menganggukkan kepalanya, memeluk Hyulee dan Hyunoo erat. Hal yang paling menyakitkan adalah mencintai seseorang yang ternyata tidak akan menjadi milikmu selamanya.
“Nae… gwenchana” ucap Suzy tersenyum. Terkadang seseorang lebih memilih untuk tersenyum hanya karena tak ingin memperlihatkan kesedihannya.
***
Myungsoo memukul setirnya berulang-ulang kali. Hal yang cukup menyakitkan adalah ketika orang yang kita sayangi, pergi tanpa memberikan alasan tentang kepergiannya.
“Suzy-ya… kau membesarkan mereka seorang diri, eoh?” gumam Myungsoo lirih. 40 menit lamanya Myungsoo mengikuti mobil sport hitam yang dikendarai Minho, akhirnya mobil itu berhenti didepan sebuah rumah berwarna cream yang dipenuhi berbagai macam bunga didepannya dan terdapat plang ‘Kim Suji Butik’.
Soo Jung turun diikuti dengan Hyulee, Suzy, Hyunoo dan terakhir Minho.
“Minho oppa, Soo Jung-ah… gomawo, ne” ucap Suzy membungkukkan badannya.
“Eh… Suzy-ya… kami akan menemanimu. Kajja kita masuk” ucap Soo Jung dan berlalu memasuki gerbang Suzy.
Suzy dengan cepat menahan pergelangan tangan Soo Jung “mianhae… Soo Jung-ah… sepertinya aku ingin menenangkan hati dulu” ucapnya menundukkan kepala.
Soo Jung mengernyitkan dahinya, Minho melirik Soo Jung dan mulai bicara tanpa suara ‘sudahlah, biarkan dia sendiri dulu. Kau tau Suzy kan? Dia tidak akan bisa menangis didepan orang lain’
Soo Jung pun menghela nafasnya “Suzy-ya… jika ada apa-apa, cepat hubungi kami, eoh. Hyulee-ya… Hyunoo-ya… jangan mengganggu eomma kalian ne”.
Hyulee dan Hyunoo pun menganggukkan kepalanya.
Myungsoo menimbang-nimbang apakah ia harus keluar sekarang? Atau nanti? Saat Myungsoo ingin membuka pintu mobilnya, Minho dan Soo Jung masuk kedalam mobil sport hitam, sehingga Myungsoo mengurungkan niatnya untuk keluar sekarang. Beberapa menit berlalu, mobil Sport hitam milik Minho sudah melesat, dengan cepat Myungsoo membuka pintu mobilnya dan berlari kearah Suzy, Hyulee dan Hyunoo yang sedang berjalan masuk kedalam rumahnya.
“Suzy-ya…” pekik Myungsoo terengah-engah.
Suzy memutar tubuhnya “neo…” gumamnya pelan dan tak percaya jika Myungsoo ada dihadapannya “apa yang kau lakukan disini, oppa?” tanya Suzy.
Myungsoo tersenyum simpul “mwoya igeo… jadi selama ini kau tinggal disini?” ucap Myungsoo memperhatikan sekeliling rumah Suzy masih dengan nafas yang terengah-engah.
“Appa…” gumam Hyunoo mendekati Myungsoo, lagi-lagi meminta Myungsoo membawanya kedalam pelukan.
Hyulee menatap sinis kearah Myungsoo yang kini tengah berjongkok ingin memeluk Hyunoo “andwe” pekikknya menahan lengan Hyunoo “dia bukan appa kita. Appa kita sudah mati” gumamnya membuat Myungsoo membulatkan kedua matanya.
“Hyulee-ya!” pekik Suzy tak percaya dengan ucapan putrinya “eomma, tidak pernah mengajarimu bicara kasar seperti itu”.
Hyulee segera menatap Suzy “Ne… eomma memang tidak pernah mengajariku kata-kata kasar. Geunde, teman-teman sekolahku bilang, apakah aku tidak memiliki seorang appa? Apa appamu lebih memilih orang lain? Appamu tidak menyayangimu! Dan juga ada yang bilang apakah appamu sudah mati? Jadi… lebih baik aku mengakui jika memang appaku sudah mati! Lebih baik tidak memiliki seorang appa daripada aku memiliki ibu tiri! Hyunoo-ya… kau memilih bersama eomma atau appa? Jika meilih eomma, jangan meminta ahjusi ini untuk memelukmu!” pekik Hyulee menatap Hyunoo yang terlihat bingung dengan ucapan kakaknya.
Myungsoo hanya bisa tertawa hambar mendengarnya. Sedangkan Suzy, tubuh Suzy merosot lemas kebawah mendengar ucapan putrinya “Hyulee-ya… jangan bicara seperti itu. Appamu belum mati, dia masih hidup dan sekarang ada dihadapanmu”
“Shireo… aku tidak mau mengakui dia adalah appaku!” pekik Hyulee berlari menuju rumahnya.
Myungsoo segera memeluk Hyunoo yang masih ada dihadapannya “mianhae… Hyunoo-ya” Hyunoo benar-benar merasa bingung sekarang, karena Myungsoo menangis dipundaknya.
“Appa… uljima” gumamnya. Myungsoo tersenyum pahit, menganggukkan kepalanya.
“Mianhae… mianhae…” rancau Myungsoo. Suzy menatap lurus kearah Myungsoo yang tengah memeluk Hyunoo, air matanya yang sedari tadi terbendung kini meluncur bebas membasahi wajahnya. Hanya didepan Myungsoo ia bisa memperlihatkan air matanya. Ya… hanya didepan Myungsoo.
Myungsoo menatap kearah Suzy yang tengah menangis sambil menundukkan kepalanya, ia mengangkat Hyunoo dalam pelukannya dan bangkit berdiri. Berjalan mendekati Suzy “Suzy-ya…” gumam Myungsoo, membuat Suzy mendongakkan kepalanya. Sebuah uluran tangan kini ada dihadapannya “pegang tanganku” gumam Myungsoo.
Suzy dengan sedikit ragu membalas uluran tangan Myungsoo, membuatnya bangkit berdiri “bisakah kita ulang lagi dari awal” gumam Myungsoo.
Benar-benar seperti mimpi “apa ini benar-benar mimpi” gumam Suzy terkekeh dalam tangisnya.
Myungsoo segera memeluk Suzy “ini bukan mimpi. Mian… mianhae. Jika eommaku berlaku seperti itu padamu dulu! Sekarang demi apapun aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi” ucap Myungsoo.
“Geunde… calon istrimu” ucap Suzy ragu.
“Tidak akan pernah, Naeun adalah gadis yang dipilih eomma untukku. Mianhae… aku sempat marah padamu, itu karena kau tidak mengucapkan apa-apa padaku, alasan apa sampai kau meninggalkan aku, maka dari itu aku menerima perjodohannya. Geunde… pilihanku sejak dulu adalah kau. Selama ini dalam setiap detak jantungku hanya terukir namamu Suzy-ya…”
“Eh… apa kau tidak membaca surat yang kuselipkan dibawah keset?”
“Surat? Aniyo… tidak ada surat atau apapun. Bahkan kuncipun tidak kau tinggalkan. Kau tau… sejak saat itu aku terus menuruti perintah eommaku. Dan aku kembali kejepang untuk melanjutkan kuliahku. Seminggu yang lalu aku tiba di Seoul dan terjadilah perjodohan itu”
“Mianhae… oppa, mianhae aku telah meninggalkanmu”
“Gwenchana… akulah yang seharusnya meminta maaf padamu. Eomma pasti berlaku kasar padamu waktu itu. Dan bagaimana kau bisa membesarkan mereka berdua seorang diri? Mianhae Suzy-ya”
“Appa… Hyulee noona mengintip kita dari balik tembok itu” ucap Hyunoo memecahkan kekhyusukan antara Myungsoo dan Suzy.
“Heh?” Myungsoo menoleh kearah yang ditunjukkan Hyunoo, Hyulee yang merasa dipandangi segera menyembunyikan tubuhnya.
“OMo…” pekik Suzy, membuat Myungsoo dan Hyunoo menoleh “kunci rumahnya masih ada padaku, pasti Hyulee tidak bisa masuk”
“Kajja…” ajak Myungsoo pada Suzy menghampiri Hyulee.
“Hyulee-ya…” gumam Suzy.
Myungsoo segera mendekati Hyulee, dengan agak sedikit memaksa, Hyulee dibawa dalam pelukan Myungsoo, kini Myungsoo menggendong kedua anaknya “aigoo… beratnya” lenguhnya “Hyulee-ya… mianhae. Kau mau memaafkan appa? Appa tidak akan meninggalkan eommamu dan kalian berdua. Tidak akan ada ibu tiri, ara” ucap Myungsoo.
Hyulee hanya diam. Ia menahan sesuatu yang akan terjatuh dari pelupuk matanya “Hyulee noona, matamu memerah eoh?” tanya Hyunoo.
Myungsoo dan Suzy tersenyum dalam hitungan detik “Hu… hueeeee… appaaaaaaaaaa” Hyulee menangis sejadi-jadinya memeluk leher Myungsoo dengan sangat kuat.
“Omo… aku tidak bisa bernafas” pekik Myungsoo bercanda.
“Bogoshipo… hiks appa…” Hyunoo ikut menangis melihat Hyulee yang menangis seperti itu.
“Nado… bogoshipo” ucap Myungsoo memeluk erat kedua anaknya “mianhae, selama ini sudah menjadi seorang appa yang lalai dan membiarkan eomma kalian seorang diri mengurus kalian” lenguhnya pelan.
***
To Be Continue.
Buat teman-teman readers... jika kalian menyukai fanfic ini, aku minta tanda cinta dari kalian yaa :D dipojok atas sebelah kiri :D TERIMAKASIIHH... BOW.