home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > ANABELLE

ANABELLE

Share:
Author : Rezkyka
Published : 23 Apr 2014, Updated : 24 Oct 2017
Cast : Anabelle Walker as OC, Kim Jongin, Xi Lu Han, Kim Myungsoo , Lee Taemin and many
Tags :
Status : Ongoing
6 Subscribes |44964 Views |15 Loves
ANABELLE
CHAPTER 23 : UPACARA PENYERAHAN

Suara-suara itu mulai memasuki telingaku. Nyanyian mereka mulai terdengar mengalun dan semua mulai memejamkan mata. Tapi aku tidak. Mataku tetap awas memandangi sekitar. Aku butuh Lu Han disampingku setidaknya untuk menenangkanku kalau aku akan baik-baik saja dan aku akan bertemu keluargaku lagi dan aku bisa kembali ke Jeonju lagi.

Nyanyian itu tidak lama berhenti, sinar bulan makin terang kemudian aku mendengar suara langkah kaki berkumpul di tegah aula beberapa orang berdiri ditengah dan membalut tubuh mereka dengan kain dan berdiri tepat dimana sinar bulan menembus aula. Mereka menengadahkan kepala mereka dan aku baru sadar kalau orang-orang yang berdiri ditengah kami itu adalah Kai dan teman-temannya. Mereka menyinari wajah mereka sendiri kearah bulan, hal itu membuat cahaya bulan seperti memantul kearah wajah mereka. Aku hanya terdiam dan takjub melihatnya. Aku rasa jika aku menceritakan semua kepada Ibu dan Ayahku mereka pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Karena semua ini juga terlihat tidak masuk akal. Seperti sekolah Vampir ini misalnya mereka tidak akan percaya anak mereka bersekolah di sekolah terbahaya di dunia.

Ketika aku sibuk memandangi mereka dari balik punggung orang-orang didepanku, aku melihat Taemin berdiri diseberang memakai jubah berwarna merah bersama beberapa orang yang memakai pakaian yang sama. Taemin dan beberapa orang itu memakai jubah yang berbeda diantara Vampir dan anak Immortal yang lain. Dia tidak sadar aku memandanginya, wajahnya yang lebih terihat melamun dari pada memperhatikan. Aku jadi ingat motor yang ia berikan padaku, motor itu telah selesai di perbaiki dan sekarang aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan dengan motor itu, apa aku kembalikan? Bertemu dengannya saja aku tidak mau.

Aku sudah terlanjur membenci Taemin sekarang, tapi entah mengapa aku merasa ini adalah hal yang salah. Aku masih ingin berteman dengannya, membantunya menyiram tanaman di depan rumahnya saat aku sedang suntuk di rumah, atau mengendarai motor pemberiannya dan pergi mengelili Seoul bersamanya. Awalnya aku merasa ini merupakan rasa bersalah tapi mungkin ini adalah rasa butuh teman.

Mengenai teman, siswi yang berdiri tidak jauh dariku juga sempat aku anggap teman. Gadis berambut lurus kaku dengan kaca mata ber-frame putih adalah teman sekelasku. Dia anak teladan dan mungkin satu-satunya anak yang disukai guru di Shinwa. Dan yang terpenting aku sempat percaya padanya. Aku senang yang aku temui bukan Hanyoung atau Seungjae setidaknya masih ada yang bisa aku percayai ketika aku kembali ke sekolah nanti. Oh God, kenapa begitu banyak orang yang berhianat padaku? Kenapa aku harus terjebak disini, disituasi ini dan di tempat ini?

Aku harus menjauhkan Hana dari teman-temanku yang lain. Ini bukan saatnya aku dilindungi lagi, ini saatnya aku melindungi orang lain.

Dan saat namaku dipanggil "Anabelle Walker, naiklah" panggil raja.

Saat itu juga aku merasa tidak gentar, rasa takutku hilang dan berubah menjadi keangkuhan untuk orang-orang yang kini mencari sosokku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ketika aku memunculkan diriku, apa pria disampingku akan langsung menusukku? Atau Hana teman sekelasku ini akan menarikku dan melemparku? Sungguh aku tidak perduli, jika memang takdirku begitu. Tapi jika malam ini aku lolos dan masih hidup mungkin tujuannya bukan untuk menjadi budak Vampir, tapi menjadi ratu mereka. Aku akan lakukan apapun yang aku ingin lakukan aku akan melindungi para manusia dari mereka. Kalau perlu akanku bersihkan Museum dari pijakan kaki mereka. Ini memang niat yang besar dan aku terlalu mengangkuhkan diri, tapi saat ini hanya itu yang bisa ku lakukan dari pada mencoba berlari dan berlindung di rumah Ibuku dimana untuk saat ini tidak ada seorang pun yang mengenalku.

Aku menengadahkan kepalaku yang masih tertutup tudung jubah kemudian melangkah kedepan. Ruangan itu begitu sunyi sekarang. Dengan melewati cahaya bulan aku seperti memiliki kekuatan yang sama seperti anak Immortal yang lain. Sugesti dikepalaku sangat mempengaruhi tingkat rasa takutku jadi aku berusaha seolah diriku menjadi kuat walau kakiku masih gemetar dan degup jantungku mengencang. Anak Immortal memberiku jalan. Semua orang di ruangan ini melihatku tapi aku tidak mendengar satu langkahpun bergerak untuk menerjangku. Aku melangkah dengan stabil diatas tangga. Raja menyambutku seperti tuan rumah yang menyambut tamunya.

"Aku tidak menyangka kau bisa melewati semua sejauh ini, aku senang kau selamat" tidak ada satupun dari kalimat itu yang aku sukai. Hal itu malah membuatku tambah membenci raja Vampir ini dan aku meragukan rasa senangnya.

"Seperti yang kalian ketahui" ia menggemakan suara dan rakyatnya mulai memberi perhatian kepadanya "sesuatu telah terjadi di dunia kita, seorang anak manusia menemukan Golden Compass yang selama ini menghilang dan separuh jiwanya telah bersama Golden Compass. Sebagai pemiliknya kita pasti ingin memilikinya kembali tapi peraturan tetap peraturan. Maka para penyihir selaku pejaga manusia meminta kita berbagi kekuasaan kepada anak ini dan membiarkannya tetap terjaga. Dan sebagaimana perjanjianku dengan raja penyihir anak ini akan menjadi bagian dari kita" kakinya masih berjalan tak menentu dan matanya seperti mengawasi takut jika ada salah satu rakyatnya yang nemotong ucapannya dengan melemparkan pisau kearahku.

"Hari ini" katanya lagi "akan menjadi hari penyerahan Golden Compass kepadanya" raja menyentuh bahuku dengan salah satu jari tangannya "kekuasaan tetap padaku, namun anak ini akan menjadi bagian dariku bersama Golden Compass" Ia mengarahkan dirinya padaku dan aku menghadapnya, ia membuka tudung milikku dan tersenyum, ingat bukan senyum ramah "dan dengan ini, didepan tamu-tamu terhormatku" ia menengadahkan tangannya kearah Perdana Menteri dan penyihir lainnya  "akan ku serahkan Golden Compas ini padamu Ana" Ia mulai mengambil benda itu dari lehernya dan menyerahkan padaku. Aku sedikit membungkuk untuk mempermudahkannya.

Ketika benda itu menyentuh leherku dan bergantung disana. Aku seperti dapat merasakan darah yang mengalir di tubuhku. Tenggorokkanku sudah tidak merasa kekeringan lagi, perutku tidak lagi merasa mual dan kakiku dapat berdiri dengan tegak. Sepertinya sebagian jiwaku kembali, tanganku, wajahku, semua kembali seperti semula. Aneh, rasanya benar-benar aneh. Suatu benda keemasan dapat membuatku seperti mati dan hidup kembali. Aku tidak bisa menahan senyumku namun raja memandangku dengan pandangan yang aneh, apa ia takut? Atau takjub sepertiku? Entahlah aku hanya melihat orang-orang mulai membuka tudung mereka dan membungkuk. Hal itu bukan mereka tunjukan pada raja namun padaku. Aku hanya diam dan melirik kearah Lu Han yang berdiri tidak jauh dariku. Ia tersenyum, aku bahkan tidak lagi melihat rasa lelah yang sebelumnya aku lihat di wajahnya, itu adalah senyum senang miliknya.

Raja mendekat kearahku dan menyentuh bahuku. "Sekarang Ana menjadi bagian dari kami" aku tidak perlu merasa terharu dengan perkataannya karena ini bukan perkataan yang sama ketika Lu Han atau Younji Ahjuma mengatakan hal yang sama. Aku tidak akan menjadi bagian dari mereka seperti aku menjadi bagian dari keluarga penyihir. Ini tidak lebih dari sebagai formalitas.

"Dan sekarang aku akan mengumumkan beberapa hal" raja Vampir itu menyingkirkan tangan kakunya dari bahuku. Ia kembali mengelilingi aula dengan pandangannya "Pertama, karena sekarang ia memiliki Golden Compass itu ia harus menjaganya atas nama kaum vampir dan menjaga dirinya atas nama kaum penyihir yang berarti kami mungkin akan melindunginya namun tidak menjamin keselamatannya" terang sang raja. Kalau untuk itu aku tidak terkejut tidak ada yang bisa menjamin keselamatan siapapun jika berada di situasi ini "lalu tentu saja dia harus mengabdi pada kami seperti alert dan menjadi rekanku seperti dewan kerjaan yang lain, segala pendapat gadis ini akan kami anggap seperti pendapat dewan kerajaan, kemauan gadis ini akan kami anggap sebagai kemauan pedana menteri kerajaan namun jika gadis ini melakukan hal yang diluar dari perjanjian makan kami tidak akan memberi kesempatan" itu berarti hidupku harus berakhir "salah satu peraturan yang paling terpenting adalah gadis itu tidak akan mengatakan kepada siapapun mengenai keberadaan kami, sekolah kami dan tempat tinggal kami, gadis ini akan mengatakan apapun yang dikatakan Golden Compass tanpa berbohong dan salah satu peraturan yang lain adalah suatu saat nanti jika Golden Compass masih berada ditangannya gadis ini tidak diperkenankan menikah dengan kaum penyihir" aku terkesiap mendengarnya. Peraturan macam apa itu? Semua kehidupanku akan diatur oleh mereka seluruh hidupku akan selalu berkaitan dengan mereka. Aku tidak bisa membayangkannya, bagaimana kehidupan kelakku nanti.

"Dan peraturan selanjutnya sudah kami simpan dalam sebuah buku dimana isinya sudah disetujui oleh kedua kerajaan" disetujui oleh mereka atas kehidupanku tanpa melibatkan persetujuanku? sungguh adil.

Setelah pidato singkat itu selesai, raja dan para pengikutnya pergi meninggalkan sekolah dan sepertinya kembali ke Museum, ke kerajaan mereka. Aku masih diam didekat tahta raja dan melihat orang-orang meninggalkan aula. Aku menyentuh Golden Compass yang menggantung di leherku dan kembali melihat kedepan yang ternyata ada seseorang yang sedang melihatku diantara orang-orang yang sibuk membubarkan diri mereka.

Hana, dia memandandangiku dan ketika aku menyadari pandangannya dia bergegas pergi untuk melarikan diri. Aku berniat mengejarnya tapi seseorang mencegahku.

"Ana, jangan" seolah mengetahui niatku Lu Han memohon dan menarik tanganku, aku menggeleng dan melepaskan genggaman tangannya. Aku berlari secepat yang aku bisa dan meraih jubah milik Hana. Langkahnya langsung terhuyung namun tetap berdiri. Dia membalikkan badannya dan menatapku.

"Harusnya aku sadar saat kau tetap berlaku biasa ketika sesuatu terjadi padaku, harusnya aku sadar diantara kita berempat hanya kau yang bersikap aneh, siapa kau sebenarnya?" Aku mendorong bahunya, ia hanya diam tidak menatapku. Aku merasa tenagaku berkumpul di telapak tanganku. Wajah polos yang Hana miliki hanya kedok belaka, dia adalah salah satu orang dibalik menghilangnya murid-murid di sekolah. Aku menatapnya dengan kebecian. Dan beberapa orang mulai memperhatikan kami.

"Bagaimana kau bisa mengorbankan teman-temanmu untuk mereka?" Aku mencoba kembali meraihnya ketika ia memundurkan langkahnya dan secara bersamaan seseorang menarikku.

"Ana tenangkan dirimu" ucap Lu Han yang terus mengikat tubuhku dengan tangannya. Beberapa anak Immortal datang dan berdiri didepan Hana untuk melindunginya. Bahkan Kai ikut bersama teman-temannya memandangku dengan tajam.

"Aku tidak akan mengorbankan mereka" jawab Hana yang bersembunyi dibalik punggung Luna.

"Diamlah" sebuah teguran halus keluar dari salah satu anak Immortal ketika Hana mencoba kembali menjelaskan sesuatu.

"Tenanglah Ana, kita harus segera menuju Peru" seseorang dari anak Immortal menghampiriku mencegah diriku untuk kembali bersikap beringas. Aku terdiam ketika ia mulai tersenyum kearahku, seolah aku menuruti titahnya untuk menenangkan diri.

"Ana?" Lu Han menyadarkanku dengan bisikannya.

"Baiklah" ucapku lebih pada Lu Han, ia mencoba melepaskan tangannya namun pandangannya masih mengawasiku.

"Kami akan mengantarmu ke Peru, mari" anak Immortal itu kembali bersikap ramah dan berusaha menunjukanku jalan.

"Lu Han?" aku memegang tangannya memastikan ia akan ikut bersamaku. Lu Han menggeleng.

"Dia tidak akan ikut" anak Immortal itu mewakili tatapan Lu Han. Aku memandang kearah anak-anak Immortal dan Hana yang berada diantaranya.

"Kita akan terlambat" suara itu milik Kai. Ia berjalan lebih dulu dengan sikap acuhnya seperti biasa. Anak Immortal yang lain mulai mengikutinya kecuali Hana yang pergi berlainan arah.

"Temanmu seorang alert jadi dia tidak ikut" kata anak Immortal ketika aku memandang Hana pergi.

"Dia bukan temanku lagi" ucapku menjelaskan ia mengangkat alisnya dan mengangguk.

"Kau harus segera pergi" Lu Han kembali mengingatkan, aku memandangnya sedih kemudian memeluknya. Tubuh Lu Han terasa hangat dan nyaman membuatku lupa dengan rasa takutku seperti biasa.

"Mari kuantar" anak Immortal itu kembali besuara menandakan kami harus segera melepas pelukan.

"Kau bisa mempercayai yang satu ini" bisik Lu Han yang memberitahuku kalau salah satu teman Kai ini bisa aku percaya entah untuk tidak mencelakakanku atau membunuhku. Aku mengangguk dalam pelukannya. Namun, sebelum aku benar-benar berpisah dengan Lu Han aku melihat Taemin berdiri di tempat pertama kali aku melihatnya. Aku memberi tatapan sinisku padanya sampai aku benar-benar meninggalkan aula.

Sebuah lorong gelap kembali harus aku lewati bersama satu-satunya anak Immortal yang bersikap ramah padaku atau hanya pura-pura bersikap ramah.

"Namaku Baekhyun" dia menoleh dan tersenyum, ia berjalan dengan lebih santai tidak sekaku anak Immortal yang lain. Aku tidak membalasnya dan hanya tetap berjalan. Setelah itu kami kembali memasuki Peru.

Aku memandang sekeliling dan tidak menemukan seorangpun di jalan atau didepan rumah-rumah lapuk bersarang laba-laba yang tengah aku lewati ini. Jalanannya lembab dan dingin mulai terasa bahkan saat aku masih memakai jubah tebal ini.

"Mau kemana kita?"

"Rumah Serketaris kerajaan Lee" jawabnya tanpa penjelasan lagi. Aku pun tidak mencoba bertanya lebih banyak, aku hanya berusaha menenangkan diriku setidaknya tidak ada lagi vampir yang memburuku disini.

Akhirnya kami tiba disebuah rumah yang cukup besar namun tetap telihat menyeramkan. Kurangnya cahaya lampu membuatku tidak begitu bisa menggambarkan rupa dari rumah itu. Baekhyun membuka kedua daun pintu rumah itu yang terlihat berat. Suaranya saja sudah membuatku menegang.

Aku kembali mengikuti Baekhyun yang berjalan santai masuk kedalam. Tidak ada wangi roti seperti di rumah Lu Han, hanya koridor dengan karpet merah yang menemani kami dengan wangi kayu-kayu yang lembab. Dan aku rasa rumah ini lebih dingin  dari udara diluar. Barisan lilin menjadi penerangan kami untuk masuk kedalam sebuah ruangan. Ruangan dengan pintu yang membatasi. Lagi-lagi suara pintu terbuka terdengar mengilukan dan kami masuk kedalam ruangan dimana Kai dan teman-temannya sudah duduk didekat perapian. Hanya berapa diantara mereka yang menoleh kearahku dan Baekhyun sedangkan beberapa hanya memandangi perapian dimana seseorang tengah berjongkok didepannya.

Baekyun meninggalkanku dan duduk disamping salah satu temannya. Aku tidak mungkin melakukan hal yang sama karena tidak satupun kursi yang tersisa untukku, bahkan tidak ada yang mempersilahkanku untuk bergabung. Baiklah, aku tidak akan melakukan hal bodoh lagi karena sejak aku berteriak kepada Hana di aula tidak seorangpun yang menatapku dengan ramah.

Seseorang yang tadinya fokus pada perapian kini bangkit dan menepukkan kedua telapak tangannya. Ia membalikkan badan dan menyadari kehadiranku.

"Oh Ana, masuklah" ucap pria itu. Dokter? Panggilku dalam hati. Ia adalah dokter di klinik sekolah. Ia yang membantuku membersihkan luka dilututku.

"Kau tampak sehat sekarang" wajahnya masih terlihat sama seperti terakhir aku melihat wajahnya. Ramah.

Aku tidak mejawab dan menatapnya dengan pandangan kecewa. Bahkan dia? Dokter baik hati yang menolongku terlibat? Aku penasaran siapa lagi yang akan mengejutkanku selanjutnya. Atau memang semua guru dan karyawan yang aku temui di Sekolah terlibat dengan semua ini.

Dia menyadari tatapanku "maafkan aku" ucapnya membutku sedikit terkejut bahkan anak Immortal yang lain "aku tidak ingin seperti teman-temanmu yang lain yang menghianatimu dan tidak meminta maaf, tapi sungguh ketika aku tahu gadis itu adalah kau aku pun tidak bisa menolongmu" ia berjalan dan menyandar pada salah satu dinging. Dia menungguku untuk memberi respon tapi aku sudah kehabisan kata-kata.

"baiklah" ia menghampiriku dan menyentuh bahuku "apa kau sudah berkenalan dengan teman barumu?" Tanyanya.

"Aku sudah!" Seru Baekhyun yang mengangkat tangannya dengan ceria.

"Teman?" Luna menyipitkan matanya dan terlihat kesal.

"Ayolah, Ana baru saja melewati masa-masa sulit" aku rasa hanya Dokter ini yang memiliki hati. Mereka anak Immortal hanya tau bagaimana mencari makanan untuk orangtua mereka, tidak tahu bagaimana rasanya berburu dan hampir mati.

"Baiklah mulai dariku, namaku Lee Sungmin, lalu Luna, disampingnya Chanyeol, Dio, Sehun, Suho, dan yang disudut itu.."

Kai. Aku tahu, pria yang menolongku, menjagaku dan meninggalkanku saat di Jeonju "..Kai"

Aku tidak tahu kenapa anak-anak ini begitu istimewa sampai mereka selalu terlibat dalam urusanku dengan kerajaan atau urusan kerajaan dengan para penyihir. Aku kira mereka hanya sekelompok anak yang diidolakan karena memiliki style dan mobil bagus. Aku rasa lebih dari itu.

"Baiklah kita mulai saja, Sehun kau bisa pindah tempat duduk sebentar?" Dokter Lee terlihat memohon.

"Terima kasih" katanya menepuk bahu Sehun "Ana, kau bisa letakan jubahmu didekat pintu dan duduk hangat disini" suaranya masih terdengar menyenangkan, bagaimana jadinya kalau ia seorang yang dingin seperti anak Immortal yang lain. Aku mungkin tidak akan begerak dari pintu.

"Sunbae, berhentilah bersikap manis padanya" Kai melipat tangannya, matanya tertutup dan kepalanya tertunduk seperti tertidur. Teman-temannya, khususnya Luna terlihat menyetujui ucapannya.

"Kau tahu perapian ini tidak pernah dipakai, dan berkatnya ini mulai beguna" Dokter Lee, ah maksudku Serketaris Lee tesenyum dan memanggilku dengan anggukan kepalanya.

Aku berjalan melewati pria bernama Suho dan duduk didekat perapian. Tidak ada yang menatapku dengan senyum kecuali Baekhyun dan Serketaris Lee.

"Disini selain ingin menyambut Ana di rumahku aku juga ingin membagi tugas untuk kalian dan kerajaan sudah memberiku kepercayaan" ia menjelaskan, sikapnya sangat manis tapi disamping itu ia juga terlihat dewasa dan memiliki kharisma. Serketaris Lee pergi kebalik meja dan membawa sebuah buku.

"Ini buku yang raja kami maksud" Serketaris Lee memberikannya padaku. Buku ini yang akan menjadi pedoman selama hidupku memegang Golden Compass ini. Aku tidak tahu berapa lama buku ini mereka siapkan untukku tapi aku yakin mereka memiliki semua waktu untuk melakukan segalanya, mereka bukan orang-orang biasa.

Aku meraba sampul buku itu. Warnya coklat tua dan terdapat ukiran diatasnya. Sangat indah. Diantasnya terdapat simbol yang menyerupai bentuk naga yang sedang mengepakan sayapnya lalu ada tulisan kecil yang hapir tidak terlihat aku rasa tulisannya 'tidak pernah kembali ke matahari' dan aku rasa kata itu memiliki arti yang pasti akan sulit aku ketahui.

"Saat di aula begitu beringas tapi sekarang sangat diam seperti orang bisu, apa kompas itu mengambil kekuatannya kembali?" Sindiran itu ditujukan padaku. Keluar dari orang yang aku rasa paling membenciku, Luna.

Mungkin karena kekuatannya yang tidak berhasil sepenuhnya membuatku lupa ia menjadi sedikit dendam padaku. Rajanya pasti sangat marah dan mungkin ia mendapatkan sedikit hukuman untuk itu. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa tiba-tiba ingat tentang semua yang terjadi, hal itu membuatku dapat kembali meraih kesempatan sampai berhasil duduk diantara orang-orang yang sebelumnya aku takuti. Aku seperti sudah melampaui batas kemampuanku, berhasil menaklukan rasa takutku dan aku tidak mungkin mundur.

Setelah menghela napas singkat aku menatap Luna yang duduk dihadapanku "memang apa yang mau kau dengar dariku? Bahkan sepertinya kalian lebih mengetahuiku ketimbang diriku sendiri" mereka terdiam sibuk dengan lamunan mereka atau pemikiran merekan sendiri. Sekretaris Lee hanya berjalan tidak menentu sambil menyentuh dagunya, lalu mengangguk membenarkan ucapanku.

"Baiklah kalau begitu aku ingin bertanya, kapan aku bisa pulang?"

"Yang jelas bukan malam ini" jawab Sekretaris Lee "kau akan menginap disini semalam dan setiap malam saat kau dibutuhkan, semuanya tertulis dibuku itu, dan rumah ini akan menjadi salah satu tempatmu untuk mempelajari apa yang ada di buku itu" aku menatap buku yang ditunjuk olehnya. Seperti pelajaran tambahan, aku akan mendapat pelajaran ekstra setelah ini "besok salah satu penyihir akan menjemputmu, tapi sebelum itu kau akan bertemu raja" ia memasukan tangannya kedalam saku "kau akan diberi dua permintaan, malam ini kau harus memikirkan dua permintaan tersebut dan memberitahu pada raja besok setelah raja menyetujui permintaanmu kau harus melakukan semua apa yang ada di buku"

"Dua permintaan tidak setimpal dengan semua peraturan didalam satu buku"

"Maafkan aku Ana, tapi hanya itu yang kau punya" ia memandangku lelah.

"Tidak ada persyaratan lain? Apapun bisa aku minta?" Tanyaku memastikan.

"Apapun, raja akan lakukan untuk permintaan itu" Sekretaris Lee memandangku tegas memberi kepastian. Aku memangguk.

"Aku mengerti"

"Baiklah kau akan diantarkan ke kamar oleh wakilku, itu dia namanya Kim Sa Eun" aku menoleh kearah pintu. Disana sudah berdiri wanita berparas cantik dengan gaun hitam selutut. Wanita itu tersenyum kearahku, wajahnya juga sama ramahnya dengan Serketaris Lee Sungmin aku bahkan sempat membandingkan wajah mereka jika dipasangkan.

"Pergilah istirahat, ada yang harus aku katakan kepada anak-anak nakal ini" Sekretaris Lee mengarahkan matanya pada anak Immortal yang masih duduk dengan kaku. Aku mengangguk dan memberi hormat padanya sejenak sebelum pergi bersama Wanita bernama Kim Sa Eun ini.

Kami kembali menelusuri koridor yang gelap lampu-lampu kecil yang mambantu kami berjalan. Aku masih berjalan dibelakangnya dan tidak mencoba membuka pemnicaraan.

"Ini kamarnya" ia membuka pintu dan aku mendahuluinya untuk masuk. Kamar ini jauh lebih baik dari yang aku bayangkan. Aku kira aku akan tidur hanya ditemani cahaya lilin dan selimut tipis dilantai. Tapi kamar ini cukup luas dengan kamar tidur berukuran besar dengan tirai-tirai disudutnya. Aku dapat mencium wangi bunga, pasti itu berasal dari beberapa lilin kecil yang menyala di sudut ruangan.

"Diluar dugaanmu?" Kim Se Eun bersuara berusaha menebak. Aku menoleh, ia ikut masuk kedalam kamar dan meletakan jubahku di atas tempat tidur. Pandangannya mengelilingi kamar ini mencari tahu jika ada yang kurang.

"Iya, karena aku sudah menyiapkan diri jika aku benar-benar tidak disambut baik" kataku jujur. Wajah ramahnya tidak berubah, ia hanya menambahkan anggukan.

"Kau tidak mungkin tidak disambut baik disini"  balasnya dan masuk kedalam ruangan lain kemudian keuar sambil menutup pintunya sepertinya ruangan itu merupakan kamar mandi "apa kau butuh sesuatu?" Dia berdiri tidak jauh dari pintu ketika aku duduk diatas tempat tidur yag sepertinya sangat hangat. Aku ingin sekali segera terlelap dan melupakan sejenak apa yang terjadi tapi masih banyak hal yang ingin aku ketahui.

Aku menatapnya balik "apa Anda seorang Immortal?" Tanyaku hati-hati. Dia tersenyum seolah tahu arah pembicaraanku. Ia menutup pintu kamar dan duduk didekatku.

"Tidak, aku manusia biasa, aku seorang alert" dia membetulkan posisi duduknya agar terasa lebih nyaman.

Baiklah, seorang wakil serketaris kerajaan adalah seorang alert. Apakah itu masuk akal? Aku tidak tahu bahwa raja vampir sebaik itu untuk membiarkan mausia biasa masuk kedalam bagian kerajaan.

"Kau heran?" Aku mengangguk "Ibu dan Ayahku juga seorang alert, mereka adalah orang-orang kepercayaan kerajaan jadi aku bisa mendapat jabatan di kerajaan" jelasnya. Sesederhana itukah? Biasanya aku akan mendengar kisah atau sejarah panjang tapi sepertinya aku sedang bersama orang-orang yang sedikit bicara.

"Pantas saja Anda memiliki sikap berbeda dengan mereka, Anda seperti memiliki kepribadian yang lebih hangat" sanjungku.

"Terima kasih" ia tertawa.

"Aku punya banyak teman penyihir dan sepertinya aku tidak akan mendapatkannya disini" keluhku menundukkan kepala.

"Aku bisa menjadi temanmu kalau kau mau, karena setelah ini aku juga memiliki beberapa tugas untuk membantumu jadi akan sangat mudah jika kita berteman" ia menawarkan, wajahnya terlihat antusias. Aku mencoba tersenyum. Andai aku bisa mempercayainya seperti aku mempercayai Victoria "kau bisa mempercayaiku Ana, bahkan Sungmin.. maksudku Serketaris Lee kami berada dipihakmu"

Aku tidak tahu mana yang harus aku cerna dipikiranku lebih dulu apa tentang Kim Sa Eun yang seperti bisa membaca pikiranku dan tentang ia yang berada dipihakku, apa maksudnya?

"jadi kita berteman?" Ia mengangkat tangannya. Tanpa memikirkan apapun aku mejabat tanganya dan mengangguk "jika kau menganggap kita berteman kau juga harus mempercayaiku, meski kau menganggapu berada dipihak yang salah tapi setidaknya aku memiliki niat untuk menolongmu"

Aku melepaskan tanganku dan mengerutkan kening "menolongku? apa maksudnya?"

Kim Sa Eun melipat bibirnya kemudian mengehembuskan napas "mungkin kau tidak percaya mendengar ini tapi kau adalah harapan dari semua rahasia yang tidak bisa kami ungkapkan" Aku diam ditempatku berusaha menarik napasku keluar tapi terasa sulit jadi aku hanya mencoba mencerna kata-katanya. Kata-kata yang pernah aku dengar sebelumnya.

"Sebaiknya kau istirahat" ia bangkit tanpa memberi ekspresi ramah seperti sebelumnya, aku rasa ia baru saja mengangatakan sesuatu yang tidak harus dikatakan.

"Mengapa begitu? Rahasia apa yang kalian miliki?" Aku berdiri dan mengeraskan suaraku. Kim Sa Eun menghentikan langkahnya.

"kau harus istirahat dan pikirkan baik-baik apa permintaanmu yang akan kau ajukan kepada raja besok" Ia memperingatkan sambil membuka pintu "pikirkan baik-baik" ia mengakhirinya dengan sebuah senyuman dan pergi tanpa menutup pintu. Apa yang harus aku putuskan? apa yang harus aku minta? Aku meremas gaunku mencoba berpikir sesuatu. Ini seperti teka-teki yang harus aku selesaikan. Disatu sisi Victoria memberitahuku untuk tidak mempercayai siapun tapi wanita berparas baik seperti Sa Eun memberitahu bahwa aku bisa mempercayainya dan yang paling aku bingungkan. Aku, disini aku menjadi objek harapan mereka, entah harapan apa dan bagaimana. Ketika aku sibuk memijit pelipisku seseorang sudah berdiri diambang pintu, memperhatikanku dengan tatapan datar tapi matanya tetap terlihat awas.

Kai, berdiri disana sambil memasukan tangannya kedalam saku. Aku balik menatapnya dan menunggu apa yang ia ingin lakukan. Tidak lama kemudian ia melangkahkan kakinya dan menghampiriku. Semoga ia datang untuk suatu alasan yang aku harapkan, sesuatu yang akan mempermudahku untuk membuat permintaan. Tapi, apapun alasannya jantungku tetap berdegup kencang.

 

-

Hallooo, tetap tinggalkan komentar kalian yaa^0^/

Don't be silent!

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK