"Jadi, semua orang disini penyihir?"
Kami berjalan bedampingan melewati jalan yang lebih besar setelah melewati gang kecil tadi. Suasana disini sedikit aneh, rasanya seperti baru saja turun hujan, jalannya seperti basah tapi tidak ada air yang menggenang. Lu Han menyelipkan jari-jarinya di saku jaket miliknya seperti sama-sama merasakan kesejukan disini. Aku masih tidak percaya dimana aku sekarang, entah dunia lain dari bumi ini, entah bagian lain dari dunia ini. Aku seperti berada dalam mimpi gadis kecil yang berharap bertemu dengan penyihir yang akan mengabulkan semua permintaanya.
"Ya, hampir semuanya" jawabnya ramah.
Aku sampai sekarang masih belum bisa menerima kalau pria disampingku ini sempat mengacuhkanku tempo hari, membuatku berpikir kalau sudah tidak ada harapan, karena sekarang dialah satu-satunya orang yang memberiku harapan. "selain penyihir, disini ada garde dan peri"
"Peri? Jadi maksudmu mereka benar-benar ada?" Aku tahu dari suaraku ini aku merasa sangat antusias, aku seperti Alice yang masuk ke dalam dunia wonderland, bukan gadis kecil yang sedang bermimpi dan bangun tanpa mendapat apapun. Aku tahu aku berada di tempat dimana paling dicari di dunia ini.
"Sebenarnya sejak berkembangnya zaman, keberadaan mereka sudah semakin tidak diketahui, di tempat ini kita hanya dapat menemukan puluhan Peri, tidak begitu banyak, mereka lebih nyaman bersembunyi, kata Ayahku populasi Peri lebih banyak berada di bagian utara bumi, dan bagian selatan Eropa. Di Asia tidak begitu banyak Peri bisa tinggal"
Aku mengangguk, seperti sedang di dongengkan "lalu bentuknya superti apa?" Tanyaku penasaran. Dulu ketika kecil -bahkan sampai sekarang- aku suka menonton film kartun dengan tema peri-peri yang cantik. Sekarang? Aku berada di Heks Verden, tempat yang akan memberikanku kebenaran. Aku rasa.
"Kau tidak akan pernah tahu bentuk aslinya, karena mereka bisa berubah menjadi seperti yang mareka mau, seperti hewan, tanaman yang tumbuh, bahkan gadis cantik" Lu Han melirik dua gadis pejalan kaki. Salah satunya mengenakan payung berwarna merah muda dan yang satu lagi merapat ke gadis yang membawa payung, mereka berdua tertawa riang sepanjang berjalan kemudian menyapa Lu Han.
"Hi, Lu Han" sapa mereka berbarengan, dengan suara lembut dan senyumnya yang manis.
"Hey" Lu Han membalas.
"Apa mereka peri?" Tanyaku berbisik.
"Entahlah," Lu Han menaikkan bahunya "tapi setahuku peri akan memberikan sedikit sihir untuk memberitahu kalau mereka itu peri" Lu Han menjelaskan.
Memang sihir seperti apa? Apa mereka akan tiba-tiba terbang? Menghilang? Aku pensaran jadi aku menoleh sebentar kearah dua gadis tadi dan memperhatikan mereka dengan cermat. Aku menemukan sesuatu yang aneh pada langkah mereka membuat langkahku terhenti untuk membalikan badan. Kedua gadis itu meninggalkan jejak kaki yang indah, gadis yang memegang payung memunculkan jejak kaki bersalju, sedangkan temannya memunculkan bunga yang indah setiap ia meninggalkan langkahnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Hey, Ana ayo cepat" aku mengerjapkan mata mendengar Lu Han memanggil, seperti terdasar dari lamunan. Aku berlari kecil mengejar Lu Han dan tersenyum kearahnya menunggu penjelasan Lu Han lagi, tapi sepertinya ia lebih memilih diam dan membiarkanku berimajinasi sendiri.
"Lalu kalau yang satu lagi?" Aku membuat Lu Han kembali bercerita.
"Garde? Mereka manusia biasa tapi mereka tahu keberadaan kami, mereka melindungi kami dari orang luar yang mencari tahu tentang kami, jika Garde sudah mengabdikan hidupnya dia bisa saja belajar sihir dari kami" Aku mendengarkan cerita Lu Han dengan baik "hanya saja Garde kami hanya sedikit yang murni manusia biasa kalau pun ada akan segera di ambil oleh para vampir dan anak-anak mereka" Lu Han melanjutkan.
"Anak? Aku tidak tahu vampir bisa punya anak" begitulah yang aku tahu apalagi membayangkan betapa rapuhnya mereka, seperti tumpukan pasir yang membentuk tubuh manusia.
"Tentu saja bisa, anak mereka di sebut immortal yang hanya bisa tercipta dari rahim penyihir murni" Lu Han mengucapkan kata-kata yang tidak aku mengerti.
Aku menghentikan langkahku dan menatapnya serius seolah yang diucapkan Lu Han hanya candaan "akan aku jelaskan nanti, sekarang kita sudah sampai" kata Lu Han yang mengacuhkan tatapan penasaranku.
Dan benar kami sampai di deretan rumah kecil bercat putih. Rumah dengan jendela cukup besar dengan pintu kecil yang terhimpit. Halamannya luas dengan rumput hijau yang terlihat segar. Sebenarnya aku sudah merasa sangat lelah karena perjalanan tadi, entahlah akhir-alkhir ini aku sering cepat merasa lelah, mungkin karena kehilangan bobot badan dengan sangat drastis membuat tubuhku cepat merasa lelah. Tapi melihat rumput hijau dan suasana perumahan yang asri aku jadi merasa lebih baik.
Kalau dilihat perumahan ini berjarak sangat jauh antara rumah satu dengan yang lainnya. Halaman mereka yang sangat luas membuat jarak antar rumah makin jauh.
Lu Han membuka pagar kecil yang tingginya tidak lebih dari setengah badannya. Aku kira pagar ini akan membuka sendiri, atau ada mantra khusus untuk membukanya. Tapi aku perhatikan tidak ada mantra khusus sejak tadi. Aku mengikutinya masuk dan melewati halaman yang luas kemudian kami sampai di depan pintu, aku melihat Lu Han sedikit gugup bahkan sempat menghirup napas panjang. Harusnya aku yang gugup, kan?
Lu Han membuka pintu dan aku langsung mencium wangi roti yang harum bercampur dengan wangi karamel. Lu Han melangkah masuk dan membuatku dapat dengan jelas melihat isi di dalam rumah mungil itu.
Mataku membulat saat melihat ruang tamu yang besar dengan atap yang tinggi, belum lagi tangga yang menjulang elegan di dekat ruang tamu. Aku kembali memundurkan kakiku untuk memastikan ukuran sebenarnya dari rumah ini. Dan aku bisa pastikan rumah ini terlihat sangat mungil dari luar.
"Kau tidak masuk?" Lu Han menatapku heran.
"Bagaimana bisa?" Aku melangkahkan kakiku kedalam dan memandang isi rumah yang menurutku sangat berbeda dari apa yang aku pikirkan, luas dan mewah tidak seperti yang aku lihat diluar. Kemudian mataku menatap Lu Han dengan pandangan tak percaya.
"Itulah sihir kami, tidak perlu ditujukan pada dunia tapi bisa jadi sesutu yang berharga jika kau tahu dalamnya, itu filosofi Ayahku, sihir itu bukan untuk di tunjukan, tapi di nikmati oleh kita sendiri dan... Untuk membuat hidup kebih baik" Lu Han ikut memandangi rumahnya dengan tatapan mata yang sedih, aku tidak tahu kenapa raut wajahnya berubah, tapi mungkin perkataan Lu Han bisa menjelaskan padaku tentang pertanyaan 'mengapa penyihir tidak pernah menunjukan identitasnya di dunia nyata'.
"Lu Han itu kau?" Dari ruang tengah muncul wanita paruh baya yang memanggil Lu Han. Wanita dengan setengah rambutnya berwarna putih langsung menatapku itens.
"Lu Han, dia siapa?" Tanya wanita itu dengan pandangan heran kemudian menatap Lu Han meminta jawaban. Lu Han hanya tertunduk tak menatap balik wanita itu. Ada apa dengannya? Dia tidak berniat mengenalkanku?
Lama tidak menjawab tiba-tiba suara ramai datang dari arah lain. Muncul empat pria yang sepertinya seumuran dengan Lu Han.
"Hey Hyung, kenapa baru datang?" Ucap salah satu pria dengan lingkar hitam dimatanya.
"Hyung, apa kau bertemu dengan pria besar yang aku katakan kemarin?" Suara polos itu datang dari pria yang terlihat lebih tinggi.
"Hyung, lihat! Kami baru saja membantu Yojin Ahjuma mebuat roti isi" lalu suara antusias itu datang dari pria dengan wajah yang lebih imut ditambah celemek putih dan topi koki di kepalanya. Sekarang aku dapat simpulkan kalau Lu Han yang paling tua diantara mereka, meski melihat wajahnya aku masih kurang percaya.
Sepertinya hanya wanita paruh baya itu yang menyadari kehadiranku karena ia masih menatapku heran sedangkan yang lain masih sibuk bersenda gurau, tapi tidak lama kemudian ada satu pria diantara mereka berempat yang datang paling terkahir dan ikut memandangku dengan heran.
"Hyung, siapa dia?" Pertanyaan yang sama di lontarkan pria berpipi tirus itu. Dia masih memandangku dengan waspada seolah takut aku dapat berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Setelah pertanyaan itu ditujukan, semua mata mengarah padaku. Membuatku sedikit gugup.
Lama terdiam Lu Han tak kunjung memperkenalkanku. Apa yang dia tunggu?
"Annyeonghaseyo, namaku Anabelle Walker, kalian bisa memanggilku Ana" kataku memperkenalkan diri akhirnya. Lalu mata mereka melebar seperti terkejut.
"Jangan bilang dia gadis yang... Hyung kau bilang dia sudah..." Entah kenapa kalimat yang ditanyakan pria bertopi koki itu tidak utuh membuatku tidak mengerti apa maksudnya lalu menunjukku seolah aku adalah orang mati yang baru hidup kembali.
"Apa kau..." Aku mendengar suara asing berasal dari arah tangga, muncul pria asing lagi yang entah kali ini siapa. Dia melangkah perlahan menuruni tangga, pria tinggi dengan rambut sedikit lebih panjang itu melihatku dengan wajahnya begitu sedih sekaligus tak percaya "Kau gadis yang menemukan Golden Compass itu?" Telunjuknya mengarah padaku tapi bergetar seperti menahan sesutu.
Aku mengangguk.
"Kangta Hyung, aku bisa jelaskan" Lu Han berjalan kearah pria itu yang sudah berada di satu lantai dengan kami. Dengan gerakan cepat pria bernama Kangta itu menarik kerah Lu Han dan membanting tubuhnya ke dinding. Aku menutup mulutku saking terkejutnya. Dan pria itu berteriak.
"Kenapa kau berbohong?! Kau tahukan peraturannya, kita memang tidak bisa membiarkannya mati tapi kita juga tidak bisa membuatnya tetap hidup!" Pria itu berteriak kecang di depan muka Lu Han dan siap melayangkan pukulan ke wajahnya. Aku berlari secepat yang aku bisa dan mencoba melindunginya.
"Aku mohon, jangan sakiti Lu Han" mataku bertemu dengan pandangan pria itu. Pandangannya tajam dan mulai memerah tapi aku tidak merasa takut, "aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan, yang jelas ini semua salahku Lu Han sudah memperingatkanku untuk mengembalikan benda itu dan aku membutuhkannya sekarang aku mohon, aku butuh pertolongannya" aku hampir saja meneteskan air mata kalau aku tidak cepat berkedip. Pria dihadapanku itu menurunkan tangannya dan melangkah mundur setelah menatap mataku dia seperti menemukan keanehan di wajahku, aku tidak tahu apa itu. Tapi setidaknya aku berhasil menghentikan amarahnya.
"Kami semua akan menolongmu" suara lembut muncul dari punggungnya. Itu adalah suara wanita paruh baya yang pertama kali aku temui, wajahnya sekarang terlihat ramah. Dia menghampiriku dan meraih lenganku menggenggamnya lembut "anak-anak ayo berkumpul!" Serunya dan keempat pria yang muncul dari ruang tengah itu berdiri dihadapnku "perkenalkan namaku Jung Yojin, dan ini keponakan-keponakanku, yang ini adalah Lay" wanita yang sekarang aku bisa panggil Yojin Ahjuma itu menunjuk pria yang pertama kali muncul dari ruang tengah, pria yang berbicara sangat lembut dan terlihat lugu "kemudian Xiumin" pria imut dengan pakaian kokinya membungkuk saat namanya dipanggil "lalu Chen" pria dengan pipi tirus yang pertama kali menyadari kehadiranku diantara keempat saudaranya "dan yang ini Tao" terakhir pria dengan lingkar mata yang cukup hitam tersenyum padaku, sepertinya pria ini suka bergadang atau semacamnya "sedangkan Lu Han adalah yang paling tua" kalau yang itu sudah aku ketahui. Dan mereka yang katanya akan menolongku itu tersenyum kaku padaku.
"Aku sedang menyiapkan makan malam, sebaiknya.." Yojin Ahjuma menghentikan kalimatnya ketika aku menggenggam tanganya, tanganya yang hangat.
"Aku tahu apa yang sedang aku alami sekarang adalah sesuatu yang sangat berbahaya, tapi aku butuh lebih banyak waktu, aku juga tahu bagaimana akhir semua ini tapi setidaknya jika aku benar-benar harus mati, tolong bantu aku meliwati semua ini hanya kalian yang tahu apa sebenarnya terjadi aku hanya menginginkan sedikit waktu untuk bisa mengucapkan selamat tinggal pada keluargaku"
Yup, aku tidak bisa menahannya lagi, air mataku sudah jatuh deras tanpa aku kehendaki. Aku merasa tenagaku sudah hampir habis untuk berkata-kata jadi aku hanya bisa menangis.
Kalau memang kasarnya hal yang aku lakukan ini seperti meminta belas kasihan, aku tidak keberatan. Mengetahui hidup tak lama lagi dengan ancaman yang begitu nyata sepertinya normal orang biasa sepertiku merasa takut dan memohon bantuan. Meski rasanya semua yang aku alami seperti mimpi, mimpi yang tidak pernah membiarkanku bangun.
-
Aku terdiam sambil menghangatkan telapak tanganku pada secangkir gelas berisi coklat hangat. Malu sekali rasanya menangis di depan orang yang baru aku kenal, sebelumnya aku belum pernah seperti ini. Mungkin karena aku sedang sekarat.
"Aku punya beberapa rencana" Lu Han memulai obrolan. Kami semua duduk di meja makan yang cukup untuk menampung kami semua untuk duduk di kursinya, beberapa macam roti tertata rapi diatas meja, katanya Yojin Ahjuma suka sekali membuat aneka roti dan kue. "kita bisa mengambil diam-diam Golden Kompas itu" Lu Han mengarahkan pandangannya pada Kangta yang masih melamun sambil mengelus dagunya. Sosok Kangta ini seperti pemimpin atau kakak tertua tapi dia bukan salah satu keponakan Yojin Ahjuma. Aku jadi penasaran siapa dia sebenarnya.
"Itu cara licik namanya, kau menggunakan cara yang sama seperti mereka dahulu itu membuat kita tidak ada bedanya dengan mereka" Yojin Ahjuma yang menjawab. Lu Han terdiam dan hanya menundukan kepalanya. Semua wajah terlihat berpikir kecuali Kangta, pria itu terlihat melamun, pandangannya cenderung kosong dengan jari yang menyentuh dagunya.
Aku melihat Lay mulai bersura "Kita bisa melaporkannya pada raja" sarannya.
"Tidak" suara itu membuat kami sedikit terkejut karena tiba-tiba. Ternyata suara itu milik Kangta, kenapa dia suka sekali berteriak? "kita tidak bisa melibatkan raja sekarang, terlebih degan kabar kalau gadis ini tidak selamat" katanya yang kemudian melirik kearah Lu Han.
"Tidak selamat?" Aku mencoba bersuara. Aku harus mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk tahu kenapa aku ini sebenarnya. Dan tentang tatapan aneh orang - orang sebelum memasuki Heks Verden ini.
"Biar nanti aku yang jelaskan" ujar Lu Han yang menatapku serius "sekarang biarkan kami mencari cara untuk membantumu"
"Tidak, sejak tadi kau berencana untuk menjelaskan nanti, tapi aku harus tahu sekarang agar aku mengerti apa yang kalian bicarakan, bisakah tidak menutup - nutupi sesuatu dariku?" Pandangan kami bertemu, pandanganku dan Lu Han. Aku tahu dia mulai ragu memberitahuku, aku sudah terkejut dengan keberadaan tempat ini, kejutan lain tidak akan membuatku serangan jantung.
"Dia benar Lu, dia harus tahu semuanya, karena dia.. Bagian dari kita sekarang" Aku menoleh kearah Yojin Ahjuma, seperti merasa terharu meski arti bagian dari mereka bukan sesuatu yang bagus tapi kata-katanya membuat aku sedikit luluh, seperti dianggap sebagai teman atau.. Keluarga.
"Baiklah, sebenarnya aku mengaku pada semua orang kalau kau menjadi korban vampir dan aku tidak dapat menyelamatkanmu, entah kenapa berita tentang manusia biasa menemukan Golden Kompas itu bisa meluas dengan cepat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Luna sudah menghilangkan ingatanmu, aku pikir tidak apa kalau..."
"Kalau apa? Membuatku mati perlahan?" Entah kenapa suaraku jadi meninggi.
"Setidaknya kau tidak tahu apa yang terjadi, sampai aku tahu mantra Luna tidak sepenuhnya menghilangkan ingatanmu" aku mengingat ketika Lu Han tidak mengacuhkanku tempo hari, kalau memang seluruh kota ini tahu tentangku dan bisa membantuku kenapa Lu Han menyembunyikan keberadaanku.
"Kenapa kau lakukan ini Lu Han" aku menatap Lu Han sedih mataku mulai berkaca-kaca telapak tanganku memutih karena terlalu keras menggenggam cangkir.
"Karena aku tahu jika berita tentangmu yang masih hidup sampai ketelinga raja kami maka akan terjadi peperangan, yang akan menewaskan banyak kaumku untuk melawan makhluk itu"
Aku mengedarkan pandanganku kearah mereka "aku masih tidak mengerti" ucapku menggeleng.
"Aku yang akan bercerita" Yojin Ahjuma mengangkat tangannya untuk menyentuh tanganku dan menggenggamnya "aku akan menceritakan semua dari awal tentang dunia kami. Dan kalian.." Yojin Ahjuma menatap kelima keponakannya "juga harus mendengarkan dengan baik karena tidak semua penyihir tahu tentang ini, mungkin saatnya aku bercerita mengingat kalian sudah besar" Yojin Ahjuma terlihat bersiap dengan cerita yang akan ia sampaikan, semua juga demikian membenarkan posisi duduknya dan fokus pada apa yang dikatakan Yojin Ahjuma.
"Dulu, beberapa ratus tahun yang lalu sebelum adanya vampir tercipta kami, bangsa penyihir hidup dengan damai bersama manusia biasa lain, tidak ada pemimpin, kami hidup dengan saling percaya dan saling menjaga. Suatu saat ada wabah penyakit yang entah datangnya darimana, banyak yang bilang ini ulah iblis dan sebagainya wabah ini membuat orang yang terkena tidak bisa makan dan minum, selalu merasa kedinginan dan berhalusinasi membuat penderita perlahan mati dengan sendirinya. Lalu ada satu keluarga penyihir hebat, Peru Verden dan istrinya Reusiee Verden mereka memiliki satu anak perempuan bernama Roseline Verden" aku mengerutkan alis, Roseline? Nama yang tidak asing "bisa dibilang mereka adalah keluarga penyihir terhebat saat itu karena orangtua mereka adalah legendaris penyihir yang hebat, hidup mareka bahagia sampai suatu saat Peru tertular wabah penyakit, istrinya mulai mencari cara agar suaminya selamat, bekal pengetahuan ramuan yang ia punya membuatnya menciptakan obat yang ia sendiri belum yakin apakah bisa berhasil karena penyakit itu sangat ganas, sampai suatu malam ia mendapati suaminya sekarat dan hampir mati karena penyakit itu, ia belum siap ditinggal suami yang sangat ia cintai jadi ia meminumkan ramuan yang ia buat pada suaminya. Benar saja, suaminya hidup kembali tapi sayang suaminya berubah menjadi makhluk yang meyeramkan, makhkuk yang haus darah, hal itu membuat membunuh istrinya sendiri menghisap darah istrinya sampai ia tersadar dan melihat anaknya berdiri dan memperhatikannya, Peru sadar apa yang sudah diperbuatnya tapi sudah terlanjur, istrinya sudah sekarat, Peru melarikan diri ke Hutan. Reusiee sadar ia baru saja menciptakan monster yang berbahaya bagi umat manusia. Dengan sisa tenaganya ia menyalurkan semua kekuatan sihirnya kepada anaknya yang berumur tujuh tahun itu, meminumkan ramuan agar kelak anaknya menjadi penyihir yang tidak terkalahkan. Reusiee berpesan pada anaknya untuk menghentikan dan menyembuhkan Ayahnya, setelah kehabisan darah Reusiee benar-benar meninggal. Berita itu menyebar dan meluas apalagi setelah kejadian itu banyak sekali orang hilang dan tidak pernah di temukan, orang-orang mulai geram dan membenci penyihir, mereka mulai mengucilkan peyihir bahkan sampai tega membunuhnya membuat para penyihir bersembunyi dan tidak berani memunculkan diri. Melihat Ayahnya berubah menjadi monster dan melihat ibunya mati dihadapannya mebuat Roseline menjadi pendiam dan lebih sering mengurung diri di kamar, Moretz bibinya yang mengganti peran kedua orangtuanya hanya bisa pasrah menangani Roseline sampai suatu hari beberapa orang asing datang dengan wajah menyeramkan dan membunuh bibinya dengan cara menghisap darah. Roseline berpikir hanya Ayahnya yang berubah menjadi monster tapi sekarang banyak orang yang ikut berubah menjadi monster, gadis itu tidak bisa tinggal diam dan mengikuti monster itu masuk ke dalam hutan. Roseline terkejut mendapati ratusan monster yang berkumpul di tengah hutan dan sayup - sayup mendengar monster itu memanggil diri mereka vampir. Roseline juga mendapati seorang pria yang sepertinya menjadi pemimpin mereka, dan ternyata pria itu Peru, Ayahnya sendiri. Saat itu Roseline berjanji akan melindungi semua orang dari makhluk itu"
Aku menyimak, benar-benar meperhatikan. Yang diceritakan Yojin Ahjuma adalah sejarah penting, bagaiamana makhluk yang sering menjadi tokoh film itu pertama kali muncul. Ini adalah cerita yang menyeramkan dan juga menarik, tidak semua orang tahu cerita yang sebenarnya. Aku bisa saja dibilang orang yang paling beruntung atau mungkin orang yang paling tidak beruntung mengetahui cerita ini.
"Roseline tumbuh dewasa, menjadi gadis yang cantik sekaligus penyihir yang hebat dia membuat ramuan untuk semua penyakit, menyembuhkan semua penyakit. Kekuatan Roseline semakin besar, membuat dirinya berubah menjadi orang yang ia sendiri tidak kenali. Rambut dan kulitnya memutih, matanya berubah menjadi hijau, bibirnya merona dan kukunya jarinya tumbuh indah. Entah apa yang diberikan ibunya ketika kecil, ia merasa kekutan yang besar berada di dalam dirinya. Mengetahui kehebatan Roseline orang-orang mulai kembali percaya dengan penyihir dan dapat kembali hidup berdampingan, bahkan Roseline dijadikan pemimpin mereka. Lalu suatu malam sekelompok vampir datang menyerang tapi dapat di kalahkan oleh Roseline, hal itu membuat Ayahnya geram dan mendatangi desa itu dengan seluruh vampir yang ia punya. Akhirnya Roseline bertemu kembali dengan Ayahnya, Peru ingin membuat perjanjian dia tidak akan mengganggu rakyatnya jika setiap bulan mereka memberikan satu korban untuk mereka. Roseline tidak dapat berbuat apa-apa dan mencoba membujuk Ayahnya untuk menunggunya membuat obat agar dapat menyembuhkan Ayahnya. Tapi Ayahnya tahu dia sudah tidak bisa disembuhkan dan menolak ide Roseline, mereka semua haus akan darah dan tidak bisa menerima perjanjian apa-apa. Mendengar itu dengan wajah berkaca-kaca Roseline mengambil kompas kesayangan Ibunya. Kompas itu sering ia pakai sewaktu kecil untuk menentukan arah menuju rumahnya sewaktu ia kecil, berharap Ayahnya akan luluh, tapi tidak, perasaan manusia sudah hilang dari dirinya yang ia butuhkan hanya darah manusia segar. Dengan mengeluarkan mantra yang sangat dasyat Roseline mengubah kompas itu menjadi keemasan menyalurkan setengah kekuatannya pada kompas itu. Roseline berjanji setiap hari ke-16 dalam tiga puluh hari para vampir boleh memburu manusia dan Roseline tidak akan menghalanginya tapi Roseline akan melindungi rakyatnya. Ia tidak mungkin mengorbankan rakyatnya begitu saja. Kompas itu akan berfungsi untuk menunjukan sesuatu yang terjadi pada rakyatnya untuk menunjukan kebenaran. Pihak vampir menyetuinya dan kembali ke hutan dan kembali setiap tanggal 16, kompas itu menjaga rakyat dengan baik memberikan perlindungan ketika Roseline menbutuhkannya. Kelompok vampir merasa di bohongi karena semenjak kompas itu ada saat berburu vampir tidak pernah menemukan manusia Karena Golden Kompas itu membuat rakyat tidak terlihat setiap tanggal 16 dan memberi tanda ketika sekelompok vampir datang. Merasa di kelabuhi kelompok vampir mengadakan perang, mereka meminta batuan pada Lucifer dan makhkuk gaib lain. Disitu Roseline baru menyadari bahwa virus itu disebarkan oleh para Iblis dan Lucifer untuk membentuk sekutu. Roseline dan para peyihir juga menyiapkan pasukan dan meminta bantuan manusia serigala dan peri penjaga untuk membantu mereka menyerang. Disitulah terjadi perang yang sangat dasyat, para penyihir menghadapi vampir yang kelaparan kekuatan mereka hampir habis jadi pada saat itu Roseline dengan terpaksa mengebar debu kematian, beberapa vampir mati termasuk Ayahnya dan beberapa lagi melarikan diri, seorang Lucifer berhasil merenggut Golden kompas itu. Roseline tahu tanpa benda itu hidupnya tidak akan lama lagi, sebelum ia meninggal Roseline berpesan untuk meneruskan ramuan penyembuh untuk para vampir agar bisa kembali mejadi manusia lagi ramuan yang tinggal di sempurnakan dan Golden compas harus ditemukan karena sebagian kekuatan dan rahasia terbesarnya ada pada kompas itu. Setelah lama golden kompas tidak ditemukan Roseline meninggal. Para vampir bebas memburu manusia tapi kekuatan mereka tidak sebesar dulu karena sempat menghirup debu kematian tubuh mereka jadi renta. Mereka tidak bisa berburu lagi, dengan bantuan iblis akhirnya mereka berpura-pura menjadi manusia biasa dan masuk kedalam desa mencuri hati para gadis penyihir dan membuat mereka melahirkan anak-anak vampir, tadinya semua itu baru rencana, tapi rencana mereka berhasil banyak anak manusia setengah vampir yang memiliki kemampuan seperti penyihir lahir, mereka tumbuh dan menjadi penjaga untuk para vampir, anak-anak itu tumbuh menjadi anak immortal, yang tidak bisa terkena sihir manapun yang darahnya tidak pernah habis, menjadi anak yang kebal terhadap apapun. Kadang mereka berburu untuk orangtua mereka kadang mereka memberikan darah mereka untuk dihisap, dan semua itu berlangsung sampai sekarang"
"Waw" ucapku takjub. Aku rasa cerita itu sudah berakhir jadi sepertinya waktuku untuk terkejut "sejarah yang mengerikan"
Yojin Ahjuma mengangguk, "pada umur tertentu anak-anak itu akan berubah menjadi vampir yang seutuhnya dan setiap saat para vampir akan membutuhkan para anak immortal untuk menjaga dan mencari makan untuk mereka maka dari itu untuk menampung anak-anak mereka, berdirilah Shinwa tempat bagi para vampir dan anak immortal bersembunyi di Korea" lanjutnya lagi.
Aku mengedipkan mata dan menelan ludah. Shinwa? Sekolahku? Yang selama ini aku tempati adalah bagian dari neraka dan sebagiannya lagi berada di museum. Aku mulai mengerti sekarang, berarti Hanyong, Seung Jae dan Hana adalah anak immortal, apa sebentar lagi mereka akan membunuhku?
"Itu.. Sekolahku" ucapku parau, kenapa aku baru sadar selama ini aku selalu berhadapan dengan kematian "apa semua anak disana, immortal?"
"Tidak semua," Lu Han angkat bicara "mereka sengaja membuka kesempatan anak biasa untuk masuk agar mereka bisa menjadikan mereka korban untuk para vampir" aku menemukan jawabannya, kenapa kejadian aneh banyak terjadi di Sekolah itu, kenapa ada anak yang hilang setiap pergi ke museum.
"Lalu kenapa tidak ada yang curiga?"
"Itu karena Luna, salah satu anak immortal yang memiliki kekutan untuk menghilangkan ingatan semua anak, termasuk ingatanmu saat itu" baiklah semua mulai terlihat masuk akal, dan aku tidak berpikir teman-temanku adalah seorang immortal, aku yakin mereka hanya anak-anak biasa yang terjebak disana.
"Aku harus menyelamatkan teman-temanku" kataku sambil memegangi kepala yang tiba-tiba terasa pening. Cerita ini sudah memberiku banyak informasi, meski aku tahu itu belum semua.
"Dan menyelamatkan dirimu juga" aku menoleh kearah suara itu berasal. Itu milik Tao pria dengan wajah sedikit kusam. Aku menangguk.
-
Hari sudah menjelang malam dan aku masih disini, rumah dengan penuh magis. Setelah lama mengobrol di ruang makan Lay dan yang lain pamit pulang karena hari menjelang malam, aku diberi kesempatan untuk melihat-lihay rumah ini. Tadi ketika aku melewati lorong aku menemukan ruangan dengan pintu terbuka. Aku kira itu adalah sebuah ruangan rahasia lain dari rumah ini, tapi ternyata hanya sebuah kamar. Kamar dengan tatanan klasik, disudut ruangan terdapat dinding yang ditempeli rak buku yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit kamar. Wow, aku merasa takjub.
Kemudian tidak jauh dari tempat tidur ada balkon yang ikut menarik perhatianku, aku rasa hanya di kamar ini yang memilikk balkon. Karena sepanjang aku menelusuri rumah ini tidak satupun aku temukan balkon atau teras di lantai atas. Balkon itu memiliki penyangga kayu dengan hiasan tanaman kecil di sudut. Terpaan angin terasa saat aku mendekat dan menyentuh penyangganya. Pemandangan kota malam sangat indah membuatku takjub dan juga heran, bagaimana bisa?
"Tidak banyak orang yang bisa menemukan kamarku" Lu Han muncul dari pintu yang terbuka dan mendekat.
"Aku.." Kemunculan Lu Han membuatku sedikit terkejut jadi ini kamarnya.
"Bahkan bibiku sendiri sulit menemukan kamar ini" dia tersenyum.
"Maaf" sembarang memasuki kamar orang lain adalah perbuatan yang kurang sopan maka dari itu aku meminta maaf dan rasanya canggung sekali.
"Tidak apa, anggap saja kau sedang beruntung" katanya dan ikut berdiri disampingku.
"Bagaimana bisa ada balkon di kamar terpencil di sudut ruangan dengan tema rumah mungil yang ternyata memiliki atap tinggi" ucapanku membuatnya tertawa.
"Karena terkadang sesuatu yang indah tidak selalu bisa didapat, maka aku mebuatnya" jawab Lu Han. Aku masih belum mengerti apa hubungan balkon ini dengan perkataan Lu Han. Tapi ketika aku kembali menoleh kedepan aku hanya mendapati dinding bercat gelap yang mengelilingi balkon yang ternyata buatan ini.
Aku memandang Lu Han tidak percaya, ternyata dia sedang melakukan sihir, ini hanyalah sebuah kamar biasa dengan replika balkon di pinggir ruangn. Kemudian hembusan angin terasa kembali dan dinding itu sudah kembali menjadi pemandangan kota malam yang indah. Lu Han dan aku sama-sama melempar senyuman. Ini pasti karena sebuah sihir.
"Aku rasa ini lebih baik" kataku senang. Aku tidak tahu bagaimana angin malam yang menerpa wajahku terasa sangat nyata, Lu Han memainkan sihirnya dengan baik.
Kami melamun cukup lama dan aku mecoba memulai obrolan "oh ya orangtuamu dimana?" Aku memulai degan obrolan ringan.
"Mereka sudah meninggal, beberapa tahun yang lalu"
Aku tercengang aku kira memulai obrolan akan sedikit lebih mudah dengan pertanyaan itu, tapi ternyta tidak "oh, aku turut berduka cita"
Kami terdiam kembali sedikit lebih lama dan aku rasa saatnya memulai obrolan serius "sebenarnya cerita tentang Roseline membuat aku ingat sesuatu" aku beralih menghadap Lu Han, sedangkan dia hanya memutar wajahnya kearahku. "Semenjak aku menyerahkan benda itu ketangan para vampir aku selalu dihantui mimpi buruk dan wanita bernama Roseline itu sering datang ke mimpiku" Lu Han terlihat meneggakkan badannya "aku masih tidak yakin tapi ciri-ciri Roseline sama seperti wanita yang muncul di mimpiku" aku melihat raut wajah Lu Han yang berubah. Jangan katakan itu adalah hal buruk. Jangan katakan, jangan katakan.
Tapi Lu Han hanya diam dan kembali memandang ke depan. "Pertanda buruk kah?" Aku tidak tahan dengan semua rasa penasaranku, aku memang takut dengan semua kemungkinan yang ada tapi bersama dengan itu juga rasa penasaranku semakin besar.
"Sebenarnya, kami, semua para penyihir dan Vampir tidak sepenuhnya mengerti dengan cara kerja Kompas itu" aku sedikit mendekat agar bisa benar-benar mendengar apa yang akan Lu Han katakan "Queen Rose, kami menyebutnya pasti punya rencana sendiri menciptakan benda itu, yang aku tahu ketika Golden Compas sudah berada di tangan seseorang selama tujuh hari maka sebagian raga dan kekuatan orang itu sudah berada dalam kompas itu dan pikirkan saja jika berhari-hari seseorang kehilangan sebagian raga dan kekuatannya, dia pasti akan segera mati"
Aku menelan ludah, itulah sebabnya aku merasa seperti mayat hidup sekarang. Dan akan benar-benar menjadi mayat nanti. Aku mulai berpikir sedikit logis sekarang, jika memang Golden Compas itu harus kembali kepada pemiliknya harusnya pemiliknya sudah meninggal sekarang.
"Apakah raja vampir yang tempo hari kita temui itu adalah pemilik sebelumnya?"
"Bukan, pemilik sebelumnya sudah meninggal sehari sebelum kau mengembalikan kompas itu, raja Kim Kook, Ayah Kai Mahasiswa yang memandu jalan saat ke musium waktu itu" aku makin tercengang, penjelasan Lu Han makin membuat terkejut. Pantas saja Mahasiswa bernama Kai itu bersikap dingin padaku, pantas saja dia yang paling terlihat tidak berperasaan saat itu. Dia membenciku dan kemungkinan besar setiap hari dia bisa saja membunuhku. Dan kepalaku semakin pusing memikirkan semua itu.
"Kau tidak apa-apa?" Lu Han menyentuh bahuku, sepertinya ia khawatir melihatku menjambak rambutku sendiri.
"Ya, hanya sedikit pusing" jawabku sambil memaksa senyumanan "jadi, aku masih bisa kembali memiliki Golden Compas itu?" Hanya dengan memilikinya kembali aku bisa hidup normal setidaknya sebelum tujuh hari aku dapat memilikinya orang yang sedang memegang benda itu tidak akan mati.
"Aku tidak tahu, apa raja Young akan membiarkanmu hidup jika tahu kau meminta benda itu kembali, benda itu tanda kekuasaan siapa yang memegang benda itu akan menjadi pemimpin kami"
Bukannya semua sudah di ceritakan dibawah? Kenapa aku masih merasa banyak cerita yang belum aku ketahui.
"Sebaiknya kita duduk dulu, wajahmu sudah sangat pucat" Lu Han berjalan mendahuluiku dan duduk pada salah satu kursi yang berhadapan di dekat pintu balkon. Sejak kapan ada kursi dan sebuah meja disana? Aku yakin ketika aku melangkah ke balkon ini aku tidak melihat satu kursi pun.
"Ayo duduk" seru Lu Han yang menyadarkanku. Aku duduk perlahan di bangku itu, mungkin Lu Han yang menyihirnya sekarang aku bukan lagi takjub tapi juga takut.
"Baiklah kau cukup membuatku takut" kataku. Lu Han memiliki sihir yang selalu membuatku terkejut. Jangan sampai aku mati berdiri karenanya.
"Baiklah jadi tepat seratus tahun yang lalu bangsa kami membuat perjanjian",Lu Han kembali memulai cerita dengan wajah sangat serius "para vampir dan anak-anak mereka bebas melakukan apa saja termasuk membangun rumah di tengah kota yang ramai dan membaur bersama manusia lain, tapi dengan syarat mereka tidak boleh memburu manusia lagi dan para penyihir tidak akan pernah berusaha mengambil Golden Compas itu, hal itu dilakukan semata-mata untuk melindungi umat manusia, lalu para vampir bertanya bagaimana mereka dapat hidup jika tidak memangsa manusia. Dan bangsa penyihir akhirnya membuat ramuan, setiap mereka meminum ramuan itu nafsu mereka untuk meminum darah akan hilang jadi selain mereka menghisap darah anak-anak mereka, mareka juga meminum ramuan itu mereka setuju dan suruh vampir memulai mencari rumah dan keluar dari hutan, lalu beberapa tahun yang lalu kami mendapat kabar kalau Golden Kompas berada di Korea Selatan, mulanya benda itu berada di Rusia dan entah kenapa bisa berada di Korea dan di pegang oleh Raja Kim, aku yakin politik di kerjaan Vampir sangat kejam. Setelah itu yang aku tahu museum di pusat kota menjadi rumah mereka sekarang dan merek juga membangun sekolah. Kami para penyihir curiga sekolah itu di bangun untuk menyembunyikan kedok mereka kalau mereka masih memangsa manusia" Lu Han menghembuskan napas aku menopang dagu untuk mendengar cerita berikutnya "tapi kami belum menemukan bukti yang akurat, jika benar siswa yang setiap tahun hilang di sekolah itu menjadi korban untuk para vampir mereka harus menyerahkan Golden kompas itu dan bisa saja kembali diasingkan" Lu Han mengakhiri ceritanya. Aku bisa merasakan ada harapan di cerita itu.
"Aku bisa membantu kalian mencari tahu tentang semua itu, asal kalian membantuku mendapat Golden Kompas itu sementara, kalian bilang kalian akan melindungi manusia, aku salah satu dari mereka dan sekarang aku sekarat" kataku pada Lu Han.
Lu Han terdiam dan terlihat mulai menundukan wajahnya, "aku mohon" aku meraih tangan Lu Han, "kalian bisa meyakinkan raja kalian untuk membantuku, setidaknya benda itu tidak jatuh di tangan salah satu diantara kalian dan kalian tidak perlu mengadakan perang hanya meminjamkanku beberapa saat aja sampai,.. sampai aku benar-benar bisa pergi meninggalkan keluargaku" Aku menggenggam tangan Lu Han dengan erat "ini permintaan terakhirku"
Wajahnya terlihat binging "Aku akan membicarakannya pada keluargaku terlebih dahulu" Lu Han memundurkan tangannya untuk melepaskan genggamanku "tapi aku tidak janji kita bisa lakukan dengan cara itu, karena terlalu berbahaya"
Aku mengangguk setuku "terima kasih" tidak ada yang bisa aku perbuat selain menyerahkan semuanya pada Lu Han, aku tahu dia orang baik, dia akan menolongku. Jika memang gagal setidaknya kami sudah berusaha.
"Sebaiknya aku mengantarmu pulang" Lu Han bangkit dan aku mengikutinya, sebelum Lu Han membuka pintu kamarnya dia menoleh dengan wajah lebih ramah dibandingkan tadi.
"Ngomong-ngomong, kau wanita pertama yang paling lama berada di kamarku" katanya dengan senyum kecil di wajahnya.
Oh baiklah aku tidak tahu harus berkata apa untuk yang satu itu.
-
Hallooo haduh ini telat super telat update, maafin yah baru selesai uas dan baru bisa update. Kalo boleh jujur buat FF ini lumayan susah bgt, aku biasanya buat FF temanya romace tok, apalagi cast-nya exo, you know lah baperan terus kalo sebut nama member-member itu secara ini FF dibuat sebelum dua orang terakhir minggat dari perkumpulan *alah bingung juga kalo ada member yang di ilangin, soalnya emg cuma kris doang yang belum aku masukin, bingung hehe.
Pokonya butuh dukungan banget buat nerusin FF ini, secara agak susah buat ngatur alur ceritanya. Kalo ada yang mau kasih saran boleh banget, jangan lupa komen, sama lovenya yang belum terus share FF ini kalo kalian suka yah, siapa tau ada teman kalian yang suka FF gendre fantasi sprt ini. Jadi FFku sedikit tertolong hehehe, oh ya aku juga punya wattpad namanya Rerezkyka, rencananya story non FF akan lebih banyak di pubhlish disana, segitu dululah cuap-cuapnya, jan lupa komen guys!. DON'T BE SILENT READERS! Hargai penulis, Big Thanks :*