home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Crush

Crush

Share:
Published : 12 Apr 2014, Updated : 20 Apr 2014
Cast : Lee Jonghyun CNBLUE, Im Yoona SNSD, Jung Yonghwa CNBLUE, Seo Joohyun SNSD
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |11995 Views |1 Loves
Crush
CHAPTER 4 : The Stranger Girl

Amore Cafe, Gangnam-gu, Seoul

Pukul 08.30 KST

 

“Jonghyun-sii tidak masuk kerja?” tanya Yoona kepada Kim ahjuma. Jonghyun sudah hampir seminggu kerja di Cafe ini. Dan ini kali pertamanya ia tidak masuk kerja. Yoona sedikit penasaran dan... khawatir.

“Ya. Tadi dia menelpon”

“Kenapa?”

“Entahlah. Tapi dari suaranya sepertinya dia sedang sakit. Suaranya begitu berat. Mungkin flu” terang Kim ahjuma.

Yoona berpikir sesaat. Lalu tiba-tiba dia mendapatkan sebuah ide. “Ahjuma, bolehkah aku minta bantuanmu?” pinta Yoona dengan seulas senyum di bibirnya

 

-ooo-

 

Yongsan-gu, Seoul

Pukul 16.00 KST

 

“Nomor 120. 120.” gumam Yoona saat memasuki salah satu daerah padat penduduk di kota Seoul. Ia meminta izin pulang cepat kepada Kim ahjuma karena ingin melakukan sesuatu.

Hari sudah mulai sore, semburat jingga sudah mulai nampak di ufuk Barat. Yoona masih saja berjalan hanya dengan bimbingan secarik kertas di tangannya. Daerah ini begitu padat akan rumah rumah sederhana. Akses jalan di daerah ini pun cukup sulit. Sudah beberapa kali Yoona melewati tanjakan dan turunan curam semenjak memasuki daerah ini. Yoona masih memperhatikan sekeliling. Mencari alamat yang tertulis di selembar kertas yang Kim Ahjuma berikan tadi siang.

Sudah sepuluh menit Yoona berjalan namun belum juga menemukan alamat yang ia cari. Iapun memutuskan untuk bertanya pada penduduk daerah ini.

“Annyeong hayeso, ahjuma. Boleh aku tanya di mana alamat ini?” Yoona segera menyerahkan selembar kertas yang ia genggam kepada wanita paruh baya yang sedang duduk di depan rumahnya.

“Ah. Kamu jalan lurus sedikit lagi dan belok kiri pada persimpangan pertama dari sini, agashi”

“Kamsha hamnida, ahjuma” Yoona mengucapkan terimakasih sembari membungkuk hormat kepada wanita di hadapannya itu.

Setelah mendapatkan petunjuk mengenai alamat tersebut, akhirnya Yoona berhasil menemukan alamat yang ia cari. Di depannya telah berdiri sebuah rumah yang bisa dibilang sederhana namun cukup tinggi untuk ukuran rumah rumah di daerah ini. Mungkin rumah ini berlantai 5 tebak Yoona.

Yoona mencoba mengetuk pintu rumah itu. Berharap seseorang yang ia cari keluar menemuinya. Beberapa detik kemudian, munculah seorang ibu tua dari dalam rumah. Tubuhnya begitu kurus dan ringkih namun wajahnya terlihat begitu ramah. Ia tersenyum menyambut Yoona. “Ada yang bisa saya bantu, agashi?” tanyanya kepada Yoona dengan nada yang begitu lembut dan menenangkan.

“De, halmoni. Saya ingin bertemu dengan Lee Jonghyun. Apa dia tinggal di sini?” tanya Yoona sopan kepada ibu tua di depannya.

Ibu tua itupun tersenyum dan mengangguk pelan kepada Yoona. “Iya. Dia tinggal di lantai paling atas. Masuklah”. Ia berkata sambil mempersilahkan Yoona masuk.

“Kamsha hamnida, halmoni”

 

-ooo-

 

Yoona memandang takjub pemandangan di depannya. Rumah atap. Baru kali ini Yoona melihatnya secara langsung. Ia hanya pernah melihat seperti ini di drama drama televisi. Rumah ini ternyata memang benar mempunyai 5 lantai. Awalnya Yoona mengira tempat tinggal Jonghyun berada di lantai 5, namun ternyata Jonghyun tinggal di atap. Di lantai 6. Di rumah atap ini.

Yoona melihat sekeliling. Atap ini cukup luas. Hanya ada satu bangunan semi permanen yang sepertinya merupakan tempat tinggal Jonghyun. Di sudut kiri, di bawah pohon pinus besar –yang tingginya melebihi bangunan ini- ada sebuah gazebo tanpa atap yang cukup nyaman yang menyajikan pemandangan hampir seluruh daerah di bawah sana. Di sudut kanan terdapat beberapa tumpukan barang yang sepertinya tidak terpakai lagi.

Yoona melangkahkan kakinya untuk melihat pemandangan di bawah dengan jelas. Sepenglihatannya, bangunan inilah yang paling tinggi di daerah ini. Membuat Yoona dapat melihat dengan jelas seluruh daerah ini dari puncak paling atas. Pasti jika malam tiba akan sangat indah, pikirnya.

Yoona menarik napasnya dalam dalam. Berusaha memasukkan lebih banyak oksigen ke dalam paru parunya. Udara di sini terasa begitu menyegarkan. Yoona mencoba menutup mata. Mencoba merasakan kenyamanan ini dengan sistem inderanya yang lain. Angin semilir yang menerpa kulit wajahnya, suara kicau burung yang masih dapat ia dengar samar-samar, dan bau pohon pinus tua besar yang berjarak 5 meter dari sisi kirinya, semuanya terserap bersamaan ke dalam sistem inderanya. Sedetik kemudian, garis senyum terukir jelas di bibirnya. Ia suka tempat ini. Sungguh.

“Sedang apa kau di sini?” suara berat seorang lelaki melenyapkan kegembiraan Yoona yang hanya sesaat. Diputar kepalanya mengarah pada sumber suara tadi. Lee Jonghyun. Lelaki itu berdiri beberapa meter di belakang Yoona. Yoona hampir lupa tujuannya ke sini untuk menemui lelaki itu.

Jonghyun baru saja pulang dari tempat di mana ia bisa menemukan seseorang yang dapat membantunya. Seseorang yang ia yakin ada saat kejadian 4 tahun yang lalu. Seseorang yang sampai saat ini masih belum dapat ia temui. Ketika ia tiba di rumah atapnya, ia terkejut dengan kehadiran Yoona. Seingatnya, ia tidak pernah mengajak siapapun bertamu ke rumahnya. Jonghyun menatap Yoona instens menuntut jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

“Annyeong haseyo, Jonghyun-sii” sapa Yoona sesaat setelah Jonghyun bertanya kepadanya. Wajah terkejutnya tadi berubah menjadi senyum ramah kepada Jonghyun.

Yoonapun menghampiri Jonghyun. “Ini. Titipan dari Kim ahjuma”. Yoona menyodorkan kantong putih yang sedari tadi ia bawa. Jonghyun melirik sekilas ke arah kantong tersebut. Tidak mau langsung menerimanya. Ia malah kembali menatap Yoona meminta penjelasan.

Yoona yang mengerti maksud tatapan Jonghyun, segera mencoba menjelaskan maksud kedatangannya ke sini. “Ini bubur yang Kim ahjuma buat. Ahjuma bilang kamu sakit. Makanya hari ini kamu tidak masuk kan?”

“Cih...” Jonghyun hanya tersenyum mengejek. Ia benar benar tidak habis pikir, mengapa orang-orang ini dengan seenaknya mengambil kesimpulan mengenai keadaannya. Lagipula ia tidak pernah bilang bahwa ia izin sakit hari ini. “Aku tidak sakit. Pulanglah” Jonghyun berkata sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya.

“Tunggu!” Yoona menahan pintu rumah yang hendak Jonghyun tutup dengan kaki kanannya. Sedetik kemudian dia sudah berada di dalam rumah Jonghyun.

Tempat ini sangat kecil. Jika dibandingkan dengan kamar Yoona, mungkin tidak sampai setengah dari luas kamar Yoona. Hanya ada  satu ruangan lepas yang Yoona pikir merupakan kamar tidur, ruang tamu, dan ruang keluarga yang dijadikan satu. Dapur hanya dipisahkan oleh lemari besar yang masih dapat Yoona lihat dari sini. Sepertinya tidak akan cukup jika dua orang memasak bersamaan di sana. Di dekat dapur, terdapat pintu kayu berwarna coklat tua yang Yoona rasa itu adalah kamar mandi.

Sama halnya seperti kamar seorang pria pada umumnya, kamar Jonghyun sangat berantakan. Di sudut ruangan dekat dapur, terdapat tumpukan kain kotor yang tingginya hampir setengah tinggi Yoona. Di atas meja dekat dapur, masih terdapat sisa sisa bungkus ramen yang belum dibuang mungkin sejak beberapa hari yang lalu jika dilihat dari jumlahnya. Tidak jauh dari tempat Yoona berdiri sekarang, terdapat tumpukan-tumpukan kertas dan buku-buku yang berserakan hampir menutupi ruangan ini.

“Aigoo”. Hanya itu kata pertama yang keluar dari mulut Yoona semenjak masuk ke ruangan ini. Jonghyun menatap Yoona tajam. Ia sangat keberatan jika ada orang yang tanpa izin masuk ke rumahnya, apalagi sampai mengeluarkan komentar yang menurutnya tidak penting.

“Apa semua kamar lelaki seperti ini?” gumam Yoona sembari menggeleng-gelengkan kepala. Kamar Jonghyun mengingatkan Yoona akan kamar oppanya di rumah. Sejak kecil Yoona sangat suka kebersihan dan sudah terbiasa merapihkan kamar oppanya setiap hari mengingat oppanya tidak pernah mau merapihkan kamarnya sendiri dan tidak pernah juga mengizinkan pelayan di rumah memasuki kamarnya tanpa izin.

Tanpa berpikir panjang, Yoona segera merapihkan tumpukan kertas dan buku yang paling dekat dengan tempatnya berdiri. Yoona merapihkannya dan menyusunnya kembali ke atas lemari buku.

Jonghyun yang kaget melihat aksi bersih bersih spontan Yoona hanya bisa menatap gadis itu tidak percaya. Baru kali ini ia bertemu seorang gadis yang masuk rumahnya tanpa izin, mengomentari keadaan rumahnya, dan sekarang tiba-tiba membersihkan barang-barang di dalam rumahnya. Benar-benar gadis aneh.

Setelah selesai merapihkan tumpukan buku-buku Jonghyun, Yoona segera melangkah ke dapur untuk merapihkan sisa sisa makanan di meja makan Jonghyun. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh Jonghyun sehingga tubuhnya pun ikut tertarik dan membuat keduanya saling berhadapan.

Jonghyun menatap tajam Yoona. Ingin sekali rasanya ia memaki habis-habisan gadis tidak sopan di depannya ini. Namun begitu menatap mata Yoona, sesuatu yang lain dirasakannya. Tiba-tiba saja ia tidak tega untuk melontarkan semua kalimat-kalimat umpatan yang telah berada di ujung lidahnya.

Yoona menarik lengannya dari cengkraman Jonghyun. Gerakan itu seketika menyadarkan Jonghyun dari sihir mata gadis itu.

“Pulanglah!” Jonghyun mengucapkan kalimat itu dengan nada tidak bersahabat. Bermaksud agar gadis itu segera menuruti perkataannya.

“Shiro!” jawab Yoona sambil melenggang pergi ke arah dapur meninggalkan Jonghyun yang masih tidak percaya dengan jawaban yang ia terima. Gadis ini benar-benar keras kepala. Ketika Jonghyun ingin menghampirinya di dapur, tiba-tiba ada ketukan dari arah pintu. Jonghyun akhirnya menunda niatnya untuk menghampiri Yoona.

“Jonghyun-sii, ini ada kimchi untuk makan malam. Makanlah bersama agashi yang mencarimu tadi” ucap Halmoni pemilik apartemen sembari menyerahkan kotak makan berukuran sedang kepada Jonghyun.

“Kamsha hamnida, halmoni” ucap Yoona yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Jonghyun.

“Ne, makanlah yang banyak agashi” Halmoni tersenyum hangat sebelum pamit pergi.

Jonghyun menutup pintu rumahnya dan segera berbalik badan menghadap Yoona. Kali ini ia benar-benar jengkel dengan sikap Yoona yang seenaknya saja di dalam rumahnya.

“Wae?” tanya Yoona dengan wajah polosnya. Ia langsung mengambil kimchi pemberian Halmoni yang masih dipegang Jonghyun. “Ini untuk ku kan?” tanya Yoona dengan senyum lebar. Belum sempat Jonghyun menjawab, Yoona sudah melenggang pergi ke arah dapur dan menaruh kimchi di atas meja. Jonghyun hanya bisa menarik napas panjang melihatnya.

“Pulang sekarang juga atau __” ancam Jonghyun tegas setibanya ia di meja makan.

“Atau lebih baik kau tawarankan minuman dulu pada tamumu ini” potong Yoona sekenanya. Yoona masih sibuk membersihkan meja makan dari sisa sisa makanan yang tidak Jonghyun bersihkan sejak kemarin malam. Yoona menghentikan kegiatan bersih-bersihnya dan menatap Jonghyun sebal. “Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan pada tamumu?” sindirnya.

“Kau bukan tamuku. Tidak ada tamu yang masuk tanpa izin pemilik rumah” jawab Jonghyun tidak mau kalah.

“Tapi aku berniat baik. Aku ke sini ingin menjengukmu”

“Aku tidak butuh”

“Aku juga tidak mau. Aku disuruh Kim Ahjuma”. Yoona mulai jengkel. Sebenarnya ia yang meminta izin kepada Kim Ahjuma untuk menjenguk Jonghyun. Ia terpaksa berbohong agar Jonghyun tidak mengusirnya lagi.

“Bilang padanya aku tidak sakit”

“Setidaknya kau makan bubur buatannya” ucap Yoona sembari menyodorkan kembali kantong putih yang tidak jadi Jonghyun terima saat ia baru tiba tadi.

“Aku tidak sakit. Untuk apa aku makan bubur?”

“Kim Ahjuma akan kecewa jika kau menolak pemberiannya”

“Kalau begitu kau saja yang makan”

“Aku juga tidak sakit. Lagipula ini dibuat untuk mu”

“Bilang saja aku yang makan”

“Aku tidak mau berbohong!!!” jawab Yoona geram.

Jonghyun memutar bola matanya kesal. Gadis di depannya ini benar-benar keras kepala. Jonghyun merasa perdebatan tidak penting ini tidak akan selesai jika ia tidak menghentikannya terlebih dahulu.

Jonghyun pun berjalan ke arah Yoona dan merebut dengan kasar kantong putih dari tangannya. “Kau harus pulang setelah aku makan ini” ancamnya sembari berjalan ke arah rak untuk mengambil mangkok dan sendok. Yoona hanya tersenyum melihat kelakuan Jonghyun. Ternyata orang seperti Jonghyun bisa juga mendengarkan permintaannya walaupun mereka harus bersitengang selama beberapa menit tadi.

“Air putih juga tidak masalah” ucap Yoona tiba-tiba saat Jonghyun masih sibuk mencari mangkok di rak.

“Tsk!” Jonghyun berdecak kesal sambil melirik ke arah Yoona. Iapun mengambil gelas setelah menemukan mangkok yang ia cari.

Jonghyun meletakkan dengan kasar gelas yang berisi air putih di depan Yoona yang sedang duduk di meja makan. “Gomawo” ucap Yoona sambil terkekeh geli.

Jonghyun duduk di hadapan Yoona, mengaduk bubur buatan Kim Ahjuma yang dibawa oleh Yoona tadi. Berusaha tidak mengacuhkan tatapan Yoona yang sedari tadi masih intens padanya.

“Kau tidak pernah melihat orang makan bubur ya?” tanya Jonghyun ketus. Ia sangat tidak nyaman dengan tatapan intens yang Yoona berikan kepadanya. Siapa sih orang yang suka diperhatikan saat sedang makan?

“Tsk! Arasho...” gumam Yoona diikuti dengan berbagai cibiran untuk Jonghyun. Yoonapun mengalihkan pandangannya dan menemukan kotak kimchi dari Halmoni pemilik rumah di sampingnya. Ia segera mengambil dan membuka kimchi tersebut. Wangi khas kimchi segera menusuk rongga hidungnya dan membuat kelenjar tiroid dalam mulutnya semakin aktif bekerja.

Tanpa aba-aba, Yoona segera mencicipi kimchi tersebut dengan tangan kosong. “Hmmmm... Mashita!!”. Hanya itu komentar yang keluar dari mulut Yoona ketika mencicipi kimchi buatan Halmoni. Menurut Yoona, ini adalah kimchi terlezat yang pernah ia cicipi seumur hidupnya. Bahkan kimchi buatan Chef Han –chef pribadi di rumah Yoona- kalah dengan kimchi buatan Halmoni ini.

Jonghyun menatap heran gadis di depannya ini. Bagaimana bisa seorang gadis makan kimchi dengan tangan kosong dan juga menjilati jari-jarinya dari bumbu kimchi? Jonghyun hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan gadis itu.

 

-ooo-

 

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sudah saatnya Yoona untuk pulang. Yoona rasa sudah cukup acara mengganggu Tuan Lee Jonghyun hari ini. Ia akan melakukannya lagi lain hari. Ia janji.

Yoona pun pamit pulang dan juga meminta Jonghyun untuk masuk kerja esok hari. Jonghyun hanya menjawab dengan gumaman kepada Yoona tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas-kertas yang dari tadi ia baca semenjak selesai makan. Yoona yang mulai mengerti sikap Jonghyun, hanya bisa pergi tanpa berniat mengganggu lelaki tersebut lebih lama lagi.

“Kau sudah mau pulang, agashi?” tanya Halmoni ketika berpapasan dengan Yoona di lantai 3.

“De, halmoni” jawab Yoona sembari tersenyum ramah. “Terimakasih atas kimchinya. Tadi itu enak sekali. Itu kimchi terlezat yang pernah ku makan. Sungguh!!” lanjut Yoona dengan penuh semangat.

“Benarkah? Mau kuajarkan bagaimana cara membuatnya?” ucap Halmoni tidak kalah semangat.

“Bolehkah?” tanya Yoona dengan mata berbinar-binar. Ia benar-benar ingin bisa membuat kimchi selezat yang halmoni buat. Jika ingin jujur, impiannya dari kecil adalah dapat membuat kimchi terlezat untuk suaminya nanti. Impian konyol memang. Tapi Yoona serius akan hal itu.

“Tentu. Lusa datanglah lagi ke sini. Kita buat kimchi bersama” tawar Halmoni.

“Waaaa... Kamsha Hamnida, Halmoni” ucap Yoona riang. “Kalau begitu, sampai bertemu lusa. Aku pamit” lanjut Yoona sambil membungkuk hormat kepada Halmoni.

 

-ooo-

 

Kediaman Keluarga Im, Cheongdam-dong, Seoul

Pukul 21.00 KST

 

“Kau sudah pulang Yoon-ah?” tanya Yonghwa sembari menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Yoona.

“Ne, Oppa. Masuklah” jawab Yoona.

Yonghwa pun berjalan masuk ke kamar Yoona dan duduk di sisi tempat tidur Yoona, tepat di samping Yoona duduk.

“Kau dari mana tadi? Oppa menjemputmu di cafe tapi kamu tidak ada” tanya Yonghwa.

“Aku dari rumah teman, oppa” jawab Yoona jujur. Yonghwa hanya mengganggukkan kepalanya mendengar jawaban Yoona. Tidak ingin menanyakan lebih lanjut. Ia tidak mau terlalu protektif kepada adiknya. Baginya, selama Yoona pulang ke rumah dengan selamat, itu sudah cukup. Lagipula ia percaya sepenuhnya kepada Yoona. Ia mengenal Yoona luar dalam. Dan ia yakin Yoona pasti jujur kepadanya.

“Ada apa, oppa?” tanya Yoona tiba-tiba. Yoona dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang penting yang ingin kakaknya bicarakan kepadanya. Jarang-jarang Yonghwa mencarinya malam-malam sampai ke kamarnya seperti ini.

Yonghwa tersenyum mendengar pertanyaan Yoona. Adiknya ini memang benar-benar tau akan dirinya. Yonghwa pun menatap dalam mata Yoona. Berharap apa yang akan ia katakan ini tidak akan membuat Yoona membencinya.

“Mungkin kau akan membenci keputusanku ini, Yoon-ah. Tapi aku melakukannya bukan karena paksaan dari siapapun”. Yonghwa mencoba membuka pembicaraan sebaik mungkin. Yoona yang merasa ada yang aneh dengan perkataan oppanya, hanya bisa menunggu penjelasan lebih lanjut yang keluar dari mulut oppanya itu. Ia tidak mau mencoba menduga-duga sesuatu apapun itu.

“Mulai besok, aku akan bekerja di perusahaan appa” terang Yonghwa dengan suara sejelas mungkin. Yoona hanya bisa terdiam sambil terus memandang Yonghwa. Ia masih mencerna kata-kata yang keluar dari mulut oppanya itu.

Bekerja di perusahaan appa? Bukankah oppa membenci appa? Sama sepertiku. Lalu untuk apa bekerja di situ? Apa karena paksaan appa? Tapi tadi oppa bilang bukan karena paksaan. Lalu karena apa?’. Begitu banyak pertanyaan yang bergumul di otak Yoona saat ini tapi tidak ada satupun yang meluncur keluar dari bibirnya.

Yonghwa yang melihat perubahan ekspresi muka Yoona, mencoba segera menjelaskan perkataannya tadi. “Aku ingin mengambil banyak pengalaman dari sana. Aku telah mengamati kondisi perusahaan appa dari waktu ke waktu, dan aku menemukan banyak kecurangan di dalamnya. Appa tidak menyadarinya sampai saat ini. Aku hanya ingin mengasah kemampuanku untuk membangkitkan lagi perusahaan appa dan menendang keluar koruptor-koruptor yang berada di dalam perusahaan”.

“Tapi untuk apa?” tanya Yoona yang masih bingung. Untuk apa oppanya menyelamatkan perusahaan appanya itu?

“Aku memang tidak punya alasan khusus. Aku hanya tidak ingin kejadian 4 tahun yang lalu kembali terulang” terang Yonghwa sambil mencoba menatap dalam mata Yoona. Mencoba memberikan keyakinan kepada Yoona bahwa inilah jalan yang ingin ia tempuh saat ini.

Yoona yang melihat keyakinan di dalam mata oppanya, pada akhirnya hanya dapat menggangguk menyetujui keputusan oppanya itu. Yoona pribadi juga tidak ingin kejadian kelam 4 tahun lalu kembali terulang. Ia hanya dapat berharap inilah yang terbaik untuk semua.

 

-ooo-

 

Amore Cafe, Gangnam-gu, Seoul

Pukul 08.00 KST

 

“Mooooorniiiiiiiing aaaallll...”. Terdengar suara yang tidak asing masuk ke dalam cafe pada pagi ini. Suara seorang wanita beroktaf tinggi yang sudah hampir 2 pekan tidak terlihat eksist di cafe ini.

“Eoniiiiiiiiiiiii...” teriak Yoona dari arah dapur begitu melihat sosok yang sudah lama tidak terdengar kabarnya itu. Yoona segera berlari dan memeluk sosok wanita cantik yang telah berdiri di hadapannya. “Taeyeon eoniiii... nomu bogoshipposo” ucap Yoona riang setelah memeluk singkat Taeyeon.

“Nado. Bagaimana kabar kalian? Semua undercontrol kan?” tanya Taeyeon sambil memandangi isi cafe sambil tersenyum.

Dalam beberapa menit seluruh karyawan Amore Cafe telah duduk di satu meja untuk merayakan kembalinya Taeyeon ke cafe ini. Sudah hampir 2 minggu Taeyeon izin tidak masuk kerja karena eommanya yang tiba-tiba jatuh sakit di Busan. Rasanya lengkap sudah anggota keluarga Amore cafe pada hari ini.

“Bagaimana keadaan eomma mu, Tae?” tanya Jessica membuka pembicaraan.

“Sudah membaik. Sekarang eomma sudah bisa dirawat di rumah oleh adikku. Maka dari itu aku dapat kembali ke sini” Jelas Taeyeon yang membuat seluruh karyawan merasa lega mendengarnya.

“Syukurlah. Semoga keadaannya makin membaik” harap Jessica sekaligus mewakili seluruh karyawan yang lain.

“Gomawo. Maaf sudah mencemaskan kalian semua” ucap Taeyeon sambil memandangi sahabat-sahabat terbaiknya di cafe ini satu per satu. Tatapan Taeyeon terhenti kepada satu sosok asing yang baru ia lihat semenjak ia menginjakkan kaki di cafe ini lagi. “Nugu?” tanya Taeyeon yang penasaran dengan sosok yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapannya dengan karyawan lainnya.

“Oh! Aku lupa memperkenalkannya kepadamu. Dia Lee Jonghyun-sii. Penggantimu selama izin ke Busan” jelas Kim Ahjuma.

Taeyeon menggangguk mengerti. “Kim Taeyeon imnida” ucapnya sambil mengulurkan tangan kepada Jonghyun.

Jonghyun pun menyambut uluran tangan Taeyeon. “Lee Jonghyun imnida” balas Jonghyun memperkenalkan diri.

“Senang berkenalan denganmu, Jonghyun-sii” ucap Taeyeon sembari memamerkan deretan gigi putihnya kepada Jonghyun. Jonghyun hanya mengangguk singkat menanggapi.

“Omo!!!” teriakan Yoona mengambil perhatian seluruh karyawan kepada dirinya.

“Wae?” tanya Jessica khawatir setelah melihat wajah terkejut Yoona. Yoona tidak segera menjawab pertanyaan Jessica. Ia malah memandang Kim Ahjuma dengan tatapan sedih sekaligus memelas yang membuat semua orang makin penasaran.

“Ottokhe???” ucap Yoona sambil masih memasang wajah sedihnya itu. Kim Ahjuma yang tidak mengerti maksud pertanyaan Yoona hanya dapat mengerutkan dahi sambil menunggu penjelasan Yoona selanjutnya. “Jonghyun-sii. Ottokhe?? Tae eonni sudah masuk, lalu Jonghyun bagaimana?” tanya Yoona pada akhirnya.

“Ah... Itu...” Kim Ahjuma terlihat tidak bingung ataupun mencoba memikirkan pertanyaan Yoona. Sepertinya ia sudah tau apa yang harus dilakukan. Yoona menunggu jawaban Kim Ahjuma. Ia takut memikirkan bahwa Jonghyun akan diberhentikan dari pekerjaannya sesuai perjanjian awal saat Jonghyun masuk kerja. Yoona berharap Kim Ahjuma mau mempertimbangkan untuk terus mempekerjakan Jonghyun setelah melihat kinerja Jonghyun selama seminggu lebih bekerja di sini.

“Aku sudah membicarakan hal ini pada Jonghyun dua hari yang lalu. Aku berencana mempekerjakan Taeyeon menjadi maid sedangkan Jonghyun tetap menjadi kasir di sini. Tapi aku tetap harus meminta persetujuan dari Taeyeon. Bagaimana Tae?” jelas Kim Ahjuma.

Tanpa aba-aba, Yoona segera mengarahkan pandangannya pada Taeyeon untuk menunggu jawaban yang keluar dari mulut Taeyeon. Rasanya jika ia memiliki kemampuan telepati, ia ingin sekali menggunakannya sekarang kepada Taeyeon. Ingin memberitahukan kepadanya bahwa jangan mengancurkan harapannya untuk dekat dengan pria di sampingnya ini.

Seakan mendengar suara telepati yang Yoona sampaikan, Taeyeon pun menggangguk mantap tanda ia setuju dengan keputusan Kim Ahjuma. “Oke. Tidak masalah” jawab Taeyeon pada akhirnya.

Yoona merayakan kegembiraannya dalam diam. Tak habis-habisnya ia berterimakasih pada Taeyeon dalam hatinya. “Gomawo, Tae eonni”.

 

-ooo-

 

Yeoksam-dong, Seoul

Pukul 20.00 KST

 

“Chogiyo... Apa anda mengenal pria jangkung yang mengendarai sepeda yang tinggal di daerah sini?”

“Animida. Aku tidak pernah melihat orang seperti itu”

“Ne. Kamsha Hamnida”

‘Sial... Mengapa begitu sulit mencari orang itu?’ rutuk Jonghyun dalam hati. Hari ini lagi-lagi ia harus kembali menelan kekecewaan dengan hasil yang ia dapatkan. Sudah hampir seminggu ini ia selalu mencari lelaki pada malam 4 tahun yang lalu itu di lokasi kejadian ini. Lokasi di mana Jonghyun mengalami kejadian mengerikan yang membuat hidupnya berubah. Padahal Jonghyun berjanji tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di tempat terkutuk ini. Namun demi menemukan lelaki itu, ia rela kembali. Hanya demi lelaki itu dan demi tegaknya sebuah keadilan dan hukum untuk dirinya.

Jonghyun kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalan besar ini. Hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu jalan sudah mulai dinyalakan dan suara orang yang lalu lalang sudah mulai berkurang, digantikan oleh beberapa suara kendaraan yang melintas. Sunyi memang. Jalan ini memang besar, namun bukan jalan utama. Di ujung jalan terdapat beberapa kompleks perumahan dan beberapa bangunan apartement. Jadi jalan ini hanya dilewati oleh orang-orang yang memiliki kepentingan ke perumahan itu.

Kesunyian ini kembali mengingatkan Jonghyun pada malam itu. Saat itu sudah hampir tengah malam. Jonghyun ingat, ia hanya berjalan sendiri di jalan ini. Ia ingin mengunjungi seseorang yang tinggal di apartement berlantai 15 di sudut jalan ini. Orang yang sangat berharga baginya. Orang yang sangat ingin ia temui pada malam itu, mengingat itu adalah hari special bagi mereka berdua.

Dengan membawa sebuket bunga mawar merah –bunga kesukaan orang itu-, Jonghyun setengah berlari menyusuri jalan ini. Sangat tidak sabar ingin segera melihat ekspresi orang itu ketika ia tiba. Memberikan bunga ini dan benda di dalam kotak kecil yang ia simpan di balik jaketnya. Dengan memikirkannya saja sudah dapat membuat seulas senyuman terukir di bibirnya. Namun semua yang ia rencanakan hancur. Karena kejadian itu, ia kehilangan semuanya. Termasuk orang itu. Orang yang sangat ia cintai.

 

-ooo-

 

Beberapa hari kemudian

Gedung Perkantoran Heaven Coorp. Yeouido, Yeongdeungpo-gu, Seoul

Pukul 09.00 KST

 

“Hyung, ini semua informasi yang kau inginkan” ucap seorang lelaki berwajah tampan dengan rambut coklat panjang sambil berjalan memasuki ruangan besar yang didominasi warna hitam dan putih.

Lelaki berambut panjang itu menyerahkan map merah kepada lelaki yang sejak tadi sibuk dengan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya. Lelaki itupun menghentikan kesibukkannya dan fokus pada lelaki berambut panjang yang sudah membawa informasi yang sangat ingin ia ketahui di dalam map merah itu. Lelaki itu segera membaca dengan seksama kertas-kertas di dalam map itu.

Seperti terhantam batu, dadanya terasa sangat sakit dan sesak saat membaca apa yang ada di dalam map itu. Ia mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Mencoba mencerna kembali setiap kata yang tertulis di dalam map itu. Berkali-kali ia baca pun, hasilnya tetap sama. Tanpa ia sadari, matanya sudah memerah, napasnya pun sudah mulai tidak beraturan. Rasanya sulit sekali memasukkan oksigen ke dalam paru-parunya. Setiap tarikan napasnya terasa begitu sakit dan menyayat. Sejurus kemudian, cairan bening menetes dari sudut matanya. Ia tidak dapat menahan rasa sakit itu. Rasanya ia ingin berteriak agar rasa sakit itu hilang.

“Yonghwa hyung”. Lelaki berambut panjang itupun membuka suara. Tidak tega melihat Yonghwa yang telah ia anggap sebagai kakak kandungannya itu serapuh ini. Ia dapat melihat dengan jelas bahu Yonghwa yang bergetar. Terlihat begitu rapuh. Namun ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa meremas pundak Yonghwa untuk menguatkannya, menyalurkan seluruh tenaga yang ia punya kepada lelaki di sampingnya ini.

Takdir memang kejam. Sudah hampir 4 hari ini Jungshin –lelaki berambut panjang itu- diminta oleh Yonghwa yang merupakan atasannya di kantor untuk mencari tahu mengenai keberadaan ibu Yonghwa. Sudah hampir 4 tahun Yonghwa tidak bertemu dengan ibunya.

Jungshin berhasil menemukan keberadaan ibu Yonghwa. Namun kabar itu bukan sepenuhnya kabar gembira. Jungshin menemukan kenyataan bahwa ibu Yonghwa saat ini dirawat di salah satu Rumah Sakit kecil di pinggir kota Seoul. Mengetahui bahwa ibunya tidak baik-baik saja, Yonghwa sangat panik. Hampir saja ia ingin menemui ibunya hari itu juga. Namun Jungshin mencegahnya. Bertemu Yonghwa pasti akan membuat Haera Ahjuma (Ibu Yonghwa) terkejut, terlebih lagi jika ia mengingat kejadian 4 tahun yang lalu. Itu tidak baik bagi kesehatannya.

Maka Yonghwa pun meminta Jungshin untuk mencari tahu penyebab ibunya dirawat di Rumah Sakit itu. Jungshin berhasil mencari tahu kondisi kesehatan Ibu Yonghwa. Dan di dalam map itulah hasilnya. Leukimia. Satu kata itulah yang sekarang berhasil membuat Yonghwa menangis dan terlihat sangat rapuh di depan Jungshin.

Jungshin sudah mengenal Yonghwa sejak 8 tahun yang lalu sejak mereka masih duduk di bangku Junior High School. Yonghwa satu tahun di atasnya dan Jungshin sudah paham betul sifat-sifat Yonghwa. Hyungnya ini merupakan orang yang kuat. Ia orang yang mandiri dan mampu bertahan dalam situasi apapun, bahkan saat keluarganya hancur 4 tahun yang lalu. Yonghwa yang menangani semuanya. Seluruh pegawai di rumahnya, sekolahnya, dan juga Yoona. Dan Yonghwa tidak pernah mengeluh. Tidak sekalipun.

Dan baru kali ini ia melihat Yonghwa menangis. Jungshin tidak pernah melihat Yonghwa selemah ini. Pastilah kabar tadi merupakan pukulan telak baginya. Tidak bertemu dengan ibu yang sangat dicintai selama 4 tahun dan sekarang justru mendapatkan kabar bahwa beliau terserang penyakit mematikan. Manusia sekuat apapun pasti tidak berdaya jika mengalaminya. Kejadian ini menyadarkan Jungshin, bahwa sekuat apapun dia, Yonghwa hyung tetaplah manusia biasa. Yang dengan sekuat apapun tetap tidak bisa melawan takdir.

 

-ooo-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK