home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Crush

Crush

Share:
Published : 12 Apr 2014, Updated : 20 Apr 2014
Cast : Lee Jonghyun CNBLUE, Im Yoona SNSD, Jung Yonghwa CNBLUE, Seo Joohyun SNSD
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |12008 Views |1 Loves
Crush
CHAPTER 2 : Life Is Hard

"Kau lulusan apa?"

"Aku hanya lulus high school 3 tahun yang lalu"

"Tidak melanjutkan kuliah?"

"Tidak. Aku tidak punya cukup biaya"

"Lalu, itu...."

"Ah! Ini memang sudah tidak berfungsi dengan baik"

Hening sejenak

"Maaf Jonghyun-sii, kurasa kami tidak dapat memperkerjakanmu dengan keadaan seperti itu"

"Hmmm... Aku mengerti. Terimakasih"

Lagi. Ini sudah kali ke sembilan dalam minggu ini. Jonghyun sudah mulai terbiasa dengan penolakkan dirinya dikarenakan alasan yang sama.

Seoul hari ini begitu terik. Matahari tampak tidak malu malu memperlihatkan diri. Jonghyun sudah berjalan belasan kilometer hari ini. Menjajaki setiap sudut ibu kota Korea Selatan ini dengan ransel kumuh dan map merah yang sejak tadi ia genggam pada tangan kanan. Peluh yang sudah puluhan kali disekanya terus mengalir membanjiri kening dan pelipis matanya. Sol sepatu yang kian menipis membuat kakinya merasakan panas yang berkali kali lipat. Matahari sedang tidak bersahabat padanya kali ini.

Merasa sudah cukup lelah berjalan, Jonghyun mengistirahatkan tubuhnya di sebuah halte bus tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia membuka ranselnya. Mengobrak abrik isi di dalamnya dan mengambil sebotol air mineral yang ia bawa dari rumah sebagai bekal hari ini. Jonghyun membuka tutup botol menggunakan giginya. Lalu ia meneguk air dengan sekali tarikkan napas.

"Keras". Itu yang akan Jonghyun jawab jika ada seseorang yang menanyai pendapatnya tentang kehidupan di Seoul. Ibu kota ini terlalu kejam baginya dan bagi orang orang sepertinya. Ya, orang orang yang tidak memiliki cukup pendidikan, tidak memiliki identitas yang jelas dan tidak memiliki tubuh yang berfungsi dengan baik seperti dirinya. Jonghyun memandang tangan kirinya sedih bercampur kesal. "Apa yang bisa kuharapkan darimu sekarang?" batinnya kesal.

Tangan kiri Jonghyun memang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya sejak kejadian menyakitkan 4 tahun yang lalu. Meski bentuk fisik tangan kirinya sempurna, namun tidak dengan fungsinya. Saat kejadian itu, tulang pada tangan kirinya patah di daerah bawah siku dan patahan tulangnya itu merobek dua saraf di tangannya sekaligus. Robeknya kedua saraf itu mengakibatkan fungsi motorik dan fungsi sensorik pada tangan kirinya hilang sehingga membuat jari jari pada tangan kirinya tidak dapat menggenggam dan kondisi mati rasa pada daerah siku sampai jari jari tangannya. Walaupun begitu, tangan kirinya masih dapat sedikit digerakkan ke depan dan belakang dikarenakan masih ada beberapa syaraf pada tangannya yang masih berfungsi dengan baik.

Seandainya kejadian pada malam itu tidak menimpanya, mungkin sekarang ia sudah bersinar terang di atas panggung dengan sorot lampu dan blitz kamera yang siap mengabadikan setiap inci gerak geriknya. Menjadi gitaris handal adalah impiannya sejak kecil. Jonghyun begitu mencintai gitar dengan segenap jiwa raganya. Baginya, gitar adalah sahabatnya, impiannya, kebahagiaannya dan juga hidupnya.

Ia ingat saat pertama kali ayahnya menghadiahkannya gitar di hari ulang tahunnya yang ke 7 tahun. Semenjak itu, tiada hari tanpa gitar di tangannya. Ia memetiknya, memainkannya menjadi melodi melodi indah, dan menciptakan melodi melodinya sendiri. Tapi sekarang, impiannya hancur, kebahagiaannya hilang dan hidupnya terenggut semenjak kejadian 4 tahun yang lalu -yang sampai detik ini masih ia kutuk- yang mengakibatkan ia tidak dapat lagi memetik gitarnya, tidak dapat memainkan melodi melodi indah lagi dan tidak dapat lagi menciptakan melodinya sendiri.

Sejak kejadian itu semuanya berubah. Namanya yang baru mulai melabung di kancah industri musik Korea tiba tiba mengilang, perekonomian keluarganya yang mulai membaik pun kembali terpuruk dan keluarganya yang hangat dan saling mengasihi pun tercerai. Semuanya hilang. Kejadian yang menimpanya itu seakan merupakan kiamat kecil baginya.

Jonghyun benci dengan semua sekenario yang Tuhan berikan padanya. Di saat ia baru akan mulai mencicipi hasil kerja kerasnya selama ini, tiba tiba Tuhan mengambil semuanya. Tuhan merenggut semua yang ia miliki. Sekarang ia tidak memiliki apa apa. Hanya sepenggal tangan tidak berguna yang menempel pada tubuhnya.

Jonghyun menghela napasnya berat. Dilihatnya keadaan jalan kota Seoul hari ini. Sudah banyak orang yang hilir mudik dengan langkah cepat di sekitarnya, seolah olah mengejar waktu untuk segera beristirahat dan berkumpul bersama keluarga. Jonghyun melirik jam tangannya. Sudah pukul 5 sore. Sudah jam nya warga Seoul pulang dari kerja kerasnya di kantor.

Jonghyun tersenyum miris. Ia ingin pulang juga karena begitu lelah hari ini, namun apa yang ingin dicarinya untuk cepat sampai di rumah seperti orang-orang itu?

Rumah.

Jonghyun kembali tersenyum miris. Gurat kesedihan terpancar jelas dari sorot matanya. Apa itu rumah? Kalau rumah hanya sekedar tempat untuk beristirahat, Ya! Jonghyun mempunyai itu. Tetapi kalau rumah merupakan tempat berkumpulnya keluarga dan berbagi hangatnya kasih sayang, Jonghyun akan mengakui bahwa ia TIDAK memiliki itu.

Jonghyun meneguk minumnya sekali lagi. Ia akan menunggu hingga langit sedikit lebih gelap dan menunggu sampai jalanan kota Seoul sedikit lengang untuk pulang ke rumahnya. Rumah tempatnya beristirahat.

 

-ooo-

 

Keesokkan hari

Amore Cafe, Gangnam-gu, Seoul

Pukul 12.10 KST

 

"Yoon-ah. Tolong antarkan pesanan ini ke meja no 3"

"Ne, ahjuma"

Sebuah senyum cerah terkembang di bibir mungil Yoona. Hari harinya semenjak bekerja di Amore Cafe terasa sangat menyenangkan. Ia banyak mendapat teman dan pengalaman berharga yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Ini pesanan anda. Selamat dinikmati". Yoona meletakkan spaghetti bolognase dan cappucino float di meja pelanggan, tidak lupa memberikan sebuah senyuman sebelum beranjak pergi. Ia sangat senang bisa mengucapkan kalimat itu kepada pelanggan. Ia merasakan kepuasan tersendiri karena bisa memenuhi keinginan pelanggan.

Yoona segera kembali ke belakang meja kasir untuk mengurus pembayaran dari pelanggan yang telah menyantap makan siangnya di cafe mungil yang minimalis ini. Sudah 2 hari ini ia merangkap dua pekerjaan sekaligus. Sebagai maid dan sebagai kasir. Taeyeon yang seharusnya menjaga kasir mendadak meminta cuti karena ibunya yang berada di Busan jatuh sakit.

Amore Cafe yang baru buka 1 bulan yang lalu hanya memiliki 5 orang pegawai. Dengan jumlah pegawai yang masih sedikit, maka belum ada orang yang bisa sepenuhnya menggantikan posisi Taeyeon untuk sementara. Kim ahjuma sempat bingung mencari pengganti Taeyeon. Yoona yang mengetahui hal itu, dengan senang hati menawarkan diri untuk membantu mengisi kekosongan tempat tersebut. Baginya tidak masalah mengerjakan dua pekerjaan sekaligus.

Cling...

Pintu cafe kembali terbuka. Sepertinya pelanggan lagi yang datang. Beberapa hari ini pelanggan Amore Cafe cukup banyak. Membuat para pegawai sedikit kualahan melayani para pelanggan. Mungkin karena promosi gencar yang Kim ahjuma berikan. Kim ahjuma memberikan promosi berupa 1 porsi pancake kepada setiap pelanggang yang datang secara gratis. Menurut Yoona promosi yang Kim ahjuma berikan cukup ampuh untuk membuat pelanggan berdatangan ke cafe mereka.

Terlihat seorang lelaki berkulit putih mengenakan kemeja biru tua dengan lengan yang digulung sampai siku melangkah memasuki cafe. Ia sempat berdiri diam di ambang pintu sambil mengamati seisi cafe yang berukuran minimalis ini. Yoona yang senang melihat kedatangan pelanggan segera menghampiri lelaki tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Yoona ramah dengan senyum yang masih tersungging di bibir mungilnya.

Lelaki itupun menatap Yoona. Yoona terkesiap melihat lelaki di hadapannya ini. Jika dilihat dari dekat, wajah lelaki ini sangat tampan. Ia memiliki hidung yang mancung, bibir tipis yang merah, bentuk rahang yang bagus, alis yang tebal, dan mata yang indah. Tipikal wajah artis-artis K-Pop yang biasa ia lihat di layar kaca.

"Bisakah aku bertemu dengan pemilik cafe ini?"

"Ne?" suara berat lekaki itu menghamburkan lamunan Yoona dari wajah yang dalam sekejap membuatnya tersihir itu.

"Aku ingin bertemu pemilik cafe ini" Lelaki itu mengulang ucapannya.

"Oh. Tunggu sebentar" Yoona segera berjalan ke arah dapur namun berbalik lagi begitu menyadari sesuatu. "Duduklah dulu" tawarnya kepada lelaki yang masih berdiri di depan pintu sejak awal lekaki itu masuk. Ia hampir lupa menawarkan lelaki itu untuk duduk.

"Terimakasih" balasnya. Lelaki itupun memilih bangku paling dekat tempatnya berdiri saat ini.

 

-ooo-

 

"Ahjuma, ada yang datang mencarimu"

"Nugu?" tanya Kim Ahjuma yang masih sibuk dengan urusan di pantry.

Karena cafe ini baru buka 1 bulan yang lalu, maka Kim Ahjuma masih menangani langsung masalah dapur. Menurutnya, ia belum bisa begitu saja melepaskan tanggung jawab mengenai masalah dapur kepada orang lain. Bagaimanapun, sebuah cafe akan mendapatkan nama yang baik di mata para pelanggangnya jika memiliki cita rasa masakkan yang khas. Dan Kim Ahjuma sedang berusaha membangun cita rasa itu dengan tangannya sendiri.

"Ah. Aku lupa menanyakannya, ahjuma. Maaf" sesal Yoona.

"Tak apa. Tapi bisakah kau minta ia datang kesini? Aku belum bisa meninggalkan pantry" pinta Kim ahjuma yang masih sibuk dengan wajan di depannya.

"Ne. Tunggu sebentar ahjuma"

Yoona pun kembali ke tempat di mana lelaki itu masih menunggu. Terlihat lelaki itu masih sibuk mengamati tiap sudut dari cafe ini.

"Ahjuma sedang sibuk di pantry. Jika kau tidak keberatan, kau bisa ke pantry untuk menemui ahjuma" kehadiran Yoona yang tiba tiba di sampingnya membuat kegiatan mengamati yang sedang dikerjakan lelaki itu mendadak berakhir.

Lelaki itu mengangguk setuju sambil beranjak dari kurisnya.

Yoona berjalan lebih dulu untuk membimbing lelaki itu ke arah pantry.

"Ahjuma. Ini orang yang ingin bertemu denganmu"

Kim Ahjuma pun mematikan kompornya untuk sesaat dan memfokuskan diri kepada lelaki yang baru saja dibawa Yoona.

Lelaki itu dengan segera memperkenalkan dirinya. "Annyeong Haseyo. Saya Lee Jonghyun" ucapnya sembari membungkukkan badannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Lee Jonghyun-sii?" tanya Kim ahjuma ramah.

"Aku mendengar bahwa cafe ini sedang membuka lowongan untuk pegawai full time. Apa lowongan itu masih berlaku?" tanya Jonghyun tanpa basa-basi.

Dalam diam, Yoona menatap Jonghyun dari atas sampai bawah dengan dahi berkerut. Kenapa lelaki seperti dia ingin bekerja di sebuah cafe kecil seperti ini?

"Ya, masih. Apa kau berminat?" jawab Kim Ahjuma kemudian.

"Ya. Kalau anda mengizinkan"

"Ah. Tentu saja. Bisa ku lihat surat lamaranmu?"

"Tentu" Jonghyun segera menyerahkan map merah yang sedari tadi dibawanya kepada Kim ahjuma.

"Hmmm..." gumam Kim ahjuma sambil membaca isi surat lamaran Jonghyun.

"Tidak masalah. Kau bisa bekerja di sini" ucap Kim ahjuma pada akhirnya.

Senyum Yoona mendadak mengembang. Entah kenapa ia merasa senang mendengar keputusan Kim ahjuma. Setidaknya ia akan kembali mendapatkan teman baru di cafe ini.

"Tapi..." tiba tiba Jonghyun angkat bicara dengan nada berbeda. Terlihat dari wajahnya bahwa ia tidak begitu bahagia mendengar ucapan Kim ahjuma barusan.

"Tangan kiriku. Ini tidak berfungsi dengan baik. Jari jariku tidak dapat menggenggam dan mati rasa".

Yoona yang mendengar pengakuan Jonghyun terkesiap seketika. Tanpa aba aba ia segera mengedarkan pandangannya pada tangan kiri lelaki itu.

"Begitu..." Kim ahjuma memperhatikan tangan kiri Jonghyun iba. Terlihat ekspresi kecewa di wajahnya.

"Maaf kalau begitu" lanjut Kim ahjuma sambil menyerahkan map yang tadi dibacanya.

Yoona mengerti apa yang dipikirkan Kim Ahjuma saat ini. Ahjuma memang sedang mencari pegawai untuk dipekerjakan sebagai maid. Sebagai seorang maid, pastilah dituntut untuk dapat membawa dan menghidangkan makanan kepada para pelanggan. Dengan kondisi tangan yang seperti itu, dapat dipastikan bahwa Jonghyun pasti akan kesulitan untuk mengerjakannya.

Jonghyun hanya mengangguk pasrah. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan penolakan seperti ini. Dia pun membungkukkan badannya sekali lagi sebelum beranjak pergi. "Kalau begitu, terimakasih atas waktu anda".

Jonghyun membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar pantry dengan lemah. Ia seharusnya sudah terbiasa dengan penolakan yang sudah berkali kali ia terima. Tapi kenapa sampai sekarang hatinya masih terasa sakit dengan penolakkan yang sama setiap kalinya?

"Tunggu!" Yoona refleks berteriak yang secara spontan menghentikan langkah Jonghyun.

"Ahjuma, Jonghyun-sii bisa menggantikan Taeyeon eonni untuk sementara kan? Ia hanya perlu bekerja di balik kasir. Dengan satu tanganpun tidak masalah. Bahkan aku bisa melakukannnya dengan satu jari"

Kim ahjuma terlihat mempertimbangkan ide yang Yoona berikan. Beberapa hari ini ia memang merasa kesulitan untuk mencari pengganti sementara bagi Taeyeon. Semua pelamar akan langsung menolak jika hanya ditawarkan sebagai pengganti sementara. Ia lalu melihat ke arah Jonghyun yang berdiri beberapa langkah di depannya.

"Apa kau tidak keberatan jika hanya bekerja sebagai pengganti sementara?" tawar Kim ahjuma.

"Ya. Tidak masalah"

"Kalau begitu, Yoona kau yang bertanggung jawab mengajarinya"

"Eh? Aku?" Yoona menatap Kim ahjuma tidak percaya.

"Ya. Kau kan yang merekomendasikannya kepadaku? Kau boleh bekerja mulai besok, nak!" ucap Kim ahjuma pada akhirmya. Tanpa mau menunggu respon Jonghyun ataupun Yoona, Ia segera bergegas kembali ke pantry mengingat pesanan pelanggan yang makin menumpuk.

 

-ooo-

 

"Im Yoona" Yoona mengulurkan tangannya ke hadapan Jonghyun begitu mereka tiba di meja kasir. Jonghyun menyambut uluran tangan Yoona sembari mengangguk kecil.

"Baiklah Jonghyun-sii. Ini cukup simple. Aku tidak akan membuatnya sulit. Yang hanya perlu kau lakukan adalah ini. Mengetikkan kode pesanan pelanggan ke komputer, memprintnya lalu menerima uang dari pelanggan dan masukkan ke laci kasir seperti ini. Beri kembalian jika uangnya berlebih. Viola.. kerjaanmu selesai. Mudah bukan?" terang Yoona secara singkat kepada Jonghyun sembari mempraktekkan tugas kasir tersebut.

"Hmmmm..." gumam Jonghyun sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Mudahkan?"

"Oke. Aku bisa mengatasinya" jawab Jonghyun pasti.

Yoona tersenyum mendengar jawaban Jonghyun. Ekspresi wajah Jonghyun yang sedang memperhatikan mesin kasir terlihat lucu di matanya.

"Cafe buka jam 9 pagi dan tutup jam 9 malam tiap harinya. Namun kita harus sudah tiba jam 8 pagi untuk beres beres terlebih dahulu dan pulang jam setengah 10 malam setelah semua peralatan cafe bersih" terang Yoona.

"Di sini ada 5 orang pegawai. Aku, Jessica eonni, dan Minhyuk-ah sebagai maid, Hongki oppa membantu Kim Ahjuma untuk membuat minuman dan terakhir Taeyeon eonni sebagai kasir. Namun Taeyeon eonni sedang mangambil cuti ke Busan karena eommanya sedang sakit".

Penjelasan panjang Yoona hanya dibalas dengan gumanan singkat oleh Jonghyun.

"Jika kau perlu bantuan, aku siap membantumu" tawar Yoona dengan wajah berseri. Jonghyun hanya menatap Yoona tanpa ekspresi dan tanggapan sedikitpun. Dan entah bagaimana caranya, tatapan Jonghyun itu membuat jantung Yoona tiba-tiba berdetak 3 kali lebih cepat dari biasa. Benar-benar aneh.

"Yoon-ah, pesanan untuk meja sebelas sudah siap" teriak Kim ahjuma dari arah pantry yang berhasil memecahkan kecanggungan Yoona.

"Baiklah Jonghyun-sii, kutinggal sebentar". Yoona pun mengakhiri obrolannya dengan Jonghyun dan segera menuju pantry untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

 

-ooo-

 

Hari sudah menunjukkan pukul 10 malam. Yoona masih menunggu bus di halte yang terletak tidak jauh dari tempatnya bekerja. Hari ini cukup membuatnya lelah. Double job yang ia kerjakan ditambah mengajari Jonghyun cara menggunakkan mesin kasir dan memperkenalkan Jonghyun pada seluruh pegawai cafe membuat tenaganya terkuras cukup banyak.

Selang beberapa menit, sebuah mobil Mercedez hitam keluaran terbaru berhenti di depannya. Yoona menghentakkan kaki kesal. Pasti ini suruhan orang itu.

Beberapa detik kemudian, keluar seorang lelaki dengan mengenakan setelan jas hitam mendekatinya.

"Nona, waktunya pulang" ucap lelaki berjas hitam itu.

"Siapa yang menyuruhmu menjemputku? Aku tidak memintamu!!" sahut Yoona sinis.

"Tuan Besar yang menyuruhku, nona"

Yoona mendengus kesal dan memutar kedua bola matanya. "Benar kan tebakkan ku" batinnya kesal.

Yoona yang sedang malas melawan, dengan berat hati melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil mewah tersebut.

Im Yoona. Ia adalah putri dari pemilik Heaven coorp. Ayah Yoona merupakan pemilik Heaven coorp sekaligus direktur utama di perusahan yang bergerak dalam bidang eksport import barang tersebut. Heaven coorp merupakan salah satu perusahaan jasa eksport import terbesar di Korea Selatan dengan puluhan armada yang berlayar hampir ke setiap benua. Dengan mitra bisnis yang tersebar di seluruh negara ditambah dengan puluhan ribu pegawai yang menggantungkan hidupnya pada Heaven coorp, membuat Heaven coorp menjadi salah satu dari tiga perusahaan yang berkembang pesat di Korea Selatan selama 2 tahun terakhir. Nama ayahnya pun mulai disebut sebut sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh terhadap perekonomian Korea Selatan. Dan semua hal itu makin menjelaskan status Im Yoona saat ini. Namun, hal tersebut tidak pernah mengusiknya. Untunglah para awak media lebih tertarik meliput mengenai kehidupan ayahnya sehingga ia tidak pernah terlibat dalam ketenaran ayahnya.

Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa Yoona adalah putri dari Im Seolong sang pemilik Heaven coorp termasuk teman temannya di Amore cafe. Dan Yoona bersyukur akan hal itu. Ia tidak pernah mau dikenal sebagai anak dari seorang Im Seolong.

Mobil mewah yang membawa Yoona telah memasuki gerbang utama sebuah rumah megah. Yoona menghela napasnya berat. Ia tahu, malam ini pasti ia akan diperlakukan seperti itu lagi. Setibanya di depan rumah megah itu, Yoona telah disambut oleh para pelayan rumah tangga di rumahnya.

"Selamat datang nona" sambut Tuan Choi yang merupakan kepala pelayanan rumah tangga di sini.

"Hmmm..." hanya gumaman yang keluar dari mulut Yoona. Ia melangkahkan kakinya secepat yang ia bisa agar dapat segera masuk ke dalam kamarnya. Namun saat langkahnya melewati ruang tamu, ia mendengar suara yang sangat tidak ingin didengarnya saat ini.

"Kau baru pulang Yoona sayang? Kemana saja kau sampai pulang larut malam seperti ini?" Seorang wanita setengah baya berparas cantik yang sedari tadi duduk di ruangan itupun berdiri menghampirinya. Seakan akan ia sengaja menunggu dirinya pulang sejak tadi.

Wanita itu tersenyum pada Yoona. Dan Yoona tahu betul bahwa senyum itu hanyalah sebuah senyum palsu. Senyum yang membuat Yoona mual dengan hanya melihatnya.

"Bukan urusan mu" jawab Yoona dingin tanpa melihat lawan bicaranya.

"Omo. Kenapa kau berkata seperti itu kepada ibumu?" Suaranya terdengar sok perhatian. Membuat Yoona lagi lagi merasa mual.

"Ibuku? Sejak kapan kau menjadi ibuku?? Aku tidak pernah sudi menganggapmu sebagai ibuku!!!" bentak Yoona. Yoona menatap tajam wajah wanita di depannya. Emosinya sangat cepat tersulut jika berhadapan dengan wanita yang ada di hadapannya ini.

"IM YOONA!!!"

Yoona seketika membeku mendengar suara itu. Ia tahu betul siapa pemilik suara berat itu.

Plakkk!!!

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiri Yoona. Membuat pipinya memerah dengan jelak tangan besar di sana.

"Sudah berapa kali appa bilang, jaga ucapanmu pada eomma mu!!" bentak ayah Yoona, Im Seolong.

"Sudahlah yeobo, jangan terlalu keras padanya. Ini bukan sepenuhnya salah Yoona" Wanita itu mengelus pundak ayahnya, seolah mencoba menenangkannya. Ia mulai menunjukkan perhatian palsunya lagi di depan suaminya. Yoona hanya bisa tertawa miris melihatnya.

Tanpa aba aba lagi, Yoona segera melangkahkan kaki menuju kamarnya di lantai dua.

"Im Yoona!!! Dengar sampai orang tuamu selesai bicara!! Siapa yang menyuruhmu pergi?? Di mana sopan-santunmu??" caci ayahnya di lantai bawah yang masih dapat Yoona dengar dari lantai dua.

BRAAAAAKKK!!

Yoona membanting pintu kamarnya sekeras yang ia bisa. Yoona bersandar di balik pintu, menjatuhkan dirinya ke lantai dan menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya.

Lagi. Hal ini terulang lagi. Setiap hari setiap ayah dan ibu tirinya berada di rumah, ia pasti mendapat perlakukan seperti ini. Sakit. Wajahnya memang sakit. Tapi hatinya jauh lebih sakit. Namun Yoona tidak pernah menangis. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri semenjak kejadian itu. Ia tidak akan pernah menangis walaupun ayahnya menghacurkan rahangnya sekalipun. Ia tidak akan menangis. Sudah cukup banyak air mata yang ia keluarkan. Dan ia tidak mau menangis lagi.

Dulu ayahnya adalah pria yang bertanggung jawab dan penyayang terhadap keluarganya. Namun sejak kejadian 4 tahun yang lalu, semua berubah. Malam itu ayahnya pulang dalam keadaan mabuk berat. Ibu Yoona yang khawatir pada keadaan sang ayah segera merawatnya. Ibunya panik dan bertanya kenapa bisa terjadi seperti ini. Bukannya mendapat jawaban, ibunya malah dihadiahi tamparan dan tendangan di tubuhnya. Itulah kali pertama ayah Yoona memukuli ibunya. Malam itu Yoona melihat semua kejadian tersebut. Ia hanya bisa menangis di sudut ruangan sambil memeluk erat oppanya.

Ternyata saat malam itu, ayahnya mengalami stress berat. Ayahnya menemukan penggelapan dana besar besaran di perusahaannya. Awalnya ibu Yoona mencoba mengerti akan keadaan ayahnya malam itu. Namun ternyata di malam malam berikutnya selama 4 bulan, ayahnya terus memukuli ibunya. Perusahaan ayahnya yang hampir failed membuatnya mengalami depresi berat. Ayahnya jadi suka pulang larut malam dengan keadaan hampir tidak sadar karena pengaruh alkohol.

Tidak lama setelah itu, ibu Yoona menemukan bukti bahwa ayah selingkuh. Ya, ayahnya selingkuh dengan wanita jalang itu. Wanita itu pemilik perusahaan yang cukup besar. Ia akan memberikan modal kepada ayahnya asalkan mau menikahinya. Akhirnya, ayahpun menikah dengan wanita jalang itu. Ibu Yoona yang mengetahui hal itupun pergi dari rumah. Ia sudah tidak kuat menanggung beban itu. Ibunya memang masih bisa bertahan setelah dipukul, ditampar dan ditendang selama 4 bulan lamanya. Namun ibu akhirnya menyerah jika harus mengahadapi kenyataan bahwa suaminya menikahi perempuan lain. Ibunyapun pergi. Meninggalkan Yoona dan oppanya.

Setelah merasa tenang, Yoona berjalan ke depan kaca rias yang berada di sudut kamar. Ia memperhatikan bekas tamparan ayahnya tadi. Ada sedikit robek kecil di sudut bibirnya. Yoona mengambil air hangat dan mengompres lukanya dengan handuk kecil. Lalu membalurkan obat luka di salah satu sudut bibirnya itu.

Sambil memperhatikan cermin, Yoona bergumam "Tsk.. Sepertinya obat lukaku hampir habis. Aku harus membelinya lagi besok di minimarket".

 

-ooo-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK