Hee Min POV
Gwenchanayo aggashie ?” tanya namja yang bernama Sang Hyun itu
“ nde ..” aku tersadar dari lamunan “ nde, gwenchana.”
“ apa kau perlu kubantu ?” tawar nya lagi sambil meraih salah satu koper yang ada di sisi kiriku.
“ Tak perlu, aku bisa sendiri.” Tolak ku halus.Tangan cepat Sang Hyun berhasil merebut 2 koperku dan memanggulnya dengan mudah di bahunya.
“ sudahlah, anggap saja sebagai ucapan selamat datang.” bujuknya lagi. kalau dipikir- pikir, jika aku bersikeras membawanya seorang diri aku rasa aku bisa pingsan sebelum sampai di depan pintu. Mumpung ia menawarkan jasa, kenapa tidak kuterima saja
“ Gamshamnida ...”
Dengan sopan, Sang Hyun mempersilahkan aku untuk duluan. Gentle juga ternyata dia. Ia tak tampak kesusahan dengan 2 koper di kiri dan kanan bahunya, bagaikan membawa angin saja. Kalau aku mungkin sudah mengaduh kesakitan.
“ Apa itu berat ? kalau berat kau bisa menurunkannya.” Tanyaku sembari hendak meraih koper yang ada di bahu kananya.
“ tak perlu ..” ia sedikit mengelak ke samping supaya aku tak bisa mengambil “ aku bisa membawanya, kau jalan terus saja.” sambil memberikan isyarat untukku agar tetap berjalan
Ia masih tetap memanggul koper- koper, meskipun sudah sampai didepan pintu apartement ku.
“ Kau bisa menurunkannya disini.” Pinta ku lembut “ aku bisa membawanya masuk sendiri.”
“ Jeongmal ?” ia lalu menurunkan pelan koperku dari bahunya dan meletakkan tepat di sebelah pintu untuk memudahkan ku
“ untuk bantuan nya, Gamshamnida.” Ucap ku “ tapi, apakah kau hendak Jogging. Dilihat dari pakaian mu ..” tebak ku
“ Ya, 3 blok dari sini kau akan menemukan rute jogging yang bagus. Apa kau sudah tahu tentang fasilitas- fasilitas yang ada disini ?” tanyanya lagi. Aku menjawab dengan anggukan pelan.
Suasana kaku menghampiri ketika Sang Hyun hendak pergi. Kami saling terdiam satu sama lain. Sampai akhirnya ia memecahkan suasana kaku dengan pamit pergi. Tak sengaja, ia berpapasan dengan Dal Rae yang tengah membawa dus milikku.Dal Rae terdiam sesaat seakan terpesona dengan ketampanannya yang bagaikan malaikat baru turun ke bumi
******
“ nuguya “ tanya Dal Rae. Aku diam tak menjawab karena aku tengah sibuk menyortir baju- baju
“ Kulitnya putih, senyumnya menawan hati, parasnya yang tampan, dan badannya yang tegap. Jinjja Daebak ! apakah, ia malaikat ?”
“ apa perlu aku membeli baju hamil ?” tanya ku sambil mengangkat tinggi- tinggi salah satu Dress favoritku.
“ Seandainya aku mendangar suara nya, pasti sangat lembut menggetarkan hati. Kyyaaa .. Michige..” girang Dal Rae tak karuan
“ KAU TAK MENDENGARKAN KU !!” Gerutu ku. Aku tak suka kalau Dal Rae mengacuhkan ku disaat aku tengah berbicara
“ Kau juga tak mendengarkan ku ..” sahutnya santai. Sahabatku yang satu ini bermulut pedas namun baik hati. Entah kenapa aku bisa sangat akrab dengannya.
“ Apa ia tetangga mu ?” tanya Dal Rae. Aku mengangguk mengiyakan
“ Dimana ia tinggal ? Apa, disebelahmu ?” kujawab dengan mengangguk lagi
“ Ireumi ?” tanya Dal Rae lagi
“ Sang Hyun, Park Sang Hyun ..” jawab ku pendek
“ Waahh, kau benar- benar beruntung bisa bertetangga dengannya. Haruskah aku juga pindah kemari ?” tanya Dal Rae setengah bercanda. Hee Min hanya tertawa lepas menanggapi.
*****
8 bulan kemudian ..
Hee Min berangkat pergi menuju TK Heomdo untuk menjemput Han Seok. Selama 2 bulan ini, Hee Min sudah berhenti bekerja di BLAQcafe. Ia ingin mengurangi rutinitasnya dan memilih untuk mengambil pekerjaan yang kebetulan ditawarkan oleh Keluarga Han.
Hee Min memiliki 2 alasan dalam mengambil pekerjaan ini, pertama karena dirasa mudah. Ia cukup menjemput Han Seok pukul 02 siang, membuatkan makan siang dan snack, memandikannya di sore hari, lalu menjaganya sampai Ms. Han pulang kerja.
Kedua, Hee Min menganggap ini sebagai latihan sebelum ia nanti memiliki anak sendiri. Ia ingin bisa merawat balita agar nanti ia tidak kesusahan. Mengingat ia tinggal sendirian, ia pasti repot nantinya.
1 hal lagi, dengan usia kandungan nya yang mulai memasuki akhir, Hee Min mau tak mau menceritakan kehamilan nya kepada Ms. Han. Meski awalnya terkejut, namun Ms. Han akhirnya iba dengan penderitaan Hee Min. Tetapi tak banyak yang tahu tentang kehamilan Hee Min dikarenakan ia selalu menutupinya dengan pakaian longgar dan juga faktor dari tonjolan perutnya yang tak terlalu besar.
10 menit naik bus dari klinik, ia sudah sampai didepan TK Han Seok. Disana Han Seok tengah duduk berayun di salah satu ayunan sambil memperhatikan teman- temannya yang tengah dijemput. Saat ia melihat Hee Min datang menjemputnya secepat kilat ia berlari ke arah Hee Min.
Hee Min lalu mensejajarkan tingginya dengan Han Seok lalu berucap lembut “ Mianhe, jeongmal mianhe. Noona tadi ada urusan sebentar, jadi sedikit agak lama menjemputmu.” Jelas Hee Min “ sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau kita mampir dulu ke minimarket dekat rumah untuk membeli es krim ?” tanya Hee Min membelai lembut pipi chubby Han Seok. Han Seok mengagguk girang.
*****
“ Bagaimana kalau yang coklat ?” tanya Hee Min
“ nde ..” jawab Han Seok dengan imut “ Kita belikan juga untuk eomma- appa.” Hee Min mengangguk sambil tersenyum
“ ternyata benar kalian ..” kejut suara yang familiar, Sang Hyun “ aku tadi merasa mendengar suara Han Seok. Ternyata benar kau.”
“ Oh, ahjussi menyebalkan juga disini ..” sapa Han Seok setengah hati dengan mencibir
“ anak ini .. seandainya kau besar sedikit mungkin sudah kupukul kau ..” sambil mengangkat tangannya. Han Seok langsung mencari perlindungan di belakang punggung Hee Min. Hee Min melemparkan tatapan tajamnya yang selalu ampuh disaat Sang Hyun dan Han Seok mulai bertengkar. Akhirnya Pertengkaran itu berakhir dengan Sang Hyun yang membayarkan seluruh Es Krim yang Hee Min dan Han Seok beli.
“ Kau tidak mengucapkan terima kasih Han Seok ?” bujuk Hee Min yang melihat Han Seok masih mencibir
“ sirreo !!!” tegas Han Seok. Tak sengaja ia menyenggol badan Hee Min yang saat itu tengah berusaha menghindari jalanan yang beku karena salju. Hee Min yang tak bisa lagi mengontrol gerak tubuhnya, jatuh tergelincir.
“ Gwenchana ?” tanya Sang Hyun khawatir.
“ Noona, gwenchana ?” tanya Han Seok hendak menangis. Ia menggertakan jemari- jemari kecilnya karena takut Hee Min terluka
“ Gwenchana Han Seok- ah .. Noona jinja gwenchana.” Bujuk Hee Min. Sang Hyun mencoba menolong Hee Min berdiri, saat Han Seok berteriak
“ Noona, darah ..” tunjuk Han Seok gemetar.
Hee Min lalu melihat ke arah selangkangannya yang ternyata benar mengeluarkan darah. Dress putih bunga miliknya bercampur dengan warna merah darah. Tak bisa ia sembunyikan keterkejutannya.
“ Hee Min- ssi .. waeiresseo ??” tanya Sang Hyun ikut panik saat melihat Hee Min berdarah.
Belum sempat Hee Min menjawab, pandangannya mulai berkunang- kunang. Kepalanya terasa pening hingga membuatnya tak sanggup untuk tak menutup mata. Detik itu juga, Hee Min pingsan tak berdaya di pelukan Sang Hyun
“ Hee Min- ssi ... Hee Min- ssi .. Ireonayo .. Hee Min- ssi ..” panggil Sang Hyun sambil menggoncang- goncang pelan tubuh mungil Hee Min yang tak kunjung sadar.