Sekembalinya Hee Min dari klinik, ia langsung mengepak barang- barangnya yang ada dirumah Dal Rae. Dal Rae yang saat itu tengah ada dirumah, keheranan melihat Hee Min yang baru saja pulang langsung mngepak barang.
“ waeiresseo ?” tanya Dal Rae dengan secangkir teh ditangan kanannya
“ Dal rae- ah, aku baru saja dari klinik kandungan. Dan tadinya aku berniat menggugurkan bayi yang tengah kukandung ini. Dengan harapan Doo Joon oppa mau kembali pada ku.” Aku Hee Min
“ mm .. Mwo ? micheosseo ?!!” Dal Rae langsung melotot. Cangkir teh yang ada di tangannya nyaris tumpah jika Dal Rae tidak memegang nya dengan 2 tangan.
“ Aku bilang tadinya bukan, tadinya ..” Hee Min menenangkan “ Tapi, sesuatu telah mengubah keputusanku. Sekarang aku memutuskan untuk merawatnya, meski tanpa bantuan Doo Joon oppa.”
“ lalu, kenapa kau menegepak barangmu ?” tanya Dal rae lagi namun dengan nada yang lebih rendah “ bukankah kau tak punya tujuan lagi ? kau juga tak bisa kembali pulang kerumah orang tuamu. Bisa- bisa nanti mereka menghajar habis- habisan Doo Joon.”
“ pertama- tama, aku harus mencari tempat tinggal dulu, kedua memberitahu kedua orangtuaku kalau aku diajak Doo Joon oppa dalam perjalanan bisnis nya.” Hee Min berucap
“ memang kau sudah mendapatkan tempat tinggal ?” Hee Min menjawab dengan gelengan pelan “ Kau ini !!” Dal Rae menatap geram. Tanpa banyak bicara, Dal Rae beranjak menuju kamarnya. Ia lalu kembali dengan secarik note kuning yang bertuliskan sebuah alamat diatasnya. Dengan santai ia berikan pada Hee Min
“ apa ini ?” Hee Min bertanya dengan penuh keheranan “ Myeongdong 1510 street, 0716B ?”
“ itu apartement yang ditinggali sepupuku dulu. Tapi sekarang ia sudah selesai kuliah. Jadi tak ada yang menempati apartement itu lagi setelah kepindahannya. Sebaiknya kau survei dulu besok, baru kau bisa memutuskan mau tinggal disana atau tidak.” Dal Rae berujar panjang lebar. Hee Min menatap haru Dal Rae “ jangan tatap aku seperti itu.”
“ Gomawo ..”
*****
‘ kenapa tiba- tiba seperti ini ? kau pergi tanpa bertemu denganku dulu.’
“ Eomma, yang penting kita masih bisa berhubungan. Aku pergi bukan berarti komunikasi kita terputus.”
‘kemana kau pergi ? beritahu Eomma, jadi jika eomma merindukanmu eomma akan pergi mengunjungimu.’
“ Eomma, aku benar- benar tak tahu. Doo Joon oppa tidak mengatakannya padaku. Lagipula, biarpun aku tahu., tak perlu eomma kuberitahu. Eomma tak perlu repot- repot menyusul ku kemari.”
‘Ya, selama 5 tahun ini apa kau tak merasa bersalah pada eomma ? meninggalkan ku sendirian .. bukan .. berdua dengan appa mu ? sebagai anak tuggal seharusnya kau ada perasaan bersalah.’
" Eomma .." panggil Hee Min lirih
" mwo ?"
" Nan, jeongmal bogoshippo .." ucap Hee Min tercekat menahan tangis
"Ya, apa kau ada masalah ? Kenapa suaramu terdengar aneh ? Hee Min- ah .. Gwenchana ?"
“ eomma, mianhe ..” selepas itu, Hee Min langsung menutup telfonnya
Setelah menutup telfon, Hee Min tak mampu lagi membendung tangisnya. Perasaan bersalah menyelimuti karena ia telah berbohong terhadap orang yang sangat ia hormati. Berkali- kali Hee Min berucap meminta maaf sambil tetap menangis tersedu- sedu.
*****
Esok harinya, Hee Min tengah bersiap- siap pergi. Ia hendak meihat apartement yang direkomendasikan Dal Rae. Awalnya ia hendak minta temani Dal Rae, tapi apa daya ia sedang sibuk. Hari ini ia memakai Dress biru benhur, dilapisi cardigan biru tua dengan rambut digerai bebas memakai bando hitam.
Tak sulit untuk menemukan apartementnya, meskipun jauh dari keramaian namun dekat sebuah klinik dan tak jauh dari sana dekat dengan beberapa minimarket serta pasar.terdapat sebuah taman kecil untuk bermain anak- anak dengan pepohonan nya yang rimbun di depan komplek apartement. Hee Min lalu mendekati seorang wanita paruh baya berpakaian rapi layaknya wanita karier sambil memegang berkas- berkas di kedua tangannnya, bisa Hee Min tebak kalau itu adalah broker properti perumahan yang akan ia datangi.
“ Annyeonghaseyo, aku ingin bertanya tentang penyewa apartement ..” cepat- cepat ahjumma itu memotong perkataan Hee Min
“ Kajja, kita melihat- lihat.” Ajaknya " Hari ini aku yang
Apartementnya tak besar namun tak juga kecil, terdiri dari 1 kamar, dapur yang luas, ruang keluarga, dan kamar mandi dengan bathtub. Ditambah dengan beranda yang menghadap taman yang ditumbuhi pepohonan rimbun, Hee Min benar- benar menyukainya.
“ Dimana aku harus tanda tangan ?”
****
Hee Min memasukkan password baru untuk apartement yang sekarang menjadi miliknya. Saat itu juga, lewat seorang ibu dan anaknya, kalau diperhatikan ibu itu baru saja menjemput sang anak dari sekolah. Hee Min memberikan senyum sebagai tanda sapa.
“ apa kau tetangga baru ?” tanya ibu itu berhenti sejenak
“ nde, annyeonghaseyo. Ahn Hee Min imnida.” Jawab Hee Min sambil membungkukkan badan
“ ahh ..” ibu itu membalas dengan membungkuk juga “ nan, Im Han Byul, dan ini Park Han Seok, beri salam Han Seok.” Suruh Ms. Han pelan
“ annyeonghaseyo noona.” Sapa Han Seok dengan gaya bicara khas anak- anak yang menggemaskan
“ aku tinggal 2 apartement darimu, kalau mau silahkan berkunjung.” Undang Ms. Han. Hee Min mejawab dengan anggukan pelan.
*****
2 koper besar, 5 dus sedang, tersusun rapi di mobil besar milik Dal Rae. Sebagai permintaan maaf kemarin , hari ini Dal Rae menemani Hee Min pindahan. Dengan senang hati ia menawarkan mobilnya yang memiliki bagasi cukup besar untuk mengangkut barang- barang Hee Min.
“ apa kau tak perlu membeli TV, kulkas atau semacamnya ?” tanya Dal Rae
“ tak perlu. Disana sudah tersedia, kasur king size, kulkas 2 pintu, TV LCD dengan stereo, juga oven sudah tersedia. Aku cukup membawa ragaku saja.” Ucap Hee Min tertawa lebar
“ lalu, apa kau akan tetap bekerja di BLAQcafe ?” Hee Min mengangguk
“ hanya saja aku bertukar shift, yang awalnya pagi. Aku minta diganti menjadi sore.”
“ Bagaimana kalau kau kelelahan, bisa- bisa nanti ..”
“ Jangan bercanda !! sudahlah, fokus saja menyetir !!” omel Hee Min
Tak perlu waktu lama, akhirnya mereka berdua sampai di area parkir apartement. Hee Min memilih membawa kopernya terlebih dahulu yang dirasa lebih ringan dari dus- dus lain.
Dengan susah payah Hee Min menyeret 2 koper besar miliknya yang ia kira ringan. Ia lalu menaiki lift, yang ternyata ada seorang namja disana. Namja bertubuh tegap dengan memakai kaos putih, dan Celana Training abu- abu, serta topi kupluk dan headset ditelinga nya. Hee Min tersenyum simpul menyapa, yang juga dibalas oleh namja itu.
“ apakah kau tetangga baru itu ?” tanya namja itu membuka pembicaraan
“ nde ..” jawab Hee Min singkat
“ ah ... Aku belum memperkenalkan diri, aku dari apartement 0716A tepat disebelahmu, nan Park Sang Hyun Imnida.” Sapa namja itu.
Suaranya yang sedikit serak namun lembut, benar- benar pas dengan wajahnya yang seputih salju dan menawan hati. Senyumnya yang tipis namun membekas membuat Hee Min sempat terdiam.
“ Gwenchanayo aggashie ?” tanya Sang Hyun