Hanya Seohyun yang mampu bertahan di perpustakaan yang sepi dengan setumpuk buku disaat jam kosong. Sudah 2 jam Seohyun berada di ruangan itu. Kadang kala berjalan ke deretan buku lain, memilih-milih buku, kadang juga hanya duduk. Dari pintu masuk, masuklah seorang murid laki-laki yang sepertinya juga tidak ada kelas saat itu. Bajunya sudah tidak rapi sesuai ketentuan. Rambutnya tersisir kebelakang dan agak berantakan.
Dari balik buku yang menutupi wajahnya, Seohyun dapat melihat jelas sosok angkuh itu dan dengan cepat ia menyingkir ke tempat lain sebelum world war III dimulai lagi.
Bruk...!
Beberapa buku dari meja yang tersenggol Seohyun, jatuh berantakan ke lantai, menyebabkan bunyi berisik. Luhan menoleh keasal suara dan menyeringai begitu melihat Seohyun sibuk membereskan buku-buku itu.
"Hell-o, Seohyun" sapa Luhan dengan suara sinis dan senyum miring.
Seohyun mendengus kesal, kemudian berjalan ke rak lain dengan langkah dihentak-hentakkan. Luhan mengikutinya dari belakang dan bermaksud ingin terus menggodanya.
"What are you doing in here?" tanya Luhan.
Seohyun melayangkan tatapan elangnya tepat di mata Luhan. "Are you blind or you have a problem with your eyes? I'm reading, of course. This is a library" jawab Seohyun sarkastik dengan suara pelan.
Luhan tertawa kecil. "Kutu buku" desisnya.
"None of your bussiness, loser" sahut Seohyun dengan penekanan di kata terakhir.
Luhan mendelik marah. "Do you wanna fight or what?"
"You start it first, Luhan."
"Dare to punch me and being called a loser from the entire school?" tantang Seohyun sambil melipat tangan.
"Seohyun!" desis Luhan kesal.
"What?!" tanya Seohyun geram.
Luhan mendengus kesal. Tanpa peduli apapun, Seohyun berjalan menjauh dari laki-laki itu. Mengambil beberapa buku yang akan dia pinjam, lalu keluar dari perpustakaan. Luhan duduk disalah satu sudut perpustakaan dengan buku tidak jelas yang dia ambil begitu saja.
"What the hell is wrong with that innocent, sarcastic, annoying girl?" gumamnya sambil membolak-balik lembar buku di genggamannya.
Jantungnya berdegup kencang tidak karuan setelah melihat gadis berwajah malaikat itu. Tatapan matanya yang menenangkan, terus membayang di benaknya. Suaranya yang halus, selalu terngiang di telinganya, seolah tidak mau pergi. Luhan memukul kepalanya dengan buku dan menjatuhkannya keatas meja. Dia mendesah panjang. Dan kembali otaknya menampilkan cara bicara Seohyun dan mimik wajahnya yang menenangkan. Sedetik kemudian, ia tersenyum tanpa sebab, lalu berjalan keluar dari perpustakaan.
***
"Good morning, miss Joohyun" sapa Luhan tepat disebelah Seohyun yang baru saja datang.
"What are you doing?" tanya Seohyun tanpa memperdulikan laki-laki disebelahnya dan terus berjalan.
"Tentu saja menyapamu. Apakah salah?"
"Salah besar!" Seohyun menatap Luhan tepat di manik mata, kemudian kembali berjalan.
Dengan cepat Luhan menyusul jalan Seohyun dan mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.
"Lunch after school?" tanya Luhan.
Seohyun menggeleng. "No."
"Bagaimana kalau aku antar pulang?" tanyanya lagi.
Seohyun mendengus dan menghentikan langkahnya. Ia menatap malas kearah Luhan dan kata 'No' kembali keluar dari mulutnya. Berulang kali Luhan memohon dan jawabannya tetap sama, yaitu 'No.' Baru pertama kalinya Luhan memohon dengan gadis seperti ini. Karena dia kingkas di sekolah, sebenarnya tak sulit bagi dia untuk mengajak gadis berjalan atau kemana saja. Tapi beda dengan Seohyun yang justru menolaknya mentah-mentah tanpa alasan yang jelas.
"Why?!" tanya Luhan untuk yang kesekian kalinya.
"Kenapa? Karena aku tidak mau makan siang, atau jalan-jalan, atau diantar pulang dengan lelaki yang hanya berani dengan perempuan. Apalagi anak baru sepertiku ini. I know who you are from all students in this school." Luhan memperhatikan lekat-lekat gadis disampingnya ini. "Rich, famous, stubborn, smart, kingkas, bad boy, play boy, arrogant, and many other kind of things like that" tambah Seohyun.
"Sudah? Begitu saja?" goda Luhan.
Seohyun mengibaskan rambutnya yang halus. "I'm done. So, bye!" Gadis itu berlari kecil menuju kelas sebelum bel berdering.
"Masih tidak mau pulang denganku?!" pekik Luhan.
"It's still no!!" jawab Seohyun berteriak kemudian menghilang dibalik pintu kelasnya.
Luhan tersenyum kecil melihat tingkah Seohyun, lalu berjalan ke kelasnya. Selama pelajaran, Luhan terlihat tidak fokus. Dia berday-dreaming sendiri tanpa peduli dengan guru yang mengajar didepan kelasnya.
"Mr. Xi Luhan, bisakah anda fokus dengan pelajaran saya?" tegur Mrs. Jung, guru Kimia yang saat itu mengajar di kelasnya.
Luhan membungkuk sopan dan meminta maaf. "Maafkan saya, Mrs. Jung. Baiklah, saya akan lebih fokus."
Mrs. Jung tersenyum. "Okay, Mr. Xi Luhan."
Luhan mengangguk pelan, kemudian membuka bukunya dan mulai mencatat segala macam tulisan yang belum ia catat di bukunya.
5 menit sebelum bel pulang berdering, Luhan sudah menyenderkan tubuh di pintu mobilnya. Sepertinya dia masih berusaha untuk bisa mengantar Seohyun pulang. Tidak lama setelah bel berdering, munculah gadis yang ditunggu-tunggu Luhan dari kerumunan, bersama Chanyeol, Tiffany, Baekhyun dan Taeyeon.
"Seohyun!" teriak Luhan membuat gadis itu menoleh.
Dia langsung memasang wajah malas begitu melihat sosok Luhan yang memanggilnya.
"Pulang denganku?!" teriaknya lagi.
"Aku pulang dengan mereka!" jawab Seohyun sambil menunjuk Chanyeol dan Tiffany.
Dengan cepat Tiffany menggenggam tangan gadis itu dan segera berlari kecil menuju ke mobil, disusul Chanyeol dibelakang mereka. Sedangkan Baekhyun dan Taeyeon berjalan ke arah lain untuk mencapai mobil mereka. Begitu mobil hitam Chanyeol berjalan, dari kejauhan, mobil Luhan mengikuti mereka. Lelaki ini sepertinya sangat penasaran dengan lokasi rumah Seohyun dan ingin sekali mengetahuinya.
Perlahan Luhan mengikuti mobil Chanyeol dan 35 menit kemudian, mobil itu berhenti disebuah gedung apartemen di kawasan elite Seoul. Seohyun turun dari mobil, membungkuk berterima kasih, berpamitan, kemudian masuk kedalam gedung tersebut seiring mobil Chanyeol berjalan menjauh. Luhan tersenyum santai. Setidaknya, dia sudah tahu lokasi tempat Seohyun tinggal.
- to be continued -