home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Who Is The One I Love?

Who Is The One I Love?

Share:
Published : 30 Aug 2013, Updated : 06 Jan 2014
Cast : Hoya ; Dongwoo ; Nam Soo-Jin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |14149 Views |1 Loves
Who Is The One I Love?
CHAPTER 5 : Chapter 5


Fifth Chapter

    “Kemana kau semalam?” tanya Hoya kepada Soo-Jin yang sedang membuat kopi.
“Bukan urusanmu, dan kau sepertinya sudah berubah kembali,” sindir Soo-Jin.
Hoya mendengus dan menggigit bibirnya, “Baiklah! Kalau itu maumu, kau selalu merahasiakan segala sesuatu, mulai sekarang jangan ikut campur dalam urusanku,” tegas Hoya.
“Terserahlah. Aku tidak pernah merasa ikut campur dalam urusanmu, kau saja yang terlalu berperasaan. Kau kira aku suka ikut campur? Tidak sama sekali, pergilah dan uruslah dirimu sendiri. Aku hanya  akan mengurusmu kalau ada jadwal, kalau tidak ada. Kau tahu apa yang harus dilakukan,” Soo-Jin pergi ke taman depan dengan membawa kopinya.
“Kenapa dia jadi sekejam itu? Wah wah, ada yang tidak beres,” Hoya juga mengikuti Soo-Jin ke taman depan.
     Hoya bersembunyi di balik pintu dan melirik ke arah Soo-Jin yang menunduk seakan menghindari langit biru yang cerah sambil memegangi dahinya dengan seulas senyum lembut. Hoya mengerutkan alisnya, Soo-Jin banyak berubah, entah itu karena dia yang terlalu kejam padanya atau ia tidak suka karena alasan Dongwoo vakum adalah dirinya. Ia hanya dapat menghela napas dan menyenderkan kepalanya ke dinding.
“Hei, tidak ada kerjaan, kah?” tiba-tiba sebuah suara muncul dari belakangnya.
Hoya menoleh dan terkejut dimana jarak wajahnya dan Soo-Jin hanya berkisar beberapa cm, ia dan Soo-Jin yang sama-sama membelalakkan mata mereka lalu Hoya menjauh.
“Kau ini,” Hoya mendengus.
“Maafkan aku, mungkin tadi aku terlalu kasar,” Soo-Jin terlihat menyesal.
“Ya, kali ini ku maafkan.  Tapi, kau tidak apa-apa, kan?”
“Kurasa begitu, aku mau keluar sebentar. Jaga dirimu,” Soo-Jin berjalan pergi.
Hoya memiringkan kepalanya dan berbicara pada dirinya sendiri, “Aneh… biasanya ia tidak pernah pamit. Aneh, kesambet setan apa sih perempuan itu?”
      — Aku mendapat tawaran untuk acara dance battle, mau di terima atau tidak? – pesan dari Soo-Jin.
“Dance battle…. Hm, kenapa tidak, sudah lama juga aku tidak dance battle. Kedengarannya menarik,” pikir Hoya
Baiklah. Temui aku di dance studio, jangan lupa bawakan aku cappuccino. —
Hoya mengambil kunci mobilnya dan beranjak ke dance studio. Setelah sampai di dance studio, ia membuka blazernya dan hanya berpakaian tank top hitam. Hoya mulai memainkan musik yang akan ia gunakan untuk dance battle nanti lalu mulai menari.
Setelah 2 jam menari non-stop, ia akhirnya berhenti dan menyadari bahwa Soo-Jin sedang duduk di pojok ruangan dengan wajahnya yang terkagum. Tiba-tiba, Soo-Jin berdiri lalu bertepuk tangan riuh.
“Wah!! Ternyata kau keren juga, aku sampai tidak dapat mengalihkan pandanganku,” Soo-Jin mengatakannya dengan sungguh-sungguh dan mata yang berbinar-binar.
Hoya tersenyum malu sambil mengusap bagian belakang leher, “Ah, Nam-ssi, kau bisa saja. Ini belum apa-apanya, lho. Kau akan lebih terpukau nantinya,”
Mereka berdua tertawa kecil dan duduk bersama, “Kau hari ini kenapa sih? Tumben tidak terlalu bangga, kukira tadi kau akan langsung membanggakan dirimu dan mengatakan kau hebat lalu mencibirku,hm..” Soo-Jin memandang Hoya dengan tatapan bingung tetapi dengan senyuman.
“Kau ini, sepertinya seorang Lee Howon a.k.a Hoya tidak pernah benar di mata manajernya sendiri, Nam Soo-Jin a.k.a Nam-ssi,” ia mengerucutkan bibirnya.
“Hahaha! Ya! Hoya, kau kesambet hantu gila ya, hm? Uhm..tapi kalau kau berpendapat begitu, maka aku akan memberikan alasannya. Alasannya adalah karena seorang Lee Howon tidak pernah menunjukkan sisi baiknya kepada seorang Nam Soo-Jin,”
Hoya menatap Soo-Jin tanpa berpaling sambil tersenyum manis tetapi beberapa menit kemudian ia menggelengkan kepalanya agar sadar dari lamunannya.
“Hei, aku pulang duluan ya. Lelah sekali,” kata Soo-Jin seraya berdiri dari duduknya.
Hoya menarik pergelangan tangan Soo-Jin lalu melepasnya dengan cepat, “Maaf. Tapi pulang bersama saja, lagian sudah malam. Aku juga sudah mau pulang,”
“Oh, baikah. Kunci mobil? Biar aku tunggu saja di mobil,” Soo-Jin mengulurkan tangannya untuk mengambil kunci mobil dari Hoya dan pergi ke arah mobil. Sedangkan Hoya memakai kembali blazernya dan menyusul Soo-Jin

YYYY

  Special, special, special Girl.. – Soo-Jin menyanyikan bagian reff dari lagu yang tadi digunakan Hoya untuk menari. Ia sedang menikmati langit malam dari jendela mobil sambil menunggu Hoya yang sedang bersiap-siap. Soo-Jin sendiri juga sebenarnya tidak mengerti mengapa malam ini ia dan Hoya tidak banyak berantam. Padahal, umumnya, saat mereka bertemu tidak pernah satu kalipun mereka tidak berdebat atau berantam. Malah, tadi Hoya terlihat malu-malu.
“Hei,” sambut Hoya yang sudah duduk di kursi kemudi.
“Oh, sudah siap?”
Hoya menganggukan kepalanya dan mulai menghidupkan mesin mobil lalu bergerak.
“Uhm, Nam-ssi, kau sudah makan?” tanya Hoya membuyarkan lamunan Soo-Jin
“Oh…Oh, sudah sih. Tapi kalau kau mau makan, aku akan temani kok,” ia tersenyum pada Hoya.
“Tidak apa-apa, aku tidak lapar. Hanya bertanya,” Hoya tersenyum canggung.
      flashback –
Soo-Jin memasuki dance studio sambil membawa cappuccino milik Hoya. Melihat Hoya yang sedang latihan nari dan sepertinya ia tidak menyadari bahwa Soo-Jin sudah masuk ke ruangan, Soo-Jin duduk di pojok ruangan. Ia dapat melihat otot-otot Hoya yang kekar karena pakaian tank top hitamnya sedang menari dengan energik. Soo-Jin tidak dapat mengalihkan pandangannya dari tarian yang sungguh sangat amat indah itu. Ia selalu diingatkan dengan pemandangan itu.
end of flashback –
Soo-Jin menggelengkan kepalanya dan tenggelam kedalam selimut, “Soo-Jin! Sadarlah, dulu kau selalu ingin membunuhnya. Kenapa sekarang jadi dia yang ada di pikiranmu? Ahhh =_=” ia memukul kepalanya sendiri kemudian tertidur.
    “Halo?”
“Halo? Nam-ssi,” panggil suara di sebrang sana.
“Oh, Dongwoo-nim. Ada apa telepon pagi-pagi begini? Maaf, bukannya aku tidak tahu kau siapa karena tadi aku masih tertidur pulas jadi tidak membaca layar ponselku sebelum mengangkat,” Soo-Jin menjelaskan dengan panjang lebar sementara suara tawa Dongwoo terdengar di sebrang sana.
“Tidak apa-apa, aku yang harus minta maaf telah mengganggumu. Aku hanya ingin bertemu dengan mu. Jam 5 sore di café biasa, oke?”
“Hm. Baiklah, aku akan tepat waktu, sampai jumpa!”
“Sampai Jumpa!” terdengar suara sambungan telepon yang terputus.
Soo-Jin menguap seperti singa lalu bangkit dari tempat tidurnya. Sekarang jam 10.30, pagi ini tidak ada jadwal. Pekerjaan Hoya akan dimulai jam 1 siang sampai jam 3-an. Baiklah, saatnya ia bersiap-siap sebelum terlambat dan dimarahi Hoya karena mood Hoya dapat berubah 180⁰ dalam kurang dari 24 jam. Soo-Jin menggeleng ngeri. 
Setelah selesai bersiap-siap, Soo-Jin turun ke lantai bawah dan meneguk segelas air.
“Nam-ssi,” panggil Hoya. Soo-Jin meletakkan gelasnya di atas meja lalu menoleh kea rah Hoya.
“Hari ini kau punya janji?”  tanpa pikir panjang Soo-Jin langsung menjawab, “tentu saja ada. Memangnya ada apa?”
“Tidak apa-apa. Lain kali saja. Oh ya, nanti kita harus tiba di sana ½ jam lebih awal. Pastikan semuanya beres,” Soo-Jin hendak membuka mulut dan menjawabnya tetapi Hoya sudah membalikkan badan dan berjalan pergi. Soo-Jin memiringkan kepala memandang punggung Hoya yang menjauh dengan tatapan heran, ia mengangkat sebelah alisnya.
“Tuhan, ini masih jam 10-an dan dia…kenapa begitu? Aneh sekali….”
      Soo-Jin menguap bosan sambil menunggu proses pemotretan Hoya selesai. Ia duduk di tempat peristirahatan staff dan tanpa sengaja mendengar staff di sana mengobrol.
“Eh, kenapa sih si Dongwoo vakum? Padahal sudah cukup lama loh,”
“Iya ya, fans juga sudah merindukan performa dari Dongwoo,”
“Aku dengar ada masalah di masa lalu yang membuat mereka salah paham sampai sekarang,”
“Oh ya?”
“Ku dengar sih seperti itu. Aku harap Dongwoo akan segera kembali ke INFINITE H,”
Soo-Jin tidak tahan mendengar semua itu lalu ia menyumbat telinganya dengan earphone agar ia tidak medengar apa yang para staff berbicara tentang Dongwoo dan Hoya.
Namja-ga Saranghalddae… – lagu itu yang bermain saat ia bangun akibat diguncang. Ya, ia yakin ia terbangun karena terguncang. Soo-Jin menguap pelan, mengusap matanya dan mengangkat kepalanya. Ternyata Hoya! Ia buru-buru melepaskan earphonenya lalu beralih ke Hoya.
“Ya?”
“Kau tertidur pulas sekali. Lelah?” tanya Hoya yang duduk di depannya dengan segelas cappuccino.
“Hm, tidak juga. Hanya bosan,” ia memandang sekeliling.
“Para staff sudah pulang. Mereka sudah selesai pemotretan sekitar 20 menit yang lalu. Karena kau tertidur pulas sekali, jadi tadi kami siap-siap dulu,” Soo-Jin baru hendak bertanya kemana perginya para staff dan sepertinya Hoya berhasil membaca pikirannya.
“Baiklah, kalau sudah sepenuhnya sadar. Ayo kita pulang,”  ajak Hoya seraya berdiri.
“Ayo,” Soo-Jin juga bangkit dan berjalan menuju mobil bersama Hoya.

YYYY

     “Halo?”
“Dongwoo!” terdengar suara riang di sebrang sana.
“Ah, Taewoon hyung,” Dongwoo mengangguk singkat dan tersenyum.
“Lagi lagi, hyung. Aku membencimu, Jang Dongwoo. Tapi, itu tidak penting.  Yang penting adalah aku menerima tawaran untuk dance battle,” jelas Taewoon.
“Dance battle?” Dongwoo mengerutkan dahinya.
“Yap, dance battle. Rivalmu masih belum diketahui dan mungkin baru akan diketahui saat D-day nanti, bagaimana?”
“Boleh saja, tapi aku harus latihan dimana?”
“Ya Tuhan, Dongwoo, haruskah aku memberimu peta di kantor perusahaan Woollim? Kau tidak tahu di perusahaan tersebut terdapat 5 dance studio? Katakan padaku kapan kau akan latihan, aku yang mengurusnya,” seperti biasanya Kim Taewoon menawarkan diri.
“Baiklah, aku akan latihan malam ini. Sedikit larut mungkin,”
“Larut?”
“Ya, aku ada janji malam ini. Jadi aku akan ke sana setelah selesai “
“Okay! Kabari aku kalau kau sudah mau ke dance studio,”
“Tidak usah. Aku akan berlatih sendiri hari ini. Terima kasih, hyung,” Dongwoo langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari Taewoon.
Dongwoo meletakkan ponsel di meja yang berada di dekatnya, ia menghela napas. Ia dapat merasakan hatinya yang gembira akan bertemu Soo-Jin dan gelisah mengikuti dance battle. Dongwoo sudah sangat merindukan Soo-Jin, akhir-akhir ini Soo-Jin sangat sibuk, ia bahagia akan bertemu dengan Soo-Jin malam ini, tetapi di lain sisi ia gelisah menghadapi dance battle, entah mengapa ia hanya gelisah.
Dongwoo segera bangkit dari tempat duduknya dan bersiap-siap untuk bertemu Soo-Jin malam ini.
     Dongwoo mengerjapkan matanya untuk memperjelas padangannya. Ia sedang menyetir namun matanya tiba-tiba memburam, entah mungkin karena dia sedang banyak pikiran. Tidak, entah apa yang ia pikirkan. Soo-Jin, INFINITE H, dance battle, hidupnya, dan dirinya sendiri. Tidak Dongwoo sadari, ia sudah di depan dorm INFINITE H. ia menghela napas sedikit lebih panjang dan membunyikan klakson agar Soo-Jin mendengar. Namun, sudah beberapa kali Soo-Jin belum kelihatan. Dongwoo meraih ponselnya dan menelepon Soo-Jin,
“Soo-Jin, aku sudah di bawah,”
“Ah, Dongwoo-nim. Masuklah sebentar, di depan sangat dingin. Aku masih harus melakukan sesuatu. Bagaimana?”
“Oh. Baiklah,” Dongwoo mematikan sambungannya dan masuk ke dalam.
    “Soo-Ji….” Sebelum Dongwoo menyapa Soo-Jin, ia sedang melihat Soo-Jin mengobati luka Hoya. Ia berdeham canggung dan merasakan napasnya yang tercekat.
“Dongwoo-nim!” panggil Soo-Jin saat mendengar dehaman Dongwoo.
“Dongwoo hyung?” Hoya terperanjat dari tempat duduknya.

YYYY

“Soo-Jin!!!!” suara pekikan Hoya terdengar. Soo-Jin menghela napas,  ia berharap ia dapat membunuhnya sekarang juga. Soo-Jin meletakkan pensilnya di samping buku gambar dan pergi ke bawah menemui Hoya.
“Ada apa sih?” Soo-Jin menggerutu kesal.
“Kau tidak lihat lututku kenapa? Tunjukkan dirimu sebagai manajer!”
“Ceroboh sekali. Duduklah,” Soo-Jin pergi mengambil kotak P3K dan segera kembali ke tempat Hoya tadi. Ia bersujud di depan Hoya dan membuka kotak P3K lalu mengeluarkan antiseptic dan kapas.
“Rentangkan kakimu kedepan, jangan di tekuk. Nanti darahnya tidak mengalir sempurna,” Soo-Jin membantu Hoya merentangkan kakinya.
“Kenapa bisa luka sampai seperti ini?” tanya Soo-Jin selagi menuangkan antiseptik ke kapas dan mengoleskannya pada luka Hoya.
“Ouch! Itu sakit, Nam-ssi!” Hoya merintih kesakitan lalu menambahkan “tadi saat di studio tari, aku terjatuh dan mendarat dengan lututku. Jadi luka begini,”
“Tahan sedikit pun tidak bisa. Nyali cowomu kemana sih? Tsk. Super ceroboh!” Soo-Jin membersihkan luka Hoya agar tidak terinfeksi.
“Diamlah. Bukan ceroboh! Itu adalah kecelakaan,” Hoya mencoba membela diri sambil merintih-rintih kesakitan.
Tiba-tiba ponsel Soo-Jin berdering, tanpa melihat nama yang muncul di layar.
“Soo-Jin, aku sudah di bawah,” terdengar suara yang sudah sangat dikenalnya. Ia tersenyum sekilas.
“Ah, Dongwoo-nim. Masuklah sebentar, di depan sangat dingin. Aku masih harus melakukan sesuatu. Bagaimana?” tawar Soo-Jin sambil memandangi luka di lutut Hoya.
“Baiklah,” Dongwoo memutuskan sambungan telepon dan ia meletakkan ponselnya di atas meja lalu melanjutkan pekerjaannya.
“Kau ada janji?” tanya Hoya yang masih merintih.
“Hm,” Soo-Jin mengangguk pelan dan membersihkan luka Hoya yang sudah membaik dengan kapas yang baru. Mereka berdua diam beberapa saat, tiba-tiba Dongwoo berdeham. Tidak pasti kapan ia masuk.
“Dongwoo-nim!” Soo-Jin menoleh ke arah Dongwoo.
“Dongwoo hyung?” Hoya terperanjat saat melihat Dongwoo.
“Apa kabar, Nam-ssi, Hoya,” Dongwoo membungkuk, Soo-Jin dan Hoya juga ikut membungkuk.
“Maafkan aku, hyung. Gara-gara aku janji kalian jadi sedikit tertunda,” nada suara Hoya sedikit menyesal.
“Tidak apa-apa. Ada apa dengan kakimu?”
“Hanya sedikit luka di lutut saat latihan tari tadi,” jelas Hoya. “Kalau begitu, aku mau beristirahat dulu. Terima kasih, Nam-ssi. Maafkan aku, hyung. Sampai jumpa,” Hoya membungkuk dan berjalan ke ruangannya.
Soo-Jin memandang punggung Hoya yang menjauh dan menoleh kea rah Hoya.
“Dongwoo-nim, tunggu sebentar. Aku akan membereskan ini lalu kita berangkat,” Soo-Jin tersenyum lembut kepada Dongwoo dan membereskan peralatan-peralatannya.
“Baiklah, aku sudah siap. Kita berangkat sekarang?” Soo-Jin merapikan syalnya.
Dongwoo mengangguk singkat dan mereka berdua masuk ke dalam mobil.
    “Woo-nim?” panggil Soo-Jin dan mereka berdua tertawa kecil. Mereka sedang berada di restoran yang mereka kunjungi pertama kali.
“Woo-nim, ada yang ingin aku katakan padamu,” Soo-Jin menatap Dongwoo yang sedang menuangkan soju ke gelasnya dan gelas Dongwoo sendiri.
“Apa itu?” Dongwoo melihat ke arah Soo-Jin.
Soo-Jin menatap mata Dongwoo yang tersembunyi di balik rayban lekat-lekat, “Aku tidak suka kau terlalu dekat dengan Kim Yoona,” katanya dengan sedikit terbata karena ia sangat gugup.
Dongwoo yang tadi sedang meneguk soju, terpaku dan memiringkan kepalanya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK