home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Who Is The One I Love?

Who Is The One I Love?

Share:
Published : 30 Aug 2013, Updated : 06 Jan 2014
Cast : Hoya ; Dongwoo ; Nam Soo-Jin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |14105 Views |1 Loves
Who Is The One I Love?
CHAPTER 3 : Chapter 3

Third Chapter

“Apa?!” tanya Soo-Jin tidak percaya.
“Hmm..hanya vakum menjadi penyanyi, aku masih terima pekerjaan sebagai actor, bintang iklan dan model kok. Jadi kau tidak akan bekerja untuk Hoya seorang. Jangan khawatir.”
“B..bukan itu masalahnya…tapi kenapa Dongwoo-nim? Apa kau juga tidak akan tinggal satu rumah dengan kami?” ia melirik ke arah Dongwoo yang sedang menatap bibir cangkir expresso-nya dengan tatapan kosong.
“Aku, aku…hanya ingin saja. Aku lelah bekerja dengan Hoya, tapi jangan salah paham. Bukan berarti dia itu sangat menyebalkan, tetapi ada sesuatu yang tidak kau ketahui dan tidak bisa kuberi tahu. Maaf.. ya, tentu saja. Itu adalah rumah untuk Infinite H, sementara aku akan vakum, aku akan tinggal di apartemen ku di daerah Myeong-dong, kau boleh menemuiku disana kalau mau.” Dongwoo tersenyum paksa.
“Kenapa hatiku sakit melihat senyumnya yang sangat pahit itu? Apa ia benar-benar tersakiti? Tapi, karena siapa? Aku? Hoya? Atau ada yang lain…?” batin Soo-Jin berkata begitu, tapi ia tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun.
    “Soo-Jin!” panggil Kim Taewoon.
“Oh, siapa ya?” ia memiringkan kepalanya.
“Nah, ikut denganku.”
    Kim Taewoon dan Soo-Jin duduk bersebrangan di café kantor.
“Aku, Kim Taewoon, manajer senior di kantor ini. Kita akan bekerja sama mengurus Dongwoo dan Hoya. Tapi, jangan panggil aku oppa, kita tidak beda jauh kok, panggil saja Taewoon,” Taewoon tersenyum lembut.
“Ah, apa kabar? Aku Nam Soo-Jin, Taewoon-ssi. Panggil saja aku Nam-ssi. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik,” ia membungkuk sopan.
“Kau sudah tau Dongwoo akan vakum?”
“Tahu…” Soo-Jin menjawab dengan suara pelan, sangat pelan, bahkan Taewoon pun mungkin tidak dapat mendengarnya.
“Baiklah, kalau kau sudah tahu.”
“Tapi, Taewoon-ssi…” Soo-Jin terdiam sejenak, “Apa mungkin kau tahu apa alasan Dongwoo vakum? Aku tidak mengerti mengapa. Mungkin karena aku?”
“Haha, tidak. Bukan kau, dia malah senang kau menjadi manajer mereka. Hanya ada suatu kesalahpahaman antara mereka berdua, yang tidak bisa ku ceritakan sekarang. Kau boleh tanya lagi nanti, dan aku janji, akan ku jawab.”  Taewoon mengedipkan sebelah matanya lalu meninggalkan Soo-Jin sendirian.
“Sebenarnya…apa yang terjadi….?” Gumam Soo-Jin lalu menghela napas berat dan kemudian meninggalkan café tersebut.
    “Hoya-ssi. “ panggil Soo-Jin.
“Apa?”
“Tidak bisakah kau tidak bersikap ketus kepada ku? Hanya untuk 30 menit sampai 1 jam?” suara Soo-Jin memelan.
“Baiklah. Ada apa Nam-ssi?”
‘Nam-ssi’ aneh sekali saat dia yang memanggilku seperti itu…
“Apa yang terjadi dengan Dongwoo-nim? Kenapa ia vakum..?”
“Tidak tahu, dia yang vakum kok tanya sama aku? Kau kira aku ini peramal?”
“Baru satu menit berlalu, baiklah. Kelihatannya kau memang tidak mau berbicara denganku,” Soo-Jin bangkit dari duduknya tetapi Hoya menarik lengannya untuk menahannya.
“Bicaralah, maaf.” Hoya memelankan suaranya.
Soo-Jin kembali duduk dan menatap Hoya dengan tatapan kosong, kemudian ia menghela napas.
“Ia hanya butuh waktu untuk istirahat. Mungkin 1 atau 2 bulan juga akan kembali. Aku dengar dia masih menerima individual job. Jadi kau tidak akan 24/7 bekerja denganku saja.”
“Sebenarnya bukan itu. Tapi, aku hanya ingin tahu mengapa. Kalian berdua baik-baik saja semalam, tapi hari ini tiba-tiba Dongwoo-nim vakum. Aku tidak mengerti. Dan untuk pekerjaan, sebagai manajer yang professional aku tidak mempermasalahkan harus bekerja dengan siapa. Meskipun itu dengan dirimu, tapi aku tetap harus menjalankan kewajibanku sebagai manajer, bukan?”
Hoya tertegun, “Mungkin itu salahku. Dan kau ternyata bijaksana juga. Istirahatlah, besok kita akan mulai bekerja.”
Soo-Jin mengangguk pelan dan bangkit. “Satu lagi, jangan telat bangun. Kita harus sampai ke tempat acara jam 7 tepat.” Tambah Hoya.
     “Dingin…itu lah angin malam. Menjadi manajer tidak mudah, bahkan untuk mengetahui alasan vakumnya artis yang di manajerinya pun sulit,” gumam Soo-Jin yang berdiri di balkon menatap langit malam yang gelap, lebih gelap dari malam-malam sebelumnya dan merasakan angin malam musim semi yang menerpa tubuhnya.

šššš

“Selamat pagi!” sapa staff kepada Dongwoo.
 Hari ini, Dongwoo akan syuting film dengan Kim Yoona.
“Hyung, Nam-ssi dimana?” tanya Dongwoo kepada Taewoon.
“Hey. Sudah kubilang jangan panggil aku hyung. Bandel sekali. Dia bersama Hoya, kata Presdir Lee, ia akan lebih difokuskan kepada Hoya, dank au bersamaku. Jika Hoya tidak punya  jadwal, ia akan menjadi milikmu.”
“O,” hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Dongwoo. Ia tidak dapat berbuat apa-apa, toh, dia itu adalah manajer Infinite H, bukan manajer pribadinya. Ia yang memilih untuk vakum. Setidaknya ia harus mengalah sedikit dengan Hoya. Ya, itulah yang ada di benaknya.
“Hei, syuting akan segera dimulai. Tidak bisakah kau tersenyum sedikit?” Yoona menyenggol bahu Dongwoo yang lemas, tak bertenaga.
“Diam lah. Jangan banyak bicara. Aku lama-lama bisa muak.”
“Cih! Aku kira kau tidak seperti ini kepada perempuan lain. atau kau memang muak dengan semua perempuan? Atau kepada setiap manusia di dunia. Tuhan, mengapa ciptaan seperti ini Kau pertemukan kepadaku.” Yoona mencibir Dongwoo lalu pergi meninggalkannya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia muak dengan Se-Ryoung, Yoona, Hoya dan bahkan dirinya sendiri. Tapi, akankah ia muak pada Nam-ssi? Itu adalah pertanyaan tidak terjawab. Lihat saja…
    “Kalian bekerja dengan baik!” teriak Yoona kepada setiap staff yang lewat.
“Kemampuan acting mu boleh juga, yah, tidak seburuk yang kukira.” Sambar Yoona setelah selesai memberi salam dan duduk di sebelah dongwoo di mobil.
“Ya. terimakasih.”
“Anak ini.” Yoona mendengus kesal.
“Itu kan yang diucapkan setiap mendengar pujian?”
“Ya, terserahlah. Aku capek bicara denganmu.”
“Yang mulai duluan siapa? Jangan menjawab, aku tidak ingin mendengar. Diamlah, aku ingin tidur,” Dongwoo membalikkan badannya kearah jendela dan menutup matanya.
“Aish. Benar-benar, menyebalkan.”
    “Nam-ssi,” panggil Dongwoo dari telepon.
“Ya? ada apa?”
“Kau sedang sibuk?”
“Baru selesai pemotretan.”
“Hm, bisa bertemu? Malam ini jam 7, bersiaplah. Aku akan menjemputmu nanti.”
“Baiklah. Aku menunggumu.”
“Sampai jumpa.” Soo-Jin menutup teleponnya.
Aku merindukanmu, Nam Soo-Jin, gumam Dongwoo.
   Dongwoo sudah tiba di rumah mereka, ia membunyikan klakson agar Soo-Jin turun ke bawah. Dan beberapa saat kemudian, Soo-Jin pun muncul.
Soo-Jin masuk kedalam mobil, “Maaf, aku sedikit telat. Tadi si orang tidak tahu diri itu membuatku harus bekerja banyak untuknya. “
“Lupakan saja, tidak apa-apa. Aku tidak terlalu mempermasalahkan waktu, berbeda dengannya kan? Haha.” Dongwoo dan Soo-Jin tertawa canggung.
“Kita akan kemana, Dongwoo-nim?”
“Makan malam, mau?”
“Tentu, aku belum makan. Jatah makananku dirampas.” Soo-Jin berkata dengan nada sedih.
“Benarkah? Wah, kejam sekali dia. Memang benar-benar menyebalkan.”
“Iya. Sangat-sangat menyebalkan. Huh.” Soo-Jin mendengus lalu menambahkan, “Apa kau baik-baik saja? Aku minta maaf tidak bisa menemanimu syuting tadi. Tapi aku akan menonton premiere nya kok, meskipun hanya dari TV. Hehe. Maaf yah, Dongwoo-nim.” Soo-Jin berkata dengan nada menyesal.
“Tidak masalah. Asal kau menontonnya.” Dongwoo menyunggingkan segaris senyum.
     Dongwoo berhenti di depan warung kaki lima.
“Dongwoo-nim, kau yakin akan makan di pinggir jalan? Tidak takut dikenali dengan fans mu?”
“Cha~” Dongwoo melambaikan kacamata hitamnya. “Aku sudah sering kok makan disini, santai saja, jangan panggil aku Dongwoo-nim. Panggil saja Woo-nim. Paham?”
Soo-Jin menangguk mengerti dan mereka berdua turun dari mobil lalu mengambil tempat duduk paling pojok.
“Ajhumma! 2 ddeokbokki dan 2 botol soju,” teriak Dongwoo.
“Woo. Aku tidak menyangka, kau minum soju juga?”
“Tentu, penghilang rasa sakit yang paling baik, bukan?” Dongwoo tertawa kecil.
Beberapa saat kemudian, ddeokbokki dan soju pun diantarkan ke meja mereka. Dongwoo membuka tutup botol sojunya dan menuangkannya ke gelas Soo-Jin dan gelasnya sendiri.
“Cheers!” Soo-Jin mengangkat gelasnya.
“Cheers!” Dongwoo juga mengangkat gelasnya lalu mereka meneguk soju masing-masing.
“Ah! Lega sekali. Rasanya seperti beban hari ini hilang.”
Dongwoo hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Soo-Jin.
“Bukannya bebanmu hilang karena menemuiku?” gumam Dongwoo pelan.
“Ya?” Soo-Jin memiringkan kepalanya.
“Ah tidak, sini.” Dongwoo menuangkan soju ke gelas Soo-Jin lagi dan gelasnya sendiri lalu meneguk sojunya dengan cepat.

šššš

“Sudah jam 10 tepat tapi anak itu belum pulang juga. Sudah tahu besok ada banyak jadwal. Aish.” Dengus Hoya lalu mengambil telepon genggamnya dan menghubungi Soo-Jin.
“Hei. Dimana kau? Pulanglah.”
“Diamlah. Tidur saja dengan tenang, jangan bawel,” suara Soo-Jin yang marah-marah seperti orang mabuk. Jangan-jangan…
“Kau dimana sekarang?”
“Aku akan mengantarnya pulang, tunggu sebentar,” terdengar suara Dongwoo.
“Oh, ternyata bersama Dongwoo-hyung. Pantas saja.”
    “Dari mana?” tanya Hoya ketus.
“Bukan urusanmu,” jawab Soo-Jin yang mabuk dan berjalan dengan tidak seimbang lalu terjatuh ke sofa. Hoya mengalungkan lengan Soo-Jin di bahunya lalu membawa Soo-Jin ke kamarnya dan membiarkan Soo-Jin berbaring. Kemudian, Hoya memakaikan selimut ke tubuh Soo-Jin.
“Kau manis juga. Tetapi, menyebalkan. Tidur yang nyenyak,” Hoya tersenyum dan pergi.
     “Apa jadwal hari ini?” tanya Hoya sambil melonggarkan dasinya.
“Kau hanya akan mengadakan rapat di kantor dan tidak ada lagi. Mungkin dari sana akan ada jadwal tambahan,” jelas Soo-Jin.
“Baiklah.”
“Oh, kau juga ada iklan untuk pemasaran daging bulgogi,”
“Bulgogi? Hei. Bulgogi itu ada lada hitamnya.”
“Nah, ini diberikan untukmu untuk mempromosikan bahwa orang yang alergi lada hitam pun bisa menikmati bulgogi. Aku sudah menyobai sampelnya dan itu lulus ujiku. Kalau terjadi apa-apa mereka akan tanggung jawab kok.”
“Aku mau kau yang tanggung jawab,” tegas Hoya.
“Tidak mau!”
“Kau adalah manajer sekaligus penanggung jawab. Awas saja terjadi sesuatu,” ia menatap Soo-Jin lekat-lekat dan pergi menuju mobil.
“Stylist Kwon,” panggil Hoya.
“Ya?”
“Sediakan obat alergiku. Dan syal. Aku merasa dingin. Cepat!”
“Baiklah. Tunggu sebentar. “
Hoya duduk di dalam mobil untuk menunggu Soo-Jin dan Stylist Kwon. Soo-Jin berjalan sedang membawa syal dan baju-baju untuk CF (Comercial Film).
“Nah. Punya mu.” Soo-Jin melemparkan syal dan baju-baju tersebut ke paha Hoya dan duduk di samping Hoya.
“Hei. Kau punya sopan santun tidak? Dasar!” maki Hoya
“Tidak. Kenapa? Tidak senang? Keluar sana.”
“Kenapa harus aku yang keluar? Kau kira kau ini siapa?”
“Kau tidak tahu aku siapa? Yasudah, tetap saja tidak tahu. Aku tidak akan TERUS memberi tahumu. Karna pekerjaanku adalah mengurusmu, bukan mengingatkanmu siapa aku ini. Mengerti? Diamlah. Jangan banyak bicara.” Tegas Soo-Jin kesal.
“Aku tidak pernah punya manajer segalak, dan semenyebalkan dirimu.”
“Dan aku juga tidak pernah punya partner kerja se TIDAK TAHU DIRI seperti dirimu, tahu? Jadi belajarlah menghargaiku kalau kau mau dihargai.”
“Cih! Siapa kau?”
“Ku bilang diam!” jerit Soo-Jin.
“Astaga, sudahlah. Kalian berdua ribut sekali,” sahut Stylist Kwon.
“BERISIK!!” teriak Soo-Jin dan Hoya bersamaan. Lalu Stylist Kwon mendengus kesal dan terdiam.

šššš


Soo-Jin duduk di café kantor sambil menunggu Hoya yang sedang rapat. Ia menyeruput kopi nya dan memikirkan Dongwoo.
“Hei, kau tahu tidak? Kabarnya, di film Dongwoo, akan ada adegan ciuman dengan Yoona loh!” kata salah seorang staff yang duduk di sebrang mejanya.
“Benarkah? Ku dengar Yoona akan membuat orang mabuk kepayang saat menciumnya. Yoona itu cukup berbahaya, tahu.”
“Wah, kasihan sekali Dongwoo..setelah vakum, malah mendapat partner kerja yang kurang baik.”
Soo-Jin hanya tertegun dan merasa nyeri di bagian dadanya. Ia mengkhawatirkan Dongwoo…tapi….kenapa?

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK