home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Who Is The One I Love?

Who Is The One I Love?

Share:
Published : 30 Aug 2013, Updated : 06 Jan 2014
Cast : Hoya ; Dongwoo ; Nam Soo-Jin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |14104 Views |1 Loves
Who Is The One I Love?
CHAPTER 2 : Chapter 2

Second Chapter

Soo-Jin dan Hoya duduk berjauhan dan saling mencibir. “Terkutuklah dirimu, Soo-jin. Harus bertemu dengan dia lagi. Sial sekali. Malah sudah ku tandatangani kontraknya,” makinya pada diri sendiri.
“Kalian berdua saling kenal?” tanya Dongwoo bingung.
“Tidak, hanya dia pernah berbuat masalah denganku.” Jelas Hoya.
“Hei! Kau yang memulai semuanya. Jangan memutar balikkan fakta, dasar. Orang tidak tau diri.” Tambahnya tidak terima dengan penjelasan Hoya.
“Baiklah, ceritakan apa yang terjadi. Biar kalian dapat bekerja tanpa ada salah paham gara-gara masalah kalian yang belum selesai itu.”
“Aku yang akan cerita,” sahut Soo-jin sebelum Hoya membuka mulut.
“Jadi begini…..”
– flashback : (beberapa minggu yang lalu, sebelum Infinite H mengadakan showcase di Cina)
Soo-jin sedang mengantarkan susu kepada pelanggan dengan sepedanya. Lampu di jalan sedang merah, lalu Soo-jin memutuskan untuk melewati zebra-cross agar aman.  Tiba-tiba, mobil Hoya melaju dengan cepat dan menabrak Soo-jin dan sepedanya sehingga ia terjatuh dan susu berantakkan di jalan.
“Keluar kau! Dasar!!” maki Soo-Jin.
Hoya dan Go-Dong pun keluar dari mobil, “Apa masalahmu? Aku sibuk, jangan buang waktuku.” Tanya Hoya dengan nada acuh tak acuh.
“Hei. Orang tidak tau diri, kau kira di dunia ini hanya kau seorang yang sibuk? Hanya kau seorang yang waktunya berharga? Kau kira pengantar susu tidak sibuk? Kalau bukan aku, kau tidak akan mendapat susu harianmu. Tau? Kau pasti marah kalau susu harianmu datang terlambat satu menit, tidak, satu detik saja. Ya kan?” dengus Soo-jin kesal.
“Tidak. Soalnya aku tidak minum susu. Jadi aku tidak tahu, dan itu tidak penting untuk diketahui. Apa pun yang terjadi, aku tak akan mengganti rugi. Awas sana!”
Hoya membalikkan badan dan masuk ke dalam mobil.
“Huh! Dasar orang gila, orang tidak tahu diri, orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Memang dia siapa? Berani-beraninya merendahkan orang. Kalau bertemu lagi, mati kau di tanganku!!”
Soo-jin membereskan susu-susunya yang berantakkan dan bahkan ada yang rusak sambil melihat mobil Hoya yang menjauh.
      “Apa?! Jadi setengah dari pelanggan kita tidak mendapat susu harian mereka?” marah bossnya yang super kejam.
“Maafkan aku,Pak. Tapi ini bukan kesalahanku sepenuhnya. Tadi aku ditabrak lari.”
“Aku tidak perduli. Mau ditabrak lari,tabrak mati. Pokoknya kau dipecat hari ini juga, detik ini juga. Kau tidak akan menerima gaji bulan ini dan akan dipotong setengah uang pesangon mu untuk ganti rugi. Silahkan bereskan barang-barangmu dari loker dan segera pergi!” usir boss Soo-jin.
Soo-Jin hanya menunduk dan pergi ke lokernya. “Oh! Baiklah, lihat saja. Takkan pernah kubiarkan kau lari kalau aku bertemu.” Soo-Jin menonjok pintu lokernya dan merintih kesakitan.
“Dasar idiot,” sindir Young Min, teman kerja Soo-Jin.
“Kerjalah yang baik. Aku pergi dulu, Min. sampai jumpa.”  Soo-Jin membungkuk dan membawa barang-barangnya berjalan keluar dari kantor menuju rumah kontrakan satu ruangannya itu.
“Aku harus mendapat pekerjaan yang baru. Kalau ibu tahu, bisa-bisa aku disuruh pulang ke Daegu dan membantunya membersihkan kandang babinya. Huh. Membayangkannya saja aku sudah tidak tahan.” Ia menggelengkan kepalanya.
flashback ended –
“Oh, jadi begitu..” Dongwoo mengangguk mengerti.
“Bagaimana hyung? Dia kan yang salah? Huh. Menyebalkan.” Sungut Hoya.
“Hei! Itu kau yang salah! Udah jelas-jelas tahu kalau sedang lampu merah. Tapi masih saja jalan. Tidak punya mata apa? Cih!” ia mencibir Hoya.
“Sudahlah. Toh kalian juga sudah bertemu sekarang, dua-duanya salah kok. Aku tidak mau berpihak. Minta maaf lah. Kalian akan bekerja sama di waktu yang akan datang. Kalau kalian tetap musuhan seperti ini pekerjaan tidak akan menyenangkan jadinya.”
“Apa?! Minta maaf? Tidak mau. Aku tidak salah. Dan apa maksudmu kita akan bekerja sama, hah?” tanya Hoya tidak mengerti.
“Go-Dong akan pindah ke Cina jadi ia mengundurkan diri dari perusahaan. Sementara dia, Soo-Jin akan menggantikan Go-Dong menjadi manajer kita.” Jelas Dongwoo.
“Apa? Ini tidak adil. Kenapa tidak meminta persetujuanku. Aku akan protes ke Presdir.”
“Percuma, tidak ada yang mau menjadi manajer dari orang se-sensitif dirimu, tahu?”
“Nah! Tau? Bukan sensitif, tetapi tidak tau diri. Dasar.” Soo-Jin menambahkan.
“Ahh. Aku tidak mau tahu. Pokoknya kalau dia tidak minta maaf duluan, aku tidak akan minta maaf dan aku akan tetap protes ke Presdir Lee.”
“Baiklah, orang keras kepala, aku minta maaf. Meskipun bukan kesalahanku, aku minta maaf. Puas? Cih! Dongwoo-nim, dimana ruanganku? Aku sangat lelah. Ingin istirahat.” Tanya Soo-Jin seraya berdiri.
“Hyung, dia tinggal disini? Tanya Hoya tidak percaya.
Dongwoo mengangguk pelan dan mengantarkan Soo-Jin ke kamarnya.
    “Akhirnya!!” Soo-Jin terjun ke ranjangnya yang empuk di ruangannya yang luas.
“Meskipun harus bekerja dengan si Hoya, Hoya tidak tahu diri itu, tetapi aku bisa tidur dengan pulas di sini. Yeahh! Paradise. Woo.” Ia menjerit-jerit seperti orang gila dan akhirnya tertidur pulas.

šššš

“Presdir!!” teriak Hoya sesaat setelah Presdir Lee mengangkat teleponnya.
“Ada apa sih? Ihh, kau ini. Semakin lama semakin gila.”
“Kenapa kau memutuskan memilih manajer baru tanpa sepengetahuanku tapi Hyung tau? Hah? Kau tidak menganggapku lagi sekarang. Aish.”
“Dia orangnya baik kok. Rajin lagi, tapi ingat. Jangan kau menjahili dia. Awas kalau dia keluar, aku tidak akan mencarikan manajer lagi untukmu. Mengerti?” Presdir Lee memutuskan sambungan teleponnya.
Menjaihli…hmm. Baiklah, akan ku lakukan sesuai yang aku mau. Karena mereka berdua melakukan seenaknya. Bagus bagus, batin Hoya sambil tertawa puas.
   “Hyung! Mana perempuan itu?”
“Siapa? Soo-Jin?” Dongwoo yang sedang menyeduh kopi balik bertanya.
“Yah apapun namanya aku tidak perduli. Dia dimana?”
“Di kamarnya sedang istirahat. Untuk apa kau mencari dia? Emang hari ini kau punya jadwal?”
“Tidak, bukan aku. Tapi aku harus mengajarnya menjadi manajer yang baik. Ha. Ha.”
Dongwoo hanya memandang bahu Hoya yang berjalan ke lantai atas dengan tatapan bingung sambil menyeruput kopinya.
    “Hei! Bangun!” Hoya menendang kaki Soo-Jin yang tergelantung di ranjang.
“err.. apa..?” jawab Soo-Jin yang menguap sambil bangkit dari tempat tidur.
“Hei. Apa yang kau lakukan?” Soo-Jin menutupi tubuhnya dengan tangannya.
“Oh. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku tidak memiliki keinginan untuk menyentuh tubuhmu, bahkan hanya sedikit. Camkan itu. Bangun, sekarang juga.” Hoya mencibir Soo-Jin yang terlalu PD.
“Mau kemana? Dongwoo-nim berkata kalian maupun  salah satu dari kalian tidak memiliki jadwal hari ini. Biarkan aku beristirahat sebentar, manusia kejam.”
Siapa yang manusia kejam? Fiuh! Sabar, Hoya, sabar. “Ikut denganku, jangan banyak tanya.”
     “Mana Dongwoo-nim ?” tanya Soo-Jin.
“Keluar. Dan itu bukan urusanmu. Sekarang, bersihkan rumah. Masak untukku, pastikan tidak ada lada hitam. Aku alergi. Awas saja kalau ada setitik lada hitam, akan kubuat kau menjadi sengsara seumur hitam. Ya, itu dulu. Satu lagi, jangan masuk ke ruanganku. Memegang pegangan pintunya saja tidak boleh. Mengerti?” jelas Hoya panjang lebar.
“Hei. Aku kira aku bukan menjadi pembantu tapi menjadi manajer. Bedakan itu. Aku tidak akan melakukan apapun, kalau kau alergi lada hitam, beli saja diluar. Jangan banyak kata padaku. Kau kira aku bisa kau jahili, hah?” Soo-Jin membanting alat pembersih rumah dengan keras dan berjalan ke taman rumah.
“Wah, keren juga dia bisa seperti itu. Aku salut. Dia bukan orang yang gampang ternyata. Oke. Tidak apa-apa. Akan ku cari cara lain. bukan Hoya namanya kalau tidak dapat membuat dia melakukan sesuatu yang Hoya inginkan. Ha. Ha. Lihat saja.” Hoya memandang punggung Soo-Jin yang menjauh dengan sinis.
      “Katanya tidak mau masak. Ada lada hitamnya tidak?” tanya Hoya saat waktu makan malam.
“Diam. Makan kalau mau. Kalau tidak mau pergi saja. Aku tidak memasak hanya untuk orang tidak tahu diri seperti mu.”
“Sudahlah, makan saja. Kau ini sangat banyak maunya. Sudah bagus dimasakkan, bukannya bersyukur malah mengeluh.” Dongwoo menggelengkan kepala.
Hoya hanya menghela napas dan mulai makan, ‘sejak kapan Hyung tidak membelaku?,’ tanyanya pada diri sendiri.
“Wah! Enak juga ya masakkanmu. Ternyata bakatmu lumayan juga.” Puji Dongwoo.
Oh, demi Tuhan. Apa sih enaknya? Aku jadi mual.
“Terimakasih. Aku hanya bisa memasak sedikit. Tidak terlalu special. Semoga tidak bosan dengan masakkanku.”
“Oh, Soo-Jin. Ingat yah, jangan pakai lada hitam. Kalau tidak nanti tuan muda kita alergi berat.”
“Ya, aku tahu. Dan panggil saja aku Nam-ssi. Kau juga, Hoya-ssi. Jangan panggil aku ‘Hei!’ atau akan kubunuh kau dengan lada hitam.”
Setelah itu, mereka makan dengan hening, dan setelah selesai makan, Soo-Jin membereskan meja lalu mencuci piring.
    “Nam-ssi, dia orangnya manis, bukan?” tanya Dongwoo.
Dongwoo dan Hoya sedang duduk di ayunan di atap menatap bintang malam hari yang indah.
“Bagimu, bukan untukku.” Jawabnya acuh tak acuh.
“Sudahlah, dia sudah minta maaf juga.  Kau ini, tidak pernah berubah.”
“Terus kenapa? Kalau kau mau, ambil saja. Jangan sampai aku sudah suka lalu kau curi lagi. Jangan mencuri lagi milikku untuk yang kedua kalinya.” Jawab Hoya lirih.
“Maksudmu mencuri? Oh, wanita itu. Terserah lah, bagaimana kau mau menanggapinya, tetapi yang pasti aku bukan pencuri yang mau wanita seperti semangka itu.”
– flashback : (few years ago)
“Aku mencintai kalian berdua.” Hoya mengecup kening Se-Ryoung.
Hoya merentangkan lengannya, Dongwoo tidur di lengan sebelah kanan Hoya dan Se-Ryoung di lengan sebelah kiri Hoya. Mereka bertiga tertidur.
Dan tengah malam, Se-Ryoung membangunkan Dongwoo yang tertidur untuk pergi ke balkon dan mengobrol.
“Kau benar serius dengan Hoya?” tanya Dongwoo serius.
“Tidak tahu.”
“Jangan bermain-main dengannya atau kau akan berurusan denganku. Ingat itu.” Dongwoo baru hendak membalikkan badannya, tepat di saat itu Hoya datang dari belakang.
Se-Ryoung melihatnya, dan langsung menarik Dongwoo lalu mencium paksa Dongwoo.
Hoya membelalakkan matanya lalu kembali ke kamarnya dengan perasaan yang sangat menyakitkan.
flashback ended –
“Atau, akan lebih baik jika aku vakum dari Infinite H? sepertinya kita tidak akan pernah dapat bekerja sama dengan baik kalau kau tetap salah paham denganku seperti itu. Aku merasa tidak nyaman dituduh pencuri.”
“Terserahlah. Aku tidak mengerti.” Hoya beranjak dari ayunannya dan pergi ke kamarnya.

šššš

“Presdir, aku akan vakum dari Infinite H. aku merasa tidak nyaman beberapa hari ini. Aku akan segera kembali dengan Infinite H kalau aku mau.”
“Apa? Tapi, bagaimana mungkin Hoya bekerja sendirian?” Presdir Lee yang sedikit syok meminta penjelasan lebih.
“Bisa lah, dia bisa melakukannya. Dia dan aku sama-sama rapper, pasti bisa melakukannya dengan baik. Tidak, dengan sangat baik. Lagi pula, ia tidak suka denganku. Yasudah. Apa lagi?”
“Baiklah…kalau itu maumu.”
“Terimakasih, Presdir Lee.” Dongwoo membungkuk dan pergi menuju coffee shop terdekat.
    “Nam-ssi, ini aku.” Suara Dongwoo yang sangat lirih.
“Oh, Dongwoo-nim. Kau kenapa? Suaramu terdengar berbeda.”
“Bertemulah denganku. Aku ada di coffee shop dekat perusahaan. Cepat.”
“Hm, aku mengerti. Tunggu sebentar.” Soo-Jin memutuskan sambungan telepon sementara Dongwoo menyeruput expressonya yang harusnya terasa manis menjadi sangat pahit. Bahkan lebih pahit dari Americano tanpa gula.
“Dongwoo-nim!” Soo-Jin berlari kecil menuju Dongwoo.
“Oh, Nam-ssi.” Dongwoo tersenyum kecil.
“Kau kenapa?”
“Aku akan vakum dari Infinite H. hanya untuk beberapa saat.”
“Apa?!” tanya Soo-Jin tidak percaya.
 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK