Temui aku di tempat biasa kita bertemu. Ada yang ingin aku bicarakan.
Na Ra membaca pesan yang Teo kirimkan satu menit yang lalu. Dari cara Teo menuliskan pesannya, Na Ra tahu ada suatu hal penting yang ingin laki-laki itu sampaikan padanya. Dia pun bergegas menemui Teo di cafe yang biasa mereka kunjungi sepulang sekolah dulu.
“Ada hal penting apa yang ingin kau bicarakan?”tanya Na Ra.
“Bagaimana kau tahu ini hal penting?”
“Kau lupa, sudah berapa lama aku mengenalmu. Dari isi pesanmu saja, aku sudah tahu. Cepat katakan.”
“Apa kau menyukai Yun?” tanyanya.
Na Ra menganga. Dia sudah buru-buru datang ke sini untuk menemui Teo dan ternyata laki-laki itu hanya ingin menanyakan hal yang tidak penting itu.
“Aissh,jinjja. Apa sebenarnya maksudmu, hah?”
“Yun bilang, kemarin malam kalian menghabiskan waktu bersama.”
“Lalu?? Yun itu temanmu dan ia temanku juga. Apa yang salah dengan itu Teo?”
“Aku tidak suka kau bersama dengannya Na Ra.”
“Tapi aku suka bersamanya.” Tegas Na Ra.
Na Ra terdiam. Ia benar-benar tidak menyadari apa yang baru saja ia katakan. Bagaimana bisa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ia memandang Teo yang tampak kaget mendengarnya. Dengan cemas, ia menunggu apa yang akan Teo katakan padanya.
“Aku memintamu ke sini, karena aku ingin menghabiskan waktu bersamamu lagi Na Ra. Tapi, jika aku membuatmu marah, aku minta maaf.” Ucap Teo.
“Aku cemburu, Na Ra. Tapi, Yun laki-laki yang baik. Mungkin kau akan lebih bahagia bersamanya.”
Teo beranjak dan meninggalkan Na Ra sendirian di sana. Saat ini pikirannya sedang kacau, ia benar-benar merasa marah terhadap dirinya sendiri. Ia merasa begitu bodoh karena melepaskan gadis yang sangat dicintainya. Ia tidak ingin Na Ra menjadi sasaran emosinya, oleh karenanya Teo memutuskan untuk pergi. Ia membutuhkan waktu untuk sendiri sekarang dan ia rasa Na Ra juga membutuhkannya.
***
Na Ra mencoba menghubungi Teo berkali-kali, tapi tidak bisa. Laki-laki itu mungkin sengaja mematikan ponselnya. Na Ra mencoba untuk mencari Teo di dorm, namun Teo tidak disana. Yun dan Sam yang khawatir pun meminta Na Ra menceritakan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka sehingga membuat Teo seperti ini. Dengan polosnya, Na Ra menceritakan semuanya pada kedua laki-laki itu. Meski itu sama saja dengan mengakui perasaannya terhadap Yun.
“Ah, begitu rupanya. Kau tenang saja, anak itu kalau marah tidak akan lama.” Seru Sam setelah mendengar cerita Na Ra.
“Mianhae, Na Ra. Ini salahku. Seharusnya aku merahasiakannya dari Teo seperti kesepakatan kita kemarin.” Ucap Yun tiba-tiba.
“Aniyo. Aku yang salah. Aku yang tidak seharusnya mengatakan itu pada Teo.”
“Aku akan ke luar sekalian mencari anak itu. Kalian tunggulah di sini. Aku rasa ada yang perlu kalian bicarakan.” Seru Sam.
“Ne, gomawo oppa. Maaf merepotkanmu.”
Sam tersenyum lalu mengacak-acak rambut Na Ra. “Kau ini..tidak ada bedanya dengan anak itu Na Ra..Tenanglah, aku akan pastikan anak itu baik-baik saja.”
Na Ra tidak mengerti apa yang Sam katakan padanya. Entah apa yang sama antara dirinya dengan Teo. Namun, ia sedang tidak ingin memikirkan itu sekarang. Ia hanya ingin bertemu Teo dan meminta maaf kepadanya.
“Ternyata kau masih sangat menyukainya Na Ra..”
“Apa maksudmu?”tanya Na Ra yang tak mengerti kenapa Yun bisa mengatakan itu padanya.
“Kau mengatakan itu.. karena kau masih menyukainya.. Tanpa kau sadari, kau ingin membuat Teo cemburu.”
“Aku benar kan, Na Ra?”
“Aniyo. Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan terhadapmu Yun.” Bantah Na Ra.
Yun tersenyum, “Kim Na Ra, kau tahu? Aku memang menyukaimu saat pertama kali melihatmu di backstage waktu itu.”
“Jika bisa, aku ingin mengenalmu lebih jauh. Tapi..aku tidak akan memilih itu jika itu menyakiti perasaan orang lain. Terlebih itu Teo.” Lanjutnya lagi.
“Yun...”
“Tanyakanlah pada hatimu..Aku tidak yakin aku benar-benar ada di sana Na Ra..”
“Tapi..jika ternyata kau yang ada di sana..jika ternyata aku benar-benar merasakannya..Bagaimana?”
“Setelah kau tahu jawabannya, aku baru akan memberitahumu..”jawab Yun sembari menggoda Na Ra.
“Aissh,jinja ! Kau sama menyebalkannya dengan Teo.”
***