Krystal’s home
Minhyuk mengantar Krystal hingga depan rumahnya. “Sunbaenim, gomawoyo.” Ujar Krystal yang langsung keluar dari mobil.
“Krystal wasseo.” Ucap Krystal saat memasuki rumah. Didengarnya suara eomma, appa, dan eonninya dari ruang keluarga, tapi tidak satupun yang menjawab salam Krystal.
Krystal melewati keluarganya dan langsung menuju atas tanpa melihat dan menyapa ayah dan ibunya.
“Krystal-ya, kau darimana saja? Ayo bergabung bersama kami.” Ujar Jessica sambil menepuk sofa kosong yang ada di sebelahnya.
“Ani, aku lelah.” Jawab Krystal dengan nada malas.
“Kau selalu begitu. Tidak pernah mau bergabung dengan keluargamu sendiri. Kau selalu mengutamakan teman-temanmu itu daripada kami.” Seru appa Krystal.
“Aish, arasseo. Setelah mandi, aku akan bergabung. Tidak bisakah mengajaku dengan baik, eoh?” balas Krystal seraya naik ke kamarnya.
***
Beberapa saat kemudian, Krystal menemui keluarganya yang sudah siap di ruang makan untuk makan malam.
Suasana di meja makan saat itu riang, tapi tidak untuk Krystal. Appa dan eomma Krystal lebih memanjakan Jessica daripada Krystal. Apapun yang dilakukan Krystal, selalu dibandingkan dengan Jessica. Karena itu Krystal lebih senang berhubungan dengan teman dibanding keluarganya.
“Eomma, hari ini Krystal ikut audisi teater di sekolah….” Belum selesai Jessica bicara, Krystal memotong pembicaraannya.
“Sudahlah eonnie, hari ini sudah cukup memalukan untukku, apa harus appa dan eomma tau? Maksudku, memang mereka ingin tahu tentang itu.” Sahut Krystal dengan nada lirih.
“Kau ini apa-apaan? Biarkan ia bercerita. Kami ingin mendengarnya. Lagipula, untuk apa kau ikut? Memangnya kau bisa akting? Hahaha..” seru appa mereka.
“Aku tidak bisa. Bahkan tadi sangat memalukan. Kalau tidak karena eonnie memaksaku tetap ikut, hal memalukan itu tidak akan terjadi. Aku bukan seperti dia, yang bisa berakting seperti artis sungguhan.” Ujar Krystal kesal mendengarkan kata-kata appanya yang merendahkan.
“Sudahlah, makan dulu, baru bicara lagi……” seru eomma seraya memasukkan makanan ke mulutnya.
“Aku sudah kenyang. Kalian lanjutkan saja.” Ujar Krystal yang langsung meninggalkan meja makan.
“Anak itu, selalu lebih dulu meninggalkan meja makan. Kau habiskan makananmu ya.” Ucap appa-nya.
***
Krystal meninggalkan meja makan dan langsung menuju kamarnya. Ia mengambil mantel dan buku, kemudian segera keluar dari rumah itu menuju taman di pinggir sungai Han dengan sepedahnya.
Udara malam itu sebenarnya cukup dingin, tapi keadaan di rumahnya itu membuat udara dingin di luar jauh lebih nyaman daripada di rumahnya.
Di taman pinggir sungai Han, Krystal menyandarkan tubuhnya di pohon yang besar dan tua. Kesal? Sudah pasti. Sebenarnya, dalam pelajaran dan olahraga ia lebih unggul dibanding eonni-nya, tapi saktinya, Jessica selalu dapat perhatian lebih.
Krystal memandangi jembatan yang melewati sungai, menikmati semilir hembusan angin yang dingin seraya memejamkan mata. Berpikir kesalahan apa yang ia buat sehingga orang tuanya bisa mengerti dia dan apa yang harus ia lakukan untuk membuat orang tuanya bangga padanya.
Ia masih memejamkan matanya seraya menikmati angin yang berhembus, dari sisi lain terdegar petikan gitar. Sekejap, ia membuka matanya perlahan dan mulai mencari asal suara itu.
Tidak biasanya ada orang lain selain ia yang mengunjungi tempat itu. Pasalnya, tempat itu dikenal sedikit angker, karena itu tidak banyak, bahkan jarang sekali ada orang yang mengunjungi satu titik pinggir sungai itu. Walau dikenal menakutkan, itu alasan Krystal memilih tempat itu untuk menenangkan diri.
Tapi sekarang, ia merasa bahwa ia tidak sendiri. Krystal bukan tipe orang yang mempercayai hal-hal mistik, jadi ia sangat yakin kalau itu bukan hantu.
Masih mencari asal suara itu, tiba-tiba suara gitar itu berhenti. Seketika itu juga Krystal mengehentikan pencariannya dan merebahkan tubuhnya lalu mulai terlelap.
Dari jarak yang cukup dekat, di balik batu besar yang sedikit tertutup semak, seseorang memperhatikan Krystal yang seketika terlelap di bawah pohon. ‘Ternyata yeoja aneh itu yang sering kesini…’ batin orang itu seraya menghampiri dan duduk disebelah Krystal yang tertidur.
Dilirik arloji yang menunjukkan pukul 8 KST. Awalnya, ia berniat membangunkan Krystal, tapi mengingat hubungannya yang kurang baik dengan yeoja itu, ia mengurungkan niatnya dan menunggu Krystal hingga terbangun. “Kalau sampai jam 10 kau tidak bangun, aku akan membangunkanmu.” Gumamnya kepada Krystal.
---
Waktu menunjukkan pukul 9 KST, suhu udara disana semakin menusuk tulang walau sudah terbalut mantel tebal yang membuat Krystal terbangun dari tidurnya. Perlahan ia buka mata dan mendapati seseorang yang membelakanginya.
“Hei…” ujarnya seraya menyentuh pundak orang itu. Spontan orang itu langsung berbalik ke arah Krystal. “Yak! Sedang apa kau disini?!” Tanya Krystal yang menyadari bahwa Joong Ki, sunbae menyebalkan yang ada di hadapannya.
“Kau sudah bangun?” Tanya Joong Ki seraya memasang wajah innocentnya.
“Aku tanya, kau malah balik tanya. Jawab dulu pertanyaanku.”
“Aku sering kesini. Kau sendiri? Kau ini yeoja, tidak baik keluar rumah malam. Di tempat seperti ini, hingga tertidur pula. Kasihan orang tuamu, pasti mereka mencemaskanmu.”
Mendengar kata-kata dari Joong Ki, Krystal teringat kembali kepada orang tuanya. Apakah mungkin mereka mengkhawatirkannya?
“Kau harus pulang sekarang, aku akan mengantarmu.” Sambung Joong Ki.
“Andwae, aku tidak mau pulang. Aku masih mau disini.”
Sekejap, suasana jadi hening, mereka berdua sibuk memandangi sungai yang semakin tertutup kabut tipis.
“Kau tadi sore kenapa? Kalau tadi aku merekam dan menunjukkannya sekarang padamu, aku yakin kau juga akan berpikir, kalau kau tadi sangat mengerikan.” seru Joong Ki memecahkan keheningan.
“Kau melihatnya? Aku tidak suka direndahkan. Memang aku buruk sekali saat audisi, tapi tidak bisakah menghargai orang lain. Bahkan aku tidak pernah bicara sebelumnya dengan dia, tapi entah dia sangat membenciku.”
Tidak ada balasan dari Joong Ki, hanya tetap mengarahkan pandangannya ke sungai yang sekarang sedikit berisik karena hembusan angin. Dilirik arlojinya yang menunjukkan pukul 10 KST.
“Kau mau pulang? Udara semakin dingin, aku mau pulang.” Ujar Joong Ki akhirnya membuka suara setelah menutup mulutnya rapat-rapat.
“Aku belum mau pulang. Kau pulanglah jika kau mau.”
“Tidak, kau harus pulang, orang tuamu pasti mencemaskanmu.”
“Tidak, kau salah. Mereka tidak akan mencemaskanku. Ah sudahlah, kenapa aku jadi curhat seperti ini denganmu. Pergilah jika kau mau pulang, aku biasa disini hingga larut.”
“Baiklah, aku akan pulang. Tapi kau harus tau, jika bagaimanapun orang tuamu, aku yakin mereka peduli denganmu. Aku pergi dulu, annyeong.” Ujar Joong Ki seraya meninggalkan Krystal yang masih tetap berada pada posisinya.
Krystal’s pov
Bagaimana mungkin mereka mencemaskanku. Mendukungku saja tidak pernah, mereka harus melihat aku sakit dulu, baru akan menangis dan mengasihiku.
Tapi…
Dia benar, udara malam ini semakin dingin. Sebaiknya aku pulang sekarang.
Aku mengambil sepedahku dan melajukannya melawan angin yang semakin menusuk tulangku.
Setelah sampai pekarangan rumah, aku taruh sepedah di pinggir pagar dan segera masuk.
Ternyata di ruang tamu eomma dan Jessica belum tidur menungguku.
“Kau darimana saja, nak? Selarut ini kau baru kembali.” tanya eomma seraya melepas mantelku yang lembab karena embun.
“Kami sangat mengkhawatirkanmu, adik kecil. Kajja, kau harus berganti pakaian dan tidur sekarang.” Sambung eonnie seraya menarikku ke kamar.
Dengan lembut aku melepaskan tangannya dari tanganku, ia selalu memperlakukanku seperti balita. “Ne, aku bisa melakukannya sendiri. Maaf merepotkan kalian, aku ke atas. Jaljayo.” Ujarku dan segera meninggalkan mereka.
Baru kali ini eomma terlihat begitu mengkhawatirkanku, biasanya hanya eonnie yang sangat protektif kepadaku. Ada apa dengan dia? Atau mungkin yang dibilang namja aneh itu benar.
Tapi…………………
Krystal’s pov end
***
o0o TBC o0o