Krystal terbangun di sebuah kamar yang masih sangat asing baginya. Ia mengusap pelan matanya dan melihat ke sekeliling ruangan yang serba putih itu. Dilihatnya sebuah piano besar, rak-rak buku yang tersusun rapih, sebuah sofa dengan meja kecilnya, meja belajar dan tempat tidur yang sekarang ia tempati. Semua hampir berwarna putih.
Ia mengulatkan sedikit tubuhnya dan memegangi kepala yang rasanya seperti ingin lepas dari posisinya.
Setelah seratus persen sadar, barulah ia teringat kejadian apa yang baru saja menimpanya kemarin. Lagi-lagi mengingat kejadian itu membuat hatinya kembali pilu dan sesak.
Krystal hampir meneteskan air matanya, tapi seketika itu juga ia usap cairan bening yang tidak sama sekali ia inginkan keluar pada saat itu.
KLEK
Pintu ruang kamar di mana tempat Krystal sekarang terbuka. Seorang namja tampan, yang sangat Krystal kenali wajahnya sebagai pangerannya itu masuk dengan membawa pakaian untuk Krystal. “Kau sudah bangun?” tanya namja itu dengan lembut seraya tersenyum pada yeoja yang berada di depannya.
“Eoh, good morning.” Sapa Krystal seraya membalas senyuman manis Joong Ki.
“Apa tidurmu nyenyak?”
“Eoh, bagaimana denganmu? Semalam kau tidur dimana?” tanya Krystal seraya memberi tanda agar Joong Ki duduk di depannya.
“Bagaimana aku bisa tidur nyenyak, aku sangat menghawatirkanmu. Baguslah kalau kau nyaman disini. Kau juga pasti sangat lelah karena semalaman menangis. Aku tidur di kamar tamu.”
“Mianhae sunbaenim. Aku sangat merepotkanmu, aku sungguh minta maaf.” Ujar Krystal dengan guratan penuh rasa bersalah di wajahnya.
Melihat yeoja-nya yang sedih, Joong Ki kembali tersenyum dan mengusap lembut rambut Krystal, “Gwaenchana. Aku sangat bahagia kau disini. Sekarang, kau mandi dan segera ganti pakaian. Aku tunggu kau di ruang makan, arasseo?” ujar Joong Ki tanpa melepaskan senyumannya yang mampu membuat Krystal luluh.
“Baiklah…”
***
Tiga puluh menit kemudian, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Krystal keluar dari kamar Joong Ki dan mendapatinya sedang bersama seorang yeoja paruh baya sedang menata makanan di meja.
“Sunbae…” panggil Krystal tepat di belakang Joong Ki.
Namja itu membalikan tubuhnya dan seketika terpaku melihat cantiknya Krystal saat mengenakan mini dress selutut warna putih dengan cardigan rajut berwarna hijau.
“Kau tidak punya celana panjang, sunbaenim?” tanya Krystal saat melihat ekspresi Joong Ki yang tidak bergeming sama sekali.
“Aiee, kau Krystal? Apa kau sudah membaik? Hoah, ternyata kau sangat cantik menggunakan baju itu. Itu milik ibu Joong Ki.” seru yeoja paruh baya itu seraya menghampiri Krystal dan mengusap lembut wajah pucat Krystal. “Ehem, Joong Ki-a, jangan menatapnya terus seperti itu, nona muda ini harus segera makan. Ah, kajja. Kau duduk disini, aku sudah menyiapkan sarapan.”
Krystal mengikuti apa yang di katakan ahjumma itu. Ia menarik kursi dan duduk di depan Joong Ki.
“Kau harus makan yang banyak. Joong Ki bilang kau sangat tidak sehat. Aku membuatkanmu sup rumput laut dan bubur. Aku harap kau menyukainya.” Ujar ahjumma itu seraya menata kembali makanan diatas meja dan sesekali menatap lembut Krystal.
“Gamsahamnida ahjumma. Kau tidak ikut makan bersama kami?”
“Ah, tidak. Aku masih punya banyak pekerjaan. Habiskan makananmu. Tuan muda, aku permisi.” Ujar ahjumma itu seraya pergi meninggalkan Krystal dan Joong Ki yang baru saja memulai sarapannya.
“Eom, sunbae, apa aku boleh tanya sesuatu?” tanya Krystal pada namja di hadapannya itu.
“Keurom.”
“Siapa ahjumma baik itu?”
“Oh, dia asisten ibuku. Dia yang merawatku dari kecil hingga sekarang. Aku sudah menganggapnya sebagai ibuku sendiri.” jawab Joong Ki seraya memasukan potongan roti ke dalam mulutnya. “Krys…”
“Eom?”
“Semalam kau bilang, kalau ibu kandungmu menikahi ayah Kang Minhyuk. Itu berarti, kau adiknya.”
“Nde.” jawab Krystal seraya menghela nafas panjang. “Sunbae. Aku tidak tau lagi bagaimana hidupku setelah ini. Bagaimana bisa aku punya kakak tiri sepertinya?” “Ah, aku lupa. Sica eonnie juga bukan kakakku.”
“Dengar, apapun yang terjadi selanjutnya, kau harus bertahan. Kau harus ingat, mereka masih sangat memperdulikanmu. Aku yakin mereka akan merawatmu dan menjagamu dengan baik. Untuk itu, perlakukan mereka dengan baik pula, lekas sembuh dan jadilah perempuan yang mandiri.” Seru Joong Ki meyakinkan yeoja di hadapannya seraya menggenggam erat tangannya. “Sekarang, kau habiskan sarapanmu.”
***
Krystal menghabiskan waktu berjam-jam dengan membaca buku seraya duduk di ayunan besar yang terdapat di halaman rumah Joong Ki. Berharap dengan apa yang dilakukannya sekarang bisa melupakan sejenak masalah yang terus menghantui pikirannya seraya menunggu namja tampan itu pulang.
“Hhh, sunbae, cepatlah pulang. Aku sangat bosan sendirian disini.” Gumam Krystal seraya membalikan lembaran buku dengan gusar.
KLEK
Terdengar suara pintu terbuka. Krystal segera bangkit dari tempatnya dan melihat siapa yang datang.
Tentu saja namja tampan itu yang akhirnya pulang. “Kau darimana? Kenapa sore hari baru pulang? Kau tau, aku sangat kesepian disini, ahjumma sibuk dan tidak bisa menemaniku.” Seru Krystal setelah melihat sosok yang ia tunggu di depannya.
Joong Ki hanya membalas dengan senyuman. Ia menghampiri gadis cantik itu dan mengiringnya ke sofa besar yang ada di ruang keluarga. “Krystal-ya..”
“Nde?”
“Aku baru saja dari rumahmu. Saat aku selesai mengurus visa, Jessica menelponku dan meminta agar aku datang kerumahmu.” Ujar Joong Ki.
“Lalu? Apa kau memberi tau mereka jika aku disini?”
“Aniya. Krys, aku rasa mereka sangat mengkhawatirkanmu. Ibumu, Jessica, bahkan Emma ahjumma ada di sana. Mereka terlihat sangat menyedihkan. Aku pikir mereka sama sekali tidak makan dan hanya menangis karena kehilanganmu. Mereka memintaku agar aku ikut membantu mencarimu. Apa kau tidak kasihan melihat mereka seperti itu?”
Krystal terdiam sejenak. Memikirkan bagaimana sedih dan khawatir keluarganya saat ini karena dia, tapi…. “Andwae. Apa mereka tidak kasihan denganku? Apa dengan menipuku itu adalah tanda bahwa mereka menyayangiku?!”
“Kau, gadis egois. Berpikirlah, kenapa mereka merahasiakannya padamu? Karena mereka ingin menjaga perasaanmu!”
Lagi-lagi Krystal hanya terdiam, kali ini ia tidak menjawab sama sekali. Dadanya terasa begitu sesak dan otaknya tidak bisa ia gunakan untuk berfikir. Air matanyapun mulai mengalir dan membasahi wajah pucat Krystal.
Joong Ki mendekatkan dirinya dengan Krystal. Ia mengusap air mata Krystal dan memeluk yeoja itu. “Uljima..”
“Sunbae, lalu sekarang aku harus bagaimana?” ucap Krystal diiringi dengan isakan tangisnya dalam dekapan Joong Ki.
“Kunjungi mereka. Kau harus menerima ini semua dengan lapang dada. Turuti apa yang orang tuamu katakan. Lihat, kau terlihat lebih kurus, bahkan eonnie dan ibumu juga seperti ini sekarang. Berjanjilah padaku, kau akan tetap jadi anak yang baik, siapapun orang tuamu. Ara?”
Krystal mengangguk dan mengusap air mata dari pipinya dan kembali memeluk namja didepannya ini. Hanya tubuh Joong Ki yang membuat ia merasa setenang ini saat ia memeluknya. Hangat dan nyaman.
“Sunbae, bolehkah aku menginap satu malam lagi disini?” tanya Krystal.
“Baiklah, tapi besok kau harus pulang dan menemui keluargamu. Eoh?”
“Arasseo. Gomawo sunbaenim….”
***
7.00 p.m KST
Joong Ki dan Krystal menghabiskan makan malam mereka yang telah disediakan oleh ahjumma di rumah itu dengan suasana yang sedikit kelabu dan hening. Sejak sore, Krystal hanya diam, begitu juga dengan Joong Ki. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.
Setelah makan malampun, mereka berdua tetap menutup rapat mulut mereka walau berada di ruangan yang sama.
Sebenarnya, Joong Ki khawatir dengan kondisi Krystal sekarang. Yeoja itu terus diam dengan tatapan kosong, membuat Joong Ki sendiri tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Krystal.
Sambil menghirup udara di kota Seoul yang sejuk malam itu di pekarangan rumah Joong Ki, ia membuka mulut dan mengajak Krystal untuk keluar. “Krystal-ya, apa kau mau ke sungai? Aku ingin kesana.” Ujar Joong Ki seraya menyentuh pundak Krystal dengan lembut.
“Eoh, aku ikut. Aku merindukan tempat itu.” Jawab Krystal tanpa mengalihkan pandangannya.
“Baiklah, aku akan mengambil mantel untukmu, kau tunggu disini.” Ucap Joong Ki. namja itu segera bangkit dari tempatnya untuk mengambil mantel. Dua menit kemudian, ia kembali dengan membawa dua mantel, untuknya dan tentu saja untuk Krystal. “Igeo, pakailah. Kajja, kita keluar.”
***
Sungai Han
Krystal menyenderkan tubuhnya pada pohon besar disana dan mulai menutup matanya dengan perlahan. Walau pohon ini sangat besar dan sedikit mengerikan, tapi pohon ini adalah salah satu tempat yang paling berarti bagi Krystal.
Joong Ki sendiri, ia duduk tepat di sebelah Krystal, dan juga menyenderkan tubuhnya di pohon yang sama sambil menatap indahnya pemandangan sungai Han saat itu.
“Krystal-ya..” seru Joong Ki memecahkan keheningan. “Aku akan berangkat ke New York besok lusa.”
Lagi-lagi, apa yang tidak Krystal inginkan terjadi. Krystal membuka mataya secara perlahan dan menatap dalam wajah namja yang berada di hadapannya sekarang. Tampak jelas guratan kecewa di wajah Krystal.
Krystal kembali menutup matanya dan mengalihkan wajahnya seperti semula. Rasanya ia sudah tidak mampu lagi untuk hidup. Perlahan, air mata Krystal kembali mengalir. Entah darimana datangnya, yang pasti ia sangat benci ‘menangis’.
“Kau, sekarang kau akan meninggalkanku?” tanya Krystal yang berusaha menahan isakannya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu. Percayalah. Aku sudah pernah bilang sebelumnya, ‘kan. Aku akan kembali dan menemuimu.” Jelas Joong Ki seraya mengelus lembut rambut Krystal yang terurai. “Aku akan kembali sesegera mungkin. Aku sudah diterima di salah satu perguran tinggi.”
Krystal mengusap air matanya dengan gusar dan membuka matanya. Krystal membalikan tubuhnya dan memeluk Joong Ki. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan namja tulus dan baik seperti yang dihadapannya sekarang. Tapi sebentar lagi, ia akan kehilangannya. “Sunbae, aku.. Aku tidak ingin kau pergi. Tidak bisakah mencari perguruan tinggi di Korea saja?”
“Ibuku ingin aku kuliah disana. Jadi aku akan menurutinya. Kau tenang saja, aku tidak akan lama disana, hanya empat semester, dua tahun. Aku juga tidak ingin meninggalkanmu. Apalagi dengan kondisimu seperti ini. Bagaimana bisa aku mengabaikan seorang gadis yang berhasil mencuri hatiku disaat ia membutuhkanku. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan permintaan ibuku.” Jelas Joong Ki. Ia menarik Krystal dan mempererat pelukannya.
Perasaan Joong Ki? Tentu sama pilunya seperti Krystal. Berbagai kekhawatiran muncul di benaknya tentang apa yang kemungkinan terjadi saat ia tidak bisa menggenggam tangan Krystal lagi.
“Sunbae, dua tahun itu tidak sebentar………….”
“Aku tau.. Tapi aku yakin, kau, ataupun aku pasti bisa menjalaninya. Jika kau memang diciptakan untukku, bagaimanapun jalannya kita akan tetap bisa bertemu.” Ucap Joong Ki seraya mengelus lembut kepala Krystal yang masih berada dalam dekapannya. Merasakan sakit di ulu hatinya, Joong Ki juga meneteskan air matanya. “Kau harus berjanji padaku…”
“Apa?”
“Berjanjilah kau harus berjuang untuk sembuh. Aku akan kembali saat kau lulus dari SMA, berjanjilah kalau kau juga harus lulus dengan nilai bagus, masuk universitas ternama di Korea. Bagaimana?”
“Baiklah, asal kau kembali. Aku akan berusaha menepati semua janjiku.” Jawab Krystal. Perlahan, ia mengusap air matanya dan sedikit tersenyum.
Joong Ki melepaskan pelukan mereka. Ia menatap lekat kedua mata Krystal dan mengelus pipi yeoja itu. “Dengarkan aku baik-baik.” Ucap Joong Ki tanpa melepaskan pandangannya. “Dua tahun lagi, saat kau diterima di perguruan tinggi. Tepat di saat aku kembali kesini. Kita bertemu lagi di sini.”
Joong Ki melirik arloji yang ia kenakan, dan kemudian memalingkan lagi pandangannya ke wajah Krystal. “Di jam yang sama seperti sekarang. Pukul 8 p.m. Jangan pernah melupakan hari ini.”
Krystal menganggukan kepalanya dan berkata, “Baiklah, aku akan terus mengingatnya dan berusaha keras menepati janji-janjiku.” Ujar Krystal yang akhirnya menunjukkan senyum manis pada Joong Ki malam itu.
Joong Ki-pun kembali merengkuh Krystal dalam pelukannya.
‘Tuhan, terima kasih banyak. Kau sudah mengirimkanku malaikat seperti sunbae. Aku tidak tau bagaimana nasibku jika aku tidak pernah mengenal namja ini.’ batin Krystal.
***
Dari sejak pagi buta, Krystal sudah beranjak dari tidurnya dan bersiap untuk kembali ke rumah. Sebenarnya ia sendiri belum siap bertemu keluarganya, tapi bagaimanapun mereka adalah keluarga Krystal. Sebenci apapun ia dengan mereka, namun di sisi hatinya yang lain ia sungguh menyayangi keluarganya.
Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Krystal bergegas menuruni anak tangga menuju ruang makan. ‘ternyata dia juga sudah siap.’ Batin Krystal ketika melihat Joong Ki duduk di salah satu kursi seraya melemparkan senyumnya pagi itu.
“Kau sudah siap?” tanya Joong Ki ketika melihat gadis itu di depannya.
“Eoh, apa tidurmu nyenyak?” tanya Krystal seraya menarik kursi yang ada di depan Joong Ki.
“Keurom. Aku sudah sedikit tenang dibanding kemarin malam. Palli, habiskan makananmu. Hari ini ahjumma ke rumah anaknya. Tapi ia sudah menyiapkan sarapan untuk kita.”
“Baiklah.”
Mereka menghabiskan sarapan dengan tenang. Lima belas menit kemudian, setelah mereka sarapan, Joong Ki dan Krystal segera meninggalkan rumah Joong Ki menuju rumah Krystal.
‘Apa yang harus ku lakukan ketika sampai di rumah? Ah jinjja! Semua ini membuatku pusing. Di sisi lain, aku masih sangat marah, tapi di sisi lain, aku masih sangat menyayangi mereka. Ah, Tuhan, bagaimana ini?’ batin Krystal. Ia memejamkan matanya dan bersandar di jendela mobil yang sedang dikendarai Joong Ki.
“Krystal-ya, gwaenchana?”
“Molla-yo. Aku tidak tahu aku sedang baik-baik saja, atau sebaliknya. Aku sangat terganggu saat ini dengan pikiran dan perasaanku.”
“Kau akan baik-baik saja setelah ini.” ucap Joong Ki seraya mengelus kepala Krystal dan kembali fokus pada kemudinya.
Setelah tiga puluh menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan rumah Krystal.
Krystal sendiri hanya terdiam saat mobil sudah berhenti di depan rumahnya. Antara siap dan tidak untuk bertemu keluarganya sekarang.
“Krys.. kita sudah sampai..”
“Ara.” Ucap Krystal singkat. Ia melepas sabuk pengamannya dan perlahan membuka pintu mobil.
“Krystal-ya, gwaenchana? Wajahmu semakin pucat, dan kau berkeringat. Apa kau mau aku temani ke dalam?” seru Joong Ki. Ia sedikit panik ketika melihat wajah Krystal yang memucat karena gugup seraya mengusap keringatnya yang bercucuran.
“Aniya, kau bisa langsung pulang, aku akan ke dalam sendirian. Sunbae, aku sangat berterima kasih padamu. Sekarang, kau bisa kembali dan istirahat. Besok kau akan pergi jauh, ‘kan?” ujar Krystal seraya menatap wajah Joong Ki dengan matanya yang mulai memerah.
“Kau tidak perlu berterima kasih. Aku akan melakukan apapun untuk seseorang yang… yang aku cintai.” Jawab Joong Ki yang juga menatap wajah Krystal dengan lekat. “Baiklah, kau harus segera masuk. Hubungi aku jika kau perlu sesuatu.”
“Okay, sunbae, annyeong..”
“Ah, Krystal-ya..” panggil Joong Ki saat Krystal mulai keluar dari mobil.
“Ne?”
Joong Ki memajukan tubuhnya dan mengecup lembut kening Krystal. “Berhati-hatilah. Sekarang kau bisa masuk..”
Seketika itu juga Krystal membeku. Benar-benar namja itu selalu bisa membuatnya seperti ini.
Krystal keluar dari mobil dan menutup kembali pintunya, beberapa saat kemudian Joong Ki melajukan mobilnya.
Krystal masih terpaku di tempat dengan mulut sedikit terbuka. Ia menyentuh keningnya dan merasakan debaran jantung yang tiba-tiba menjadi cepat. ‘omo! Krystal, apa yang kau lakukan! Ia hanya mengecup keningmu dan itu mengubah pikiran dan perasaanmu sekarang! Daebak!’ batinnya.
Krystal berjalan menyusuri pekarangan menuju pintu utama rumah dengan masih memegangi keningnya yang baru saja dapat kejutan kecil. Ia mulai mengetuk pintu dengan tangan kiri yang masih tetap di kening, sampai akhirnya seorang yeoja muda dengan wajah pucat membuka pintu yang ia ketuk. “KRYSTAL!” seru Jessica ketika melihat ‘adik’ kesayangannya kembali seraya memeluknya dengan erat.
“Lepaskan. Apa kau selalu seperti ini?” jawab Krystal.
Jessica masih tetap memeluk adiknya dan kemudian terisak dalam pelukannya. “Aku merindukanmu, Krystal-ya. Aku sungguh minta maaf. Aku tidak ingin kau meninggalkanku lagi. Aku sangat kesepian.” Ucap Jessica yang masih bertahan dalam tangisnya, sedangkan Krystal hanya terdiam.
Mendengar suara Jessica di luar, eomma Jessica, keluar dan melihat apa yang sedang terjadi. Ia sangat terkejut ketika melihat Krystal sudah kembali ke rumah. “Krystal!” seru Adele yang segera menghampiri Krystal dan juga memeluknya.
“Jangan pergi lagi, nak. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku lebih baik mati daripada harus kehilanganmu lagi.” Ucap Adele yang juga terisak dalam pelukannya dengan Krystal.
Dari dalam rumah, seorang paruh baya terisak dan hanya berdiri tepat di depan Krystal dari jarak yang cukup jauh. Entah ia belum berani mendekati Krystal, atau alasan lainnya. Krystal sendiri melihat yeoja itu dan menatapnya tajam.
“Krystal! Kau darimana saja? Kami sangat mencemaskanmu.” Ujar appa Jessica, Ji Yong yang baru saja muncul ketika melihat anak dan istrinya menangis seraya memeluk Krystal. “Jangan di luar, sebaiknya kalian masuk. Kau juga harus istirahat, Krys.” Ujar Ji Yong mengiringi mereka menuju ruang keluarga.
***
Di ruang keluarga, Jessica masih tidak melepaskan pelukannya, sedangka Adele terus menggenggam erat tangan Krystal yang dingin. Emma sendiri masih tetap menutup rapat mulutnya dan hanya bisa menatap Krystal dengan penuh rasa bersalah.
“Sampai kapan kau memelukku seperti ini?” ucap Krystal yang mulai merasa risih dengan sikap ‘kakak’nya itu.
“Sampai kau berjanji untuk tidak pergi lagi dari sini!”
“Aku akan pergi lagi jika kau tidak melepaskannya sekarang!” seru Krystal. Jessica-pun melepaskan pelukan yang sedaritadi memeluk tubuh Krystal.
Krystal mengalihkan pandangannya ke arah depan dengan tatapan dingin. Dilihatnya yeoja paruh baya dengan hiasan serba mewah yang berada pada tubuhnya. Diingatnya kembali sejarah bagaimana dirinya diacuhkan olehnya.
“Krystal-ya…” ucap Emma yang sadar bahwa ia yang sedaritadi Krystal perhatikan. “Kau boleh marah padaku, tapi jangan acuhkanku seperti ini…”
“Mworago? Apa kau sudah lupa, kau telah mengacuhkanku selama 16 tahun!” seru Krystal dengan suara yang gemetar. Air matanya mulai membendung di mata sayunya.
Emma tersentak kaget ketika mendengar jawaban dari anaknya. Air mata mulai membasahi pipinya dan ia mulai terisak dalam tangisnya. “Aku minta maaf. Aku sungguh menyesal. Apa kau mau memaafkanku? Aku sungguh menyayangimu.” Ujar Emma. Ia bangkit dari kursinya dan berlutut di hadapan Krystal dengan tangis yang semakin mengeras.
Adele, Ji Yong dan Jessica terkejut dengan apa yang Emma lakukan. Bahkan Krystal juga tak kalah terkejutnya. Bagaimana bisa seorang paruh baya, bahkan seseorang yang telah melahirkannya sekarang berlutut di hadapannya.
“Emma-ya!” seru Ji Yong seraya membantu Emma untuk segera bangun.
“Aniya! Aku pantas melakukan ini. Aku tidak akan bangun sampai anakku memaafkan ibunya yang brengsek sepertiku!” balas Emma yang segera menepis kasar tangan Ji Yong.
Bagaimanapun Emma, ia tetap eomma Krystal. Krystal segera bangkit dari kursinya dan menarik Emma agar kembali duduk di tempatnya semula. “Hajima!”
“Aniya, aku tau kau belum memaafkanku.” Seru Emma yang masih bertahan dalam isakannya.
“Bangunlah!! Jangan perlakukanku seperti ini.” ucap Krystal yang masih menarik Emma dari kakinya.
Emma masih tidak bergeming dari tempatnya. Krystal sendiri sudah tidak kuat untuk menahan air matanya yang sudah membasahi pipinya.
Krystal membungkuk dan meraih tubuh Emma. Ia memeluk yeoja itu dengan erat dengan tangisnya yang semakin terisak. “Jangan lakukan itu.” Ucap Krystal pada ibu kandungnya itu.
Mereka larut dalam tangisan yang mengharukan. Kerinduan Emma akhirnya tersampaikan, terbesit di benaknya kebodohan di masa lalu saat ia mencampakan anaknya yang saat ini dalam dekapannya.
***
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, seisi keluarga bersiap untuk menyantap makan malam mereka di ruang makan. Tidak ada yang membuka suara setelah kedatangan Krystal pagi tadi di rumah itu.
Mereka makan dengan suasana hening sampai akhirnya seseorang membuka pembicaraan di meja makan. “Ehem, karena Krystal sudah tau semuanya. Jadi mungkin ini saat yang tepat untuk aku mulai dari awal.” Seru Emma. “Aku ingin membawa Krystal untuk tinggal bersamaku.”
Sentak seluruh orang di ruangan itu terkejut dan menghentikan kegiatan mereka mendengar apa yang baru saja Emma katakan.
“Andwae. Aku tidak mau. Krystal harus tetap di sini bersamaku.” Jawab Jessica tegas pada bibi-nya itu seraya menggenggam erat lengan adiknya.
“Eoh, aku juga tidak setuju. Biarkan Krystal tetap di sini. Aku susah payah membesarkannya dan aku menyayanginya. Aku akui, walaupun aku lebih mem-priroritaskan anak kandungku, aku tetap peduli padanya.” Sambung Ji Yong yang juga menolak permintaan kakak iparnya itu.
“Bagaimanapun, Krystal anak kandungku. Aku berhak untuk membawanya. Belum lagi aku sudah mengabaikannya selama lebih dari enam belas tahun. Aku harus membayar semua kejahatanku pada anakku sendiri.” balas Emma mempertahankan argumennya untuk membawa anaknya pergi.
“Sorry Emma, but I can’t. Kenapa baru sekarang? Ketika kami sudah membesarkan dan memberikannya seluruh kasih sayang kami, kau mau mengambilnya. Aku tidak akan mengizinkan siapapun mengambilnya dari sini.” Ujar Adele yang juga sangat menentang keputusan kakaknya untuk membawa Krystal.
Krystal sendiri yang menjadi bahan rebutan keluarganya itu hanya terdiam dan hanya menatap kosong piringnya yang terisi makanan. Mendengar percakapan merekapun membuat Krystal cukup begah untuk menghabiskan makanannya.
“Begini saja. Sekarang kita serahkan pada Krystal. Jika ia mau ikut denganku, kalian tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal di sini. Jika ia tidak mau ikut denganku, aku juga tidak bisa memaksanya untuk ikut bersamaku.” Ucap Emma seraya memperhatikan wajah keluarganya satu peratu, mulai dari Ji Yong, Adele, Jessica, hingga Krystal. “Bagaimana? Krystal, apa kau mau ikut denganku?”
“Aku pikir, sepertinya aku akan tetap tinggal di sini. Aku merasa kau masih sangat asing untukku.” Jawab Krystal seraya mengalihkan pandangannya pada Emma.
“Krys, dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan mencampakanmu untuk yang kedua kalinya. Kau bisa bilang apapun yang kau inginkan padaku. Aku akan merawatmu, aku akan mencarikan dokter terhebat di dunia ini untuk kesembuhanmu. Aku tau kau anak yang pintar dan pandai, untuk pendidikan, aku serahkan semuanya padamu. Kau ingin kuliah di sini, atau di luar negeri? Aku akan membiayainya. Aku sangat menyayangimu, ikutlah denganku. Aku ibu kandungmu…” jelas Emma yang juga dengan lekat menatap wajah Krystal dengan penuh harapan.
Krystal terdiam sejenak dan memikirkan apa yang baru saja orang di hadapannya ini katakan. Mendengar kata-kata ‘ibu kandung’ sepertinya masih sangat awam di telinganya. “Baiklah, aku sudah memutuskan. Jika appa, Adele eomma, dan Sica eonnie mengizinkanku untuk ikut denganmu. Aku akan ikut. Jika mereka tidak mengizinkanku, maaf. Aku tidak bisa ikut. Mereka lebih dulu bersamaku, jadi aku rasa mereka lebih tau apa yang terbaik untukku.”
Mendengar jawaban Krystal, air mata Emma kembali membasahi pipinya. Ia kembali mengarahkan matanya dan menatap lekat Ji Yong, Adele dan Jessica dengan penuh harapan. “Ji Yong-a, aku mohon. Hatiku sangat sakit jika terus seperti ini. Adele, aku mohon padamu. Aku sangat ingin menjaga dan merawat anakku sendiri. Apa kau tega melihatku hampir gila karena tidak bisa memiliki anakku sendiri?” seru Emma yang masih terisak dalam tangisnya. “Jessica, keponakanku yang cantik. Aku mohon, bolehkah? Aku mulai tersiksa dan merasa terancam karena tidak bisa menjaga anakku sendiri.”
“Aku berjanji. Jika nanti Krystal tinggal bersamaku, pintu rumahku terbuka lebar untuk kalian jika kalian ingin mengunjungi Krystal. Jessica, jika kau rindu dengan Krystal, kau bisa menginap di rumahku. Atau, jika Krystal ingin mengunjungi kalian, aku juga tidak akan menghalanginya. Bahkan jika Krystal ingin pergi menginap di rumah ini, aku akan mengizinkannya.” Sambung Emma.
Ji Yong, Adele, dan Jessica nampak memikirkan apa yang dikatakan Emma. Apa mereka harus melepaskan salah satu bagian dari keluarganya, atau tetap mempertahankannya.
“Ehm, baiklah. Aku mengizinkanmu membawanya. Aku pikir, Krystal juga butuh ibu kandungnya.” Ucap Ji Yong memecahkan keheningan yang terjadi beberapa saat.
Sama seperti suaminya, Adelepun akhirnya menyetujui permintaan Emma. “Eoh, aku juga. Tapi ingat, kau hanya punya satu kali kesempatan. Jika kau mengecewakan Krystal, aku tidak akan membiarkanmu membawanya, bahkan bertemu dengannya.” Ujar Adele dengan memberikan kakaknya peringatan.
Wajah Emma seketika bersinar saat mendengar pernyataan yang diucapkan oleh pasangan suami istri itu. Bagaimana tidak, akhirnya apa yang ia inginkan tercapai. Ia bisa memilik Krystal dengan seutuhnya. “Oh, thank you, Ji Yong-a. Thank you Adele, thank you so much.” Seru Emma seraya memeluk adik perempuannya itu.
“Jess, bagaimana denganmu? Jangan menangis.. Apa kau mengizinkanku membawa Krystal?” tanya Emma ketika melihat keponakannya itu menangis sambil memeluk Krystal.
“Entahlah, jika itu membuat Krystal bahagia, aku akan melepasnya.” Jawab Jessica.
Krystal menarik lengan Sica dan menghapus air mata kakaknya. “Uljima.. Aku akan sering mengunjungimu.” Ucap Krystal pada eonnie-nya yang masih terjaga dalam kesedihan. Ini pertama kalinya ia menghusap dan menenangkan kakaknya. Walau tinggal bersama, Krystal jarang sekali sependapat dengan Jessica, tapi karena merasa bahwa ia seorang kakak, Jessica mengalah pada adiknya untuk hal-hal tertentu.
“Bisakah kau menginap malam ini? Aku ingin tidur bersamamu.” Tanya Sica pada adiknya seraya mengelus kepala Krystal.
“Keurom. Emma ahjumma, aku akan tinggal di sini malam ini.”
“Of course. Kau boleh menginap di sini malam ini.” jawab Emma sambil melemparkan senyumnya pada Krystal.
“Eoh, tapi.. Bagaimana dengan Kang Minhyuk? Aku tidak memiliki hubungan baik dengannya.”
“Minhyuk? Biar aku yang urus…..” ucap Emma meyakinkan Krystal.
0o0 TBC 0o0
Makasih untuk readers yang udah mau baca ff ini^^ maaf juga kalo terlalu lama posting.
Ditunggu komentarnya^^
Kalo kalian suka, klik LOVE/SUBSCRIBE fanfiction ini. gomawo^^