“Krystal, bangun!” seru orang itu seraya mengguncang-guncang tubuh Krystal.
Panik melihat kondisi gadis itu, Minhyuk menghampirinya dan berusaha membantu untuk membawa Krystal agar segera mendapat pertolongan. Tapi dengan sigap orang itu menyingkirkan dan mendorong tubuh Minhyuk hingga menjauhi Krystal. “Kau, sekarang kau pergi dari sini. Jangan dekati dia!” dan segera ia keluar mencari pertolongan.
Orang itu keluar dan mendapati Seohyun dan Kai yang sedang mengambil minuman. “Ah, kau teman Krystal kan? Bantu aku! Dia pingsan di kamar tamu. Palli!” ia langsung lari, disusul Seohyun dan Kai dari belakang.
Melihat ekspresi kedua temannya yang panik, Baekhyun, Chen, Chanyeol, Sunny, dan Sehun mengikuti mereka dari belakang. “Ada apa, Seohyun?!” tanya Chen sambil mengikuti temannya dari belakang.
“Krystal pingsan! Kajja, kau panggilkan Sica sunbae!”
“MWOYA?! Kenapa gadis itu?! Baiklah, dimana dia?”
“Di kamar tamu. Entahlah dimana jangan tanya aku Jong Dae. Rumah ini terlalu besar! Ah itu dia Sica sunbae.” Ujar Seohyun seraya menunjuk Jessica yang tidak jauh dari mereka.
“Sica sunbae! Krystal pingsan! Sekarang kita ikuti mereka, kajja!” ucap Chen yang langkahnya langsung diikuti Jessica dari belakang.
“Mwoya igeo?! Ada apa dengan adikku?” Jessica menutup mulutnya dan mulai meneteskan air mata.
Sesampainya teman-teman Krystal di ruangan itu, mereka melihat Minhyuk yang berdiri mematung dan seseorang yang berusaha mengangkat Krystal.
“Emma-ssi….” Panggil Sehun dan Baekhyun yang sekarang saling melempar pandangan.
“Apa yang kau lakukan dengan teman kami?!” seru Kai dengan nada tinggi seraya mendorong dan mencengkram kuat kerah baju Minhyuk yang tidak melawan sama sekali. Melihat tindakan Kai, Chanyeol dan Chen berusaha memisahkan Kai yang raut wajahnya sudah memerah.
“Krystaaall!!” teriak Sunny saat melihat tubuh temannya terkapar di sudut ruangan. Tak kuasa menahan air matanya, Seohyun dan Sunny menangis.
“Cepatlah, bantu aku bawa dia ke rumah sakit.” Ujar Emma. Baekhyun dan Chanyeol saling bantu mengangkat Krystal dari ruangan tersebut.
***
Hospital
Emma, Jessica dan teman-teman Krystal membawa Krystal ke rumah sakit dan di bawa ke ruang ICU. Satu jam berlalu, proses perawatan Krystal selesai. Dokter keluar dari ruangan Krystal dan memanggil keluarganya untuk di berikan keterangan mengenai kondisi Krystal saat ini. “Apakah ada keluarga dari Krystal Jung disini?” tanya dokter ketika ia keluar dari ruangan Krystal.
“Nde, saya kakaknya.” Seru Jessica yang langsung bangkit dari duduknya ketika melihat dokter keluar dari ruangan Krystal.
“Kau bisa ikut ke ruanganku.”
“Sica-ya, aku ikut.” Sahut Emma seraya memegang tangan Jessica.
“Nde. kajja.”
---
“Silahkan duduk.” Seru dokter mempersilahkan Emma dan Jessica duduk. “Ehm, begini. Pertama saya ingin menanyakan, apakah ia sudah terlihat sakit belakangan ini?”
“Dia tidak pernah bilang jika ia sakit, tapi sejak tiga bulan lalu, ia terlihat kurang baik.” Jelas Jessica.
“Hmm, begini. Saya punya kabar baik dan kabar buruk. Kabar buruknya, Krystal mengidap penyakit leukemia kronis di tubuhnya. Kabar baiknya, ia masih bisa pulih jika rawat intensif. Karena penyakitnya belum parah. Sebelumnya, apakah ada keluarga anda yang pernah punya penyakit yang sama?”
“Ani, semua keluargaku sehat….” Jelas Jessica. Raut wajah Emma seketika berubah ketika mendengar pertanyaan dari dokter dan mulai mengingat kembali kejadian di masa lalunya.
“Hmm, kau yakin? Biasanya penyakit ini terjadi secara turun temurun. Kalau begitu, saya akan memberikan resep obat dan jadwal terapi untuk Krystal. Jangan sampai ia tidak meminum obatnya dan melewatkan terapinya. Dan ingat, kalau bisa jaga Krystal jangan sampai ia memar atau terluka karena akan cepat terkena infeksi pada lukanya.” Jelas dokter seraya mencatat resep obat yang akan diberikan.
Emma dan Jessica sangat shock mendengar penjelasan dokter. Bagaimana mungkin, Krystal yang periang jadi harus tetap terjaga demi kesembuhannya.
Jessica tidak bisa menahan tangisnya dan keluar dari ruang dokter. Ia mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menelepon appa dan eommanya di rumah. “Yeoboseyo.. eomma..” terdengar suara Jessica di iringi isaknya dari seberang sana.
“Yeoboseyo, Sica-ya, waeyo?”
“Bisakah kau ke rumah sakit sekarang? Krystal jatuh pingsan dan sekarang ia di rawat.”
“Mwoya? Aigoo, nde tunggu disana. Appa dan eomma akan segera kesana.”
“Nde, aku tutup teleponnya.”
Tidak lama setelah Jessica menelepon orang tuanya, Adele dan suaminya, Ji Yong sampai di rumah sakit. Mereka segera menemui Jessica dan Emma yang masih bertahan dalam tangisnya di depan ruangan Krystal.
“Aigoo, Sica-ya, ada apa dengan adikmu?” tanya appa-nya ketika mendapati anaknya yang menangis.
Jessica menceritakan kejadian saat dimana ia menemukan Krystal, bertemu Emma, sampai akhirnya diketahui jika Krystal mengidap sebuah penyakit.
Adele sangat shock mendengar cerita yang baru saja ia dengar. Rasanya seluruh tulang hilang dari tubuhnya.
“Aku memang ceroboh dalam mengurus anak. Tapi kalian berjanjilah satu hal, jangan beri tau Krystal tentang ini. Aku tidak ingin ia kehilangan semangatnya karena tau tentang penyakit ini. Maukah?” tanya Adele yang melemparkan pandangannya mulai dari suaminya, Jessica, hingga Emma.
“Baiklah, kita rahasiakan ini dari Krystal..” ujar Emma yang di setujui oleh Ji Yong dan Jessica.
***
Setelah beberapa hari Krystal di rawat di rumah sakit, akhirnya ia di izinkan pulang oleh dokter. “Mulai hari ini Krystal sudah boleh pulang dan rawat jalan. Ingat, obatnya harus terus di minum, saya berikan juga obat yang hanya di minum jika kepalanya mulai sakit.” Jelas dokter pada Krystal dan eommanya.
“Nde, aku akan terus meminum obatnya. Gamsahamida dokter Jang.” Seru Krystal dengan senyum senangnya ketika mendengar kabar baik bahwa ia bisa segera pulang dari tempat itu. Dokter Jang pun keluar dari ruangan Krystal dan eomma Krystal yang mulai berkemas.
“Eomma, sebenarnya aku sakit apa? Kenapa harus minum obat terus?” tanya Krystal seraya membantu memasukan baju ke dalam tas.
“Sudah aku bilang, kau punya vertigo di kepalamu. Makanya kau sering pusing. Agar sakit kepalamu itu hilang, kau harus terus minum obat. Dokter Jang juga bilang, kalau tiap dua minggu sekali kau harus check up. Ikuti saja apa kata dokter jika kau ingin lekas sembuh, arasseo?”
“Eoh, nde.” Krystal percaya semua yang di katakana eomma-nya dan mengikuti semua yang ia katakan.
***
Seoul High School
Seohyun, Chen, Chanyeol, Baekhyun, Sehun, Kai, dan Sunny berkumpul di taman belakang sekolah pada jam istirahat sambil menikmati semilir angin yang berhemus di bawah pohon rindang tempat mereka berteduh sekarang. Rasanya sangat aneh ketika Krystal tidak masuk sekolah, tidak ada yang bisa di kerjai, dan tidak ada yang iseng ketika tidak ada gadis itu.
Merekapun masih di landa kesedihan karena kekurangan satu teman bermainnya. Untuk mengobati rindu mereka, sepulang sekolah mereka berniat untuk mengunjungi Krystal.
“Hhh, bosan sekali. Kalau tidak ada Krystal, selalu aku yang kalah main uno. Kalau ada dia, pasti dia yang kalah.” Ujar Baekhyun sambil merapihkan kartu dan mengocoknya.
“Itu memang nasibmu Byun Baekhyun.” Celoteh Sunny.
“Benar, permainannya jadi cepat selesai.” Sambung Sehun menyetujui perkataan Baekhyun.
“Aku merindukannya.” Ucap Seohyun seraya menyandarkan kepalanya pada Chanyeol yang berada di sebelahnya.
“Aku juga. Bagaimana jika kita ke rumah sakit untuk menjenguknya? Aku yakin dia juga bosan terus-terusan di rumah sakit. Dia juga pasti merindukan kita.” Seru Chen yang di susul persetujuan dari yang lainnya.
Dari kejauhan, terlihat sosok yeoja yang menghampiri mereka dengan sedikit berlari. Seperti ada sesuatu yang ingin di sampaikan.
“Sunny, Chanyeol….” Panggilnya dari kejauhan seraya menghampiri mereka.
“Ah, Sica sunbae. Wayeo?” jawab Chanyeol ketika menyadari siapa yang memanggilnya.
“Ah, aku ingin memberi taukan sesuatu pada kalian. Aku harap kalian bisa membantuku dan mengerti kondisi ini.” ujar Sica kepada teman-teman Krystal yang menyimak apa yang sunbae-nya itu katakan.
“Baiklah sunbaenim. Ah, sunbae, duduklah di sini. Kami akan mendengarkan.” Seru Kai yang menunjuk posisi kosong di sebelahnya agar Jessica bisa duduk di sebelahnya.
“Gomawo, Jong In-ssi.” Ucap Jessica melemparkan senyumnya seraya duduk di sebelah Kai. “Baiklah, pertama aku ingin memberi tau kalian, Krystal sudah pulang dari rumah sakit, kondisi Krystal saat ini sangat tidak baik. Aku berharap kalian bisa menjaga adikku.”
“Ada apa dengan Krystal, sunbae?” tanya Baekhyun dengan tatapan penasarannya.
“Aku juga baru tau tentang hal ini, dan aku juga sangat terpukul mendengarnya. Krystal punya penyakit di tubuhnya, leukemia. Tolong jangan biarkan ia terluka atau memar sedikitpun, karena lukanya bisa dengan cepat menjadi infeksi. Aku mohon, kalian jaga Krystal. Aku tidak mau terjadi apapun dengannya.” Jelas Jessica.
Seketika, semua yang mendengarkan merasa sesak di dada mereka. Mereka tidak pernah menyangka bahwa teman mereka yang ‘gentlewoman’(?) itu bisa terkena penyakit yang cukup parah. Saking terkejutnya mendengar berita itu, Sunny dan Seohyun mulai meneteskan air matanya.
“Kalian tenang saja..” lanjut Jessica, “Kata dokter, penyakitnya itu kemungkinan masih bisa disembuhkan asal dia minum obat dan check up rutin. Aku mohon bantuan dari kalian agar ia cepat sembuh.”
“Ah, nde sunbaenim. Kami akan menjaga dan membantu Krystal agar ia cepat sembuh. Kami semua juga sangat merindukannya. Rasanya sangat berbeda ketika tidak ada Krystal di antara kami.” Ujar Chen yang juga merasa sedih dengan apa yang menimpa sahabatnya.
“Dan satu lagi. Jangan sampai Krystal tau tentang penyakitnya. Ibuku dan keluargaku yang lain tidak ingin membuatnya menjadi lemah karena penyakitnya. Ia anak yang kuat. Kalian mau ‘kan merahasiakan ini? Untuk Krystal. Jebal.”
“Nde, kami berjanji akan merahasiakan ini kepada Krystal.” ujar Chanyeol mewakilkan teman-temannya.
***
Sabtu pagi yang cerah, Chen, Sehun, Chanyeol, Baekhyun, dan Kai berkunjung ke rumah Krystal untuk menjenguknya. Krystal juga meminta mereka datang ke rumahnya karena ia sangat bosan selama dua minggu hanya diam di rumah.
Eomma-nya masih melarangnya untuk pergi ke sekolah karena khawatir anaknya akan terluka di luar rumah.
TING..TONG..
Suara bel rumah Krystal. Chen dan yang lainnya sampai di rumah Krystal yang di sambut oleh asisten (ahjumma) di rumah tersebut. “Annyeong, apa ada Krystal di rumah?” sapa Kai ketika melihat seseorang di balik pintu.
“Eoh, nde. Silahkan, langsung saja naik ke kamarnya. Ia menunggu kalian sejak tadi. Aku akan membuatkan camilan dan minuman.”
“Baiklah, gamsahamnida.” Ujar mereka serempak seraya memasuki dan mulai menaiki anak tangga yang mengarah ke kamar Krystal.
“Krystal-ya, ini kami.” Seru Sehun dari luar.
“Nde, masuklah.” Kemudian merekapun masuk ke dalam kamar Krystal. Krystal sendiri di dalam hanya mencoret-coret kertas di meja belajarnya untuk mengusir rasa bosan. “Akhirnya kalian datang! Lama sekali kalian sampai.”
“Kau ini, justru ini masih terlalu pagi, biasanya kita main jam sembilan, ini masih jam setengah tujuh. Kami datang kesini hanya untukmu.” Ujar Chanyeol seraya memasukkan kue tart yang baru saja dibawakan oleh ahjumma ke kamar Krystal.
“Nde, sebenarnya aku masih sangat mengantuk, tapi aku bangun untukmu.” Sambung Baekhyun yang juga menyantap kue tart di hadapannya.
“Kalau kalian masih ingin tidur, tidurlah di sini. Setidaknya aku tidak sendirian. Jam sembilan kalian bisa main.” Jawab Krystal yang kemudian meneguk susunya.
“Kau sudah minum obat, Krys?” tanya Chen, karena ia tau temannya yang satu ini sangat pelupa dengan hal-hal seperti ini.
“Ah, nde. Aku sudah minum obat.”
“Baiklah, Krys aku pinjam playstation-mu. Sehun-a, kau harus melawanku! Aku yakin kali ini The Blues menang!” seru Kai yang sudah siap dengan stick-nya.
“Arasseo! Kau membangunkan Reds Devil, kkamjong!” balas Sehun seraya mengambil stick lainnya.
“Aku bertaruh Bubble Tea untuk MU! Bangunkan aku dan beri tahu aku berapa score akhirnya.” Seru Baekhyun yang kemudian kembali merebahkan kepalanya di atas bantal.
“Aku bertaruh ramyeon untuk Chelsea. Kkamjong, kau harus menang!” seru Chen sambil memijit pundak Kai untuk memberikannya semangat.
Kai dan Sehun sibuk bermain playstation, Chanyeol dan Baekhyun tertidur di kasur Krystal, sedangkan Krystal dan Chen dengan segala ke-iseng-annya, membuka Omegle dan chatting dengan orang-orang asing yang mereka tipu disana sambil tertawa dengan geli.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan kurang, Kai dan yang lainnya bergegas untuk bermain basket seperti rutinitas biasanya sabtu pagi. “Krys, kami pamit. Gomawo, kuenya sangat enak.” Ujar Sehun.
“Nde, aku juga tidur cukup nyenyak. Gomawo Krys.” Sambung Baekhyun.
“Baiklah, kami pergi dulu, nde. annyeong.” Seru mereka serempak.
“Ah! Chamkkanman, aku ikut!”
“Andwae. Kau belum sembuh total Krys. Kau tidak boleh ikut.” Ujar Chen melarang Krystal ikut.
“Aku bosan dirumah. Aku mau ikut!”
“Andwae. Kau tetap dirumah. Kalau kau sudah sembuh, kita akan main. Terserah mau berapa lama kau main. Kami akan turuti.” Sambung Sehun.
“Mwo? Kau gila? Yeoja ini kalau main tidak tau waktu. Yang benar saja kau memberikannya janji seperti itu!” sela Baekhyun memberikan tanda tidak setuju dengan apa yang dikatakan Sehun.
Mendengar sanggahan Baekhyun, Sehun dan yang lainnya menatap tajam ke arah Baekhyun. Berharap namja itu mengerti apa maksud Sehun. “Mwoya?! Kenapa kalian melihatku seperti itu?!”
“Aish, Byun Baekhyun! Krystal, aku tidak yakin. Ibumu juga pasti tidak akan mengijinkannya.” Ucap Chanyeol memberi pengertian kepada Krystal.
“Tapi aku sangat bosan. Ah, aku akan memanggilnnya. Aku yakin pasti boleh.” Ujar Krystal yang kemudian memanggil ibunya. Tak lama ia kembali bersama ibunya untuk bertemu teman-temannya. “Nah, eommaku yang cantik. Ehem, begini. Aku sangat bosan di rumah. Boleh aku bermain bersama mereka di lapangan?”
“Eoh, bermain basket? Andwae. Kau ini masih sakit.” Larang eommanya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
“Krys, see. Kau tidak boleh keluar.” Bisik Sehun yang berada di sebelah Krystal.
“Ahhh, eomma aku mohon. Dua minggu tidak masuk sekolah, dan sekarang tidak boleh keluar. Aish jinjja!! Ayolah eomma, jebal. Ah, atau aku tidak akan ikut bermain. Tapi aku mohon boleh keluar untuk menghirup udara segar, eotte?” pinta Krystal seraya menggenggam kedua tangan ibunya.
Melihat wajah Krystal yang memelas, akhirnya Adele takluk dan mengizinkan Krystal untuk keluar. “Eoh, baiklah. Kau boleh keluar, tapi ingat, jangan ikut bermain! Dan ingat, jam satu siang paling lambat kau sudah harus dirumah. Jangan lupa pakai mantel dan bawa obatmu. Sehun-ssi, Jong Dae-ssi, kalian tolong jaga Krystal baik-baik. Aku sangat memohon pada kalian.”
“Baik ahjumma, kami akan menjaganya. Nah, Krys sebaiknya sekarang kau ambil mantel dan obatmu, kita pergi sekarang.” Ujar Chanyeol.
“Ah, eommaku baik sekali. Gomawoyo. Baiklah, tunggu sebentar.” Seru Krystal seraya memeluk ibunya dan segera ke kamar untuk mengambil matelnya. Beberapa menit kemudian, ia turun dari kamar dan berpamitan dengan ibunya. Karena tidak terlalu jauh dari rumah Krystal, dan ia tidak diizinkan untuk naik sepedah, mereka memutuskan berjalan kaki menuju lapangan.
***
Lapangan basket
Chen dan yang lainnya masih asik bermain basket, sedangkan Krystal ia hanya duduk di pinggir cukup jauh dari lapangan hanya sesekali memperhatikan permainan mereka dan kemudian membaca kembali novel yang ia bawa.
“Krystal-ya….” sapa seseorang dari belakang kursi taman tempat Krystal duduk sekarang. Mendengar namanya dipanggil, ia mengalihkan pandangannya ke asal suara.
“Ah, Joongki sunbae. Annyeong.” Seru Krystal ketika melihat sosok namja itu seraya melemparkan senyumnya.
“Apa aku boleh duduk disini?” ujar Joongki yang sekarng sudah berada di sebelah Krystal.
“Ah, silahkan.” Ucap Krystal seraya menggeser sedikit tubuhnya untuk memberi ruang duduk Joongki.
“Apa yang kau lakukan disini? Sudah lama aku tidak melihatmu. Rasanya sekolah sangat sepi. Biasanya kau dan teman-temanmu yang membuat gaduh di sekolah.”
“Aku hanya duduk di sini. Kau sendiri, sedang apa kau disini?”
“Aku memang selalu kesini. Kau ingat, waktu kau melempar bola basket ke arah ku. Kejadian itu saat aku duduk disini.” Ujar Joongki yang mengenang kembali kenangan kurang menyenangkannya dengan Krystal.
Mengingat kejadian itu, wajah Krystal memerah karena malu. “Ahahaha sudahlah itu masa lalu. Kau tau, itu pertama kalinya aku melihatmu. Kau namja galak.”
Mendengar perkataan Krystal, Joongki hanya tersenyum dan kemudian memalingkan pandanganya ke wajah pucat pasi Krystal. Melihat ada yang lain dari Krystal, ia mulai menanyakan keadaan yeoja itu. “Krys, kau pucat. Apa kau sakit?”
“Ah, nde. Aku vertigo. Makanya aku tidak masuk.”
“Jadi karena vertigo, kau tidak masuk sekolah?”
“Vertigoku sudah akut. Jadi harus berhati-hati.”
Joongki dan Krystal sedikit berbincang. Krystal sangat senang ketika Joongki datang. Jadi ia ada teman untuk membicarakan sesuatu. Terlebih ia sangat merindukan senyum namja yang sudah berhasil membuat darahnya berdesir ketika menatapnya.
Beberapa saat kemudian, Baekhyun dan yang lainnya menghampiri Krystal dan Joongki yang sedang duduk. “Ah, Joongki sunbae. Annyeong.” Sapa Sehun pada sunbae-nya itu.
“Wah, kalian sudah akur? Aku pikir tikus tidak akan pernah damai dengan kucing!” cetus Baekhyun meledek Krystal dan Joongki. Kesal dengan ucapan Baekhyun, Krystal menendangnya tepat di tulang kering. “Akh! Appo! Dasar yeoja gila!”
“Kau juga Baekhyun. Sudah tau gila, kau masih cari masalah.” Sahut Chanyeol seraya melemparkan bola ke arah Baekhyun yang masih mengelus kakinya.
“Yak, sudahlah. Krys, kajja. Kita pulang. Sekarang pukul setengah satu siang, kau harus kembali. Ingat pesan ibumu.” Ujar Kai mengajak Krystal pulang.
“Eoh, baiklah. Sunbaenim, aku pulang dulu. Kau bisa mengirimku pesan. Aku tidak tau kapan akan masuk sekolah. Annyeong.” Seru Krystal seraya meninggalkan Joongki yang masih duduk disusul dengan teman-temannya.
Joongki tidak melepaskan pandangannya dari yeoja itu hingga ia tidak terlihat. Sesaat, ketika ia sedang membalik-balikan bukunya, Joongki menemukan sebuah tempat kecil berwarna putih yang bertuliskan nama ‘Krystal Jung’ yang di yakininya berisi obat. Joongki segera bangkit dari tempatnya berniat untuk mengembalikan obat itu kepada Krystal, tapi sedetik kemudian, ia mengubah niatnya.
***
Joongki mengendarai mobilnya menuju apotek. Ia masih penasaran dengan sakit Krystal yang sebenarnya. Entah kenapa, perasaannya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan Krystal.
Sampainya ia di depan apotek dan memarkir mobilnya, ia keluar dari mobil dan segera memasuki apotek dengan disambut apoteker didalamnya. “Annyeong, tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
“Ah, nde. Aku ingin memeriksa obat ini. Aku beli obat ini di apotek lain untuk sakit vertigo, tapi aku tidak yakin orang itu benar. Bisa tolong cek kembali obat ini?” tanya Joongki seraya menyodorkan obat Krystal pada apoteker.
“Nde.” orang itu mengambil obat di tangan Joongki dan membawanya masuk ke suatu ruangan. Beberapa saat kemudian, ia keluar dan membawa kembali obat tersebut. “Kau membelinya di apotek mana? Aku rasa ia salah memberikan obat.”
“Ah, memangnya itu obat untuk apa?”
“Obat ini di konsumsi untuk penderita leukemia, untuk pereda rasa sakit.”
Sentak Joongki terkejut mendengar perkataannya. Ketidak yakinannya ternyata benar. Ia pikir bahwa Krystal menutupi penyakitnya.
Joongki melajukan mobil menuju rumahnya dengan gusar. ‘Krystal, kenapa kau bohong padaku? Penyakitmu tidak main-main. Kenapa kau bohong?!’
o0o TBC o0o
mian kalo ceritanya ga memuaskan :(
di mohon untuk kritik dan saran pada kolom komentar, atau lewat twitter juga boleh :) gamsahamnida