Selama ini, aku ada di sekitarmu. Tapi ternyata, kau hanya melihatnya saja. Bisakah kau melupakannya dan mencintaiku In Hae?
Sebuah pesan singkat tanpa nama yang aku terima pagi ini benar-benar telah menyita pikiranku sepanjang hari ini. Hanya ada dua kemungkinan yang aku pikirkan sejauh ini. Pengirimnya adalah Jungshin atau Minhyuk. Kedua orang itu yang sangat dekat denganku dan juga Jonghyun oppa. Memikirkan kemungkinan salah satunya memiliki perasaan terhadapku membuatku mual. Mereka itu sahabatku, sahabat oppaku, bukankah mereka sudah menganggapku sebagai adik mereka sendiri. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
“In Hae-ah.. Rupanya kau punya hobby melamun sekarang.”
Suara Jungshin membuyarkan lamunanku.
“Jungshin, duduklah. Ada yang ingin kutanyakan padamu.”
Aku menunjukkan isi pesan aneh itu padanya. Dia pun tertawa.
“Wae? Apa yang lucu?”
“Kau tidak mengira aku yang mengirim pesan ini padamu kan?”
“Jika ini bukan darimu, apa mungkin Minhyukkie?”
“Aku tidak tahu. Tanyakan saja padanya.”
Aku kembali terdiam. Memoriku kembali dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan. Momen kebersamaan ku dengan Minhyuk pun terekam kembali disana.
“Apa lagi yang kau pikirkan?”
“Seandainya itu benar Minhyuk, darimana dia tahu tentang ini? Maksudku, dari mana dia tahu bahwa aku punya laki-laki yang ku sukai.”
“Aaah, mengenai itu..Apa kau lupa, tak ada rahasia diantara kami? Kemarin, Jonghyun hyung menceritakan semuanya.”
“Jinjja? Aaah, kenapa dia memberitahu kalian setelah dia menolakku?”
Tiba-tiba Jungshin tertawa. Aku memukul kepalanya dengan kencang. Teman macam apa dia yang menertwakan temannya yang sedang patah hati.
“Mianhae. Aku tak bermaksud menertawakanmu. Hanya saja, aku tidak habis pikir, ternyata Jonghyun hyung benar-benar lebih memilih gitarnya dibanding wanita.”
“Oh ya..Kau tahu? Oppa-mu sangat marah pada kami begitu mendengar pengakuan Jonghyun hyung.”
“Yonghwa oppa marah?? Kau jangan bercanda.”
“Aniyo. Kau tahu apa yang dia katakan? Dia bilang, dia tidak akan mengijinkan salah satu dari kami memacarimu. Dia sering mengatakannya pada kami, mungkin itu sebabnya dia marah”
Aku terdiam. Ucapan Jungshin barusan membuatku seperti tersambar petir. Bagaimana mungkin aku bisa bersama Jonghyun oppa, laki-laki yang aku sukai jika oppa-ku tidak menghendakinya.
Wae oppa? Kenapa kau lakukan ini padaku? Tidak tahukah kau seberapa besar aku menyukainya.
***