“Hyunie, honey!” Panggil Ara keras pada adiknya dari ruang tamu.
“Ne! Mwo, Nuna?!” Jawab Kyuhyun yang tidak kalah keras dari kamar mandi dan langsung menhampiri kakaknya yang sedang duduk di sofa sambil memegang sebuah tabloid. “Mwo?” Tanyanya kesal setelah berdiri di depan kakaknya.
“Ini gawat, honey. Sungguh gawat!” Ara berseru-seru panik sambil memperlihatkan tabloid di tangannya, genggaman kuat Ara hampir saja merusak tabloid tak berdosa itu.
“Tenanglah Nuna! Apa yang gawat, hah?” Tanya Kyuhyun bingung dengan sikap kakaknya yang lebih aneh dari biasanya itu.
“Ini, ini. Lihatlah! Kau pasti tidak percaya, ah, tidak, tidak. Kau tidak boleh melihatnya!” Kata Ara tidak konsisten yang membuat Kyuhyun makin bingung dan penasaran dengan tabloid yang dipegang kakaknya itu. Baru saja Ara akan menyembunyikan tabloid itu di balik tubuhnya saat Kyuhyun sudah merampasnya dengan sedikit kasar.
“Apa ini?!” Teriak Kyuhyun setelah membaca judul artikel di halaman depan tabloid itu, ia membanting keras tabloid bernasip sial itu ke lantai. “Ini keterlaluan, Nuna!”
“Mwo? Kau mencurigaiku, hah? Kau menyalahkanku? Bukan, sungguh bukan. Ini bukan aku, bukan aku, sungguh, Hyun!”
Kyuhyun menatap marah kakaknya dan masuk ke dalam kamarnya dengan kesal. Langkah diiringi dengan seruan kakaknya, “Hyun, bukan saatnya kau mengambek sekarang! Harusnya kau mencari tahu asal berita ini!” Tapi, seruan-seruan Ara tidak diindahkan Kyuhyun. Ia menutup dan mengunci kamarnya dengan kasar.
Tabloid tak bersalah yang bernasip sial karena dibeli Ara itu masih saja tergeletak di lantai menampilkan halaman hot news di halaman depan. Tabloid yang hampir rusak itu biasanya menampilkan berita-berita hangat dari para artis, fashion artis, skandal dan semua yang berbau dengan gossip artis kali ini menampilkan wajah Kyuhyun di halaman depannya. Foto Kyuhyun yang berpakaian seragam rumah sakit lengkap dengan tiang infus dan sunglassnya yang kontras sedang duduk di bangku taman bersama seorang wanita. Judul halaman itu pun tidak kalah heboh dengan foto yang ditampilkan, membuat Kyuhyun sakit jantung, ‘Mengalami Kecelakaan, Cho Kyu Hyun Dijenguk Sang Kekasih’.
***
“Apa-apaan ini!” Teriak Ji Eun kencang sambil membanting tabloid yang ia pegang ke lantai. Ketigabelas anjing yang membentuk lingkaran di sekitarnya kaget dan mundur selangkah mendengar teriakan Ji Eun. Ji Eun menghentak-hentakkan kakinya kesal dan ketigabelas anjing itu kabur ke hotelroom, ke kandang mereka masing-masing.
***
Sampai pagi tadi, keadaan di sekitar Ji Eun masih biasa saja. Beruntung wajahnya tidak terlalu terlihat di tabloid itu. Tapi, setelah hari hampir menjelang sore ada beberapa siswa lengkap berseragam datang ke tokonya. Mereka membantai Ji Eun dengan pertanyaan beruntun yang tidak ada habis-habisnya. Kata mereka, salah satu teman mereka melihat Ji Eun berjalan-jalan di taman bersama kesepuluh anjing milik anggota Super Junior. Lalu, yang lain mengatakan kalau sudah melihat Ji Eun kemarin di rumah sakit yang masuk lewat fasilitas belakang. Pokoknya, pertanyaan-pertanyaan mereka tanyakan dan seenaknya mereka jawab sendiri, begitu bertubi-tubi, mereka saling berteriak satu sama lain membuat gaduh tokonya. Bahkan kegaduhan ini membangunkan Jibang dan membuatnya menyalak pada gerombolan gadis-gadi sekolahan berisik itu. Para hamster juga ikut menonton kejadian ini dan berhenti berlari dari roda berjalan mereka. Kelinci-kelinci di bawah hamster juga ikut terbangun dan menatap marah gadis-gadis berseragam itu yang membuat gaduh di toko tuannya.
Setengah jam gadis-gadis sekolah itu gaduh di toko Ji Eun tanpa henti sambil menunjuk-nunjuk wajah Ji Eun dan tabloid bergantian, sampai seorang wanita masuk ke dalam toko Ji Eun dan berteriak keras, “Semuanya! Keluar sekarang juga!” Teriakan Cho Ara, wanita yang baru masuk itu membuat gadis-gadis sekolah ketakutan dan keluar dari toko tak terkendali, terlebih setelah beberapa siswa mengenali wajah Cho Arad an berseru-seru bahwa yang datang adalah kakak perempuan Cho Kyuhyun.
***
“Gamsahabnida.” Ucap Ji Eun tulus sambil membungkukkan badannya sedikit. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku kalau kau tidak datang. Ini, minumlah.” Ji Eun menyodorkan secangkir teh daun hangat yang harum kepada Ara. Mereka duduk di meja tengah showroom toko Ji Eun setelah keadaan menenang.
“Anniyo, Ji Eun-ssi. Ini salahku, benar. Chusungaeyo.” Ara menyilangkan kedua tangannya di depan dada lalu mengibas-ngibaskannya. “Sungguh, aku minta maaf. Kalau aku tidak memaksamu untuk membuat Hyunie malu, kalau aku tidak ikut campur, kalau aku bisa mengajarkan adikku sopan santun sedikit lagi. Ah, itu hanya andaikan. Aku bersungguh-sungguh, bian.” Ara berdiri dan menundukkan kepalanya dalam. Ji Eun yang kaget dengan kelakuan Ara itu langsung meminta Ara untuk menegakkan tubuhnya kembali.
“Unnie! Sudahlah, ini sudah terjadi.” Kata Ji Eun bijak. “Lalu, bagaimana dengan Kyuhyun oppa? Marahkah? Kesalkah? Seperti yang aku rasakan. Ini pasti sulit baginya, bagaimana dengan konferensi pers?” Usul Ji Eun.
“Aku tidak tahu, dia masih uring-uringan di dalam kamar. Konferensi pers, aku tidak terlalu yakin. Hyunie baru saja keluar dari rumah sakit, aku tidak mau keadaannya memburuk hanya karena ini,
Karena salahku ini.” Tambah Ara jujur dan malu, lalu menundukkan wajahnya. Wajahnya berubah mendung mengatakannya.
“Ya sudah, aku hanya bisa menunggu keputusan Kyuhyun oppa. Yang pasti, aku tidak ingin karena masalah ini, elf menjadi ribut dan menyulitkan SJ.”
“Ji Eun-ssi, kau begitu baik. Ah, aku akan tanyakan pada Hyunie, apakah dia mau berpacaran denganmu. Itu akan sangat baik untuk keadaan ini,” Tiba-tiba Ara menjadi bersemangat dengan Ji Eun, tapi belum lima detik setelah mengatakannya, sebelum Ji Eun menukas kata-katanya Ara kembali tertunduk lesu, “aku lupa. Kau kekasihnya Jong Jin, ya?”
“Anniyo, Unnie!” Ji Eun menyilangkan kedua tangannya ke depan dada. “Bukan begitu, aku bukan kekasihnya Jong Jin oppa.” Lalu menyadari kesalahannya, Ji Eun kembali menyilangkan kedua tangannya, “Aigoo, apa yang aku katakan. Bukan begitu, bukan, bukan. Maksudku, aku memang bukan kekasihnya dan aku juga tidak tertarik dengan Kyuhyun oppa.”
“Mwo? Kau tidak tertarik dengan Hyunie?” Pertanyaan Ara langsung dijawab dengan anggukan lemah Ji Eun.
“Mm, maksudku, aku, aku tidak bermimpi untuk menjadi kekasihnya. Aku hanya seorang penggemar, Unnie!” Ji Eun meluruskan kata-katanya.
***
“Hah? Apa yang dia katakan? Dia tidak tertarik? Maksudnya apa, hah? Memangnya aku ini apa? Kenapa dia tidak tertarik denganku? Kenapa, Nuna?” Tanya Kyuhyun bertubi-tubi saat Ara sudah kembali ke rumah dan menceritakan tentang kejadian hari itu di toko Ji Eun pada adiknya yang baru bangun tidur setelah kelelahan bermain games.
“Entahlah.” Ara menghempaskan dirinya ke sofa empuk di kamar Kyuhyun. “Lagipula, kenapa memangnya kalau dia tidak tertarik padamu, honey? Sakit hati? Kesal? Katamu kau tidak suka dengannya?”
“Bukan begitu, Nuna. Kau benar-benar tidak peka dengan harga diri laki-laki!” Kyuhyun ikut duduk di samping kakaknya.
“Jadi, apa yang akan kau lakukan? Ji Eun mengusulkan untuk melakukan konferensi pers.”
“Konferensi pers? Hanya untuk gossip seperti ini? Buat apa?”
“Ya, aku tidak tahu. Urusanmu.”
“Urusanku? Nuna! Kau lupa? Kau yang membuat semua ini berantakan!” Seru Kyuhun.
“Berhentilah berteriak dan hanya bisa marah-marah saja. Kau tahu ini apartemen! Kalau ada tetangga yang mendengar, bagaimana? Kau itu kan artis.” Omel Ara sebal dengan kelakuan adiknya itu yang diakhiri dengan jitakan mulus di atas kepala Kyuhyun.
“Auw! Kau ini! Lalu bagaimana? Aku benar-benar bingung.” Kyuhyun beranjak dari sofa dan duduk di ranjangnya yang tak kalah empuk. Ia mengambil sebuah bantal dan duduk bersila di atas tempat tidur dengan bantal yang menyangga tangan-tangannya yang memangku dagunya.
“Bagaimana apanya, hah? Hanya ada tiga hal perlu kau pilih, diam seriu bahasa, mengakuinya kalau hal itu benar atau menyanggahnya. Cepatlah putuskan, kasihan Ji Eun. Kau tahu? Tadi dia dikepung dalam tokonya sendiri oleh penggemar-penggemarmu yang tidak punya kerjaan. Kau benar-benar tanda sial baginya.” Kata Ara mengakhiri pembicaraannya dengan Kyuhyun dan berlalu keluar dari kamar adiknya itu, meninggalkan Kyuhyun yang makin uring-uringan.
***
Betty Pet Horel Shop di pagi hari masih sepi dari apapun. Sepi dari suara hewan, sepi dari suara pengunjung. Pemiliknya duduk diam di tengah ruangan dengan kedua tangan yang menyangga masing-masing sisi pipinya di atas meja. Seseorang masuk dan langsung duduk di hadapannya, padahal pintu masuknya sudah bertuliskan ‘close’.
“Jong Jin-ah, ada apa? Kau sedikit mengagetkanku.” Sapa Ji Eun yang sudah duduk tegak setelah kaget melihat kedatangan Jong Jin yang tiba-tiba.
“Aku kira, aku akan sulit untuk masuk ke dalam tokomu karena berita-berita di tabloid. Tapi, ternyata tidak. Aku sedikit kecewa.” Ujar Jong Jin yang diakhiri dengan senyuman tipis khasnya.
“Berhentilah memperlihatkan senyum iblismu itu, oppa. Aku tahu kau datang ke sini untuk menjadi malaikat, menghiburku.” Kata Ji Eun.
“Sombong sekali. Siapa bilang? Aku ke sini ingin menjemput Ddangko bersuadara dan Goming.” Kelit Jong Jin.
“Haruskah?” Tanya Ji Eun lemas mengetahui niat kedatangan Jong Jin yang tidak sesuai harapannya. Jong Jin menjawabnya dengan anggukan mantap.
“Jahat sekali. Biarkan mereka di sini, aku benar-benar kesepian.” Pinta Ji Eun.
“Hyung juga kesepian, Ji Eun-ah. Dia sudah merindukan empat bayi kecilnya itu.” Habis sudah, Ji Eun tidak bisa menolak kalau itu alasannya.
***
Jong Jin baru saja pergi beberapa menit lalu, saat seseorang masuk ke dalam tokonya lagi. Ji Eun pikir itu Jong Jin yang kembali karena sesuatu yang tertinggal tapi ternyata tidak. Ia terpaku di depan akuarium Ushiro dan Mae saat melihat laki-laki di hadapannya adalah Cho Kyuhyun. Ji Eun-ah, sulit sekali hidupmu, pikir Ji Eun dalam hati.
“Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu, Nona Lee.” Kata Kyuhyun tanpa basa basi.
“Mwo?” Pikiran Ji Eun masih berpergian entah kemana saat mengatakannya. “Oh, tentu saja, silahkan.” Ji Eun mempersilahkan Kyuhyun untuk duduk yang lansung dijawab dengan tatapan bingun Kyuhyun. Kyuhyun bergeming di tempatnya berdiri dan melihat keadaan sekitarnya dengan pandangan menilai sebelum ia membuka mulutnya.
“Tidak di sini, Nona Lee.”
“Tidak di sini? Lalu dimana? Ini tokoku dan tidak akan ada yang mengganggu.”
“Tempat ini menyeramkan, bisakah kau ikut denganku saja?” Tanya Kyuhyun berharap. Ia tidak ingin lama-lama di hotelroom itu.
“Di sini atau tidak sama sekali? Aku harus menjaga toko.” Ji Eun beralasan, meskipun alasannya memang tepat dan logis.
***
Kyuhyun dan Ji Eun duduk berhadapan di sebuah restoran dengan sebuah meja yang memberi jarak antara mereka. Akhirnya, Ji Eun kalah berargumen dan ikut Kyuhyun pergi ke restoran tertutup yang bersekat-sekat yang menyediakan berbagai macam makanan tradisional, dengan jaminan supir Kyuhyun akan menjaga tokonya.
“Jadi, Ji Eun-ah, boleh aku memanggilmu seperti itu?” Tanya Kyuhyun membuka pembicaraan setelah memesan menu makanan. Tapi, belum Ji Eun menjawabnya Kyuhyun kembali berbicara, “Aku ingin langsung membicarakannya, kau pasti sudah tahu apa yang ingin aku bicarakan denganmu, bukan?” Tanya Kyuhyun lagi yang kali ini langsung dijawab dengan anggukan cepat Ji Eun. “Sebenarnya aku juga tidak yakin dengan semua ini, aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Nuna mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus aku pilih, diam seribu bahasa yang artinya aku dan kau akan tetap diberitakan selama beberapa minggu dari sekarang dengan banyak gunjingan sebagai konsekuensinya sampai ada berita heboh lain yang akan mengalahkan gossip kita ini. Atau, mengakuinya kalau hal itu benar adanya yang pasti akan berakibat besar padamu dan pilihan terakhir adalah dengan menyanggahnya dengan konsekuensi pasti kita akan diserang dengan pertanyaan-pertanyaan lain. Kau tahu keseluruhan berita ini?” Tanya Kyuhyun setelah berujar panjang lebar untuk pertama kalinya di depan Ji Eun.
“Kekasih Cho Kyuhyun menjenguknya setelah tragedi besar di Hongkong?” Tanya Ji Eun tidak yakin.
“Aich, apa kau rasa aku ini benar-benar tidak penting, hah?” Tanya Kyuhyun kesal, tapi langsung tenang kembali dalam hitungan detik demi menjaga imagenya. “Kau benar-benar tidak membaca keseluruhan beritamu di tabloid-tabloid?” Ji Eun menggeleng. “Meskipun kau digosipkan dengan seorang superstar bernama Cho Kyu Hyun yang terkenal?” Ji Eun menggeleng lagi. “Apa sinarku sudah mulai pudar?” Tanya Kyuhyun kecil yang ia tujukan pada dirinya sendiri. “Ah, tentu tidak, aku ini member termuda Super Junior, tentu tidak akan turun pamor. Sudahlah, lupakan saja. Kembali ke masalah awal, di salah satu beritamu itu tertulis ucapanku saat bersamamu hari itu. Tepatnya dua ucapanku yang meminta maaf. Permintaan maaf itu begitu aneh, sehingga wartawan mengambil gambar dan mencuri dengar percakapan kita saat itu berpikir kalau aku sudah berbuat suatu salah yang besar dan membuatmu sakit hati.”
Ji Eun diam mendengarkan dengan sabar Kyuhyun menjelaskan semua teknis masalah yang sedang mereka hadapi.
“Lalu, Ji Eun apa yang kau pilih?” Tanya Kyuhyun mengagetkan Ji Eun yang ternyata sudah mulai melamun tidak karuan dan melepaskan pendengarannya terhadap penjelasan panjang Kyuhyun. Ji Eun yang ditanya mengerjap kaget dan hanya diam bingung, “apa kau mendengarkanku, Ji Eun-ah?”
“Anniyo, oppa. Aku, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya mengikuti perintahmu untuk menyelesaikan masalah ini, terserah bagaimana baiknya. Aku tidak mengerti.”
“Kau ini! Jangan-jangan kau senang ya dengan permberitaan kita ini?” Tanya Kyuhyun setengan berseru menghadapai gadis dengan tampang lugu di depannya itu.
“Ah, anniyo, oppa,” kali ini Ji Eun menjawab sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, “bukan begitu. Aku hanya menyadari ini masalah reputasimu sebagai artis, aku tidak ingin pilhanku salah dan merepotkanmu. Aku hanya bisa mengusulkan konferensi pers dan mengatakan hal yang sebenarnya.”
“Ya, sudahlah lupakan saja. Kemarin aku sudah memikirkannya sendiri baik-baik, berhubung ini berita awal yang masih berupa desas-desus kemungkin berita ini akan hilang dengan cepat sangat besar. Jadi, Ji Eun, kau hanya perlu diam. Aku sudah mengutus dua orang sewaan untuk menjaga tokomu untuk beberapa waktu ini. Aku tidak ingin membuat seorang gadis ketakutan karena amukan penggemarku. Aku pergi sekarang.” Kyuhyun bangkit berdiri dan mengenakan sunglassesnya. “Gamsahabnida Ji Eun dan aku benar-benar minta maaf.” Kyuhyun menunduk sedikit dan berbalik.
“Ah, oppa! Kau tidak makan?” Tanya Ji Eun menghentikan langkah Kyuhyun.
“Tidak, ada sesuatu yang harus aku lakukan. Makanlah.” Katanya sebelum menghilang di balik pintu. Setelah tidak melihat bayangannya, Ji Eun tertunduk lesu. Tapi, beberapa detik kemudian setelah dua pramusaji meletakkan banyak piring penuh makanan di hadapannya, Ji Eun mengerang keras membuat dua pramusaji itu kaget. Cepat-cepat Ji Eun meminta maaf. Ia menepuk keningnya setelah dua pramusaji itu menghilang di balik pintu. Ia baru saja mencerna kata-kata Kyuhyun setelah beberapa lama terlewat, dia tidak boleh menjaga tokonya! Aigoo!
***
Ji Eun menempelkan ponselnya ke telinganya dan berjalan ke jendela balkon lantai dua rumahnya. Saat ia sampai di balkon, orang yang ia hubungi pun mengangkat panggilannya.
“Anyeonghaseyo.” Sapa suara wanita di seberang sana.
“Anyeonghaseyo, Ara-ssi. Aku Lee Ji Eun, aku ingin berbicara dengan Kyuhyun oppa. Ada sesuatu yang penting.” Kata Ji Eun langsung.
“Oh, ada apa Ji Eun? Katakan saja padaku.”
“Tentang toko hewanku, Unnie. Bisakah kau katakan padanya kalau dia tidak perlu mengirimkan orang-orang ke tokoku? Aku bisa menjaga tokoku sendiri, aku tidak mau cuti. Aku akan benar-benar mati bosan kalau tidak ada toko hewanku!” Ungkap Ji Eun yang diakhiri dengan nada tertekan.
“Toko hewan? Oh, ya aku tahu. Tapi, sayang sekali Ji Eun-ah, aku tidak bisa. Aku sependapat dengannya. Aku juga tidak mau ada apa-apa yang terjadi denganmu seperti kejadian beberapa hari yang lalu. Aku takut sekali kalau ada sesuatu yang terjadi padamu, jadi turuti saja kata-kata pacarmu itu, maksudku pacar bohonganmu itu.”
“Unnie! Aku tidak berhubungan dengannya, jangan coba-coba menjodohkanku dengannya. Masalah ini bisa jadi lebih rumit, unnie.”
“Ah, iya, aku hanya bercanda. Kembali ke masalahmu, mianhae, aku tidak bisa melakukannya. Aku setuju dengan Hyunie. Ini semua demi keselamatanmu, Nona Lee. Jadi saranku, kalau kau akan mati kebosanan tanpa tokomu, bagaimana dengan membawa beberapa hewan di tokomu dan pindahkan ke rumahmu?”
“Rumah?”
***
“Umma, tolonglah. Aku akan membuatkan mereka kandang di balkon atas dan aku berjanji mereka tidak akan membuat gaduh. Bahkan kalau perlu, aku akan memplester mulut mereka kalau mereka menyalak di malam hari. Ayolah, umma.” Pinta Ji Eun kepada ibunya yang tengah sibuk menata piring makanan di meja makan.
“Lee Ji Eun, kau kemanakan janjimu?” Tanya ibunya yang mengingatkannya pada janji yang ia buat enam tahun lalu tentang memelihara hewan di rumah.
“Ayolah, umma. Sekali ini saja, hanya sebulan. Aku mohon.” Kali ini Ji Eun menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya dengan memasanga wajah melasnya juga.
“Berhentilah memohon, Ji Eun. Tanyakan appamu, sana!” Perintah ibunya yang terganggu dengan rengekan Ji Eun.
“Appa, aku mohon.” Pintanya lagi masih dengan kedua telapak tangan di depan wajahnya juga wajah melas. Tapi, sia-sia ayahnya malah tetap sibuk membaca koran, seolah-olah tidak mendengar yang Ji Eun bicarakan. Ji Eun lunglai mendapati kenyataan ini, dan terduduk di lantai lemah dengan wajah suram tapi kedua orang tuanya tetap hanyut dalam aktifitas masing-masing.
...to be cont