home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Betty Pet Hotel Shop

Betty Pet Hotel Shop

Share:
Author : himemars
Published : 12 Feb 2014, Updated : 26 Feb 2014
Cast : Lee Ji Eun (IU); Kim Jong Jin; Cho Kyu Hyun; Kim Jong Woon (Yesung); Liu Xian Hua (Henry)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |5677 Views |3 Loves
Betty Pet Hotel Shop
CHAPTER 3 : It Starts On Hospital

“Hyunie honey, tidak apa-apakah? Ah, tentu kau kenapa-napa. Tidak bisakah kau membuka matamu? Nuna sudah datang, hyun.” Ucap Ara terisak, ia mengelus kepala Kyuhyun dengan hati-hati. Pipinya sudah dibanjiri air  mata yang deras mengalir. “Kenapa bisa begini?” Tanya Ara sambil menghapus air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya. Namun, dari samping ranjang Kyuhyun terdengar erangan seseorang tiba-tiba.

“Yesung oppa, kau sudah sadar?” Tanya Ara dengan cemas berbalik ke ranjang Yesung mendengar erangan barusan. Tidak ada orang lain di sana, dan Ara tahu apa yang harus ia lakukan. Ia menanti Yesung membuka kedua matanya dengan sabar.

“Kyu, mana Kyu?” Tanya Yesung pertama kali setelah berhasil mengatasi silau sinar dalam ruangan yang langsung menyambut kedua matanya yang baru terbuka. “Wonie, mana Wonie?” Tanyanya lagi dengan cemas. Lalu saat matanya menangkap sosok perempuan yang berdiri di samping ranjangnya dengan wajah sabar bercampur sedikit cemas, ia pun mengenalinya dan memanggilnya, “Ara-ssi.”

Cho Ara menekan bel ruangan rawat inap itu dan hanya dalam hitungan detik dua orang perawat dan seorang dokter jaga sudah memenuhi ruangan untuk memeriksa keadaan Yesung sudah sadar.

 

***

 

“Hari ini kami akan menjemput hyung di Hongkong, kau mau ikut?” Tanya Jong Jin sambil menatap lurus kedua mata Ji Eun yang serius tapi menatap kosong depannya itu.

“Aku? Aku rasa aku tidak bisa. Tidak ada passport, tidak ada tiket, tidak ada, ya aku tidak bisa ke sana. Aku harus menjaga tokoku,” Kata-kata Ji Eun mengambang di udara, matanya berkaca-kaca padahal tadi dia baru saja mengungkapkan penolakannya dengan tegas, “ya, aku mau.” Katanya plin-plan dan ragu, setetes air mata turun dan membasahi salah satu sisi pipinya, “tapi tidak, aku tidak bisa dan lebih baik tidak. Sebaiknya kau dan eommoni pergi saja sekarang.” Ji Eun menundukkan kepalanya lemah menatap tetesan air matanya yang berlomba turun dan jatuh ke tanah, tanah di samping kaki-kakinya. Jong Jin merangkul Ji Eun erat dan membelasi kepalanya dengan lembut member dukungan. Jong Jin tahu benar apa yang dirasakan Ji Eun.

 

***

 

Jong Jin dan ibunya mendorong pintu kamar rawat inap bernomor 309 itu. Berat rasanya. Tapi, baru saja mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, jejeran rangkaian bunga di sepanjang koridor depan toilet ruangan itu membuat mereka tertegun sejenak. Warna-warni dan sangat banyak.

Eomma!” Panggil seseorang dari ranjang pasien. Wajah yang mereka cari dan cemaskan sedang mengembangkan senyum lebar pada mereka. Kedua pipinya merah terlihat seperti orang sehat. Hiasan beberapa perban yang menutupi badannya itulah satu-satunya yang bisa dijadikan alasan kalau dia itu benar-benar baru saja mengalami kecelakaan. Keadaannya jauh berbeda dari yang mereka bayangkan sebelumnya.

Hyung! Kau membuatku gila!” Seru Jong Jin kesal melihat cengiran lebar kakaknya itu. Sedangkan Ibu Yesung dengan cepat berjalan menuju ranjang Yesung dan memukul kepalanya.

“Jong Woon-ah, kau membuat orang cemas saja! Dan sekarang kau hanya memperlihatkan cengiran gila itu, hah?” Omel Ibu Yesung masih sambil memukul kepala anaknya itu tidak seberapa keras.

Eomma! Jangan pukul aku, aku seorang pasien sekarang.” Elak Yesung. Tapi, setelah memukulnya Ibu Yesung langsung memeluk Yesung erat. “Kenapa bisa seperti ini? Mana yang sakit?” Tanya ibunya cemas.

“Aku sudah tidak apa-apa.” Jawab Yesung dengan senyuman manis. Ia pun menceritakan kejadian dua hari yang lalu pada ibunya itu sampai detail-detail kecilnya. Mereka mengobrol dengan asik setelahnya sampai melupakan sekitar mereka, sampai Ibu Yesung pun menyadari ada orang lain di sana. Cho Ara tersenyum ramah pada Ibu Yesung saat pandangan mereka bertemu. Sedangkan Jong Jin mendekat ke sisi ranjang kakaknya dan mulai bercanda saat ibunya beranjak pergi dari ranjang Yesung ke tempat Ara berdiri.

“Ara-ssi,” Panggil Ibu Yesung sambil berjalan ke tempat Ara berdiri dan memeluknya juga mencium kedua pipi gadis itu, “ah, Hyunie. Ada apa dengannya?” Tanya Ibu Yesung prihatin saat melihat Kyuhyun yang tebaring tak sadarkan diri di atas ranjang.

“Jatuh, sama seperti Yesung oppa.” Jelas Cho Ara. Ibu Yesung mendekati Kyuhyun dan menyentuh pipi Kyuhyun yang tirus.

“Hyun-ah,” Panggil Ibu Yesung tanpa respon, “separah itukah?” Tanya Ibu Yesung rendah dan hendak berbalik pada Ara meminta penjelasan lebih detail. Tapi, baru saja ia akan menoleh, ekor matanya menangkap gerakan mata Kyuhyun.

“Hyun-ah!” Seru Ara kalap yang juga melihat gerakan mata Kyuhyun, adik kesayangannya itu. Yesung yang menyadari keadaan itu langsung menekan bel ruangan untuk memanggil perawat dan dokter.

“Bagaimana gadis itu? Gadis yang aku tabrak, apakah dia baik-baik saja?” Tanya Kyuhyun setelah benar-benar sadar dan melihat banyak orang di sekelilingnya itu. Ia ingat saat ia menabrak papapn seorang gadis penggemar dan terjatuh menabrak kedua seniornya juga melihat gadis itu ikut terjatuh, kehilangan keseimbangan meskipun tidak sampai ke bawah. Saat itu, ia masih sedikit sadar sebelum pandangannya gelap dan seorang gadis penggemar lain yang berdiri di dekat ia terjatuh berteriak kencang melihat wajahnya yang bersimbah darah.

 

***

 

“Sedih? Tidak bisa ke Hongkong?” Tanya Henry pada Ji Eun yang duduk di sampingnya. Mereka sedang berada di sebuat taman dekat toko Ji Eun. Ji Eun baru saja menutup tokonya saat Henry sudah menunggunya di luar toko. Ji Eun mengangguk lemah dan menoleh pada Henry cepat.

“Kau! Kenapa kau tidak kembali ke sana? Bukankah kedua hyungmu sedang kritis di sana?” Tanya Ji Eun dengan mata menyala marah melihat Henry yang terlalu santai untuk sebuah kenyataan kedua seniornya sedang dirawat di Hongkong karena kecelakaan.

“Untuk apa?” Tanya Henry polos.

“Untuk apa kau katakan? Kau seharusnya memberikan dorongan pada mereka agar cepat sadar!” Seru Ji Eun di depan wajah Henry.

“Apa aku harus melakukan itu? Aku sudah ke sini untuk memanggil ibunya hyung. Masak aku harus bulak-balik ke sana kemari?” Henry masih terlihat santai saat berujar semua itu padahal keadaan Ji Eun berbeda seratus delapan puluh derajat darinya. Mimik polos Henry dan mimik wajah marah Ji Eun sangat kontras satu sama lain. Ji Eun baru saja akan mengeluarkan seruan marah mendengar ujaran Henry sebelum ia menyadari Henry memang tidak salah, seruannya pun ia tahan dalam-dalam. Ia kembali duduk lurus di bangkunya dan menghela napas dalam, lalu menenggelamkan wajahnya dalam kedua telapak tangannya.

Untuk beberapa lama, tidak ada suara sedikitpun yang keluar dari mereka berdua. Henry yang penasaran mengapa Ji Eun tidak membalas ucapan kasarnya tadi pun menoleh pada Ji Eun yang duduk di sebelahnya. Bahu Ji Eun bergetar dan terdengar suara sesenggukan kecil.

“Hei, kau! Hentikan tangismu.” Pinta Henry berbisik saat menyadari Ji Eun menangis dalam diam di balik kedua telapak tangannya itu. Henry mengguncang-guncang bahu Ji Eun.

“Mm, mianhae…” Ucap Ji Eun terisak dari balik tangannya yang bergetar. “Aku hanya kesal padamu, yang sebenarnya bisa ke Hongkong tanpa kesulitan untuk menjenguk Yesung oppa tapi kau tidak melupakannya. Bukankah dia sedang kritis?” Ji Eun berujar dari balik tangannya yang masih bergetar dengan suara parau.

“Sudahlah,” Henry menepuk bahu Ji Eun, “jangan menangis lagi. Aku dapat kabar kalau hyungdeul, mereka sudah sadar. Makanya aku tinggal di Korea, kata Leeteuk-hyung, lusa mereka akan dipindahkan untuk dirawat di sini.” Henry meraih tangan Ji Eun agar Ji Eun melepaskan tangannya yang menyembunyikan seluruh wajah Ji Eun dan menutupi tangisan Ji Eun sedari tadi.

Perlahan Ji Eun mengangkat tangannya saat mendengar pernyataan dari Henry itu. Ia memamerkan wajahnya yang banjir dengan air mata itu dengan mata berbinar yang menatap lurus pada Henry. Ia menatap Henry terus sampai beberapa detik hingga akhirnya ia mampu untuk mengucapkan kekagetannya, “Benarkah?”

Aigoo, kau jorok sekali! Hapus cepat! Sudahlah itu tak berguna, tutup lagi wajahmu itu! Jorok!” Seru Henry saat melihat wajah Ji Eun yang berantakan tidak karuan dengan air mata dan air-air lainnya yang membuat rambut-rambut sekitar wajahnya menempel di pipinya tidak karuan.

“Jahat!” Balas Ji Eun sambil memukul lengan Henry, “aku ini sedang sedih! Kenapa kau ejek aku, hah?”

“Itu kenyataannya! Aich, jangan pukul aku! Itu mengotori bajuku, kau tahu?”

“Sombong sekali kau! Coba katakan sekali lagi dan kubunuh kau!”

“Kau jo-rok!”

 

***

 

Ara sedang mengupas sebuah apel dan membiarkan kulitnya terkupas panjang. Potongan apel itu ia letakkan di dua buah piring sama besar. Setelah selesai, piring apel pertama diletakkannya di meja adiknya sedangkan yang satunya lagi ia letakkan di meja sebelahnya, meja Yesung.

Gamsahabnida, Ara-ssi.” Ucap Yesung tulus berterimakasih pada Ara yang baru saja meletakkan sepiring potong apel segar di mejanya.

Anniyo, oppa. Lekaslah sembuh.” Jawab Ara sambil lalu untuk kembali melihat keadaan adiknya. Sementara Yesung mengubah posisinya menjadi duduk dan berusaha mengambil garpu dari laci. Ara yang melihat Yesung kesusahan membuka laci pun dengan sigap membantunya mengambilkan sebuah garpu plastik kecil berwarna hijau muda. “Ini.” Ara menancapakn garpu itu ke sepotong apel dan menyodorkannya pada Yesung. Tapi, bukannya mengambil garpu yang disodorkan Ara, Yesung malah langsung menyuap potongan apel itu ke mulutnya.

“Kau mau disuapi, oppa?” Tanya Ara yang langsung disambut dengan anggukan Yesung.

Kurang dari lima menit kemudian, potongan-potongan apel di piring Yesung sudah habis. Mereka berdua mulai mengobrolkan macam­-macam hal sampai Kyuhyun menyela obrolan mereka.

Nuna.” Panggil Kyuhyun pada Ara yang sedang asik menukar joke dengan Yesung.

“Hyunie honey, ada apa?” Tanya Ara yang langsung menoleh dan mendekati Kyuhyun setelah mendengar adiknya itu memanggil.

“Hyun-ah, kau sudah bangun?” Tanya Yesung.

“Aku sudah bangun daritadi dan mendengar candaan kalian yang tak bermutu.” Kata Kyuhyun pedas.

“Ah, Hyunie. Bian, aku terlalu asik mengobrol dengan oppa. Ohya, kau mau apel?” Tanya Ara yang langsung mengubah topik pembicaraan mengenali nada suara adiknya yang mulai naik sinis, tanda-tanda adiknya sedang tidak dalam mood yang baik.

Nuna, kau dekat dengan hyung?” Tanya Kyuhyun saat sedang disuapi apel oleh kakaknya itu.

“Aku hanya saling tukar joke, memang kenapa? Yesung oppa itu orang yang lucu ya.” Jawab kakaknya.

“Tidak boleh, kau tidak boleh dekat dengannya.” Tukas Kyuhyun.

Wae? Kenapa memangnya?”

“Dia itu orang aneh, jangan dekat-dekat dengannya. Kau harusnya bersama Siwon-hyung.”

“Hyunie, apa-apan kau? Aku dekat dengan Yesung-oppa memang kenapa? Itu tidak berarti aku menjadi kekasihnya. Dan berhentilah menjodohkanku dengan Siwon, itu memalukan!” Seru Ara tidak suka pada adiknya lalu berlalu keluar, kesal dengan kelakuan adiknya itu.

 

**

 

Ini sudah satu jam, dan ini sangat keterlaluan! Batin Ji Eun.

Sudah satu jam dia menunggu di depan ruang resepsionis rumah sakit. Yesung dan Kyuhyun sudah dipindahkan ke Korea semalam, dan hari ini tentu seperti dugaan yang lain rumah sakit penuh oleh para fans. Padahal Ji Eun hanya bermaksud mengantarkan bubur pada Yesung tapi sepertinya ia akan mengurungkan niatnya. Ji Eun bangkit berdiri dari duduknya, ia memutuskan untuk pulang dan memendam rasa kangennya dengan Yesung. Menelan bulat-bulat bahwa dia sama saja seperti fans-fans yang lain. Ia barus saja akan berbalik setelah melihat kembali para fans yang masih saja semangat menunggu di depan pintu masuk koridir ruang rawat idola mereka, saat seseorang menarik tangannya. Kim Jong Jin.

“Jong Jin-ah. Kau sejak kapan di sana?” Tanya Ji Eun sambil menyamakan langkah Jong Jin. Ia mengekor Jong Jin yang masih memegang lengan Ji Eun kuat, seperti takut akan terlepas.

“Aku baru saja sampai dan langsung melihat seorang perempuan yang hampir menangis melihat kerumunan fans.” Jawab Jong Jin datar.

“Kita mau kemana?” Tanya Ji Eun lagi.

“Ke kamar hyung.”

“Hah? Ah, anniyo, Jong Jin-ah. Aku rasa aku tidak bisa melakukan itu. Tidak adil rasanya melihat fans-fans itu berdiri di luar dan aku dengan mudahnya masuk karena mengenalmu.” Ji Eun berusaha menghentikkan langkahnya tapi Jong Jin tetap menyeretnya.

“Kau kan memang berbeda, kau bukan seorang fans kan?” Tanya Jong Jin. Meskipun matanya masih menatap lurus ke depan, Ji Eun merasakan sepasang mata Jong Jin itu menatapnya tajam. Ji Eun diam dan mengangguk lemah sambil kembali mengikuti langkah-langkah Jong Jin.

 

***

 

Nuna! Hentikan itu! Jangan suapi hyung lagi!” Seru Kyuhyun dari ranjangnya pada kakaknya dan Yesung di ranjang sebelah.

Kekeke, hyun-ah, kau cemburu padaku?” Goda Yesung.

“Diamlah hyung, aku tidak suka melihat kalian berdua!” Kyuhyun setengah berteriak, kekuatannya belum sepenuhnya pulih untuk marah-marah.

“Kenapa Hyunie? Aku kan sudah menyuapimu tadi, kau mau makan lagi? Sudahlah jangan seperti anak kecil.” Kata Ara sambil memasukkan sendok ke mulut Yesung. Setelah ia keluar dari ruangan tadi, ia mengubah mimik wajahnya saat masuk dan menyuapi potongan-potongan apel pada adiknya lalu berlalu pada Yesung dan menyuapinya makan siang yang baru saja datang, seolah-olah melupakan Kyuhyun yang belum makan siang dan juga ingin disuapi. Kyuhyun yang tahu kelakuan kakaknya itu hanya ingin memancing emosinya mendengus keras dan mendesis tertahan, frustrasi. Di saat bersamaan terdengar bunya klik dari pintu. Jong Jin dan Ji Eun masuk bersamaan melihat Ara dan Yesung yang berhenti dari kegiatan suap dan makan mereka, melihat kedua orang baru masuk ruangan, Jong Jin dan Ji Eun.

“Ah, Jong Jin-ah!” Seru Yesung senang, beberapa butir nasi muncrat dari mulutnya yang penuh, lalu sejenak dia memandang pada gadis di samping adiknya, berpikir, “Ji Eun-ah!” Sambungnya.

Terlihat sekali kalau Yesung hampir melupakan namanya dan membuatnya sakit hati mengetahui kenyataan itu. Ditambah Ji Eun melihat kakak tercintanya Kyuhyun sedang menyuapi Yesung. Harusnya aku yang di sana! Teriak Ji Eun dalam hatinya. Lalu teriakan Kyuhyun melemparkannya kembali ke dunia nyata.

Hyung! Kau jorok!” Kyuhyun benar-benar berteriak setelah melihat seniornya itu memuncratkan beberapa nasi hanya untuk berseru senang melihat adik dan kekasih adiknya datang. Tapi, kenyataan apa yang kakak perempuan kesayangannya lakukan lebih membuat Kyuhyun geram. “Nuna! Apa yang kau lakukan! Jangan bersihkan itu, itu jorok!” Teriaknya melihat Ara mengambil tisu dan membersihkan ranjang Yesung dari butir-butir nasi yang jatuh.

Sedangkan Jong Jin yang melihat keadaan di dalam kamar rawat kakaknya itu hanya bingung dan berdiam terpaku di depan pintu masuk. Satu yang ia tahu harus lakukan adalah menggenggam tangan Ji Eun lebih erat lagi saat melihat kakaknya sedang berdekatan dengan Cho Ara. Salah satu perempuan yang paling dikagumi di Super Junior.

Nuna, berhenti menyuapinya, aku juga lapar!”

“Kau kan baru saja makan apel, Hyunie.”

 

***

 

Henry melangkahkan kakinya ringan dan cepat melewati koridor taman bawah. Ia menggunakan jaket hitam panjang lengkap dengan sunglasses dan topi bisbolnya untuk menghindari para fans yang menggila di ruang tunggu dan beberapa pintu masuk rumah sakit. Padahal kedua seniornya baru pindah semalam dan berita itu beredar begitu cepat sampai-sampai pagi ini para elf sudah duduk dengan setia di sana. Apa mereka tidak ada kerjaan lain? Tidakkah mereka dimarahi ibunya? Tanya Henry dalam hati. Tapi pertanyaan-pertanyaan itu langsung disingkirkan dengan cepat, langkahnya berhenti saat melihat dua orang yang sedang berpelukan di bawah pohon taman yang paling besar. Mereka adalah Lee Ji Eun dan Kim Jong Jin.

 

... to be cont

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK